གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Eliska Bia Kusuma Putri

PSPB Etnosains B Ganjil 2021/2022 -> Latihan Tugas 6

Eliska Bia Kusuma Putri གིས-
Eliska Bia Kusuma Putri
NPM 1913024018
1. Ngumbai Lawok
merupakan acara syukuran adat masyarakat Lampung Pesisir (utamanya di Kabupaten Pesisir Barat) atas rahmat Tuhan yang telah
mereka peroleh dari laut. Ngumbai lawok dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas banyaknya tangkapan ikan dan juta laut yang bersahabat, dengan harapan agar berlimpah hasil tangkapan juga keramahan laut terus bertambah,
dan meningkat.

2. Ngejalang
Dilaksanakan pada satu hari sebelum bulan Ramadhan, satu hari sebelum Idul Fitri serta
minggu pertama bulan Syawal setiap tahunnya, dan diikuti oleh lapisan masyarakat. Ngejalang dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, pada tanggal satu han sebelum masuk Ramadhan digelar Ngejalang Kukhuk, satu hari sebelum
hari Raya Idhul Fitri digelar Ngejalang Keluarga, 2 syawal digelar Ngejalang pangan, dilanjutkan pada tanggal 4 Syawal Ngejalang Kubur. Waktu pelaksanaan secara bergiliran setiap pekon atau marga.

3. Sistem Perladangan Masyarakat Adat Krui
Masyarakat Adat
Krui membedakan adanya dua tipe lahan hutan, yaitu pulan tuha (hutan primer)
dan pulan ngura (hutan sekunder). Pulan tuha biasanya menjadi preferensi pertama dalam pemilihan lahan ketika seorang petani berniat membuka hutan
untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa lahan demikian masih memiliki kesuburan yang cukup baik.

4. Nemui Nyimah
Nemui nyimah, sebagai konsep kearifan budaya lokal yakni sopan santun, berbagi dengan tetamu, pemurah dengan tetamu dan ramah kepada tamu. Merupakan piil pesenggiri (harga diri) bagi mereka bila kedatangan tetamu tidak
dilayani dengan baik. Maknanya nemui nyimah adalah filosofi bagi toleransi dan merawat harmoni bagi masyarakat Lampung.

5. Traisi Nadran
Masyarakat nelayan pada dasarnya
masih memiliki rasa kegelisahan ketika melaut, karena mereka langsung turun ke
laut tetapi masih belum mengetahui bagaimana kondisi nanti nya ketika melaut.
Terutama masalah cuaca merupakan faktor terpenting bagi nelayan, namun cuaca alam terkadang berubah-ubah yang dapat menjadi anacaman sewaktu waktu
dapat membuat nelayan celaka. Dengan kondisi seperti itu masyarakat pesisir mencari sandaran yang bisa menopang kelancaran pekerjaan sehingga terhindar dari bahaya, menjaga keselamatan jiwa, dan meningkatnya penghasilan. Maka
dari itu, masyarakat nelayan memiliki ikatan yang sangat intim dengan kekuatan supranatural yang di praktekan melalui ritual beragama.

PSPB Etnosains B Ganjil 2021/2022 -> Tes Formatif 6

Eliska Bia Kusuma Putri གིས-
Eliska Bia Kusuma Putri
NPM 1913024018

1. 5 kearifan lokal di Pesisir:
1. Ngumbai Lawok
merupakan acara syukuran adat masyarakat Lampung Pesisir (utamanya di Kabupaten Pesisir Barat) atas rahmat Tuhan yang telah
mereka peroleh dari laut. Ngumbai lawok dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas banyaknya tangkapan ikan dan juta laut yang bersahabat, dengan harapan agar berlimpah hasil tangkapan juga keramahan laut terus bertambah,
dan meningkat.

2. Ngejalang
Dilaksanakan pada satu hari sebelum bulan Ramadhan, satu hari sebelum Idul Fitri serta
minggu pertama bulan Syawal setiap tahunnya, dan diikuti oleh lapisan masyarakat. Ngejalang dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, pada tanggal satu han sebelum masuk Ramadhan digelar Ngejalang Kukhuk, satu hari sebelum
hari Raya Idhul Fitri digelar Ngejalang Keluarga, 2 syawal digelar Ngejalang pangan, dilanjutkan pada tanggal 4 Syawal Ngejalang Kubur. Waktu pelaksanaan secara bergiliran setiap pekon atau marga.

3. Sistem Perladangan Masyarakat Adat Krui
Masyarakat Adat
Krui membedakan adanya dua tipe lahan hutan, yaitu pulan tuha (hutan primer)
dan pulan ngura (hutan sekunder). Pulan tuha biasanya menjadi preferensi pertama dalam pemilihan lahan ketika seorang petani berniat membuka hutan
untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa lahan demikian masih memiliki kesuburan yang cukup baik.

4. Nemui Nyimah
Nemui nyimah, sebagai konsep kearifan budaya lokal yakni sopan santun, berbagi dengan tetamu, pemurah dengan tetamu dan ramah kepada tamu. Merupakan piil pesenggiri (harga diri) bagi mereka bila kedatangan tetamu tidak
dilayani dengan baik. Maknanya nemui nyimah adalah filosofi bagi toleransi dan merawat harmoni bagi masyarakat Lampung.

