Posts made by Indah Rahma alfiah

TA2025 -> ACTIVITY: RESUME

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

1. Jurnal Pertama
Jurnal ini membahas bagaimana teori akuntansi normatif dan positif diterapkan dalam kebijakan akuntansi dua perusahaan besar Indonesia yang berasal dari sektor industri berbeda, yaitu manufaktur (PT Astra International Tbk) dan teknologi (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk) selama periode 2017–2024. Penelitian menggunakan metode studi pustaka dengan analisis kualitatif terhadap laporan tahunan dan literatur akademik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Astra International Tbk lebih dominan menerapkan pendekatan teori normatif, yang menekankan kepatuhan terhadap standar akuntansi, transparansi, serta legitimasi sosial. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik industri manufaktur yang padat modal, berisiko lingkungan tinggi, dan berada di bawah tekanan regulasi yang ketat.
Sebaliknya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk cenderung menerapkan pendekatan teori positif, yang bersifat lebih fleksibel dan pragmatis. Kebijakan akuntansi digunakan sebagai alat strategis manajerial untuk menyesuaikan diri dengan dinamika industri teknologi, tekanan pasar modal, dan pengelolaan laba. Jurnal ini menyimpulkan bahwa kebijakan akuntansi merupakan hasil negosiasi antara tuntutan normatif dan kepentingan pragmatis, serta tidak bersifat universal untuk semua sektor.

2. Resume Jurnal Kedua
Jurnal ini mengulas secara konseptual Positive Accounting Theory (PAT) dan kontribusinya dalam menjelaskan serta memprediksi pilihan kebijakan akuntansi manajemen. Melalui kajian literatur, artikel ini menegaskan bahwa PAT berangkat dari kritik terhadap teori normatif yang dinilai tidak empiris dan terlalu idealistik.
PAT menekankan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi berdasarkan kepentingan ekonomi dan kontraktual. Tiga hipotesis utama PAT yang dibahas adalah:
Bonus Plan Hypothesis – manajer cenderung memilih metode yang meningkatkan laba untuk memaksimalkan bonus.
Debt Covenant Hypothesis – manajer memilih kebijakan yang meningkatkan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.
Political Cost Hypothesis – perusahaan besar cenderung menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi tekanan politik.
Jurnal ini juga mengulas kritik terhadap PAT, baik dari sisi metodologi maupun filsafat ilmu, namun menegaskan bahwa PAT tetap relevan karena mampu menjelaskan perilaku nyata dalam praktik akuntansi serta menjadi dasar penting penelitian empiris hingga saat ini.

Menurut saya, kedua jurnal ini saling melengkapi secara teoritis dan praktis. Jurnal pertama memberikan bukti empiris kontekstual di Indonesia bahwa pilihan kebijakan akuntansi sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri dan tekanan institusional. Jurnal kedua memperkuat dasar teoritis dengan menjelaskan mengapa manajemen bertindak rasional dan oportunistik dalam memilih kebijakan akuntansi.
Saya berpendapat bahwa tidak tepat jika teori normatif dan positif dipertentangkan secara dikotomis. Dalam praktik, perusahaan membutuhkan kombinasi keduanya: teori normatif sebagai landasan etika, kepatuhan, dan legitimasi; serta teori positif sebagai alat analisis perilaku manajerial dan realitas pasar. Oleh karena itu, pluralisme teori akuntansi menjadi sangat penting agar pelaporan keuangan tidak hanya benar secara standar, tetapi juga relevan dengan dinamika bisnis.

TA2025 -> ACTIVITY: RESUME

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
Npm : 2413031015

Manajemen Pendapatan: Tinjauan Literatur
Artikel Manajemen Pendapatan: Tinjauan Literatur membahas konsep, motivasi, serta implikasi praktik manajemen pendapatan (earnings management) dalam pelaporan keuangan perusahaan. Manajemen pendapatan didefinisikan sebagai upaya manajemen dalam memengaruhi angka laba yang dilaporkan melalui pilihan kebijakan akuntansi atau estimasi tertentu, dengan tetap berada dalam koridor standar akuntansi yang berlaku. Literatur menegaskan bahwa praktik ini muncul karena adanya fleksibilitas dalam standar akuntansi dan perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan.

