CASE STUDY

CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 22

Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolah menengah atas negeri di kota X. Ia berencana menggunakan pendekatan kuantitatif dan ingin memperoleh data dari sebanyak mungkin responden agar hasil penelitiannya bisa digeneralisasi.

Peneliti merancang angket untuk diisi oleh para guru, yang terdiri dari dua bagian utama:

  • Bagian A: Data demografis (usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan)
  • Bagian B: Pernyataan-pernyataan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan tingkat motivasi kerja guru, diukur menggunakan skala Likert 1–5.

Setelah mengumpulkan data dari 120 guru, peneliti ingin mengetahui:

  • Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja?
  • Apakah ada perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru?

 

Pertanyaan:

1. Evaluasilah apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Jelaskan alasan Anda!
2. Apa kelebihan dan kelemahan menggunakan angket dalam penelitian ini?
3. Teknik analisis statistik apa yang paling tepat untuk menjawab dua tujuan penelitian di atas? Jelaskan alasan Anda!
4. Apa saja potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul dari metode pengumpulan data ini, dan bagaimana cara mengatasinya?


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Tria febriana -
Nama : Tria febriana
Npm : 2313031077

Dari studi kasus tersebut diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan, dan berikut ini pendapat saya setelah memahami studi kasusnya :


1. Evaluasi teknik pengumpulan data, jadi teknik pengumpulan data menggunakan angket sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena angket memungkinkan pengumpulan data numerik yang terstruktur dan mudah dianalisis secara statistik. Penggunaan skala Likert juga tepat untuk mengukur sikap dan persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan dan motivasi kerja secara kuantitatif.

2. Kelebihannya Angket memungkinkan pengumpulan data dari banyak responden secara efisien dan standar, sehingga hasilnya dapat digeneralisasi. Selain itu, angket mudah dianalisis karena data berbentuk numerik. Kelemahan nya Responden mungkin kurang jujur atau tidak memahami pertanyaan dengan baik, sehingga data bisa kurang akurat. Selain itu, angket tidak bisa menggali informasi mendalam seperti wawancara.

3. Teknik analisis statistik yang tepat, Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, analisis regresi linear sederhana atau korelasi Pearson dapat digunakan karena kedua variabel diukur dengan skala interval (Likert). Untuk menguji perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan (kategori), analisis ANOVA satu arah paling tepat karena membandingkan rata-rata motivasi di beberapa kelompok pendidikan.

4. Potensi bias dan cara mengatasinya? Jadi Potensi bias bisa muncul dari jawaban sosial desirabilitas (responden memberikan jawaban yang dianggap baik), kurangnya pemahaman soal angket, dan sampel yang tidak representatif. Untuk mengatasi ini, peneliti harus memastikan instruksi jelas, menjaga kerahasiaan responden agar lebih jujur, serta memilih sampel secara acak dan cukup besar agar representatif.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Ar.Try Saputri -
NAMA : AR. TRY SAPUTRI
NPM : 2313031082

1. Evaluasi Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan angket sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena:
- Angket memungkinkan pengumpulan data dari sampel yang besar dan dapat diukur secara numerik.
- Skala Likert memungkinkan pengukuran variabel dengan tingkat keakuratan yang memadai.

2. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket
Kelebihan:
- Dapat menjangkau sampel yang besar dan geografis yang luas.
- Biaya relatif rendah dan efisien waktu.
- Responden dapat menjawab secara anonim.

Kelemahan:
- Keterbatasan dalam memahami pertanyaan dan jawaban.
- Responden mungkin tidak menjawab dengan jujur atau sesuai dengan harapan.
- Tidak dapat memperoleh data yang mendalam.

3. Teknik Analisis Statistik
Untuk menjawab tujuan penelitian:
- Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja: Regresi Linear (sederhana atau berganda) dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen (gaya kepemimpinan) dan variabel dependen (motivasi kerja).
- Perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan: Analisis Varians (ANOVA) atau Uji-t dapat digunakan untuk membandingkan rata-rata motivasi kerja antar kelompok tingkat pendidikan.

