CASE STUDY

CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 17

Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolah menengah atas negeri di kota X. Ia berencana menggunakan pendekatan kuantitatif dan ingin memperoleh data dari sebanyak mungkin responden agar hasil penelitiannya bisa digeneralisasi.

Peneliti merancang angket untuk diisi oleh para guru, yang terdiri dari dua bagian utama:

  • Bagian A: Data demografis (usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan)
  • Bagian B: Pernyataan-pernyataan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan tingkat motivasi kerja guru, diukur menggunakan skala Likert 1–5.

Setelah mengumpulkan data dari 120 guru, peneliti ingin mengetahui:

  • Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja?
  • Apakah ada perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru?

 

Pertanyaan:

1. Evaluasilah apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Jelaskan alasan Anda!
2. Apa kelebihan dan kelemahan menggunakan angket dalam penelitian ini?
3. Teknik analisis statistik apa yang paling tepat untuk menjawab dua tujuan penelitian di atas? Jelaskan alasan Anda!
4. Apa saja potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul dari metode pengumpulan data ini, dan bagaimana cara mengatasinya?


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nela Amelia -
NAMA : NELA AMELIA
NPM : 2313031050

1. Evaluasi Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu angket dengan skala Likert, sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif.
Alasan: Penelitian kuantitatif membutuhkan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik untuk menguji hubungan antarvariabel atau perbedaan antargrup. Skala Likert memungkinkan peneliti mengubah persepsi, sikap, atau motivasi guru menjadi angka yang dapat diukur, dianalisis, dan dibandingkan.

2. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Kelebihan:
• Memudahkan pengumpulan data dari banyak responden sekaligus (efisien waktu dan biaya).
• Memberikan data kuantitatif yang konsisten untuk dianalisis statistik.
• Responden bisa menjawab secara anonim, sehingga cenderung lebih jujur.
Kelemahan:
• Tidak dapat menangkap alasan mendalam di balik jawaban responden.
• Respon bisa bias jika pertanyaan tidak jelas atau interpretasi responden berbeda.
• Risiko jawaban tidak serius atau asal centang pada skala Likert.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
a. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja:
Gunakan regresi linear sederhana atau korelasi Pearson jika asumsi normal terpenuhi.
Alasan: Gaya kepemimpinan (variabel independen) dan motivasi kerja (variabel dependen) berskala interval/rasio (hasil Likert dapat diperlakukan sebagai interval), sehingga memungkinkan analisis hubungan sebab-akibat atau kekuatan asosiasi.
b. Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru:
Gunakan uji ANOVA satu arah jika terdapat lebih dari dua kategori pendidikan.
Alasan: Variabel motivasi kerja berskala interval/rasio dan variabel tingkat pendidikan berskala nominal/ordinal dengan beberapa kategori, sehingga ANOVA cocok untuk membandingkan rata-rata motivasi antargrup.

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas
Potensi masalah:
• Bias respons: Guru mungkin memberikan jawaban yang dianggap “diinginkan” oleh peneliti atau kepala sekolah.
• Bias non-respons: Tidak semua guru mengembalikan angket, sehingga sampel bisa tidak representatif.
• Validitas kuesioner: Item angket mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan gaya kepemimpinan atau motivasi kerja yang sesungguhnya.

Cara mengatasinya:
• Menjamin anonimitas dan kerahasiaan responden untuk mengurangi bias sosial.
• Melakukan pre-test atau uji coba angket untuk memastikan pertanyaan jelas dan valid.
• Menggunakan teknik sampling acak atau stratifikasi untuk memastikan sampel mewakili populasi guru.
• Menyertakan beberapa item reverse-coded atau pertanyaan pengecekan konsistensi untuk meningkatkan reliabilitas.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Fajriyatur Rohmah 2313031048 -
Nama: Fajriyatur Rohmah
NPM: 2313031048

1. Menurut saya penggunaan angket dengan skala Likert sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini karena pendekatan kuantitatif membutuhkan data dalam bentuk angka yang bisa dihitung, dianalisis secara statistik, dan digeneralisasi. Skala Likert 1–5 mengubah persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan maupun motivasi kerja menjadi data numerik, sehingga cocok untuk analisis kuantitatif.

2. Kelebihan:
- Bisa mengumpulkan data dari banyak responden dalam waktu relatif singkat.
- Praktis, murah, dan mudah dibagikan.
- Jawaban sudah terstruktur sehingga mudah diolah secara statistik.

Kelemahan:
-Jawaban responden mungkin kurang jujur atau asal-asalan, misalnya hanya mengisi untuk formalitas.
-Tidak bisa menggali informasi mendalam seperti alasan atau latar belakang dari jawaban.
-Interpretasi pertanyaan bisa berbeda-beda antar responden.

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, analisis yang tepat adalah regresi linear sederhana. Karena gaya kepemimpinan sebagai variabel independen (X) dan motivasi kerja sebagai variabel dependen (Y), sehingga regresi bisa menunjukkan arah dan besar pengaruh.

Untuk melihat perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, analisis yang tepat adalah uji ANOVA satu arah (One Way ANOVA). Alasannya karena tingkat pendidikan terdiri dari beberapa kelompok (misalnya S1, S2, atau lainnya), dan ANOVA mampu menguji apakah rata-rata motivasi kerja berbeda secara signifikan antar kelompok tersebut.

4. Potensi bias/masalah validitas:
-Bias sosial: responden bisa saja menjawab lebih positif agar terlihat baik.
-Kesalahpahaman item: ada kemungkinan guru menafsirkan pernyataan berbeda dari maksud peneliti.
-Respon tidak konsisten: beberapa responden mengisi secara asal atau terburu-buru.
-Validitas konstruk: apakah pernyataan dalam angket benar-benar mewakili konsep gaya kepemimpinan dan motivasi kerja.

Cara mengatasinya:
-Menyusun angket dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami.
-Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen sebelum angket dibagikan secara luas.
-Memberi instruksi yang jelas dan menekankan kerahasiaan jawaban agar responden lebih jujur.
-Menggunakan uji statistik tambahan (seperti Cronbach’s Alpha) untuk memastikan konsistensi internal item angket.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Adea Aprilia -
Nama : Adea Aprilia
Npm : 2313031034