Artikel ini mengelompokkan manajemen pendapatan ke dalam dua bentuk utama, yaitu manajemen pendapatan berbasis akrual dan manajemen pendapatan riil. Manajemen pendapatan berbasis akrual dilakukan melalui penyesuaian estimasi akuntansi, seperti cadangan kerugian piutang, penyusutan, dan pengakuan pendapatan. Sementara itu, manajemen pendapatan riil dilakukan melalui keputusan operasional, seperti pemberian diskon besar untuk meningkatkan penjualan atau pengurangan biaya tertentu yang berdampak pada arus kas.

Literatur juga mengungkap berbagai motivasi manajemen pendapatan, antara lain untuk memenuhi target laba, menjaga stabilitas laba, memperoleh bonus manajemen, serta mempertahankan kepercayaan investor dan kreditor. Namun, praktik ini memiliki konsekuensi negatif karena dapat menurunkan kualitas laba dan meningkatkan asimetri informasi, sehingga laporan keuangan tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya.

Opini saya, artikel ini menegaskan bahwa manajemen pendapatan merupakan fenomena yang kompleks dan tidak selalu bersifat ilegal, tetapi berpotensi merugikan jika dilakukan secara oportunistik. Dalam konteks pasar berkembang seperti Indonesia, penguatan tata kelola perusahaan, kualitas audit, dan transparansi pengungkapan menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatif manajemen pendapatan dan menjaga kredibilitas laporan keuangan.

TA2025 -> CASE STUDY

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

1. Analisis Praktik Manajemen Laba PT Karya Sentosa
Kasus PT Karya Sentosa menunjukkan indikasi kuat adanya manajemen laba berbasis akrual. Hal ini tercermin dari peningkatan signifikan piutang usaha yang mengindikasikan percepatan pengakuan pendapatan, meskipun kas belum diterima. Selain itu, penurunan cadangan kerugian piutang di tengah kenaikan piutang menunjukkan penggunaan estimasi akuntansi untuk menekan beban dan meningkatkan laba. Ketidaksesuaian antara pertumbuhan laba bersih dan arus kas operasi semakin memperkuat dugaan bahwa kenaikan laba lebih bersifat akuntansi daripada mencerminkan kinerja ekonomi riil perusahaan.

2. Perbandingan Dua Jurnal Ilmiah Terkini
Penelitian Kothari et al. (2020) meneliti pergeseran praktik manajemen laba dari pendekatan akrual ke manajemen laba riil ketika pengawasan auditor dan regulator meningkat. Studi ini menggunakan model discretionary accruals dan aktivitas riil, dan menemukan bahwa perusahaan cenderung mengganti metode manipulasi untuk tetap memenuhi target laba.
Sementara itu, Habib et al. (2022) fokus pada peran tata kelola perusahaan, khususnya independensi dewan dan komite audit, dalam menekan manajemen laba berbasis akrual. Dengan metode regresi data panel, penelitian ini menyimpulkan bahwa tata kelola yang kuat mampu meningkatkan kualitas laba dan melindungi kepentingan investor.

3. Evaluasi Kritis terhadap Manajemen Laba
Manajemen laba tidak selalu bersifat negatif. Dari perspektif oportunistik, praktik ini dilakukan untuk kepentingan manajer dan dapat menurunkan kualitas informasi serta menyesatkan investor. Namun dari perspektif efisien, manajemen laba dapat digunakan untuk mengurangi volatilitas laba dan menyampaikan informasi privat manajemen kepada pasar. Meski demikian, dalam konteks Indonesia yang pasar dan pengawasannya belum sepenuhnya matang, risiko penyalahgunaan manajemen laba cenderung lebih besar dibandingkan manfaatnya.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Indikasi manajemen laba pada PT Karya Sentosa berpotensi menurunkan kualitas laba dan keandalan laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan transparansi kebijakan akuntansi dan estimasi akrual. Dewan komisaris dan komite audit disarankan memperkuat pengawasan, sementara investor perlu melengkapi analisis laba dengan analisis arus kas dan kualitas laba agar pengambilan keputusan lebih tepat.

