CASE STUDY

CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 15

PT Karya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2016. Dalam laporan keuangan tahunan 2022, perusahaan mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 45% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, beberapa analis pasar mulai meragukan keberlanjutan performa tersebut karena terdapat sinyal-sinyal tidak biasa, seperti:

  • Kenaikan signifikan pada akun piutang usaha.
  • Penurunan cadangan kerugian piutang.
  • Peningkatan pendapatan yang tidak sejalan dengan arus kas operasi.

Seorang analis independen melakukan review dan menyimpulkan bahwa kemungkinan telah terjadi praktik earnings management dengan pendekatan accrual-based.

Sebagai mahasiswa akuntansi tingkat lanjut, Anda diminta untuk:

 Diminta:

  1. Analisis praktik manajemen laba dalam konteks kasus PT Karya Sentosa. Jelaskan indikator-indikator yang mendukung dugaan tersebut.
  2. Bandingkan dua jurnal ilmiah terkini (5 tahun terakhir) yang membahas topik earnings management. Soroti perbedaan pendekatan, metodologi, dan temuan utama dari kedua studi tersebut.
  3. Evaluasi secara kritis: apakah praktik earnings management selalu bersifat negatif? Berikan argumentasi dengan dukungan teori dan bukti empiris dari literatur.
  4. Buatlah kesimpulan dan rekomendasi yang bisa diberikan kepada stakeholder perusahaan dalam menyikapi indikasi earnings management.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Refamei Kudadiri -
Nama: Refamei Kudadiri
Npm: 2413031014

1. PT Karya Sentosa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2016 mencatat kenaikan laba bersih sebesar 45% pada tahun 2022. Meski tampak sebagai pencapaian positif, sejumlah indikator keuangan justru menunjukkan potensi praktik earnings management berbasis akrual. Kenaikan signifikan pada piutang usaha yang tidak diimbangi dengan peningkatan arus kas operasi serta penurunan cadangan kerugian piutang mengindikasikan bahwa laba yang dilaporkan mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi kas sebenarnya. Dalam konteks ini, perusahaan diduga melakukan manipulasi melalui pengakuan pendapatan yang terlalu dini atau pengurangan beban cadangan kerugian agar laba terlihat lebih tinggi.

2. Temuan ini sejalan dengan penelitian Khuong (2023) yang menjelaskan bahwa perusahaan sering memanfaatkan accrual earnings management untuk menyesuaikan kinerja laba, terutama ketika tekanan pasar meningkat. Penelitian tersebut juga menyoroti hubungan erat antara accrual-based dan real-based earnings management yang dapat berfungsi saling menggantikan atau bahkan saling melengkapi. Di sisi lain, studi Bui (2024) menunjukkan bahwa penelitian tentang manajemen laba kini bergerak ke arah yang lebih kompleks, menggabungkan aspek akrual, aktivitas riil, dan tata kelola perusahaan. Bui menegaskan pentingnya pendekatan multidimensi untuk memahami praktik ini, terutama di pasar berkembang seperti Indonesia.

3. Meskipun sering dianggap negatif, earnings management tidak selalu berkonotasi buruk. Dalam beberapa kasus, praktik seperti income smoothing dilakukan untuk menjaga kestabilan kinerja dan mengurangi fluktuasi laba yang dapat mengganggu persepsi investor. Namun, ketika dilakukan secara oportunistik untuk menipu pasar atau mengejar bonus pribadi, praktik ini jelas menurunkan kualitas pelaporan keuangan dan merugikan pemangku kepentingan.

4. Berrdasarkan analisis tersebut, indikasi di PT Karya Sentosa perlu ditanggapi secara serius. Dewan komisaris dan auditor eksternal sebaiknya melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap akun piutang, kebijakan pengakuan pendapatan, serta rasio arus kas terhadap laba. Manajemen harus transparan dalam menjelaskan perubahan estimasi dan kebijakan akuntansi agar tidak menimbulkan keraguan publik. Investor pun disarankan untuk lebih kritis dalam menilai pertumbuhan laba yang tidak diiringi peningkatan arus kas. Dengan transparansi, pengawasan yang ketat, dan tata kelola yang baik, perusahaan dapat mengembalikan kepercayaan pasar serta menjaga reputasi jangka panjangnya.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Rahma Amelia -
Nama: Rahma Amelia
NPM: 2413031026

1. Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
PT Karya Sentosa diduga melakukan earnings management karena ada tanda-tanda tidak wajar seperti kenaikan piutang usaha, penurunan cadangan kerugian piutang, dan pendapatan yang naik tapi tidak diikuti arus kas operasi. Hal ini menunjukkan kemungkinan perusahaan mengakui pendapatan sebelum benar-benar diterima (*accrual-based earnings management*) supaya laba terlihat lebih tinggi.

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah
Jurnal pertama (Rahmawati, 2021) meneliti pengaruh tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba menggunakan metode regresi panel. Hasilnya, dewan komisaris dan audit internal yang kuat bisa menekan praktik manipulasi laba.
Jurnal kedua (Santoso, 2023) meneliti pengaruh tekanan target laba terhadap earnings management dengan analisis akrual diskresioner. Hasilnya, semakin tinggi tekanan kinerja, semakin besar kemungkinan manajemen melakukan rekayasa laba.
Perbedaannya ada pada fokus dan metode: jurnal pertama menyoroti pengawasan, sedangkan jurnal kedua menyoroti motivasi kinerja.

3. Evaluasi kritis
Manajemen laba tidak selalu negatif. Kadang dilakukan untuk menstabilkan laporan keuangan agar terlihat konsisten. Tapi jika dilakukan secara berlebihan atau menipu, bisa merugikan investor dan menurunkan kepercayaan publik.

4. Kesimpulan dan rekomendasi
PT Karya Sentosa perlu meningkatkan transparansi laporan keuangan dan memperkuat fungsi audit internal. Investor dan auditor juga harus lebih cermat menganalisis laporan keuangan, terutama pada akun akrual, agar keputusan yang diambil tetap objektif dan tidak menyesatkan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Mourien Ganesti -
Nama : Mourien Ganesti
Npm : 2413031013

1. Manajemen laba di PT Karya Sentosa terdeteksi melalui lonjakan signifikan pada piutang dagang, penurunan pada cadangan kerugian piutang, serta ketidaksesuaian antara pendapatan dan cash flow operasi, yang semuanya menunjukkan adanya manipulasi akrual guna memperbesar laba, yang berpotensi mengancam kelangsungan performa.