  1. Teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena peneliti memakai angket dengan skala Likert yang menghasilkan data numerik. Data ini dapat diolah secara statistik untuk melihat hubungan dan perbedaan antarvariabel. Selain itu, penggunaan responden yang banyak (120 guru) juga mendukung sifat kuantitatif yang berorientasi pada generalisasi hasil penelitian.
  2. Kelebihan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah peneliti dapat menjaring data dari banyak responden dalam waktu relatif singkat, dengan biaya yang lebih murah, serta hasilnya mudah diolah secara statistik. Namun, kelemahannya adalah kemungkinan responden tidak menjawab dengan jujur atau asal-asalan, sehingga data kurang akurat. Selain itu, angket dengan pertanyaan tertutup membuat peneliti kehilangan informasi mendalam yang mungkin bisa diperoleh lewat wawancara atau observasi.
  3. Untuk tujuan pertama, yaitu mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, analisis yang paling tepat adalah regresi linier sederhana, karena peneliti ingin melihat hubungan kausal antara variabel independen (gaya kepemimpinan) dan variabel dependen (motivasi kerja). Sementara itu, untuk tujuan kedua, yaitu mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru, analisis yang sesuai adalah ANOVA satu arah, karena peneliti membandingkan rata-rata motivasi kerja pada lebih dari dua kelompok tingkat pendidikan.
  4. Potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul adalah bias sosial (guru menjawab sesuai harapan, bukan kondisi sebenarnya), kesalahpahaman terhadap item angket, atau kesalahan dalam penyusunan butir pernyataan yang bisa membuat instrumen tidak valid. Cara mengatasinya adalah dengan melakukan uji coba angket terlebih dahulu (pilot test), memperbaiki butir pernyataan agar jelas dan tidak ambigu, menjaga anonimitas responden agar mereka merasa aman menjawab jujur, serta melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen sebelum digunakan secara penuh dalam penelitian.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Rika Rahayu -
Nama: Rika Rahayu 
NPM: 2313031052

1.Teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena peneliti menggunakan angket (kuesioner) dengan skala Likert untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Pendekatan kuantitatif menekankan pada pengumpulan data yang bersifat numerik dan dapat dianalisis secara statistik. Dengan skala Likert 1–5, data yang diperoleh dapat dikonversi menjadi angka dan diolah menggunakan teknik statistik inferensial untuk menguji hubungan dan perbedaan antar variabel secara objektif.

2.Kelebihan penggunaan angket adalah efisien karena dapat menjangkau banyak responden dalam waktu singkat, mudah dianalisis secara statistik, dan menjaga anonimitas responden sehingga mereka cenderung menjawab dengan jujur. Kelemahannya, angket memiliki risiko responden tidak memahami pertanyaan dengan benar, menjawab secara asal, atau memberikan jawaban sosial yang diinginkan (social desirability bias). Selain itu, data yang dihasilkan bersifat permukaan karena tidak menggali alasan di balik jawaban responden secara mendalam

3.Teknik analisis statistik yang paling tepat 
  • Pertanyaan pertama "Apakah ada pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja?”, teknik analisis yang tepat adalah analisis regresi linier sederhana, karena hanya ada satu variabel independen (gaya kepemimpinan) dan satu variabel dependen (motivasi kerja). 
  • Pertanyaan kedua "Apakah ada perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru?”, teknik analisis yang sesuai adalah uji ANOVA (Analysis of Variance), karena digunakan untuk membandingkan rata-rata motivasi kerja antara beberapa kelompok tingkat pendidikan.

4. Potensi bias yang mungkin muncul antara lain:

  • Bias sosial (social desirability bias), di mana responden mungkin menjawab sesuai harapan peneliti, bukan kondisi sebenarnya. 
  • Masalah validitas konstruk dapat terjadi jika pernyataan dalam angket tidak benar-benar mewakili konsep gaya kepemimpinan atau motivasi kerja. 
Untuk mengatasinya, peneliti dapat melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen sebelum digunakan, melakukan uji coba (try-out) pada kelompok kecil, serta memastikan bahwa setiap butir pernyataan jelas, tidak ambigu, dan relevan dengan variabel yang diukur.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Dita Silviana Putri -
Nama: Dita Silviana Putri
NPM : 2313031057
No. Absen: 26

1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu angket (kuesioner) dengan skala Likert 1–5, sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mengukur variabel secara objektif dan terukur dalam bentuk angka, sehingga dapat dianalisis menggunakan statistik.
Dalam penelitian ini, variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja diukur melalui sejumlah pernyataan yang diberi skor angka (1 = sangat tidak setuju sampai 5 = sangat setuju).
Dengan cara ini, data yang diperoleh dapat dihitung, diuji hubungan, dan dianalisis secara statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Oleh karena itu, penggunaan angket dengan skala Likert merupakan metode yang tepat dan sesuai untuk pendekatan kuantitatif.

2. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket
Kelebihan:
- Efisien dan praktis – Dapat mengumpulkan data dari banyak responden dalam waktu singkat.
- Objektif dan mudah diolah – Hasil berupa data numerik yang mudah dianalisis dengan program statistik seperti SPSS atau Excel.
- Anonim dan mengurangi tekanan sosial – Responden lebih bebas menjawab karena tidak diwawancarai langsung.
- Seragam – Semua responden mendapatkan pertanyaan yang sama, sehingga meminimalkan perbedaan perlakuan.
Kelemahan:
- Kemungkinan jawaban tidak jujur – Responden bisa menjawab asal-asalan atau menyesuaikan jawaban dengan harapan peneliti.
- Tidak menggali makna mendalam – Data yang diperoleh bersifat permukaan dan tidak menjelaskan alasan di balik jawaban.
- Ketergantungan pada pemahaman responden – Jika responden salah memahami pertanyaan, data bisa menjadi tidak valid.
- Tingkat pengembalian (response rate) bisa rendah, terutama bila angket disebar secara daring tanpa kontrol langsung.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Peneliti memiliki dua tujuan penelitian, sehingga teknik analisisnya berbeda:
Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja guru,
Gunakan analisis regresi linier sederhana.
Alasan: variabel bebas (gaya kepemimpinan) dan variabel terikat (motivasi kerja) sama-sama berskala interval (hasil skala Likert), dan peneliti ingin mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya.
Hasil regresi akan menunjukkan apakah gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja, serta seberapa besar pengaruhnya.
Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru,
Gunakan uji ANOVA satu arah (One Way ANOVA).
Alasan: variabel motivasi kerja berupa data interval, sedangkan tingkat pendidikan (S1, S2, S3) merupakan variabel kategori dengan lebih dari dua kelompok.
Uji ANOVA akan menunjukkan apakah terdapat perbedaan rata-rata motivasi kerja yang signifikan antara kelompok pendidikan guru tersebut.

4. Potensi Bias atau Masalah Validitas dan Cara Mengatasinya
Potensi Bias / Masalah:
- Bias sosial (social desirability bias) : Guru mungkin menjawab dengan cara yang dianggap “baik” agar terlihat positif di mata kepala sekolah.
- Salah tafsir terhadap item pernyataan : Jika kalimat angket kurang jelas, responden bisa salah memahami maksud pertanyaan.
- Kelelahan responden (response fatigue) : Jika angket terlalu panjang, responden bisa menjawab asal untuk mempercepat proses.
- Masalah reliabilitas dan validitas instrumen : Jika angket belum diuji dengan baik, hasilnya bisa tidak akurat atau tidak konsisten.
Cara Mengatasinya:
- Melakukan uji validitas dan reliabilitas angket (misalnya menggunakan uji Pearson dan Cronbach’s Alpha) sebelum disebarkan ke seluruh responden.
- Menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, dan tidak ambigu dalam setiap item pernyataan.
- Menjaga kerahasiaan identitas responden, agar mereka merasa aman dan menjawab dengan jujur.
- Membatasi jumlah item agar tidak membuat responden lelah.
- Jika memungkinkan, uji coba angket (pilot test) terlebih dahulu pada sebagian kecil responden untuk memastikan pemahaman yang sama terhadap setiap pertanyaan.