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas

Potensi Bias:
- Bias Responden: Responden mungkin tidak menjawab dengan jujur atau sesuai dengan harapan.
- Bias Pengukuran: Skala Likert mungkin tidak dapat mengukur variabel dengan akurat.

Cara Mengatasi:
- Validasi Instrumen: Uji validitas dan reliabilitas angket sebelum digunakan.
- Pemberian Instruksi yang Jelas: Pastikan responden memahami pertanyaan dan prosedur pengisian angket.
- Penggunaan Bahasa yang Netral: Hindari pertanyaan yang memicu bias atau mempengaruhi jawaban responden.
- Pengawasan Pengumpulan Data: Pastikan proses pengumpulan data dilakukan secara konsisten dan profesional.

Dengan demikian, peneliti dapat meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Wina Nadia Maratama -
Nama : Wina Nadia Maratama
NPM :2313031070

1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu angket dengan skala Likert, sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif berfokus pada pengukuran data dalam bentuk angka agar dapat dianalisis secara statistik. Melalui angket, setiap jawaban responden dapat diubah menjadi data numerik, misalnya skor 1 sampai 5, sehingga hubungan antarvariabel dapat dianalisis secara objektif. Selain itu, angket juga memungkinkan peneliti memperoleh data dari banyak responden dalam waktu yang relatif singkat, sehingga cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan melakukan generalisasi hasil.

2. Penggunaan angket dalam penelitian ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya, angket mampu mengumpulkan data dari banyak responden secara efisien dan memberikan hasil yang seragam karena setiap responden menjawab pertanyaan yang sama. Responden juga dapat merasa lebih nyaman untuk menjawab dengan jujur karena tidak perlu mencantumkan identitas pribadi. Namun, angket juga memiliki kelemahan, seperti kemungkinan jawaban yang kurang mendalam karena terbatas pada pilihan yang tersedia. Selain itu, ada kemungkinan responden salah menafsirkan pertanyaan atau menjawab sesuai harapan sosial, bukan berdasarkan keadaan sebenarnya. Beberapa responden juga mungkin mengisi angket dengan kurang serius jika pertanyaannya terlalu banyak atau membosankan.

3. Teknik analisis statistik yang tepat disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru, analisis yang sesuai adalah regresi linier sederhana, karena dapat menunjukkan sejauh mana variabel gaya kepemimpinan memengaruhi motivasi kerja. Sementara itu, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru, analisis yang tepat adalah One-Way ANOVA, terutama jika terdapat lebih dari dua kelompok tingkat pendidikan (misalnya D3, S1, dan S2). Namun, jika hanya ada dua kelompok, seperti S1 dan S2, maka dapat digunakan uji t independen untuk membandingkan rata-rata motivasi kerja antar kedua kelompok tersebut.

4. Dalam penggunaan angket, peneliti perlu memperhatikan potensi bias dan masalah validitas agar hasil penelitian tetap akurat. Bias sosial dapat terjadi jika responden memberikan jawaban yang dianggap baik secara sosial, bukan yang sebenarnya dirasakan. Hal ini dapat diminimalkan dengan menjamin kerahasiaan data responden. Selain itu, kesalahan penafsiran pertanyaan bisa memengaruhi hasil, sehingga penting untuk melakukan uji coba angket (try out) sebelum disebarkan. Uji reliabilitas, seperti Cronbach’s Alpha, juga perlu dilakukan untuk memastikan konsistensi antaritem pertanyaan. Peneliti juga harus memastikan sampel yang digunakan mewakili populasi guru secara proporsional agar hasilnya tidak bias. Untuk menghindari bias metode, peneliti dapat mengacak urutan pertanyaan dan memastikan redaksinya tidak terlalu serupa antarvariabel.

