Posts made by Aldi Pranoto

EKONDUS C2025 -> DISKUSI

by Aldi Pranoto -
Nama : Aldi Pranoto
NPM : 2213031088

Video tersebut menekankan bahwa perkembangan kecerdasan buatan bukan dimaksudkan untuk menggantikan manusia, melainkan memperkuat kolaborasi antara manusia dan mesin. Dalam konteks ini, teknologi seperti AI, robot cerdas, dan analitik data berfungsi sebagai alat bantu yang meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan, memprediksi kebutuhan produksi, dan menjalankan proses manufaktur secara lebih efisien. Pesan utamanya adalah bahwa manusia tetap menjadi pusat inovasi: kreativitas, empati, penilaian moral, serta fleksibilitas manusia tidak dapat digantikan oleh mesin. Inilah fondasi pemikiran human-centric yang membedakan era transformasi industri saat ini dari fase otomatisasi sebelumnya.
Kaitannya dengan smart factories dan Industry 5.0, video tersebut menggambarkan bagaimana pabrik cerdas kini bergerak dari sekadar otomatisasi penuh (Industry 4.0) menuju ekosistem kolaboratif yang menggabungkan kekuatan mesin dengan keunggulan manusia. Smart factory di era 5.0 tidak hanya fokus pada efisiensi dan robotisasi, tetapi juga pada personalisasi produk, keberlanjutan lingkungan, serta peningkatan kesejahteraan pekerja. Industry 5.0 menghadirkan konsep bahwa teknologi seharusnya membantu manusia bekerja lebih baik, bukan menggantikannya, sehingga tercipta proses produksi yang lebih kreatif, adaptif, dan berorientasi nilai. Pendekatan ini menandai evolusi penting dalam dunia industri modern yang lebih manusiawi dan bertanggung jawab.

EKONDUS C2025 -> DISKUSI

by Aldi Pranoto -
Nama : Aldi Pranoto
NPM : 2213031088

Kedua video tersebut menunjukkan bahwa Global Value Chain (GVC) membuat proses produksi sebuah barang tidak lagi dilakukan di satu negara, tetapi dibagi menjadi beberapa tahapan yang tersebar di berbagai negara sesuai keunggulan masing-masing. Melalui GVC, negara dapat berpartisipasi dalam sebagian tahapan produksi mulai dari penyediaan bahan baku, perakitan, hingga distribusi sehingga tercipta efisiensi biaya, peningkatan nilai tambah, serta peluang pertumbuhan ekonomi. Konsep ini relevan dengan materi kita karena GVC menjelaskan bagaimana globalisasi ekonomi memungkinkan kerja sama lintas negara, mendorong modernisasi industri lokal, serta memberi kesempatan bagi negara berkembang untuk naik kelas dari sekadar pengekspor bahan mentah menjadi pelaku yang memperoleh nilai tambah lebih tinggi. Namun, GVC juga membawa tantangan berupa ketergantungan global dan risiko pemusatan keuntungan pada negara atau perusahaan yang menguasai tahapan bernilai tinggi. Dengan demikian, GVC menjadi kunci untuk memahami dinamika perdagangan internasional, peningkatan daya saing, serta strategi pembangunan ekonomi modern.

EKONDUS C2025 -> DISKUSI

by Aldi Pranoto -
Nama : Aldi Pranoto
NPM : 2213031088

Globalisasi, menurut Herbert Nnamdi Okoye dan Linda Chika Nwaigwe, merupakan proses yang membuat dunia semakin terhubung tanpa batas, mengurangi sekat-sekat yang sebelumnya memisahkan manusia karena perbedaan budaya dan batas negara. Pada dasarnya, manusia hidup sebagai bagian dari satu komunitas besar, namun sejarah menciptakan fragmentasi melalui perbedaan politik, budaya, dan ekonomi. Globalisasi hadir sebagai mekanisme untuk mengembalikan keterhubungan tersebut, didorong oleh kemajuan teknologi, perdagangan bebas, dan pertukaran informasi yang cepat. Penulis menekankan bahwa arus globalisasi tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga sosial dan politik, memungkinkan pertukaran ide, inovasi, serta pengalaman antarnegara yang sebelumnya sulit dilakukan.

Dalam konteks bisnis dan ekonomi, globalisasi membuka peluang besar bagi perusahaan untuk memperluas pasar secara internasional, misalnya melalui sistem waralaba atau investasi langsung di negara lain. Perusahaan dapat menekan biaya produksi dengan membuka pabrik di negara berkembang, sekaligus memberikan manfaat bagi negara penerima melalui transfer teknologi, peningkatan keterampilan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, kemajuan teknologi informasi seperti internet, komunikasi digital, dan sistem perbankan online mempermudah transaksi lintas negara, mempercepat pertukaran data, serta mendukung kolaborasi global di bidang politik, sosial, dan kemanusiaan, misalnya dalam penanggulangan bencana atau pandemi. Meski demikian, jurnal ini juga menyoroti tantangan globalisasi, seperti meningkatnya ketimpangan ekonomi, potensi konflik politik, dan risiko hilangnya identitas budaya lokal. Meskipun demikian, penulis menegaskan bahwa secara keseluruhan, manfaat globalisasi tetap lebih dominan, terutama dalam memperkuat hubungan antarnegara dan membuka peluang bisnis serta inovasi di tingkat global.

EKONDUS C2025 -> ACTIVITY: RESUME

by Aldi Pranoto -
Nama : Aldi Pranoto
NPM : 2213031088

Telaah terhadap kedua artikel menunjukkan bahwa keduanya sama-sama menyoroti pentingnya peran negara dalam membangun sektor strategis, namun dengan fokus yang berbeda. Artikel pertama menekankan bahwa kebijakan industrialisasi Indonesia pascareformasi cenderung tidak memiliki arah yang jelas, tidak terkoordinasi, serta sering mengalami revisi sebelum implementasi. Kondisi ini berdampak pada rendahnya pertumbuhan industri, lemahnya daya saing, dan munculnya fenomena deindustrialisasi. Artikel menyoroti bahwa kebijakan insentif yang bersifat ad-hoc, kurangnya koordinasi antarinstansi, serta ketiadaan roadmap yang konsisten menyebabkan industri nasional sulit berkembang. Penulis juga menekankan perlunya industrialisasi berbasis agro, koordinasi antara pemerintah dan sektor swasta, serta peran kuat pemerintah daerah sebagaimana ditunjukkan oleh keberhasilan negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan. Sementara itu, artikel kedua (berdasarkan isi dan temuan pencarian) menekankan pentingnya pendekatan kebijakan publik yang terstruktur dan berbasis data dalam meningkatkan efektivitas sektor tertentu, dengan menyoroti perlunya konsistensi regulasi, transparansi, dan dukungan kelembagaan. Kedua artikel sama-sama menyoroti bahwa kualitas institusi dan tata kelola menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan sektor industri maupun sektor ekonomi lainnya. Secara kritis, kedua artikel menegaskan bahwa tanpa perubahan mendasar pada arah kebijakan, koordinasi antarlembaga, serta komitmen terhadap konsistensi regulasi, Indonesia akan terus menghadapi hambatan dalam meningkatkan daya saing nasional dan mencapai transformasi ekonomi yang berkelanjutan.