2. Dalam analisis perbandingan, Liu dan Wysocki (2020) menyoroti manajemen laba nyata melalui aktivitas operasional di perusahaan-perusahaan di China, dan menemukan bahwa ada dampak negatif terhadap nilai jangka panjang disebabkan oleh manajemen yang kurang baik. Di sisi lain, Jiraporn et al. (2021) menekankan manajemen laba berbasis akrual di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa manajemen yang baik dapat mengurangi ini, dengan perbedaan yang muncul dari pendekatan (nyata vs. akrual), metodologi regional, serta temuan dalam pengurangan risiko.

3. Dari sudut pandang kritis, manajemen laba tidak selalu membawa konotasi negatif; teori kontrak efisien menganggapnya sebagai cara untuk meratakan laba. Di sisi lain, bukti empiris seperti yang dilaporkan oleh Dechow et al. (2010) mengindikasikan adanya risiko kebingungan bagi investor, sementara penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Graham et al. (2005) menunjukkan adanya manfaat dalam hal stabilitas. Dampaknya bergantung pada tingkat intensitas, dengan manipulasi yang berlebihan selalu membawa risiko.

4. Kesimpulan, tanda-tanda yang ada pada PT Karya Sentosa memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 
Rekomendasi, investor sebaiknya melakukan analisis rasio, auditor perlu meningkatkan supervisi, manajemen harus memperkuat tata kelola, dan dorong transparansi sesuai IFRS, dengan perhatian khusus pada penyelidikan independen untuk melindungi pasar.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Amara Gusti Kharisma -
Nama: Amara Gusti Kharisma
Npm: 2413031033

1. Analisis Praktik Manajemen Laba

PT Karya Sentosa menunjukkan indikasi manajemen laba berbasis akrual karena kenaikan laba tidak didukung arus kas nyata. Peningkatan piutang yang signifikan mengisyaratkan pengakuan pendapatan secara agresif sebelum kas diterima. Penurunan cadangan kerugian piutang juga memperkecil beban, sehingga laba tampak meningkat secara artifisial. Selain itu, pertumbuhan pendapatan yang tidak sejalan dengan arus kas operasi memperkuat dugaan bahwa laba diperoleh lebih dari penyesuaian akrual, bukan dari kinerja operasional yang riil.

2. Perbandingan Dua Jurnal Terkini

Dalam lima tahun terakhir, penelitian mengenai earnings management banyak berfokus pada tata kelola perusahaan dan isu keberlanjutan. Studi terkait tata kelola menggunakan teori keagenan dan biasanya mengukur discretionary accruals dengan model akrual. Hasilnya, mekanisme tata kelola yang kuat, seperti komite audit independen dan auditor berkualitas, cenderung menekan manajemen laba. Sebaliknya, studi yang mengaitkan earnings management dengan ESG dan keberlanjutan memakai teori legitimasi dan pemangku kepentingan. Hasilnya beragam: sebagian menemukan bahwa kinerja ESG menurunkan praktik manipulasi laba karena mendorong transparansi, sementara studi lain menunjukkan ESG dapat menjadi alat pencitraan untuk menutupi praktik manipulatif.

3. Evaluasi Kritis

Earnings management tidak selalu bersifat negatif. Dalam beberapa situasi, manajemen melakukan perataan laba untuk memberi sinyal stabilitas dan mengurangi asimetri informasi, sehingga dapat membantu investor memahami prospek perusahaan. Namun, sebagian besar temuan empiris menunjukkan praktik ini lebih sering digunakan secara oportunistik, misalnya untuk memenuhi target bonus atau memengaruhi persepsi pasar. Dampaknya dapat merusak kualitas laporan keuangan, kepercayaan investor, dan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi

Indikasi pada PT Karya Sentosa mengarah pada praktik manajemen laba melalui akrual, sehingga kualitas laba patut dipertanyakan. Investor disarankan tidak hanya fokus pada laba, tetapi juga menilai arus kas dan komponen akrual. Dewan komisaris dan komite audit perlu memperketat pengawasan atas kebijakan pengakuan pendapatan dan estimasi akuntansi. Auditor harus lebih cermat menguji akun-akun yang rentan dimanipulasi. Manajemen sebaiknya mengedepankan transparansi dan kinerja operasional yang nyata untuk menjaga kredibilitas di mata pasar.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Syifa Dwi Putriyani -
Nama: Syifa Dwi Putriyani
NPM: 2413031024

1. Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
PT Karya Sentosa diduga melakukan praktik earnings management karena terdapat indikasi yang tidak wajar, seperti peningkatan piutang usaha, penurunan cadangan kerugian piutang, serta pertumbuhan pendapatan yang tidak diiringi oleh kenaikan arus kas operasi. Kondisi ini mengindikasikan adanya kemungkinan perusahaan mengakui pendapatan sebelum benar-benar diterima (accrual-based earnings management) dengan tujuan menampilkan laba yang tampak lebih tinggi dari kenyataannya.

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah
Jurnal pertama oleh Rahmawati (2021) meneliti hubungan antara tata kelola perusahaan dan praktik manajemen laba dengan menggunakan metode regresi panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan dewan komisaris serta audit internal yang efektif mampu menekan tindakan manipulasi laba.
Sementara itu, jurnal kedua oleh Santoso (2023) meneliti pengaruh tekanan untuk mencapai target laba terhadap earnings management menggunakan pendekatan analisis akrual diskresioner. Temuannya menyebutkan bahwa semakin besar tekanan kinerja yang dihadapi manajemen, semakin tinggi pula kecenderungan mereka untuk melakukan rekayasa laba.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada fokus dan pendekatannya: jurnal pertama menitikberatkan pada aspek pengawasan, sedangkan jurnal kedua lebih menyoroti dorongan atau motivasi
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by MUHAMMAD ARIFIN ILHAM -
Nama : Muuhammad Arifin Ilham
NPM : 2413031003

1. Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
PT Karya Sentosa diduga melakukan manajemen laba karena terdapat peningkatan piutang, penurunan cadangan kerugian, serta kenaikan pendapatan tanpa dukungan arus kas operasi, yang mengindikasikan pengakuan pendapatan sebelum diterima.

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah
Rahmawati (2021) menemukan bahwa tata kelola perusahaan yang baik, khususnya melalui dewan komisaris dan audit internal, mampu menekan manajemen laba. Sebaliknya, Santoso (2023) menunjukkan bahwa tekanan target laba justru mendorong praktik tersebut. Perbedaan utama terletak pada fokus: pengawasan versus motivasi kinerja.

3. Evaluasi kritis
Manajemen laba tidak selalu buruk jika bertujuan menstabilkan kinerja, namun menjadi masalah bila digunakan untuk menipu atau memanipulasi informasi keuangan.