Kesimpulan
Teknik pengumpulan data dengan angket skala Likert sudah sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif, karena memungkinkan analisis statistik seperti regresi linier sederhana dan ANOVA.
Namun, peneliti tetap harus memperhatikan kevalidan, kejelasan, dan kejujuran responden agar hasil penelitian dapat dipercaya dan menggambarkan kondisi sebenarnya.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Bagas Muhamad Satria -

Nama : Bagas Muhamad Satria

NPM : 2313031037


1. Identifikasi Skala Pengukuran dan Alasannya
Usia termasuk rasio karena memiliki nilai absolut, jarak antar angka sama, dan ada titik nol yang bermakna (usia 0 berarti tidak memiliki umur). Data ini dapat dilakukan operasi matematika seperti penjumlahan dan pengurangan.
Jenis kelamin hanya menunjukkan kategori tanpa urutan. Tidak ada nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah, sehingga termasuk skala nominal.
Skala ini berbentuk peringkat yang menunjukkan tingkat kepuasan dari rendah ke tinggi. Namun, jarak antar kategorinya tidak dapat dipastikan sama (misal, beda “Tidak puas” ke “Netral” tidak selalu sama dengan “Netral” ke “Puas”).
Jumlah mata kuliah memiliki jarak yang pasti dan nol yang bermakna (nol berarti tidak mengambil mata kuliah). Data ini dapat dioperasikan secara matematis.
Ranking menunjukkan urutan prioritas, tetapi jarak antara ranking 1 ke 2 tidak dapat diukur secara pasti (sekadar menunjukkan urutan, bukan besar pengaruhnya). Karena itu termasuk skala ordinal

Dalam kuesioner yang diberikan, setiap jenis data memiliki skala pengukuran yang berbeda sesuai dengan karakteristik informasi yang ingin diperoleh.

  1. Usia responden (dalam tahun) Skala Rasio

  2. Jenis kelamin (Laki-laki/Perempuan) Skala Nominal

  3. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan dosen pembimbing akademik (Sangat tidak puas – Sangat puas) Skala Ordinal

  4. Jumlah mata kuliah yang diambil semester ini Skala Rasio

  5. Prioritas memilih universitas (ranking 1–5) Skala Ordinal

2. Apakah seluruh data bisa dianalisis dengan statistik parametrik? Mengapa?

Tidak, tidak semua data dalam kuesioner dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik.

Statistik parametrik memerlukan data interval atau rasio, serta asumsi tertentu seperti distribusi normal. Dalam kuesioner ini terdapat beberapa jenis data yang tidak memenuhi syarat:

  • Nominal (jenis kelamin) tidak bisa dianalisis dengan parametrik.

  • Ordinal (kepuasan, ranking prioritas) secara teknis tidak cocok untuk statistik parametrik karena jarak antar kategori tidak pasti.

Hanya data rasio seperti usia dan jumlah mata kuliah yang sesuai untuk teknik parametrik. Data ordinal dan nominal lebih cocok dianalisis dengan statistik nonparametrik.

3. Analisis yang Tepat untuk Mengetahui Hubungan antara Kepuasan Layanan Akademik dan Jumlah Mata Kuliah

Untuk melihat hubungan antara:

  • Kepuasan layanan akademik, data ordinal

  • Jumlah mata kuliah, data rasio

Maka metode analisis yang paling tepat adalah Korelasi Spearman Rank (Spearman’s rho).

Alasan:

  1. Variabel kepuasan menggunakan skala ordinal sehingga tidak memenuhi asumsi analisis parametrik.

  2. Spearman tidak mengharuskan data berdistribusi normal.

  3. Korelasi Spearman cocok untuk hubungan antara variabel ordinal dengan interval/rasio.

  4. Analisis ini dapat menunjukkan apakah terdapat hubungan positif, negatif, atau tidak ada hubungan antara kedua variabel.

Sebagai alternatif, uji Chi-Square juga dapat digunakan jika kepuasan dikategorikan, tetapi korelasi Spearman lebih tepat karena mempertimbangkan peringkat.

4. Pengumpulan data melalui kuesioner berpotensi menimbulkan berbagai bias, seperti social desirability bias ketika responden memberikan jawaban yang dianggap “baik”, bias pemahaman akibat interpretasi pertanyaan yang berbeda, non-response bias jika sebagian mahasiswa tidak mengisi kuesioner, serta bias sampel ketika responden tidak mewakili seluruh populasi. Selain itu, jawaban yang tidak akurat dapat muncul jika responden mengisi secara terburu-buru. Untuk mengatasinya, peneliti perlu menjamin anonimitas responden, menggunakan bahasa yang jelas, melakukan uji coba instrumen, menerapkan teknik sampling yang tepat, memberikan pengingat atau insentif, dan memastikan kuesioner ringkas serta mudah diisi agar data yang diperoleh lebih valid dan reliabel.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Adella Putri Rizkia -
Nama: Adella Putri Rizkia
NPM : 2313031044

1.Kesesuaian teknik pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif
Teknik pengumpulan data menggunakan angket skala Likert sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena menghasilkan data numerik yang dapat diukur, dihitung, dan dianalisis secara statistik. Selain itu, jumlah responden yang besar (120 guru) mendukung karakteristik penelitian kuantitatif yang menekankan generalisasi.

2.Kelebihan dan kelemahan penggunaan angket
Kelebihan:
A. Dapat mengumpulkan data dari banyak responden secara cepat.
Hemat biaya dan waktu.
B. Jawaban terstandar sehingga mudah dianalisis statistik.

Kelemahan:
A. Responden bisa menjawab tidak jujur (social desirability bias).
B. Pemahaman pertanyaan bisa berbeda-beda.
C. Tidak dapat menggali jawaban mendalam seperti wawancara.

3.Teknik analisis statistik yang tepat
A. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja
Regresi linear sederhana
Alasan: kedua variabel berskala interval/rasio (Likert dapat diperlakukan sebagai interval), dan tujuan penelitian adalah melihat pengaruh satu variabel terhadap variabel lain.
B. Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan
Uji ANOVA satu arah (One-Way ANOVA)
Alasan: membandingkan rata-rata motivasi kerja pada beberapa kelompok pendidikan (S1, S2, D4, dsb.).

4.Potensi bias atau masalah validitas dan cara mengatasinya
Potensi bias:
A. Bias sosial (social desirability): guru cenderung memberi jawaban positif.
B. Interpretasi berbeda: guru bisa menafsirkan item secara tidak sama.
C.Bias non-respons: ada guru yang tidak mengisi dengan serius.
D. Instrumen kurang valid/reliabel bila item tidak diuji sebelumnya.