TA2025 -> CASE STUDY

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

1. Kritik atas Keputusan PT Garuda Sejahtera Menggunakan Nilai Wajar
Keputusan PT Garuda Sejahtera menggunakan nilai wajar (fair value) sebagai dasar pengukuran aset pesawat dapat dibenarkan secara konseptual jika merujuk pada kerangka konseptual IFRS, yang menekankan relevansi informasi dan representasi realitas ekonomi (substance over form). Bagi investor global, nilai wajar dianggap mampu memberikan gambaran nilai ekonomi terkini dan meningkatkan keterbandingan antarperusahaan lintas negara.
Namun, dalam konteks Indonesia, keputusan tersebut perlu dikritisi secara hati-hati. Kerangka konseptual PSAK, meskipun telah banyak mengadopsi IFRS, tetap menekankan keandalan (faithful representation) dan verifiabilitas informasi. Ketika pasar aktif pesawat di Indonesia sangat terbatas, penentuan nilai wajar cenderung bergantung pada model estimasi dan asumsi manajemen, sehingga meningkatkan risiko bias, subjektivitas, dan bahkan manipulasi.
Dengan demikian, meskipun penggunaan nilai wajar tidak melanggar standar secara formal, secara konseptual keputusan ini kurang sepenuhnya selaras dengan prinsip kehati-hatian (prudence) dalam PSAK. Dalam kondisi pasar yang tidak aktif, pendekatan biaya historis dapat lebih mencerminkan realitas ekonomi yang andal dan dapat diverifikasi. Oleh karena itu, keputusan PT Garuda Sejahtera bersifat legitimate secara IFRS, tetapi problematis secara kontekstual dalam lingkungan pasar Indonesia.

2. Perbandingan Kerangka Konseptual PSAK dan IFRS
a. Tujuan Laporan Keuangan
Kerangka konseptual IFRS bertujuan menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pihak global dalam pengambilan keputusan ekonomi. Fokus utamanya adalah pasar modal yang efisien dan terintegrasi secara internasional.
Sementara itu, PSAK memiliki tujuan yang serupa, tetapi lebih inklusif terhadap kepentingan pemangku kepentingan domestik, termasuk regulator, otoritas pajak, dan pelaku usaha nasional.
b. Karakteristik Kualitatif Informasi
IFRS menekankan relevansi dan faithful representation sebagai karakteristik fundamental, dengan toleransi lebih besar terhadap estimasi berbasis model.
PSAK juga mengadopsi karakteristik tersebut, namun dalam praktiknya lebih menekankan keandalan, kehati-hatian, dan keterverifikasian, terutama di lingkungan dengan pasar yang belum matang.
c. Basis Pengukuran
IFRS secara eksplisit mendorong penggunaan nilai wajar sebagai basis pengukuran utama untuk mencerminkan nilai ekonomi terkini.
PSAK mengakui nilai wajar, tetapi masih memberikan ruang yang signifikan bagi biaya historis, terutama ketika nilai wajar sulit diukur secara andal.
d. Asumsi Entitas dan Kelangsungan Usaha
Kedua kerangka konseptual sama-sama menggunakan asumsi entitas ekonomi dan going concern. Namun, IFRS lebih optimistis terhadap stabilitas pasar dan akses pendanaan, sedangkan PSAK cenderung lebih konservatif dengan mempertimbangkan volatilitas ekonomi domestik.

3. Apakah Indonesia Sebaiknya Mengadopsi IFRS Sepenuhnya Tanpa Penyesuaian Lokal?
Saya tidak sepenuhnya setuju bahwa Indonesia harus mengadopsi kerangka konseptual IFRS tanpa penyesuaian lokal. Meskipun IFRS meningkatkan keterbandingan global dan menarik investor asing, kondisi ekonomi dan sosial Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dari negara-negara dengan pasar modal yang sudah matang.
Tingkat kedalaman pasar, keterbatasan data, kualitas penilaian independen, serta kapasitas pengawasan masih menjadi tantangan di Indonesia. Penerapan IFRS secara penuh tanpa adaptasi dapat meningkatkan asimetri informasi, membuka ruang earnings management, dan menurunkan keandalan laporan keuangan bagi pengguna domestik.
Pendekatan yang lebih tepat adalah adopsi IFRS yang disesuaikan (IFRS convergence with local wisdom), di mana prinsip global diterapkan dengan mempertimbangkan realitas ekonomi nasional. Dengan cara ini, Indonesia dapat menjaga keseimbangan antara relevansi global dan keandalan lokal, sekaligus melindungi kepentingan investor dan pemangku kepentingan domestik.