4. Kesimpulan dan rekomendasi
PT Karya Sentosa disarankan meningkatkan transparansi dan pengawasan internal. Auditor serta investor perlu lebih teliti terhadap akun-akun akrual agar analisis dan keputusan tetap akurat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Reyhta Putri Herdian -
Nama : Reyhta Putri Herdian
NPM : 2413031035

1. Kasus PT Karya Sentosa menunjukkan beberapa indikasi kuat terjadinya praktik earnings management berbasis akrual (accrual-based earnings management). Kenaikan signifikan pada akun piutang usaha mengindikasikan kemungkinan perusahaan mengakui pendapatan sebelum kas benar-benar diterima, yang sering digunakan untuk mempercantik laba. Penurunan cadangan kerugian piutang juga menjadi sinyal negatif karena dapat menyebabkan laba bersih meningkat secara tidak wajar melalui penurunan beban pencadangan. Selain itu, peningkatan pendapatan yang tidak diikuti oleh arus kas operasi memperkuat dugaan adanya manipulasi akrual, di mana laba dilaporkan tinggi meskipun kas aktual tidak meningkat. Pola-pola tersebut sesuai dengan indikator yang digunakan dalam model Modified Jones (Dechow et al., 1995) dan Beneish M-Score (Beneish, 1999) yang sering dipakai untuk mendeteksi manipulasi laporan keuangan.

2. Studi pertama oleh Yang dan Li (2025) berjudul “Accrual vs. Real Earnings Management in Internationally Diversified Firms” (MDPI) meneliti hubungan antara diversifikasi internasional dan substitusi antara manajemen laba akrual dan nyata. Penelitian ini menggunakan data lintas negara dengan pendekatan kuantitatif berbasis regresi panel dan menemukan bahwa perusahaan cenderung memilih manajemen laba nyata ketika pengawasan regulasi tinggi terhadap akrual.
Sementara itu, penelitian kedua oleh Nguyen (2024) berjudul “Corporate Governance and Earnings Management” (ScienceDirect) menganalisis hubungan antara tata kelola perusahaan dan tingkat manajemen laba pada 800 perusahaan publik. Dengan metode discretionary accruals (Modified Jones Model), studi ini menemukan bahwa keberadaan dewan independen dan komite audit yang aktif mampu menekan praktik manajemen laba.
Perbedaan utama kedua studi terletak pada pendekatan dan fokus analisis: Yang dan Li (2025) menyoroti perbedaan perilaku lintas negara dan jenis manajemen laba (real vs accrual), sedangkan Nguyen (2024) berfokus pada mekanisme internal tata kelola perusahaan sebagai faktor pengendali manajemen laba. Namun, keduanya sepakat bahwa tekanan eksternal maupun internal memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat praktik earnings management di perusahaan.

3. Meskipun sering dipandang negatif, praktik earnings management tidak selalu bersifat merugikan. Dalam konteks tertentu, manajemen laba dapat bersifat oportunistik maupun informatif (informative earnings management). Teori Positive Accounting Theory (Watts & Zimmerman, 1986) menjelaskan bahwa manajer terkadang menggunakan kebijakan akuntansi untuk mengurangi volatilitas laba dan menyampaikan informasi internal tentang prospek masa depan perusahaan. Beberapa studi empiris seperti Healy & Wahlen (1999) juga menegaskan bahwa earnings management dapat digunakan untuk menstabilkan kinerja agar investor tidak panik akibat fluktuasi laba yang ekstrem. Namun, ketika dilakukan secara berlebihan dan menyesatkan, seperti pengakuan pendapatan fiktif atau penundaan beban, praktik ini menjadi manipulatif dan menurunkan kredibilitas laporan keuangan. Oleh karena itu, konteks, motivasi, dan tingkat keterbukaan manajemen menjadi faktor penting dalam menilai apakah praktik earnings management bersifat etis atau tidak.

4. Dari hasil analisis, indikasi earnings management di PT Karya Sentosa cukup kuat, terutama melalui manipulasi akun-akun akrual seperti piutang dan cadangan kerugian. Stakeholder perusahaan, terutama auditor dan investor, perlu meningkatkan pengawasan terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Disarankan agar perusahaan menerapkan sistem corporate governance yang lebih ketat, termasuk memperkuat fungsi audit internal dan peran dewan komisaris independen. Selain itu, auditor eksternal sebaiknya menggunakan model deteksi seperti Beneish M-Score atau Modified Jones Model untuk menilai kemungkinan manipulasi laba. Transparansi laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap integritas PT Karya Sentosa dan menurunkan risiko reputasi di pasar modal.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by TRIASWARI AYUNANDINI -
Nama: Triaswari Ayunandini
NPM: 2413031029
  1. Praktik manajemen laba (earnings management) merujuk pada upaya manajer untuk memengaruhi laba yang dilaporkan agar mencapai tujuan tertentu, seringkali menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi yang sesungguhnya. Dalam konteks PT Karya Sentosa, indikasi-indikasi yang muncul sangat mendukung dugaan telah terjadi manajemen laba dengan pendekatan berbasis akrual (accrual-based earnings management).

    Indikator utama yang menguatkan dugaan ini adalah Kenaikan Signifikan pada Akun Piutang Usaha yang tidak sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Peningkatan drastis ini menyiratkan bahwa perusahaan mungkin telah melakukan pencatatan penjualan secara agresif, seperti mempercepat pengakuan penjualan atau memberikan persyaratan kredit yang sangat longgar menjelang akhir periode. Tujuannya adalah untuk mendongkrak pendapatan saat ini.

    Dugaan tersebut diperkuat dengan adanya Penurunan Cadangan Kerugian Piutang. Cadangan kerugian piutang adalah estimasi beban non-kas untuk piutang yang kemungkinan tidak tertagih. Jika manajemen secara diskresioner menurunkan rasio atau jumlah cadangan ini, meskipun piutang usaha meningkat, maka beban kerugian piutang yang diakui akan menjadi lebih rendah. Penurunan beban ini secara langsung meningkatkan laba bersih di tahun berjalan, menunjukkan adanya manipulasi estimasi akuntansi.

    Indikator yang paling kritis adalah Peningkatan Pendapatan yang Tidak Sejalan dengan Arus Kas Operasi (AKO). Laba bersih yang melonjak 45% namun tidak didukung oleh AKO mengindikasikan bahwa sebagian besar laba berasal dari komponen non-kas atau akrual (misalnya, Piutang Usaha yang belum tertagih). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas laba yang dilaporkan sangat rendah, karena laba didominasi oleh akrual diskresioner, bukan dari aktivitas operasional tunai yang sehat.


  2. Untuk menganalisis topik ini, kita dapat membandingkan dua studi hipotetis berdasarkan tren penelitian akuntansi terkini.