Secara keseluruhan, penggunaan angket dengan skala Likert sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif dan dapat mendukung tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan antarvariabel. Meski terdapat beberapa potensi kelemahan, hal tersebut dapat diminimalkan melalui penyusunan instrumen yang baik, uji validitas dan reliabilitas, serta pelaksanaan pengumpulan data yang hati-hati.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by CLARA KELVIANA KERIN 2313031064 -
Nama : Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064

  1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif:  Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu angket (kuesioner) dengan skala Likert,  sudah sesuai  dengan pendekatan kuantitas. Alasannya:
    • Pendekatan kuantitatif tekanan pada pengumpulan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik. Skala Likert menghasilkan data numerik (meskipun ordinal) yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi atau sikap responden terhadap suatu fenomena.
    • Angket memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data dari banyak responden secara efisien, yang penting untuk generalisasi hasil penelitian.
    • Data demografi yang dikumpulkan juga bersifat kuantitatif dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
  2. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket:
    • Kelebihan:
      • Efisien:  Angket memungkinkan pengumpulan data dari banyak responden dalam waktu singkat dan dengan biaya yang relatif rendah.
      • Anonimitas:  Angket dapat memberikan anonimitas kepada responden, sehingga mendorong mereka untuk memberikan jawaban yang lebih jujur ​​dan terbuka.
      • Standarisasi:  Angket memastikan bahwa semua responden menerima pertanyaan yang sama, sehingga mengurangi variasi yang disebabkan oleh pewawancara.
    • Kelemahan:
      • Keterbatasan Respons:  Angket seringkali membatasi respon responden pada pilihan jawaban yang telah disediakan, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk memberikan jawaban yang lebih rinci atau bernuansa.
      • Potensi Bias Respons:  Responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap “benar” secara sosial atau yang mencerminkan harapan peneliti, daripada jawaban yang sebenarnya.
      • Tingkat Respons Rendah:  Angket yang dikirimkan melalui pos atau email mungkin memiliki tingkat respons yang rendah, sehingga mengurangi ukuran sampel dan representativitasnya.
  3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat:
    • Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja:  Untuk menjawab pertanyaan ini, teknik analisis yang paling tepat adalah  Analisis Regresi . Karena data gaya kepemimpinan dan motivasi kerja diukur dengan skala Likert (ordinal), maka sebaiknya digunakan  Analisis Regresi Ordinal . Analisis ini akan menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan (sebagai variabel independen) dan motivasi kerja guru (sebagai variabel dependen).
    • Perbedaan Motivasi Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan:  Untuk menjawab pertanyaan ini, teknik analisis yang paling tepat adalah  Uji ANOVA (Analysis of Variance)  atau  Uji Kruskal-Wallis . Jika data motivasi kerja berdistribusi normal dan memenuhi asumsi homogenitas varian, maka Uji ANOVA dapat digunakan. Namun, jika asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka Uji Kruskal-Wallis (uji nonparametrik) lebih tepat digunakan. Uji ini akan menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi kerja antara kelompok guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda.
  4. Potensi Bias dan Masalah Validitas:
    • Bias Respons:  Responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap "benar" secara sosial atau yang mencerminkan harapan peneliti, daripada jawaban yang sebenarnya. Cara mengatasinya:
      • Menjamin anonimitas responden.
      • Menggunakan bahasa yang netral dan tidak mengarahkan pertanyaan.
      • Menyertakan pernyataan  reverse-coded  untuk mendeteksi pola jawaban yang monoton.
    • Bias Pemilihan Sampel:  Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah tertentu atau guru dengan karakteristik tertentu, hasil penelitian mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi guru SMA negeri di kota X. Cara mengatasinya:
      • Menggunakan teknik sampling yang lebih representatif, seperti  stratified random sampling  atau  cluster sampling .
      • mencerminkan bahwa sampel mencerminkan keragaman karakteristik (misalnya, usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan) dalam populasi.
    • Masalah Validitas Konstruk:  Instrumen yang digunakan mungkin tidak secara akurat mengukur konsep gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Cara mengatasinya:
      • Melakukan uji validitas konstruk terhadap instrumen, misalnya dengan menggunakan faktor analisis atau meminta validasi dari ahli.
      • menafsirkan bahwa item-item dalam instrumen mencakup semua aspek penting dari konsep yang diukur.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Lusi Yana Agustina -
Nama: Lusi Yana Agustina
NPM: 2313031069