Cara mengatasi:
Menjamin anonimitas dan kerahasiaan data. melakukan uji validitas dan reliabilitas angket (misal: Cronbach Alpha), menyusun item pertanyaan yang jelas, tidak ambigu, memberi instruksi pengisian yang sederhana dan terarah, serta melakukan uji coba angket (pilot test) sebelum digunakan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nur Ayu Dila 2313031055 -
Nama: Nur Ayu Dila
NPM: 2313031055

1. Teknik pengumpulan data menggunakan angket sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena menghasilkan data terstruktur dalam bentuk angka, terutama melalui skala Likert 1–5. Data demografis dan data persepsi guru dapat dianalisis secara statistik sehingga memungkinkan peneliti menguji hubungan dan pengaruh antarvariabel secara objektif sesuai tujuan penelitian kuantitatif.

2. Kelebihan dan kelemahan penggunaan angket
Kelebihan:
- Dapat menjangkau banyak responden secara efisien sehingga mendukung generalisasi hasil penelitian
- Memberikan data yang seragam karena semua responden menjawab pertanyaan yang sama dengan format yang sama
- Lebih praktis, hemat waktu, dan mudah dianalisis secara statistic
Kelemahan:
- Jawaban responden bisa kurang akurat karena dipengaruhi subjektivitas atau kecenderungan memilih jawaban aman
- Tidak memungkinkan peneliti menggali jawaban secara mendalam
- Potensi salah paham oleh responden jika pernyataan tidak jelas

3. Teknik analisis statistik yang paling tepat
- Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, teknik yang tepat adalah regresi linear sederhana karena kedua variabel diukur dengan skala Likert sehingga dapat diperlakukan sebagai data interval dan dianalisis untuk melihat pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya.
- Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, teknik yang tepat adalah ANOVA satu arah (One-Way ANOVA) karena variabel motivasi berupa data numerik, sedangkan tingkat pendidikan merupakan variabel kategorik dengan lebih dari dua kelompok.

4. Potensi bias atau masalah validitas dan cara mengatasinya
- Bias sosial (social desirability) karena guru mungkin menjawab terlalu positif tentang kepala sekolah. Cara mengatasi: memastikan anonimitas dan kerahasiaan jawaban.
- Bias interpretasi pernyataan jika item dalam angket tidak jelas atau ambigu. Cara mengatasi: lakukan uji coba angket (try out) dan perbaikan item sebelum penelitian.
- Masalah validitas konstruk jika butir pernyataan tidak benar-benar mengukur gaya kepemimpinan atau motivasi kerja. Cara mengatasi: lakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen seperti uji korelasi item dan Cronbach Alpha.
- Bias nonrespon jika sebagian guru tidak mengisi angket. Cara mengatasi: memberikan waktu yang cukup serta pengingat agar tingkat respons tinggi.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Zulfaa Salsabillah -
Nama : Zulfaa Salsabillah
NPM : 2313031038
Kelas : B

1. Teknik pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner) skala Likert sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan pada pengukuran variabel secara numerik dan analisis statistik. Angket memungkinkan peneliti memperoleh data terstruktur, terstandar, dan mudah diubah menjadi skor numerik (misalnya skala 1–5), sehingga cocok untuk dianalisis secara statistik. Selain itu, data demografis yang bersifat kategorikal juga sesuai untuk dianalisis dalam kerangka kuantitatif.

2. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket
Kelebihan:
  • Dapat menjangkau banyak responden dalam waktu relatif singkat, sesuai dengan kebutuhan generalisasi.
  • Semua responden menerima pertanyaan yang sama sehingga meminimalkan perbedaan perlakuan.
  • Jawaban dalam bentuk angka memudahkan pengolahan data secara statistik.
  • Responden cenderung lebih jujur dalam menjawab karena tidak berhadapan langsung dengan peneliti. 
Kelemahan:
  • Ketergantungan pada kejujuran responden: Responden dapat memberikan jawaban sosial-desirabel (ingin terlihat baik).
  • Keterbatasan kedalaman jawaban: Tidak memungkinkan eksplorasi detail atau alasan di balik suatu jawaban.
  • Interpretasi berbeda: Setiap responden dapat menafsirkan pernyataan secara berbeda, meskipun pertanyaan sama.
  • Risiko non-respon atau pengisian tidak serius: Misalnya responden menjawab secara asal atau monoton.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Untuk menjawab dua tujuan penelitian, teknik analisis berikut paling sesuai:
a. Menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja
Teknik yang tepat: Regresi Linier Sederhana atau Analisis Korelasi Pearson. Jika peneliti ingin mengetahui hubungan: gunakan Korelasi Pearson. Jika peneliti ingin mengetahui pengaruh atau prediksi: gunakan Regresi Linier Sederhana, dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel independen (X) dan motivasi kerja sebagai variabel dependen (Y). Karena kedua variabel bersifat interval (skala Likert dianggap data interval dalam praktik kuantitatif), sehingga analisis parametrik seperti regresi dan korelasi tepat digunakan.

b. Menguji perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan
Teknik yang tepat adalah  One-Way ANOVA. Karena variabel dependent (motivasi kerja): data interval dan variabel pembeda (tingkat pendidikan): data kategorikal dengan lebih dari dua kelompok (misalnya S1, S2, D4, dll). One-Way ANOVA dapat menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata motivasi kerja di antara kelompok pendidikan yang berbeda.

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas serta Cara Mengatasinya
Potensi Bias / Masalah Validitas: 
  1. Bias Sosial-Desirabel (social desirability bias) : Responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap “baik”, bukan yang sebenarnya. Cara mengatasi: menjamin kerahasiaan data, anonim, dan menegaskan bahwa jawaban tidak akan mempengaruhi jabatan atau penilaian kerja.
  2. Bias Pemahaman Item (misinterpretation bias): Responden dapat salah memahami pernyataan angket. Cara mengatasi: melakukan uji coba angket (pilot test) dan revisi item yang ambigu.
  3. Masalah Validitas Konstruk: Item angket mungkin tidak sepenuhnya mewakili konstruk “gaya kepemimpinan” atau “motivasi kerja”. Cara mengatasi: melakukan expert judgment, uji validitas isi, dan uji validitas konstruk (analisis faktor atau korelasi item-total).
  4. Masalah Reliabilitas : Jika angket tidak konsisten, hasil tidak dapat dipercaya. Cara mengatasi: melakukan uji reliabilitas, misalnya Cronbach’s Alpha.
  5. Bias Non-Respon: Responden yang tidak mengisi angket mungkin berbeda secara signifikan dari yang mengisi. Cara mengatasi: memberikan waktu yang cukup, pengingat, atau pendekatan personal untuk meningkatkan tingkat respon.
  6. Response Set Bias: Responden menjawab secara monoton (misal selalu memilih angka “3”).Cara mengatasi: menambahkan item dengan reverse statement untuk mendeteksi ketidakseriusan jawaban.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Qonita Nurul Izzah 2313031042 -
Nama : Qonita Nurul Izzah
NPM : 2313031042
Kelas : B 2023
Pertanyaan:
1. Evaluasilah apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Jelaskan alasan Anda!
Jawaban :
Menurut pendapat saya teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu angket berbasis skala Likert (Skor 1-5), sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena menghasilkan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik untuk menguji hubungan dan perbedaan antar variabel. Pendekatan kuantitatif membutuhkan instrumen terstandar yang memungkinkan peneliti memperoleh data dari jumlah responden yang besar, dan angket adalah salah satu teknik yang paling efisien untuk tujuan tersebut. Selain itu, penggunaan angket memungkinkan pengukuran variabel psikologis seperti gaya kepemimpinan dan motivasi kerja melalui indikator-indikator terstruktur, sehingga cocok untuk analisis parametrik seperti korelasi dan regresi. Dengan demikian, teknik ini sejalan dengan tujuan penelitian untuk generalisasi dan pengujian pengaruh.