    Studi pertama mengadopsi Pendekatan Positif/Keagenan dengan fokus pada pengaruh tata kelola terhadap manipulasi laba. Studi ini menggunakan metodologi Model Jones Modifikasi atau turunannya untuk mengestimasi akrual diskresioner . Temuan utama dari studi semacam ini sering menunjukkan bahwa perusahaan dengan mekanisme tata kelola yang kuat, seperti tingginya kepemilikan institusional atau komite audit yang independen, cenderung memiliki tingkat akrual diskresioner yang lebih rendah. Hal ini mendukung Teori Keagenan, yang menyatakan bahwa pengawasan yang ketat mengurangi peluang manajer untuk melakukan manipulasi pembukuan.

    Sementara itu, studi kedua mengadopsi Pendekatan Positif/Teknologi yang berfokus pada bagaimana perubahan lingkungan bisnis, seperti digitalisasi, memengaruhi jenis manajemen laba yang dilakukan. Studi ini mungkin menggunakan metodologi Model Roychowdhury untuk mengukur Manajemen Laba Riil (Real Earnings Management - REM) melalui indikator operasional, seperti diskon penjualan yang tidak normal. Temuan utama dari studi ini sering menunjukkan adanya pergeseran dari manajemen laba berbasis akrual ke manajemen laba riil. Alasannya adalah bahwa manajemen laba riil (manipulasi aktivitas operasi) dianggap lebih sulit dideteksi oleh auditor dan regulator dibandingkan manipulasi akrual.

    Perbedaan utama terletak pada fokusnya: studi pertama berkutat pada manipulasi pembukuan (accrual-based) yang dipengaruhi oleh faktor tata kelola, sementara studi kedua berfokus pada manipulasi operasi riil (real-based) yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dan teknologi.


  3. Secara kritis, praktik earnings management tidak selalu bersifat negatif, meskipun praktik yang terdeteksi di PT Karya Sentosa sangat berisiko. Pandangan yang seimbang di dalam literatur akuntansi mengakui adanya sisi positif atau "beneficial" dari manajemen laba.

    Argumen utama yang mendukung sisi positif ini adalah Perataan Laba (Income Smoothing). Menurut Teori Sinyal (Signaling Theory), manajer mungkin menggunakan manajemen laba untuk mengurangi volatilitas laba yang dilaporkan. Laba yang stabil dan mudah diprediksi dianggap oleh pasar sebagai sinyal kualitas manajemen yang unggul dan risiko operasional yang rendah. Bukti empiris seringkali menunjukkan bahwa perusahaan dengan laba yang stabil cenderung memiliki biaya modal yang lebih rendah.

    Selain itu, Teori Positif Akuntansi (TPA) berpendapat bahwa manajemen laba adalah perilaku rasional dan efisien dalam konteks hubungan kontraktual. Jika manajemen laba dilakukan untuk memastikan perusahaan tidak melanggar covenant utang atau untuk mencapai target bonus yang disepakati, hal itu dianggap sebagai hasil yang diharapkan dari kontrak yang dirancang dengan baik. Dengan demikian, manajemen laba dalam konteksi ini dapat menurunkan biaya kontraktual bagi perusahaan.

    Namun, penting untuk ditekankan bahwa manajemen laba yang terdeteksi pada PT Karya Sentosa—yang secara agresif menggunakan akrual untuk membuat lonjakan laba—cenderung berada di spektrum negatif, karena risiko utamanya adalah menyesatkan investor mengenai kinerja fundamental perusahaan.


  4. Indikasi pada PT Karya Sentosa (lonjakan laba tanpa dukungan arus kas operasi, peningkatan piutang, dan penurunan cadangan kerugian piutang) secara kuat menunjukkan telah terjadi earnings management berbasis akrual yang agresif. Praktik ini berisiko tinggi menurunkan kualitas laba dan mengikis kepercayaan stakeholders terhadap keberlanjutan performa perusahaan.

    Rekomendasi kepada Stakeholders

    1. Untuk Dewan Komisaris dan Komite Audit: Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, Komite Audit harus segera melakukan investigasi independen dan mendalam terhadap estimasi akuntansi kritis, terutama cadangan kerugian piutang dan kebijakan pengakuan pendapatan di akhir periode. Mereka wajib memperketat kontrol internal terhadap akrual diskresioner dan memastikan akuntan mematuhi Prinsip Objektivitas dan Integritas.

    2. Untuk Investor (Lokal dan Global): Investor disarankan untuk menerapkan Analisis Kualitas Laba. Mereka tidak boleh hanya fokus pada laba bersih, melainkan harus secara rutin membandingkan Laba Bersih dengan Arus Kas Operasi (AKO). Rasio Kualitas Laba (AKO / Laba Bersih) yang jauh di bawah satu adalah sinyal peringatan bahwa laba didominasi oleh akrual yang berisiko tidak terwujud menjadi kas.

    3. Untuk Manajemen: Manajemen harus segera mengubah fokus dari manipulasi berbasis akrual menjadi peningkatan kinerja operasional riil. Ini termasuk mengoptimalkan efisiensi proses penagihan piutang dan menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang didukung oleh arus kas tunai yang kuat dan berkelanjutan.

    4. Untuk Auditor Eksternal: Auditor harus meningkatkan skeptisisme profesional mereka. Mereka harus fokus pada pengujian substantif terhadap akun-akun yang rentan manipulasi, seperti cadangan kerugian piutang, dan secara eksplisit menguji motivasi manajemen di balik perubahan estimasi yang menghasilkan lonjakan laba.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Serly Natasa -
Nama: Serly Natasa
NPM: 2413031028

1). Indikator utama dugaan manajemen laba adalah lonjakan laba bersih 2022 sebesar 45% dibandingkan tahun sebelumnya yang tidak sepenuhnya didukung oleh arus kas operasi; hal ini disertai kenaikan akun piutang usaha secara signifikan dan penurunan cadangan kerugian piutang, serta peningkatan pendapatan yang tidak sejalan dengan arus kas dari aktivitas operasional. Kenaikan piutang usaha yang tajam dapat mengindikasikan pengakuan pendapatan lebih dini atau prematur, sedangkan penurunan cadangan kerugian piutang menunjukkan revisi estimasi kerugian yang terlalu optimis. Ketidakseimbangan antara laba dan arus kas operasional menambah kecurigaan bahwa laba bersih lebih banyak dibentuk melalui akrual (pendapatan/pengeluaran non-kas, provisi, amortisasi) daripada arus kas riil. Indikator lain yang relevan mencakup perubahan kebijakan akuntansi terkait estimasi penting, serta pola laba yang tidak berkelanjutan atau volatilitas laba yang tidak sejalan dengan praktik cash flow perusahaan dalam periode mendatang.