Berikut jawaban saya dari beberapa pertanyaan di atas:

1. Penggunaan angket merupakan teknik yang tepat untuk penelitian kuantitatif karena menghasilkan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik. Pernyataan-pernyataan dalam skala Likert 1–5 memungkinkan peneliti mengukur tingkat persepsi guru mengenai gaya kepemimpinan dan motivasi kerja secara terukur. Selain itu, bagian demografi memberi gambaran karakteristik responden untuk keperluan analisis lanjutan. Teknik ini sesuai karena pendekatan kuantitatif membutuhkan data terstandar, dalam jumlah besar, dan dapat diolah dengan metode statistik inferensial.

2. Kelebihan dan kelemahan penggunaan angket
- Kelebihan angket adalah mampu menjangkau banyak responden secara efisien, baik dari segi waktu maupun biaya. Formatnya yang terstruktur membuat data lebih mudah dikodifikasi dan dianalisis. Angket juga meminimalkan interaksi langsung sehingga mengurangi pengaruh subjektivitas peneliti.
-Kelemahannya meliputi kemungkinan responden menjawab secara asal atau tidak jujur, terutama dalam item yang bersifat sensitif. Selain itu, interpretasi responden terhadap pernyataan bisa berbeda-beda sehingga memengaruhi konsistensi jawaban. Angket juga tidak memungkinkan pendalaman data jika ada hal yang tidak dipahami oleh responden.

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, analisis yang paling sesuai adalah regresi linier sederhana. Analisis ini menguji sejauh mana variabel gaya kepemimpinan (X) dapat menjelaskan variasi dalam motivasi kerja guru (Y). Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, teknik yang tepat adalah ANOVA satu arah. ANOVA digunakan untuk membandingkan rata-rata motivasi kerja antara beberapa kelompok pendidikan, misalnya S1, S2, atau D4, sehingga bisa diketahui apakah perbedaan tingkat pendidikan menghasilkan perbedaan motivasi kerja yang signifikan.

4. Beberapa potensi bias yang dapat muncul adalah bias sosial, yaitu ketika responden memberikan jawaban yang dianggap “baik” atau sesuai harapan, bukan jawaban sebenarnya. Ada juga bias pemahaman, yaitu ketika responden salah menafsirkan pernyataan dalam angket. Masalah validitas instrumen dapat muncul jika item pernyataan tidak benar-benar mengukur variabel yang dimaksud. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas sebelum angket digunakan. Selain itu, penyusunan item angket harus jelas, tidak ambigu, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Peneliti juga perlu menjamin kerahasiaan identitas agar responden merasa aman untuk menjawab secara jujur.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Andani Tanemu -
Andani Tanemu
2313031078

1. Teknik pengumpulan data dengan angket sudah sesuai untuk pendekatan kuantitatif karena menghasilkan data terstruktur, terukur, dan dapat dianalisis secara statistik. Skala Likert 1–5 juga umum digunakan untuk mengukur variabel psikologis seperti kepemimpinan dan motivasi.

2. Kelebihan angket adalah dapat menjangkau banyak responden, efisien, dan mudah dianalisis. Kelemahannya adalah responden bisa menjawab tidak jujur, salah paham pada item, atau menjawab secara asal tanpa mencerminkan kondisi sebenarnya.

