Nama : Alissya Putri Kartika
NPM : 2413031011
1. Pada 2022, laba PT Karya Sentosa melonjak 45%, tetapi sejumlah angka keuangan tidak selaras dengan kenaikan tersebut. Piutang usaha meningkat tajam, cadangan kerugian piutang justru menurun, dan pendapatan yang naik tidak diikuti oleh arus kas operasi. Pola seperti ini sering dikaitkan dengan praktik manajemen laba berbasis akrual.
Kenaikan piutang yang tidak sejalan dengan kas masuk dapat mengindikasikan pendapatan dicatat lebih cepat dari seharusnya. Sementara itu, turunnya cadangan kerugian piutang tanpa adanya perbaikan kualitas penagihan bisa berarti perusahaan mengubah estimasi untuk membuat laba terlihat lebih tinggi. Ditambah lagi, ketidaksesuaian antara pendapatan dan arus kas memperkuat dugaan bahwa laba tidak mencerminkan kondisi riil.
Lonjakan laba yang besar tanpa didukung peningkatan kinerja fundamental juga menjadi sinyal bahwa pencatatan akrual mungkin digunakan secara agresif. Ketika berbagai indikator seperti ini muncul bersamaan, kecurigaan terhadap praktik manajemen laba makin kuat.
Karena itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut mulai dari evaluasi pengakuan pendapatan, analisis umur piutang,
penilaian ulang kebijakan cadangan kerugian, hingga rekonsiliasi antara laba dan arus kas untuk memastikan apakah benar terjadi manipulasi akrual.
2. Saya membandingkan dua penelitian, yaitu karya Habib dkk. (2022) dan Bisogno & Donatella (2021). Studi Habib membahas praktik real earnings management di perusahaan-perusahaan di berbagai negara, dengan fokus pada cara mengukurnya, faktor yang memengaruhi, serta dampaknya. Mereka juga menyoroti kelemahan model pengukuran yang sering dipakai, seperti model Roychowdhury.
Sementara itu, penelitian Bisogno & Donatella meninjau praktik manajemen laba di sektor publik. Mereka melihat bagaimana manipulasi laporan bisa terjadi karena tekanan politik, kebutuhan anggaran, atau aturan pemerintah. Kajian ini juga memetakan berbagai jenis praktik manipulasi dan menunjukkan masih banyak ruang riset di bidang tersebut.
Perbedaan keduanya cukup jelas: Habib lebih berfokus pada perusahaan privat dan isu teknis pengukuran REM, sedangkan Bisogno menyoroti konteks pemerintahan dengan pendekatan yang lebih mengarah pada kebijakan dan tata kelola. Pendekatan metodologinya pun berbeda Habib lebih banyak mengulas penelitian kuantitatif, sementara Bisogno menggabungkan berbagai metode.
Untuk kasus PT Karya Sentosa, temuan Habib relevan karena gejala yang terlihat seperti perubahan akrual dan lonjakan laba yang tidak didukung kas sejalan dengan pola manajemen laba yang mereka bahas. Dari sisi Bisogno, meski fokusnya sektor publik, pembahasan mengenai motivasi non-ekonomi membantu memahami mengapa manajemen bisa mengambil keputusan yang kurang transparan.
3. Manajemen laba tidak selalu dipandang buruk; semuanya bergantung pada tujuannya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa manajer kadang mengatur waktu atau pola transaksi untuk memberi sinyal mengenai prospek perusahaan. Dalam kondisi tertentu, langkah seperti ini justru membantu mengurangi kesenjangan informasi dan bisa dianggap wajar.
Sebaliknya, ada pandangan yang melihat manajemen laba sebagai tindakan oportunistik. Praktik ini dilakukan demi kepentingan pribadi manajer—misalnya mengejar bonus atau menjaga citra kinerja—sehingga laporan keuangan menjadi kurang mencerminkan kondisi sesungguhnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tindakan seperti ini sering berdampak buruk dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, dampak manajemen laba sangat bergantung pada motif, jenis manipulasi, kualitas tata kelola, dan tekanan yang dihadapi perusahaan. Namun bagi investor dan pihak terkait, setiap tindakan yang mengurangi kejujuran laporan atau merugikan nilai jangka panjang tetap perlu diwaspadai.
4. Pola yang terlihat—piutang naik, cadangan kerugian turun, pendapatan meningkat tetapi arus kas tidak bergerak searah—sering muncul pada kasus manajemen laba berbasis akrual. Temuan dalam berbagai studi juga menunjukkan bahwa perbedaan antara akrual dan kas merupakan tanda penting adanya pengaturan laba.
Meski begitu, dugaan ini tetap perlu dibuktikan lewat pemeriksaan lebih rinci, seperti audit forensik, pengecekan kebijakan akuntansi, dan konfirmasi piutang ke pelanggan, karena perubahan operasional tertentu juga bisa menghasilkan pola serupa. Literatur menekankan perlunya analisis yang lebih komprehensif karena metode pengukuran AEM dan REM punya sejumlah batasan.
Rekomendasi yang dapat dilakukan:
1) Segera konfirmasi saldo piutang ke pelanggan dan periksa umur piutang untuk melihat kualitas penagihan.
2) Tinjau ulang kebijakan cadangan kerugian piutang dan bandingkan dengan praktik industri.
3) Lakukan rekonsiliasi antara laba dan arus kas untuk melihat apakah lonjakan laba hanya sementara.
4) Periksa kembali proses pengakuan pendapatan, termasuk kontrak, waktu pencatatan, serta syarat kredit.
Dari sisi tata kelola, komite audit sebaiknya meminta penjelasan tertulis dari manajemen dan meninjau kembali sistem insentif agar tidak hanya mengutamakan laba jangka pendek. Auditor juga dapat menjalankan prosedur tambahan bila ditemukan kejanggalan.
Perusahaan perlu meningkatkan keterbukaan mengenai perubahan estimasi akuntansi dan menjelaskan perbedaan antara laba dan arus kas dalam laporan manajemen. Jika hasil audit tidak memadai, investor maupun regulator dapat meminta peninjauan lebih lanjut.
Untuk jangka panjang, kinerja periode berikutnya perlu dipantau. Bila kenaikan laba tahun 2022 tidak berlanjut dan justru diikuti penurunan arus kas, hal itu dapat menjadi tanda bahwa praktik manajemen laba sebelumnya berdampak negatif pada perusahaan.