TA2025 -> CASE STUDY

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

*Analisis Kritis*
1. Tantangan Teori Akuntansi Tradisional dalam Sistem Otomatisasi dan Blockchain
Penerapan AI dan blockchain menantang asumsi dasar teori akuntansi tradisional yang menempatkan manusia sebagai pusat judgement dan pengendali proses akuntansi. Dalam sistem otomatis, konsep seperti matching principle, accrual basis, dan prudence (konservatisme) menjadi lebih sulit diterapkan karena keputusan pengakuan dan pengukuran bergantung pada algoritma yang sering bersifat black box.
Selain itu, blockchain dengan sifat immutability dapat bertentangan dengan kebutuhan akuntansi untuk melakukan penyesuaian dan koreksi estimasi di masa depan. Hal ini menimbulkan dilema konseptual antara reliabilitas mekanis (data tidak dapat diubah) dan faithful representation (penyajian yang mencerminkan kondisi ekonomi yang sesungguhnya).

2. Digitalisasi sebagai Peluang dan Risiko Manipulasi Informasi Akuntansi
Digitalisasi membuka peluang besar dalam meningkatkan kecepatan, akurasi, dan keterlacakan data. AI mampu memproses volume transaksi global secara real-time, sementara blockchain memperkuat jejak audit (audit trail). Dari perspektif decision usefulness theory, kualitas informasi bagi investor dapat meningkat secara signifikan.
Namun, di sisi lain, digitalisasi juga menciptakan risiko manipulasi baru. Algoritma AI dapat dirancang untuk menunda pengakuan beban, mengoptimalkan asumsi nilai wajar, atau mengatur parameter estimasi akuntansi agar laba terlihat stabil. Manipulasi ini bersifat lebih sistematis dan sulit terdeteksi karena tersembunyi dalam model matematis, sehingga berpotensi melemahkan prinsip transparansi dan netralitas dalam akuntansi.

Etika dan Transparansi
1. Risiko Etika Akuntan dalam Penggunaan Algoritma AI
Ketika estimasi dan judgement keuangan dialihkan ke AI, muncul risiko pengaburan tanggung jawab profesional. Akuntan dapat terjebak pada sikap over-reliance terhadap teknologi dan menghindari akuntabilitas dengan alasan “keputusan sistem”.
Selain itu, algoritma AI berpotensi mengandung bias desain yang menguntungkan manajemen, sehingga bertentangan dengan kode etik profesi akuntan yang menekankan integritas, objektivitas, dan independensi. Jika akuntan tidak memahami logika algoritma, maka fungsi etis akuntansi sebagai penjaga kepentingan publik menjadi terancam.

2. Sikap Akuntan terhadap Tekanan Manipulasi Laporan
Akuntan profesional harus berpegang pada prinsip professional judgement dan due care, meskipun menghadapi tekanan manajemen atau investor. Penyesuaian hasil laporan yang disengaja untuk menjaga citra perusahaan dapat dikategorikan sebagai earnings management oportunistik, yang secara etis dan teoritis melanggar konsep true and fair view.
Dalam konteks ini, akuntan perlu:
Menolak intervensi yang melanggar standar akuntansi,
Mendokumentasikan seluruh asumsi dan parameter algoritma,
Mengedepankan pengungkapan (disclosure) yang memadai atas ketidakpastian dan risiko.

*Respon Strategis*
1. Penyesuaian Praktik Audit dan Pengawasan
Perusahaan dan akuntan publik perlu mengadopsi technology-enabled auditing, antara lain:
Audit atas model dan algoritma AI, bukan hanya output keuangan,
Pengujian kontrol IT dan governance data blockchain,
Kolaborasi lintas disiplin antara akuntan, auditor IT, dan ahli data.
Selain itu, regulator dan auditor harus memperkuat pendekatan continuous auditing dan real-time assurance untuk mengimbangi kecepatan sistem digital.

2. Adaptivitas Standar Pelaporan Keuangan terhadap Keuangan Digital dan Globalisasi
Standar pelaporan keuangan saat ini (IFRS/PSAK) relatif adaptif secara prinsip, namun masih belum sepenuhnya responsif terhadap kompleksitas keuangan digital. Standar lebih fokus pada hasil (output) pelaporan, sementara tantangan utama justru berada pada proses digital, seperti algoritma, data lintas negara, dan risiko teknologi.
Oleh karena itu, dibutuhkan penguatan standar dalam aspek:
Pengungkapan penggunaan AI dan blockchain,
Transparansi asumsi algoritmik,
Harmonisasi regulasi lintas negara.