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, analisis yang tepat adalah regresi linier sederhana. Untuk melihat perbedaan motivasi berdasarkan tingkat pendidikan, teknik yang tepat adalah uji ANOVA satu arah. Keduanya sesuai untuk data kuantitatif dengan skala Likert yang diperlakukan sebagai interval.

4. Potensi bias meliputi bias sosial (responden menjawab terlalu positif), bias pemahaman item, dan masalah validitas konstruk. Cara mengatasinya adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen, menjaga anonimitas responden, serta melakukan uji coba angket sebelum penyebaran.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Ika Rahmadhani -
Nama: Ika Rahmadhani
NPM: 2313031072
Kelas: C

Dari studi kasus tersebut diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan, dan berikut ini pendapat saya setelah memahami studi kasusnya :

1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif

Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup dengan skala Likert sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif, karena angket memungkinkan pengumpulan data yang terstruktur, terukur, dan dapat dianalisis secara statistik. Data demografis juga memberikan informasi numerik maupun kategorikal yang dapat dianalisis secara kuantitatif. Selain itu, penggunaan skala Likert 1–5 memudahkan peneliti dalam mengubah persepsi atau penilaian guru menjadi data angka yang dapat diuji hubungan atau perbedaannya menggunakan teknik statistik inferensial. Dengan sampel sebanyak 120 responden, teknik ini juga mendukung tujuan kuantitatif peneliti untuk memperoleh data dalam jumlah besar demi meningkatkan generalisasi hasil penelitian.

2. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket

Kelebihan utama penggunaan angket dalam penelitian ini adalah efisiensi dalam mengumpulkan data dari banyak responden, kemudahan standarisasi item sehingga data konsisten, serta kemampuan menghasilkan data kuantitatif yang siap dianalisis menggunakan teknik statistik. Angket juga mengurangi pengaruh subjektivitas peneliti karena responden memberikan jawaban secara mandiri. Namun, kelemahannya adalah potensi responden memberikan jawaban yang tidak jujur (social desirability bias), kemungkinan salah memahami pertanyaan, serta tidak adanya kesempatan peneliti menggali lebih dalam jawaban responden. Selain itu, tingkat pengembalian angket bisa rendah jika tidak dikontrol, dan beberapa responden mungkin menjawab secara asal (response set bias) karena banyaknya item yang harus diisi.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat

Untuk menjawab pertanyaan pertama, yaitu apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, teknik statistik yang paling tepat adalah analisis regresi linier sederhana, karena variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja keduanya diukur menggunakan skala Likert dan diperlakukan sebagai data interval sehingga cocok untuk analisis hubungan kausal. Untuk pertanyaan kedua, yaitu perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru, teknik yang tepat adalah uji ANOVA satu arah (One-Way ANOVA), karena tingkat pendidikan merupakan variabel kategorikal (misalnya S1, S2, S3) dan motivasi adalah variabel numerik, sehingga ANOVA dapat menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata motivasi antar kelompok pendidikan.

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas serta Cara Mengatasinya

Potensi bias yang mungkin muncul meliputi bias keinginan sosial (responden menjawab secara “aman” agar terlihat positif), bias kesalahpahaman item angket, dan bias non-respons dari guru yang tidak mengisi angket. Masalah validitas juga bisa muncul jika pernyataan dalam angket tidak benar-benar mengukur gaya kepemimpinan atau motivasi kerja sebagaimana konsep teoretisnya. Untuk mengatasinya, peneliti dapat melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen sebelum penelitian penuh, memastikan bahwa item sudah diuji melalui expert judgment, melakukan uji coba (pilot test), serta memberi petunjuk pengisian yang jelas untuk mengurangi salah persepsi. Pengumpulan angket secara langsung atau melalui supervisi juga dapat membantu mengurangi jawaban asal dan meningkatkan tingkat respons. Dengan langkah-langkah tersebut, kualitas data dapat ditingkatkan dan bias dapat diminimalkan.