2. Apa kelebihan dan kelemahan menggunakan angket dalam penelitian ini?
Jawaban :
Kelebihan:
1) Efisien untuk sampel besar, yaitu mudah menyebar ke banyak responden; hemat waktu dan biaya.
2) Terstandar, semua responden menerima item yang sama sehingga data lebih konsisten.
3) Kerahasian terjaga, meningkatkan kejujuran jawaban, terutama terkait penilaian terhadap pimpinan.
Kelemahan:
1) Jawaban bisa tidak mencerminkan kondisi sebenarnya, responden mungkin menjawab asal atau bias sosial.
2) Tidak menggali informasi mendalam, terbatas pada item yang disediakan, tanpa penjelasan kontekstual.
3) Risiko salah interpretasi, responden dapat salah memahami pernyataan tanpa kesempatan klarifikasi.

3. Teknik analisis statistik apa yang paling tepat untuk menjawab dua tujuan penelitian di atas? Jelaskan alasan Anda!
Jawaban :
Menurut pendapat saya untuk menjawab hipotesis pertama yaiti apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, teknik yang paling tepat adalah analisis regresi linier sederhana karena variabel gaya kepemimpinan sebagai prediktor dan motivasi kerja sebagai variabel terikat sama-sama diukur dengan skala Likert yang diperlakukan sebagai data interval dalam analisis kuantitatif. Sementara itu, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru, teknik yang paling tepat adalah ANOVA satu arah (One-Way ANOVA) karena tingkat pendidikan memiliki beberapa kategori, dan penelitian ingin melihat apakah rata-rata motivasi berbeda antar kelompok tingkat pendidikan. Kedua teknik ini sesuai dengan pendekatan kuantitatif dan jenis data yang dikumpulkan.

4. Apa saja potensi bias atau masalah validitas yang mungkin timbul dari metode pengumpulan data ini, dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban :
Potensi Bias/Validitas:
1) Bias sosial (social desirability)
Responden mungkin memberikan jawaban positif untuk menjaga citra diri atau menghindari konflik.
Cara mengatasi: jamin anonimitas dan kerahasiaan jawaban.
2) Bias interpretasi item
Pernyataan dalam angket dapat dipahami berbeda oleh tiap responden.
Cara mengatasi: lakukan uji coba instrumen (pilot test).
3) Validitas konstruk lemah
Item tidak sepenuhnya menggambarkan konsep gaya kepemimpinan atau motivasi.
Cara mengatasi: lakukan uji validitas (CFA atau korelasi item-total).
4) Bias non-respons
Tidak semua guru mungkin mengisi angket dengan lengkap.
Cara mengatasi: berikan instruksi jelas dan lakukan follow-up pengumpulan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Lilin Ratnasari -
Nama: Lilin Ratnasari
NPM: 2313031056

1. Evaluasi teknik pengumpulan data
Menurut saya, penggunaan angket sudah sangat cocok dengan pendekatan kuantitatif yang dipakai peneliti. Soalnya penelitian kuantitatif memang membutuhkan data yang bisa diukur dengan angka, dan angket dengan skala Likert itu sangat umum dipakai untuk mengukur persepsi atau sikap, termasuk gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Selain itu, peneliti juga ingin mendapatkan data dari banyak guru, jadi angket adalah pilihan yang paling praktis dan efisien. Kalau pakai wawancara atau observasi pasti akan makan waktu dan tenaga yang jauh lebih besar, dan sulit dilakukan pada jumlah responden sebanyak itu.

2. Kelebihan dan kelemahan menggunakan angket
Kalau dari sisi kelebihan, angket itu memudahkan peneliti karena bisa dibagikan ke banyak guru sekaligus. Selain cepat, angket juga memberikan pertanyaan yang sama ke semua responden, jadi datanya lebih rapi dan mudah dibandingkan. Responden juga cenderung lebih jujur kalau angketnya anonim, apalagi karena topiknya menilai kepala sekolah. Tapi angket punya kelemahan. Misalnya, tidak semua guru membaca pertanyaan dengan serius sehingga jawabannya mungkin tidak mencerminkan keadaan sebenarnya. Ada juga kemungkinan interpretasi setiap guru berbeda, karena kata-kata dalam angket mungkin dipahami tidak sama. Selain itu, angket tidak bisa menggali jawaban lebih dalam, jadi kalau ada nilai yang tinggi atau rendah kita tidak tahu alasannya apa.

3. Teknik analisis statistik yang tepat
Untuk pertanyaan pertama, yaitu apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja, menurut saya analisis yang paling tepat adalah regresi linier. Analisis ini bisa menunjukkan apakah variabel gaya kepemimpinan benar-benar mempengaruhi motivasi, sekaligus seberapa kuat pengaruhnya. Sedangkan untuk pertanyaan kedua, karena peneliti ingin membandingkan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru, teknik yang cocok adalah ANOVA satu arah. Tingkat pendidikan itu kategorik, sedangkan motivasi kerja merupakan data numerik dari skala Likert, jadi ANOVA bisa membandingkan rata-rata motivasi dari tiap kelompok pendidikan.