2). Jurnal A, yaitu “Detecting Earnings Management and Earnings Manipulation in Indonesia: A Panel Data Analysis” (2024), menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis panel data untuk mengukur discretionary accrual dengan kerangka Jones/Modified Jones. Fokus utamanya adalah identifikasi tingkat earnings management melalui variabel akrual discretionary dan mengevaluasi peran tata kelola perusahaan, khususnya independensi komite audit, sebagai faktor yang membatasi praktik tersebut. Metodologinya melibatkan regresi multivariat dengan variabel kendali seperti ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, serta indikator governance. Temuan utama menunjukkan bahwa governance yang kuat mengurangi kecenderungan earnings management, sehingga kualitas laba lebih terjaga ketika mekanisme pengawasan berfungsi dengan baik. Sedangkan Jurnal B, berjudul “Mendeteksi Earnings Management Perusahaan Melalui Panel Data Analysis” (2021–2023), menggabungkan analisis kuantitatif dengan pendekatan analisis dampak pasar (misalnya event study) untuk menilai konsekuensi earnings management terhadap persepsi investor dan harga saham. Metodologi utamanya adalah penggunaan model akrual (Jones atau Modified Jones) untuk mengukur discretionary accrual, lalu dianalisis bagaimana perubahan laba akrual tersebut mempengaruhi respons pasar sekitar rilis laporan keuangan. Temuan utamanya adalah earnings management dapat meningkatkan volatilitas harga saham pada jangka pendek dan menurunkan kualitas informasi bagi investor jangka panjang, meskipun adanya governance yang kuat dapat mengurangi dampak negatifnya.

Perbandingan inti antara keduanya adalah: Jurnal A lebih fokus pada identifikasi dan ukuran discretionary accrual serta peran tata kelola sebagai penahan praktik, sedangkan Jurnal B lebih menekankan konsekuensi eksternal terhadap pasar dan persepsi investor. Jurnal A cenderung memberi masukan kebijakan internal seperti peningkatan kontrol estimasi dan kebijakan akuntansi, sedangkan Jurnal B menyoroti pentingnya governance, transparansi pelaporan, dan komunikasi dengan pasar untuk menjaga kepercayaan investor. Kedua studi menekankan bahwa earnings management tidak selalu negatif secara mutlak, tergantung niat, intensitas, dan tata kelola, tetapi praktik berlebihan cenderung merugikan kualitas laba dan kepercayaan pasar.

3). Secara teori, earnings management tidak selalu negatif jika dilakukan dalam kerangka legitimasi dan respon terhadap ketidakpastian eksternal; misalnya, perusahaan bisa menggunakan akrual untuk menjaga stabilitas laba dalam periode volatilitas ekonomi, sehingga membantu menjaga hubungan dengan pemegang saham dan kreditor. Namun, secara empiris praktik ini sering menimbulkan biaya terkait distorsi informasi, penurunan kualitas laba, dan peningkatan volatilitas harga saham jika tidak diawasi dengan ketat. Banyak studi menunjukkan bahwa earnings management berlebihan atau bersifat penyalahgunaan dapat meningkatkan biaya modal, mengurangi kepercayaan pasar, serta berpotensi mengarah pada krisis likuiditas di masa depan. Karena itu, konteks niat, intensitas, frekuensi, serta tata kelola perusahaan sangat menentukan apakah earnings management bersifat negatif secara absolut atau dapat dipandang sebagai respons adaptif yang sah. Secara pragmatis, praktik tersebut sebaiknya diminimalisir melalui kebijakan akuntansi yang jelas, kontrol internal yang kuat, dan transparansi pelaporan untuk menjaga kualitas informasi bagi semua pemangku kepentingan.

4). Kesimpulannya, indikasi earnings management pada PT Karya Sentosa perlu ditangani melalui peningkatan kualitas pelaporan dan tata kelola perusahaan. Rekomendasi utama adalah:
(a) memperkuat kebijakan estimasi penting (cadangan piutang, provisi aset tidak lancar, amortisasi) dengan dokumentasi yang jelas dan persetujuan komite audit;
(b) memperkuat kontrol internal dan pemisahan tugas terkait pengakuan pendapatan, estimasi, dan rekonsiliasi, disertai mekanisme otorisasi ganda untuk perubahan estimasi signifikan;
(c) meningkatkan independensi dan peran komite audit dalam menilai perubahan estimasi serta efektivitas kontrol internal;
(d) meningkatkan transparansi pelaporan dengan menambahkan analisis kualitas laba (laba akrual vs arus kas operasional) dalam laporan keuangan triwulan/tahunan;
(e) memperbaiki komunikasi dengan investor melalui penjelasan perubahan estimasi, risiko terkait, dan langkah mitigasinya;
(f) menggunakan analisis kualitas laba secara rutin untuk menilai kesinambungan laba dan menjaga kepercayaan pemangku kepentingan.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko distorsi informasi, meningkatkan integritas laporan keuangan, dan melindungi nilai perusahaan di mata investor serta regulator.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

1. Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
Kasus PT Karya Sentosa menunjukkan beberapa indikator kuat terjadinya manajemen laba berbasis akrual. Peningkatan kredit usaha (piutang) yang signifikan dapat mengindikasikan percepatan pengakuan pendapatan, sementara penurunan cadangan kerugian piutang menunjukkan upaya memperkecil beban sehingga laba terlihat lebih tinggi. Selain itu, kenaikan pendapatan yang tidak diikuti oleh peningkatan arus kas operasi merupakan tanda klasik dari manajemen laba akrual, karena laba tercatat naik tetapi tidak ditopang oleh kas riil. Kombinasi ketiga sinyal ini sejalan dengan literatur yang menegaskan bahwa manipulasi akrual dilakukan melalui kebijakan estimasi, penentuan cadangan, dan timing pengakuan pendapatan, sehingga memperkuat dugaan bahwa laba PT Karya Sentosa kemungkinan tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi sebenarnya.

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah terkini tentang manajemen laba
Jurnal pertama misalnya oleh Waweru & Prot (2021) menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model akrual Jones termodifikasi untuk mengukur tingkat manajemen laba pada perusahaan di negara berkembang, dan menemukan bahwa tekanan kinerja serta leverage tinggi meningkatkan kecenderungan manipulasi laba. Sementara itu, jurnal kedua oleh Rahman & Hutabarat (2020) menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif dengan menilai praktik manajemen laba dari sudut tata kelola perusahaan, dan menyimpulkan bahwa efektivitas komite audit serta independensi dewan dapat menekan praktik akrual manipulatif. Perbedaan keduanya terletak pada fokus: jurnal pertama menekankan faktor keuangan sebagai pendorong, sedangkan jurnal kedua menekankan mekanisme tata kelola. Metodologinya juga berbeda, di mana satu murni berbasis data statistik, sementara lainnya menambahkan analisis wawancara untuk memperkaya interpretasi.

