Diskusi dimulai oleh Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. -

PKDIPS2025 -> CASE STUDY

oleh Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Di sebuah daerah pemilihan dalam pemilu legislatif terakhir, angka partisipasi pemilih muda (usia 17–25 tahun) hanya mencapai 45%, jauh di bawah target nasional. Selain itu, muncul laporan dari media lokal dan LSM mengenai praktik politik uang oleh beberapa calon legislatif (caleg), terutama di wilayah pedesaan.

Salah satu caleg terpilih bahkan diketahui memberikan bantuan sembako dan uang tunai kepada warga saat masa kampanye, namun lolos dari jerat hukum karena sulitnya pembuktian dan lemahnya pengawasan oleh Bawaslu daerah.

Sementara itu, di sekolah-sekolah menengah atas di daerah tersebut, pendidikan kewarganegaraan dan IPS masih bersifat hafalan dan belum membahas isu-isu aktual tentang demokrasi, hukum, dan politik. Banyak siswa merasa tidak paham pentingnya menggunakan hak suara secara kritis dan bertanggung jawab.

 

Pertanyaan:

  1. Analisislah bagaimana hubungan antara rendahnya partisipasi politik generasi muda dengan kurang optimalnya pendidikan kewarganegaraan dan IPS di sekolah!
  2. Jelaskan dampak jangka panjang dari pembiaran praktik politik uang terhadap kualitas demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia!
  3. Tinjau kasus di atas dari tiga perspektif ilmu sosial (politik, hukum, dan kewarganegaraan). Bagaimana seharusnya ketiga bidang ini saling bersinergi untuk menyelesaikan masalah tersebut?
  4. Usulkan sebuah program berbasis sekolah yang dapat meningkatkan kesadaran politik dan hukum siswa sebagai warga negara aktif dan kritis. Jelaskan unsur kurikulum, metode pembelajaran, dan strategi evaluasinya!

PKDIPS2025 -> CASE STUDY

oleh Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Denix adalah siswa kelas 11 di sebuah SMA negeri di kota besar. Ia dikenal pintar secara akademis, tetapi kurang aktif dalam kegiatan sosial. Dalam kelompok, Dian cenderung bekerja sendiri dan enggan berdiskusi. Suatu hari, sekolah mengadakan proyek kolaboratif antar kelas untuk membuat kegiatan sosial bertema "Peduli Lingkungan dan Sesama".

Ketika kelompok Dian mulai menyusun ide, muncul konflik pendapat. Beberapa siswa mengusulkan program bersih-bersih lingkungan, sementara yang lain ingin menggalang dana untuk anak jalanan. Dian merasa frustasi dan menyendiri, lalu memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri, tanpa mengoordinasikan dengan tim.

Akibatnya, kelompoknya gagal menyelesaikan proyek secara utuh. Guru pembimbing menyatakan bahwa kurangnya keterampilan sosial dan kerja sama menjadi penyebab utama kegagalan proyek tersebut.

 

 Pertanyaan:

  1. Apa saja faktor sosial yang mungkin memengaruhi kurangnya keterampilan sosial seperti yang dialami oleh Denix?
  2. Bagaimana peran empati dan komunikasi interpersonal dalam keberhasilan kerja kelompok? Jelaskan dengan contoh dari kasus di atas.
  3. Apa langkah konkret yang bisa dilakukan sekolah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam kegiatan pembelajaran?
  4. Apakah etis jika seorang anggota kelompok memilih bekerja sendiri dalam proyek kolaboratif? Jelaskan dari sudut pandang tanggung jawab sosial.
  5. Buatlah rencana tindakan pribadi (personal action plan) selama seminggu untuk meningkatkan keterampilan sosial Anda dalam konteks kehidupan sehari-hari (keluarga, sekolah, teman, komunitas).

MPPE A2025 -> CASE STUDY

oleh Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolah menengah atas negeri di kota X. Ia berencana menggunakan pendekatan kuantitatif dan ingin memperoleh data dari sebanyak mungkin responden agar hasil penelitiannya bisa digeneralisasi.

Peneliti merancang angket untuk diisi oleh para guru, yang terdiri dari dua bagian utama:

  • Bagian A: Data demografis (usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan)
  • Bagian B: Pernyataan-pernyataan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan tingkat motivasi kerja guru, diukur menggunakan skala Likert 1–5.

Setelah mengumpulkan data dari 120 guru, peneliti ingin mengetahui:

  • Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja?
  • Apakah ada perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru?

 

Pertanyaan:

1. Evaluasilah apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Jelaskan alasan Anda!
2. Apa kelebihan dan kelemahan menggunakan angket dalam penelitian ini?
3. Teknik analisis statistik apa yang paling tepat untuk menjawab dua tujuan penelitian di atas? Jelaskan alasan Anda!
4. Apa saja potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul dari metode pengumpulan data ini, dan bagaimana cara mengatasinya?


MPPE B2025 -> CASE STUDY

oleh Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolah menengah atas negeri di kota X. Ia berencana menggunakan pendekatan kuantitatif dan ingin memperoleh data dari sebanyak mungkin responden agar hasil penelitiannya bisa digeneralisasi.

Peneliti merancang angket untuk diisi oleh para guru, yang terdiri dari dua bagian utama:

  • Bagian A: Data demografis (usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan)
  • Bagian B: Pernyataan-pernyataan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan tingkat motivasi kerja guru, diukur menggunakan skala Likert 1–5.

Setelah mengumpulkan data dari 120 guru, peneliti ingin mengetahui:

  • Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja?
  • Apakah ada perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru?

 

Pertanyaan:

1. Evaluasilah apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Jelaskan alasan Anda!
2. Apa kelebihan dan kelemahan menggunakan angket dalam penelitian ini?
3. Teknik analisis statistik apa yang paling tepat untuk menjawab dua tujuan penelitian di atas? Jelaskan alasan Anda!
4. Apa saja potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul dari metode pengumpulan data ini, dan bagaimana cara mengatasinya?


MPPE C2025 -> CASE STUDY

oleh Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolah menengah atas negeri di kota X. Ia berencana menggunakan pendekatan kuantitatif dan ingin memperoleh data dari sebanyak mungkin responden agar hasil penelitiannya bisa digeneralisasi.

Peneliti merancang angket untuk diisi oleh para guru, yang terdiri dari dua bagian utama:

  • Bagian A: Data demografis (usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan)
  • Bagian B: Pernyataan-pernyataan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan tingkat motivasi kerja guru, diukur menggunakan skala Likert 1–5.

Setelah mengumpulkan data dari 120 guru, peneliti ingin mengetahui:

  • Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja?
  • Apakah ada perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru?

 

Pertanyaan:

1. Evaluasilah apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Jelaskan alasan Anda!
2. Apa kelebihan dan kelemahan menggunakan angket dalam penelitian ini?
3. Teknik analisis statistik apa yang paling tepat untuk menjawab dua tujuan penelitian di atas? Jelaskan alasan Anda!
4. Apa saja potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul dari metode pengumpulan data ini, dan bagaimana cara mengatasinya?