4. Potensi bias dan cara mengatasinya
Dalam penelitian seperti ini ada beberapa potensi bias. Yang pertama adalah bias keinginan sosial. Guru mungkin merasa tidak enak kalau harus menilai kepala sekolah secara jujur, terutama kalau peneliti dari sekolah itu juga. Untuk mengatasi ini, angket harus dibuat benar-benar anonim. Selain itu, ada juga risiko misinterpretasi item, karena masing-masing guru bisa memahami pertanyaan dengan cara berbeda. Makanya penting untuk melakukan uji coba angket agar bahasanya jelas dan mudah dipahami. Ada juga kemungkinan guru menjawab angket terburu-buru atau asal-asalan karena banyaknya item. Untuk mengatasi ini, jumlah item sebaiknya tidak terlalu banyak dan harus disusun secara singkat dan langsung pada intinya. Terakhir, peneliti harus melakukan uji validitas dan reliabilitas supaya instrumen yang digunakan benar-benar layak dan bisa dipercaya.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Irenius Juni Nugroho 2313031032 -
NAMA : IRENIUS JUNI NUGROHO
NPM : 2313031032
KELAS : 2023 B

1. Evaluasi Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif
Ya, teknik pengumpulan data yang digunakan sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Saya akan menjelaskan alasan-alasan mengapa angket atau kuesioner merupakan pilihan yang tepat untuk penelitian ini.Pertama, angket menghasilkan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik. Penggunaan skala Likert 1 sampai 5 untuk mengukur persepsi tentang gaya kepemimpinan dan motivasi kerja menghasilkan data kuantitatif yang dapat dihitung rata-ratanya, standar deviasinya, dan dianalisis dengan berbagai teknik statistik inferensial. Ini sangat sesuai dengan karakteristik penelitian kuantitatif yang menekankan pada pengukuran dan analisis numerik.
Kedua, angket memungkinkan peneliti menjangkau responden dalam jumlah besar dengan waktu dan biaya yang relatif efisien. Dalam penelitian ini, peneliti berhasil mengumpulkan data dari 120 guru yang merupakan sampel cukup besar untuk analisis statistik parametrik

2. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket dalam Penelitian Ini:
Kelebihannya adalah efisiensi waktu dan biaya. Angket dapat disebarkan ke 120 guru secara bersamaan, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Peneliti tidak perlu bertemu satu per satu dengan setiap responden seperti dalam wawancara. Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data jauh lebih singkat, dan biaya operasional lebih rendah karena tidak memerlukan transportasi ke berbagai sekolah secara berulang atau tidak memerlukan perekam audio dan transkripsi seperti dalam wawancara.
Kelemahannya tidak ada kedalaman informasi. Angket dengan pilihan jawaban tertutup seperti skala Likert tidak memungkinkan responden menjelaskan alasan di balik jawaban mereka. Peneliti tidak bisa mengetahui konteks atau nuansa mengapa seorang guru memberikan skor tertentu untuk motivasi kerjanya. Misalnya, dua guru mungkin sama-sama memberi skor rendah untuk motivasi, tetapi dengan alasan yang sangat berbeda yang tidak dapat ditangkap oleh angket.

3. Teknik Analisis Statistik yang Paling Tepat
Untuk menjawab dua tujuan penelitian yang berbeda, diperlukan dua teknik analisis statistik yang berbeda pula. Saya akan menjelaskan secara detail teknik yang tepat untuk masing-masing tujuan penelitian. Untuk Tujuan Pertama: Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja? Teknik analisis yang paling tepat adalah Analisis Regresi Linear Sederhana atau Simple Linear Regression. Saya akan menjelaskan alasan pemilihan teknik ini secara komprehensif. Alasannya, pertanyaan penelitian menggunakan kata "pengaruh" yang menunjukkan hubungan kausal atau sebab akibat di mana gaya kepemimpinan sebagai variabel independen atau prediktor dan motivasi kerja sebagai variabel dependen atau outcome. Regresi linear adalah teknik yang tepat untuk menganalisis pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya dan dapat memprediksi nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen.

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas:
Pertama, Social Desirability Bias atau kecenderungan menjawab sesuai yang dianggap baik secara sosial. Guru mungkin cenderung memberikan penilaian lebih positif terhadap kepala sekolah daripada persepsi mereka yang sebenarnya karena merasa tidak etis menilai atasan secara negatif. Mereka juga mungkin memberikan skor lebih tinggi untuk motivasi kerja mereka sendiri agar terlihat sebagai guru yang profesional dan berdedikasi. Bias ini mengancam validitas data karena data tidak mencerminkan realitas yang sesungguhnya.
Cara mengatasinya: Pastikan angket benar-benar anonim tanpa identitas yang dapat melacak responden tertentu. Berikan penjelasan yang jelas pada informed consent bahwa tidak ada jawaban benar atau salah dan semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya. Gunakan reverse coding pada beberapa item untuk mendeteksi responden yang menjawab asal-asalan atau selalu memilih jawaban positif. Pertimbangkan menambahkan skala social desirability untuk mengukur kecenderungan responden memberikan jawaban yang terlihat baik, kemudian mengontrol pengaruhnya dalam analisis.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama: Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM: 2313031040

1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu angket (kuesioner) dengan skala Likert sudah sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan pengukuran variabel dengan angka serta analisis statistik, sehingga penggunaan angket terstruktur memungkinkan peneliti mendapatkan data numerik dari banyak responden. Data demografis dapat dinyatakan dalam bentuk kategori atau angka, sedangkan pernyataan-pernyataan dalam skala Likert dapat dikonversi menjadi skor numerik yang dapat dianalisis menggunakan statistik inferensial. Selain itu, pengumpulan data dari jumlah responden yang besar (120 guru) mendukung prinsip kuantitatif yang mengutamakan generalisasi dan objektivitas.

2. Kelebihan dan Kelemahan Angket dalam Penelitian Ini
Penggunaan angket memiliki beberapa kelebihan. Pertama, angket memungkinkan peneliti mengumpulkan data dari banyak responden dalam waktu relatif singkat. Kedua, angket meningkatkan konsistensi jawaban karena setiap responden mendapatkan pertanyaan yang sama. Ketiga, skala Likert memudahkan kuantifikasi sikap, persepsi, dan motivasi menjadi data numerik. Namun, terdapat pula kelemahan. Responden mungkin mengisi angket secara tidak serius atau hanya mengikuti pola tertentu tanpa membaca dengan teliti. Selain itu, angket sulit menggali alasan atau motivasi mendalam di balik jawaban responden. Ada juga risiko social desirability bias, yaitu responden memberikan jawaban yang dianggap “baik” atau sesuai harapan, bukan jawaban sebenarnya. Terakhir, angket tidak memungkinkan peneliti mengontrol keadaan lingkungan saat pengisian.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Untuk menjawab pertanyaan pertama, yakni pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, teknik yang paling tepat adalah analisis regresi linier sederhana (jika gaya kepemimpinan dianggap sebagai satu variabel prediktor), atau regresi linier berganda (jika gaya kepemimpinan terdiri dari beberapa dimensi). Regresi digunakan karena kedua variabel diukur secara kuantitatif dan bertujuan melihat hubungan pengaruh. Untuk pertanyaan kedua, yaitu perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, teknik yang paling tepat adalah ANOVA satu arah (One-Way ANOVA). Tingkat pendidikan merupakan variabel kategorik dengan lebih dari dua kelompok, sedangkan motivasi kerja adalah variabel numerik dari hasil skala Likert. ANOVA memungkinkan peneliti mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata motivasi kerja antar kelompok pendidikan.