3. Evaluasi kritis: apakah manajemen laba selalu negatif?
Praktik manajemen laba tidak selalu bersifat negatif, meskipun sering dipersepsikan demikian. Dari perspektif oportunistik, manajemen laba merugikan pemangku kepentingan karena menyesatkan pengambil keputusan dan menyebabkan laporan keuangan kehilangan relevansi. Namun, dari perspektif signaling, manajemen laba dapat digunakan untuk menyampaikan informasi internal yang tidak bisa diungkapkan secara eksplisit, misalnya menjaga stabilitas laba agar mencerminkan prospek jangka panjang perusahaan. Sejumlah penelitian (misalnya Ronen & Yaari, 2008) menunjukkan bahwa earnings management dapat bersifat efisien jika dilakukan dalam batas wajar dan bertujuan meningkatkan relevansi informasi. Oleh karena itu, sifat negatif atau positifnya tergantung pada motivasi, intensitas, serta dampaknya terhadap pengguna laporan keuangan.

4. Kesimpulan dan rekomendasi untuk pemangku kepentingan
Indikasi manajemen laba pada PT Karya Sentosa perlu mendapat perhatian serius karena dapat memengaruhi kepercayaan investor dan kredibilitas laporan keuangan. Pemangku kepentingan disarankan untuk meminta perusahaan melakukan pengungkapan lebih transparan terkait estimasi akuntansi, memperkuat fungsi audit internal, serta meningkatkan efektivitas komite audit untuk mengawasi kebijakan akrual. Investor dan kreditur juga perlu melakukan analisis arus kas yang lebih mendalam dan tidak hanya bergantung pada laba bersih. Secara keseluruhan, tindakan preventif dan tata kelola yang kuat sangat diperlukan agar kualitas pelaporan keuangan terjaga dan risiko manipulasi dapat diminimalkan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nayla Andara -
Nama: Nayla Andara
NPM: 2413031018

1. Analisis Praktik Manajemen Laba (Earnings Management) Berdasarkan Kasus PT Karya Sentosa:
Indikator dugaan praktik manajemen laba yang muncul dalam laporan keuangan PT Karya Sentosa adalah:

  • Kenaikan signifikan akun piutang usaha yang tidak sebanding dengan peningkatan kas dari operasi, mengindikasikan potensi pencatatan pendapatan yang belum terealisasi kasnya.

  • Penurunan cadangan kerugian piutang, yang bisa menjadi upaya menutupi risiko piutang tak tertagih sehingga laba terlihat meningkat.

  • Peningkatan pendapatan tidak disertai dengan arus kas operasi yang seimbang, menandakan adanya manipulasi akrual (accrual-based earnings management) menggunakan manipulasi pendapatan dan biaya yang diakui.

  • Indikator ini merupakan ciri umum manajemen laba berbasis akrual, yaitu manipulasi angka laba melalui kebijakan akuntansi terkait pengakuan pendapatan dan biaya (discretionary accruals) untuk mencapai target laba tertentu.​

2. Perbandingan Dua Jurnal Ilmiah Terkini tentang Earnings Management:

  1. Jurnal pertama menggunakan pendekatan model Modified Jones untuk mengukur discretionary accruals sebagai indikator earnings management berbasis akrual dengan metode regresi panel data. Studi ini menyoroti pengaruh variabel perusahaan, seperti ukuran dan leverage, terhadap praktik manajemen laba.​

  2. Jurnal kedua membahas perbandingan manajemen laba accrual dan riil dengan fokus pada metodologi pengukuran, yaitu discretionary accruals untuk accrual-based dan abnormal cash flows atau biaya untuk real earnings management. Temuan utama menunjukkan manajer lebih cenderung melakukan manajemen laba riil karena lebih sulit dideteksi auditor dibandingkan accrual-based.​
    Perbedaan metodologi utama terletak pada pendekatan kuantifikasi: model statistik untuk akrual dibandingkan pendekatan aktivitas operasional untuk real earnings management.

3. Evaluasi Praktik Earnings Management:
Praktik earnings management tidak selalu negatif. Secara teori, dalam konteks tertentu, manajemen laba dapat digunakan untuk mengurangi volatilitas laba, mengkomunikasikan prospek perusahaan yang sebenarnya, dan memenuhi ekspektasi pasar dengan wajar. Namun, jika dilakukan berlebihan atau menyesatkan pemangku kepentingan, praktik ini dapat merusak kredibilitas laporan keuangan dan meningkatkan risiko hukum. Literatur empiris menunjukkan adanya trade-off antara manfaat komunikasi dan risiko distorsi informasi jika manajemen laba dilakukan secara agresif.​

4. Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Stakeholder PT Karya Sentosa:

Terdapat indikasi kuat praktik earnings management berbasis akrual melalui manipulasi pendapatan dan piutang. Stakeholder, termasuk investor dan regulator, perlu bersikap kritis terhadap laporan keuangan dengan melakukan analisis mendalam terhadap komponen akrual dan arus kas. Rekomendasi bagi perusahaan adalah meningkatkan transparansi pengungkapan, memperkuat kebijakan manajemen risiko piutang, dan menjalankan audit internal yang lebih ketat untuk mencegah praktik manipulasi laba. Bagi auditor dan analis independen, penting menggabungkan analisis akrual dengan real earnings management untuk mendeteksi praktik yang lebih tersembunyi. Pendekatan ini akan membantu memastikan laporan keuangan mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya dan menjaga kepercayaan pasar.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Eka Saryuni -
Nama : Eka Saryuni
Np : 2413031030

1. Dalam kasus PT Karya Sentosa, pola yang Anda sebutkan — lonjakan laba bersih 45% disertai kenaikan besar piutang usaha, penurunan cadangan kerugian piutang, dan pertumbuhan pendapatan yang tidak diikuti peningkatan arus kas operasi — merupakan sinyal klasik praktik manajemen laba berbasis akrual. Secara konseptual, manajemen laba akrual (accrual-based) dimungkinkan lewat kebijakan pengakuan pendapatan, estimasi cadangan (mis. allowance for doubtful accounts), dan pengaturan pengakuan biaya sehingga laba tercatat lebih tinggi tanpa arus kas yang sepadan; literatur mendokumentasikan bahwa deviasi besar antara laba akuntansi dan arus kas operasi serta perubahan diskresioner pada cadangan adalah indikator kuat discretionary accruals. Metode deteksi yang sering dipakai (mis. Modified-Jones / model Dechow et al.) 

2. Dua studi ilmiah terkini yang relevan menggambarkan perbedaan pendekatan dan temuan pada topik earnings management. Studi pertama (Khuong et al., 2023) meneliti hubungan antara accrual-based dan real-activity earnings management dengan praktik CSR di pasar berkembang; metodologinya menggunakan panel perusahaan Vietnam (2014–2018) dan teknik kausalitas Granger untuk mengeksplorasi arah hubungan, dan menemukan bukti bahwa keterlibatan CSR berkaitan dengan pola earnings management tertentu sehingga CSR bisa berperan membatasi atau memoderasi praktik manipulasi dalam konteks lembaga pengawasan korporat yang lemah. 

3. Evaluasi kritis menunjukkan bahwa praktik earnings management tidak selalu hitam-putih negatif — ada dimensi teoretis dan empiris yang menyatakan nuansa. Teori kontrak dan teori agensi menjelaskan bagaimana manajer mungkin menyesuaikan laporan untuk memenuhi covenant, target bonus, atau ekspektasi pasar; dalam kasus tertentu tindakan pengaturan akuntansi yang wajar (estimator-based choices) membantu pengkomunikasian kinerja sementara tindakan REM seperti pengaturan timing produksi atau diskresi biaya dapat meningkatkan indikator kinerja jangka pendek tetapi merugikan nilai jangka panjang.

4. Kesimpulan dan rekomendasi untuk stakeholder: pola yang Anda gambarkan layak dicurigai dan memerlukan respons proaktif. Manajemen, dewan komisaris, dan auditor harus segera melakukan pemeriksaan lebih mendalam (review kebijakan pengakuan pendapatan, analisa aging piutang, rekonsiliasi cadangan kerugian piutang, dan perbandingan laba versus arus kas operasi), menggunakan model estimasi akrual diskresioner sebagai screening awal dan, bila perlu, audit forensik untuk transaksi luar biasa. Penguatan corporate governance direkomendasikan: dewan independen, komite audit yang aktif, peningkatan kualitas audit eksternal, dan transparansi pengungkapan kebijakan estimasi serta rekonsiliasi arus kas harus menjadi prioritas untuk memulihkan kepercayaan investor.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Eris Ana Dita -
Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017

1. Analisis Praktik Manajemen Laba:
Indikator dugaan earnings management berbasis akrual di PT Karya Sentosa meliputi kenaikan piutang usaha signifikan, penurunan cadangan kerugian piutang yang tidak wajar, dan peningkatan pendapatan yang tidak didukung arus kas operasi. Ini mengindikasikan kemungkinan penggunaan discretionary accrual untuk menaikkan laba secara artifisial, misalnya dengan menunda pengakuan kerugian piutang dan meningkatkan estimasi piutang tidak tertagih.

2. Perbandingan Dua Jurnal Ilmiah Terkini:
 Studi A menggunakan model Modified Jones untuk mengukur discretionary accrual dengan analisis regresi kuantitatif, fokus pada determinan internal perusahaan seperti ukuran dan leverage. Temuan menunjukkan akrual diskresioner cukup signifikan mempengaruhi laba yang dilaporkan.
Studi B membandingkan earnings management berbasis akrual dan real activities (perusahaan mengatur laba lewat aktivitas riil seperti biaya produksi). Studi ini menunjukkan manajemen lebih sering menggunakan aktivitas riil yang lebih sulit dideteksi auditor.
Perbedaan utama adalah pendekatan metodenya (akuntansi vs aktivitas operasional) dan fokus variabel yang dianalisis, tapi keduanya menunjukkan earnings management sebagai strategi untuk mengatur laba.

3. Apakah Earnings Management Selalu Negatif?
Tidak selalu. Earnings management dapat bersifat positif jika digunakan untuk mengkomunikasikan informasi yang lebih tepat waktu atau memitigasi volatilitas laba, sesuai teori signaling dan smoothing. Namun, praktik yang manipulatif untuk menipu investor berdampak negatif pada transparansi dan kredibilitas. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa earnings management bisa meningkatkan nilai perusahaan jangka pendek, tapi berisiko merusak reputasi jangka panjang.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi:
Stakeholder perlu waspada terhadap tanda-tanda earnings management, terutama yang berdampak pada kredibilitas laporan keuangan. Direkomendasikan audit yang lebih ketat, transparansi dalam pengungkapan asumsi akuntansi, dan penerapan corporate governance yang kuat termasuk peran dewan komisaris independen dan komite audit. Investor juga harus melakukan analisis mendalam terhadap kualitas laba, tidak hanya jumlah laba.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Alissya Putri Kartika -
Nama : Alissya Putri Kartika
NPM : 2413031011

1. Pada 2022, laba PT Karya Sentosa melonjak 45%, tetapi sejumlah angka keuangan tidak selaras dengan kenaikan tersebut. Piutang usaha meningkat tajam, cadangan kerugian piutang justru menurun, dan pendapatan yang naik tidak diikuti oleh arus kas operasi. Pola seperti ini sering dikaitkan dengan praktik manajemen laba berbasis akrual.

Kenaikan piutang yang tidak sejalan dengan kas masuk dapat mengindikasikan pendapatan dicatat lebih cepat dari seharusnya. Sementara itu, turunnya cadangan kerugian piutang tanpa adanya perbaikan kualitas penagihan bisa berarti perusahaan mengubah estimasi untuk membuat laba terlihat lebih tinggi. Ditambah lagi, ketidaksesuaian antara pendapatan dan arus kas memperkuat dugaan bahwa laba tidak mencerminkan kondisi riil.

Lonjakan laba yang besar tanpa didukung peningkatan kinerja fundamental juga menjadi sinyal bahwa pencatatan akrual mungkin digunakan secara agresif. Ketika berbagai indikator seperti ini muncul bersamaan, kecurigaan terhadap praktik manajemen laba makin kuat.

Karena itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut mulai dari evaluasi pengakuan pendapatan, analisis umur piutang, penilaian ulang kebijakan cadangan kerugian, hingga rekonsiliasi antara laba dan arus kas untuk memastikan apakah benar terjadi manipulasi akrual.

2. Saya membandingkan dua penelitian, yaitu karya Habib dkk. (2022) dan Bisogno & Donatella (2021). Studi Habib membahas praktik real earnings management di perusahaan-perusahaan di berbagai negara, dengan fokus pada cara mengukurnya, faktor yang memengaruhi, serta dampaknya. Mereka juga menyoroti kelemahan model pengukuran yang sering dipakai, seperti model Roychowdhury.

Sementara itu, penelitian Bisogno & Donatella meninjau praktik manajemen laba di sektor publik. Mereka melihat bagaimana manipulasi laporan bisa terjadi karena tekanan politik, kebutuhan anggaran, atau aturan pemerintah. Kajian ini juga memetakan berbagai jenis praktik manipulasi dan menunjukkan masih banyak ruang riset di bidang tersebut.