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas serta Cara Mengatasinya
Beberapa potensi bias dapat muncul dalam pengumpulan data melalui angket. Pertama, bias sosial (social desirability bias), di mana guru mungkin memberikan jawaban yang dianggap positif. Cara mengatasinya adalah menjamin anonimitas dan kerahasiaan, sehingga responden merasa aman memberikan jawaban jujur. Kedua, bias interpretasi, yaitu responden menafsirkan pernyataan berbeda dari maksud peneliti. Untuk mengatasi hal ini, peneliti dapat melakukan uji coba (try out) angket terlebih dahulu guna memastikan setiap item mudah dipahami. Ketiga, terdapat risiko bias pengisian tergesa-gesa jika responden merasa terburu-buru. Solusinya adalah memberikan waktu yang cukup dan lingkungan yang kondusif saat pengisian. Selain itu, masalah validitas konstruk dapat timbul jika item-item tidak benar-benar mengukur gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk mengatasinya, peneliti perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas, misalnya dengan korelasi item-total serta Cronbach's Alpha. Dengan pengelolaan bias dan validitas yang tepat, kualitas data dalam penelitian kuantitatif dapat meningkat dan hasil analisis menjadi lebih akurat serta kredibel.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Muhammad Jibril Ramadhan 2313031045 -
Nama: Muhammad Jibril Ramadhan
NPM: 2313031045

1. Evaluasi Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui angket/ kuesioner skala Likert yang terdiri dari item-item pernyataan mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Pendekatan ini sangat cocok dalam penelitian kuantitatif, karena:
• Data yang diperoleh berupa data numerik (skor 1–5), sehingga dapat dianalisis menggunakan teknik statistik inferensial.
• Dapat mengukur variabel psikologis seperti persepsi tentang kepemimpinan dan motivasi secara objektif dan terstandar.
• Pengumpulan data pada responden yang jumlahnya besar dapat dilakukan secara efisien, sesuai tujuan penelitian untuk generalisasi hasil.
Dengan karakteristik tersebut, angket Likert sudah sejalan dengan prinsip penelitian kuantitatif yang menekankan pengukuran yang terstruktur dan dapat diuji secara statistik.

2. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Kelebihan:
1. Efisien dari segi waktu, tenaga, dan biaya, terutama untuk jumlah responden besar seperti 120 guru.
2. Instrumen terstandar, sehingga antar responden memperoleh pertanyaan yang sama dan mudah dibandingkan.
3. Dapat mengukur variabel laten (misalnya motivasi dan persepsi kepemimpinan) yang tidak dapat dilihat secara langsung.
4. Lebih mudah diolah dengan software statistik (SPSS, Jamovi, dsb).
5. Memungkinkan anonimitas, sehingga responden merasa lebih bebas memberikan jawaban.
Kelemahan:
1. Jawaban responden berpotensi tidak jujur, apalagi topiknya menyangkut atasan (kepala sekolah).
2. Interpretasi setiap item dapat berbeda antar individu, menimbulkan bias pemahaman.
3. Data hanya bergerak pada permukaan fenomena, tidak menggali alasan mendalam seperti model kualitatif.
4. Responden terkadang mengisi secara terburu-buru atau asal-asalan (response bias).
5. Rentan terhadap missing data jika ada pertanyaan yang dilewatkan.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Penelitian memiliki dua tujuan, sehingga diperlukan dua teknik analisis statistik yang berbeda:
Tujuan 1: Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja
→ Teknik yang digunakan: Analisis Regresi Linier Sederhana
Alasan:
• Gaya kepemimpinan = variabel independen (X)
• Motivasi kerja = variabel dependen (Y)
• Data Likert diperlakukan sebagai interval dalam statistik kuantitatif
• Regresi dapat menunjukkan apakah perubahan pada gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap perubahan pada motivasi
Alternatif yang juga tepat: Korelasi Pearson, jika peneliti hanya ingin melihat kekuatan hubungan, bukan pengaruh.

Tujuan 2: Perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan
→ Teknik yang digunakan: Uji ANOVA (Analysis of Variance)
Alasan:
• Variabel motivasi kerja (Y) bersifat numerik
• Variabel tingkat pendidikan (S1, S2, D4, dst.) bersifat kategorik lebih dari dua kelompok
• ANOVA dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antar kelompok tersebut
Jika hanya dua kelompok pendidikan → bisa menggunakan Independent Sample T-Test

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas + Solusinya
Ada beberapa ancaman terhadap tingkat kepercayaan data, di antaranya:
1. Social Desirability Bias
Guru mungkin memberikan jawaban yang dianggap baik oleh kepala sekolah.
→ Cara mengatasi: Menjamin kerahasiaan dan anonimitas, menekankan bahwa jawaban tidak akan memengaruhi penilaian kinerja.
2. Bias pemahaman item
Pernyataan mungkin ditafsirkan berbeda oleh responden.
→ Solusi: Uji coba instrumen (pilot test), revisi item yang membingungkan, gunakan bahasa jelas dan sederhana.
3. Validitas dan reliabilitas instrumen belum terjamin
→ Solusi:
• Lakukan uji validitas butir (misalnya Pearson Product Moment)
• Lakukan uji reliabilitas (Cronbach’s Alpha minimal 0,7)
4. Response bias akibat pengisian asal atau tidak lengkap.
→ Solusi: Berikan instruksi yang jelas, lakukan pemeriksaan (editing) data dan tindak lanjut bila perlu.
5. Ancaman bias sampel jika distribusi responden tidak merata antar sekolah atau bidang studi.
→ Solusi: Gunakan teknik sampling yang mempertimbangkan proporsi jumlah guru dari tiap sekolah.
Dengan antisipasi dan pengendalian bias tersebut, kredibilitas hasil penelitian dapat meningkat.

Ringkasan:
• Teknik pengumpulan data sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif.
• Angket Likert memberikan kepraktisan, namun harus diimbangi dengan uji validitas dan reliabilitas.
• Regresi linier menjawab tujuan pertama, ANOVA menjawab tujuan kedua.
• Potensi bias dapat diminimalkan melalui kerahasiaan responden, uji instrumen, dan pengawasan proses pengumpulan data.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Fatria Irawan -
Nama : Fatria Irawan
NPM : 2313031036
Kelas : 2023B

1. Evaluasi Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan angket (kuesioner) berbasis skala Likert untuk mengumpulkan data dari guru. Teknik ini sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif karena:
- Tujuannya adalah mengukur variabel numerik (gaya kepemimpinan dan motivasi kerja) sehingga data bisa dianalisis secara statistik.
- Angket memungkinkan pengumpulan data dari banyak responden (120 guru), sehingga hasil bisa digeneralisasi ke populasi yang lebih besar.
- Skala Likert 1–5 memberikan data ordinal yang bisa dikonversi menjadi interval untuk analisis korelasi atau regresi.

2. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Kelebihan:
- Efisien: Bisa mengumpulkan data dari banyak responden sekaligus.
- Standarisasi: Semua responden menjawab pertanyaan yang sama, memudahkan analisis kuantitatif.
- Anonimitas: Responden bisa lebih jujur karena jawaban tidak langsung diketahui peneliti.

Kelemahan:
- Keterbatasan jawaban: Responden hanya bisa memilih jawaban yang tersedia, tidak ada ruang ekspresi bebas.
- Risiko salah tafsir: Responden bisa salah memahami pertanyaan.
- Respon tidak lengkap atau acuh: Beberapa guru mungkin mengisi sembarangan atau tidak mengisi seluruh angket.

3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja:
- Gunakan analisis regresi linier sederhana atau korelasi Pearson.
- Alasan: Kedua variabel bersifat numerik (Likert) dan tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan sebab-akibat atau kekuatan pengaruh antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja.
Untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru:
- Gunakan uji ANOVA satu arah jika tingkat pendidikan lebih dari dua kategori (misal: S1, S2, S3).
- Alasan: ANOVA membandingkan rata-rata motivasi kerja di lebih dari dua kelompok secara statistik.

4. Potensi Bias atau Masalah Validitas dan Cara Mengatasinya
Potensi bias:
- Respon sosial desirabilitas: Guru mungkin memberikan jawaban yang “dianggap baik” daripada jawaban jujur.
- Bias non-respons: Tidak semua guru mengisi angket, yang bisa memengaruhi representativitas.
- Instrumen kurang valid: Pertanyaan angket tidak sepenuhnya mengukur variabel yang dimaksud.

Cara mengatasinya:
- Menjaga anonimitas responden untuk mengurangi tekanan sosial.
- Pre-test atau uji validitas dan reliabilitas angket sebelum distribusi.
- Menyertakan pengingat dan follow-up agar responden mengisi seluruh angket.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Elsa Triananda -
NAMA : ELSA TRIANANDA
NPM ;2313031053

1. Penggunaan angket sebagai teknik pengumpulan data sudah sejalan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menuntut data berbentuk angka yang dapat dihitung dan dianalisis secara statistik. Angket dengan skala Likert memungkinkan respons responden diterjemahkan menjadi nilai numerik sehingga peneliti dapat mengukur variabel dengan lebih objektif. Selain itu, angket terstruktur memungkinkan pengumpulan data dari banyak responden dalam waktu singkat, yang mendukung tujuan penelitian kuantitatif untuk memperoleh data yang dapat digeneralisasi. Dengan demikian, teknik yang digunakan sudah tepat dan konsisten dengan karakteristik penelitian kuantitatif.

2. Angket memiliki beberapa keunggulan dalam penelitian ini. Instrumen ini memudahkan peneliti menghimpun data dari banyak guru secara cepat dan efisien, sekaligus memastikan setiap responden menerima pertanyaan yang sama sehingga konsistensi data lebih terjaga. Namun demikian, penggunaan angket juga memiliki keterbatasan. Ada kemungkinan responden menjawab secara terburu-buru atau memilih jawaban yang dianggap aman, bukan yang benar-benar menggambarkan kondisi mereka. Selain itu, jika ada pernyataan yang kurang jelas, responden mungkin menafsirkan secara berbeda sehingga memengaruhi kualitas data. Oleh karena itu, meski praktis, angket tetap memiliki potensi kelemahan yang perlu diperhatikan.

3. Untuk memahami apakah gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap motivasi kerja guru, analisis yang paling tepat adalah regresi linear. Metode ini memungkinkan peneliti melihat seberapa besar variabel gaya kepemimpinan memengaruhi motivasi kerja yang diukur melalui skor Likert. Sementara itu, untuk mengetahui apakah motivasi kerja berbeda berdasarkan tingkat pendidikan, analisis yang sesuai adalah ANOVA satu arah. ANOVA dapat digunakan untuk membandingkan rata-rata motivasi kerja dari beberapa kelompok pendidikan, sehingga peneliti dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antar kelompok tersebut.

4. Pengumpulan data melalui angket berpotensi menimbulkan bias tertentu. Salah satu risiko adalah responden memberikan jawaban yang dianggap paling aman atau paling sesuai harapan, bukan jawaban yang sebenarnya, sehingga mempengaruhi keakuratan data. Ada juga kemungkinan sebagian item dalam angket tidak dipahami secara tepat oleh responden, sehingga jawaban tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Selain itu, validitas dan reliabilitas instrumen dapat menjadi masalah jika pernyataan tidak dirancang dengan baik. Untuk meminimalkan hal tersebut, peneliti perlu melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu, melakukan uji validitas dan reliabilitas, menyusun pernyataan yang jelas, serta menjelaskan bahwa identitas responden akan dirahasiakan agar mereka lebih bebas memberikan jawaban yang jujur.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Zahra Syafitri T. -
Nama : Zahra Syafitri Tunnisa
NPM : 2313031035

1. Evaluasi Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan angket sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Angket menghasilkan data numerik terstruktur dari skala Likert 1-5 yang dapat dianalisis secara statistik, sedangkan data demografis berfungsi sebagai variabel kontrol. Jumlah responden 120 guru memadai untuk generalisasi pada populasi guru SMA negeri di kota X.

2. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Kelebihan: Angket efisien dalam pengumpulan data dari 120 responden, menghasilkan data standar yang konsisten dari skala Likert, memungkinkan analisis kuantitatif, dan menjamin anonimitas responden sehingga memperoleh tanggapan yang lebih jujur terkait kepala sekolah.
Kelemahan: Rentan terhadap bias social desirability di mana guru cenderung memberikan penilaian positif terhadap kepala sekolah, tingkat respons rendah, sifat subjektif self-report, dan tidak mampu menangkap nuansa kualitatif mendalam.

3. Teknik Analisis Statistik
Tujuan 1 (pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi): Regresi Linier Sederhana.
Alasan: Kedua variabel diukur dengan skala interval (skor Likert), memungkinkan pengujian hubungan kausalitas dengan output koefisien β dan koefisien determinasi R². Tujuan 2 (perbedaan motivasi berdasarkan pendidikan): ANOVA satu arah. Alasan: Digunakan untuk membandingkan rata-rata motivasi kerja antar kelompok kategorikal (tingkat pendidikan S1, S2, dll.) dengan uji lanjut Tukey HSD.

4. Potensi Bias dan Solusi
Bias social desirability: Guru memberikan penilaian positif terhadap kepala sekolah → solusi: Jamin anonimitas responden dan masukkan item terbalik.
Common method bias: Korelasi semu antar variabel → solusi: Pisahkan pengukuran variabel independen dan dependen dalam waktu berbeda.
Non-response bias: Guru kritis tidak merespons → solusi: Lakukan follow-up dan berikan insentif.
Masalah validitas instrumen: Pengukuran tidak akurat → solusi: Lakukan uji pilot dan periksa reliabilitas dengan Cronbach's Alpha > 0,7.