Perbedaan keduanya cukup jelas: Habib lebih berfokus pada perusahaan privat dan isu teknis pengukuran REM, sedangkan Bisogno menyoroti konteks pemerintahan dengan pendekatan yang lebih mengarah pada kebijakan dan tata kelola. Pendekatan metodologinya pun berbeda Habib lebih banyak mengulas penelitian kuantitatif, sementara Bisogno menggabungkan berbagai metode.

Untuk kasus PT Karya Sentosa, temuan Habib relevan karena gejala yang terlihat seperti perubahan akrual dan lonjakan laba yang tidak didukung kas sejalan dengan pola manajemen laba yang mereka bahas. Dari sisi Bisogno, meski fokusnya sektor publik, pembahasan mengenai motivasi non-ekonomi membantu memahami mengapa manajemen bisa mengambil keputusan yang kurang transparan.

3. Manajemen laba tidak selalu dipandang buruk; semuanya bergantung pada tujuannya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa manajer kadang mengatur waktu atau pola transaksi untuk memberi sinyal mengenai prospek perusahaan. Dalam kondisi tertentu, langkah seperti ini justru membantu mengurangi kesenjangan informasi dan bisa dianggap wajar.

Sebaliknya, ada pandangan yang melihat manajemen laba sebagai tindakan oportunistik. Praktik ini dilakukan demi kepentingan pribadi manajer—misalnya mengejar bonus atau menjaga citra kinerja—sehingga laporan keuangan menjadi kurang mencerminkan kondisi sesungguhnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tindakan seperti ini sering berdampak buruk dalam jangka panjang.

Secara keseluruhan, dampak manajemen laba sangat bergantung pada motif, jenis manipulasi, kualitas tata kelola, dan tekanan yang dihadapi perusahaan. Namun bagi investor dan pihak terkait, setiap tindakan yang mengurangi kejujuran laporan atau merugikan nilai jangka panjang tetap perlu diwaspadai.

4. Pola yang terlihat—piutang naik, cadangan kerugian turun, pendapatan meningkat tetapi arus kas tidak bergerak searah—sering muncul pada kasus manajemen laba berbasis akrual. Temuan dalam berbagai studi juga menunjukkan bahwa perbedaan antara akrual dan kas merupakan tanda penting adanya pengaturan laba.

Meski begitu, dugaan ini tetap perlu dibuktikan lewat pemeriksaan lebih rinci, seperti audit forensik, pengecekan kebijakan akuntansi, dan konfirmasi piutang ke pelanggan, karena perubahan operasional tertentu juga bisa menghasilkan pola serupa. Literatur menekankan perlunya analisis yang lebih komprehensif karena metode pengukuran AEM dan REM punya sejumlah batasan.

Rekomendasi yang dapat dilakukan:

1) Segera konfirmasi saldo piutang ke pelanggan dan periksa umur piutang untuk melihat kualitas penagihan.
2) Tinjau ulang kebijakan cadangan kerugian piutang dan bandingkan dengan praktik industri.
3) Lakukan rekonsiliasi antara laba dan arus kas untuk melihat apakah lonjakan laba hanya sementara.
4) Periksa kembali proses pengakuan pendapatan, termasuk kontrak, waktu pencatatan, serta syarat kredit.

Dari sisi tata kelola, komite audit sebaiknya meminta penjelasan tertulis dari manajemen dan meninjau kembali sistem insentif agar tidak hanya mengutamakan laba jangka pendek. Auditor juga dapat menjalankan prosedur tambahan bila ditemukan kejanggalan.

Perusahaan perlu meningkatkan keterbukaan mengenai perubahan estimasi akuntansi dan menjelaskan perbedaan antara laba dan arus kas dalam laporan manajemen. Jika hasil audit tidak memadai, investor maupun regulator dapat meminta peninjauan lebih lanjut.

Untuk jangka panjang, kinerja periode berikutnya perlu dipantau. Bila kenaikan laba tahun 2022 tidak berlanjut dan justru diikuti penurunan arus kas, hal itu dapat menjadi tanda bahwa praktik manajemen laba sebelumnya berdampak negatif pada perusahaan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nasroh Aulia -
Nama : Nasroh Aulia
NPM : 2413031004

1) Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
PT Karya Sentosa menunjukkan indikasi kuat adanya accrual-based earnings management karena lonjakan laba tidak diikuti arus kas operasi, sementara piutang usaha naik tajam dan cadangan kerugian piutang justru turun. Kondisi ini menandakan bahwa peningkatan laba kemungkinan berasal dari pengakuan pendapatan yang dipercepat atau penyesuaian estimasi akuntansi, bukan dari aktivitas bisnis nyata. Kombinasi ketiga sinyal tersebut merupakan *red flags* klasik yang sering digunakan untuk mengidentifikasi praktik manajemen laba berbasis akrual.

2) Perbandingan dua jurnal ilmiah terkini tentang earnings management

Habib (2022) meninjau manajemen laba riil secara global dan menemukan bahwa perusahaan sering beralih dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil ketika pengawasan regulasi meningkat. Sementara itu, Naz et al. (2024) fokus pada perusahaan keluarga dan menunjukkan bahwa karakteristik kepemilikan keluarga dapat menekan atau justru mendorong praktik manajemen laba. Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan metodologi: Habib menekankan teknik dan konsekuensi REM, sedangkan Naz et al. menyoroti pengaruh tata kelola dan struktur kepemilikan.

3) Evaluasi kritis: apakah earnings management selalu negatif?

Manajemen laba tidak selalu negatif karena dalam situasi tertentu dapat digunakan untuk income smoothing yang membantu menyampaikan sinyal stabilitas perusahaan. Namun, sebagian besar praktik ini bersifat oportunistik dan dapat menurunkan kualitas laporan keuangan, menyesatkan investor, serta merusak kinerja jangka panjang. Karena itu, meskipun dapat memiliki sisi positif, earnings management lebih sering membawa risiko dan dampak negatif bila dilakukan secara agresif.

4) Kesimpulan dan rekomendasi untuk stakeholder

Indikasi manajemen laba pada PT Karya Sentosa perlu ditanggapi serius karena dapat mengurangi keandalan informasi keuangan. Komite audit harus meminta peninjauan ulang atas akun pendapatan dan piutang, auditor perlu memperkuat prosedur audit, dan manajemen harus meningkatkan transparansi terkait perubahan estimasi akuntansi. Investor juga perlu menilai kualitas laba dengan membandingkannya terhadap arus kas operasi. Upaya ini penting agar laporan keuangan lebih kredibel dan risiko manipulasi dapat diminimalkan.