5. Traisi Nadran
Masyarakat nelayan pada dasarnya
masih memiliki rasa kegelisahan ketika melaut, karena mereka langsung turun ke
laut tetapi masih belum mengetahui bagaimana kondisi nanti nya ketika melaut.
Terutama masalah cuaca merupakan faktor terpenting bagi nelayan, namun cuaca alam terkadang berubah-ubah yang dapat menjadi anacaman sewaktu waktu
dapat membuat nelayan celaka. Dengan kondisi seperti itu masyarakat pesisir mencari sandaran yang bisa menopang kelancaran pekerjaan sehingga terhindar dari bahaya, menjaga keselamatan jiwa, dan meningkatnya penghasilan. Maka
dari itu, masyarakat nelayan memiliki ikatan yang sangat intim dengan kekuatan supranatural yang di praktekan melalui ritual beragama.

2. Kearifan lokal di setiap kabupaten yang termasuk Pesisir:
1. Tanggamus (Tradisi Nadran)
Tradisi Nadran merupakan suatu upacara adat yang rutin di adakan oleh masyarakat pesisir yang hidup nya sangat bergantung terhadap hasil laut. Tradisi Nadran merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat pesisir yang pelaksanaannya dipimpin tetua adat yang pada dasarnya tradisi tersebut
memiliki tujuan dan makna yang baik dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena miliki nilai ekonomi yaitu adanya kegiatan transaksi ekonomi lainnya disamping
menikmati hiburan-hiburan yang sedang ditampilkan.

2. Pesawaran (Peraturan Desa (Perdes) Penyelamatan Mangrove)
Desa Pulau Pahawang memiliki Peraturan Desa (Perdes) Penyelamatan Mangrove yang berisi tentang larangan dan sanksi bagi warga desa maupun pendatang yang menebang pohon mangrove. Perdes tersebut dibuat warga bukan semata-mata karena keberhasilan kampanye NGO lingkungan, tetapi karena adanya kearifan lokal yang muncul
kembali setelah terjadinya bencana besar. Lampung memang punya kearifan lokal yang kuat. Etnik ini punya filosofi piil pesenggiri atau menjaga benar martabatnya. Mereka tidak mau terus-terusan malu dengan kondisi alam yang makin rusak. Mereka mau bergerak, berupaya memperbaiki kesalahan di masa
lampau. Termasuk menjaga dengan baik lingkungan di sekitar.

3. Lampung Selatan ( Marga Way Lima Handak)
Marga way lima handak merupakan marga pepadun untuk masyarakat Lampung
yang tinggal di daerah Lampung Selatan. Seperti halnya masyarakat lampung
yang ada didaerah lain, marga lima way handak memiliki beberapa kebudayaan
yang patut untuk terus dilestarikan, diantanya Nyalau, Ngebuyu, dan Penjunjongan.

4. Lampung Barat (Paksi Pak Sekala Brak)
Paksi Pak Sekala Brak adalah kerajaan adat di Provinsi Lampung. Secara adminstratif kepemerintahan saat ini, lokasi Kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Sesuai namanya, kerajaan adat Paksi Pak (empat paksi) Sekala Brak terdiri empat paksi yang masing-masing
dipimpin seorang sultan: Paksi Buay Pernong, Paksi Buay Belenguh, Paksi Buay Bejalan Diway dan Paksi Buay Nyerupa.

5. Lampung Timur (adat melinting)
Desa Wana merupakan salah satu dari tujuh desa inti kediaman masyarakat Lampung Melinting. Desa Wana merupakan desa yang terbentuk sejak tahun 1818, di dalamnya hidup berbagai macam suku pendatang atau transmigran dari berbagai daerah. Suku Lampung merupakan suku mayoritas yang berdomisili di
desa tersebut, tidak jarang pula Desa Wana dihuni oleh suku lainnya seperti suku Jawa, Sunda dan Banten. Masyarakat desa Wana walaupun bermacam-macam suku dan memiliki pekerjaan yang beragam pula namun tetap dapat hidup dengan rukun dan damai. Hubungan yang erat antara warga satu dengan yang lain tetap
terjaga. Masyarakatnya hidup atas dasar kekeluargaan sehingga sifat gotong royong saling membantu masih bisa terlihat. Kemudian kehidupan keagamaan masyarakat adat Melinting dan masyarakat suku lain sangat kental, hubungannya pun tetap baik walaupun berbeda agama. Begitulah kehidupan masyarakat desa Wana yang mayoritas beradat Melinting.

6. Pesisir Barat (Krui)
suku Krui atau Kroi adalah salah satu subsuku/bagian dari suku Lampung yang bermukim di kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Suku Krui diperkirakan berjumlah 30.000 jiwa.Suku Krui menggunakan dialek Lampung yang memiliki
pelafalan 'a' jelas.
Mayoritas suku Krui beragama Islam. Sebagian besar anggota suku adalah petani
dan pekebun. Dahulu hasil bumi utama mereka adalah satu spesies pohon damar, tetapi berubah menjadi kelapa sawit sejak tahun 2009.

3. Ya, ada. Seperti pada tradisi Nadran di Kabupaten Tanggamus. Dimana Tradisi Nadran termasuk bentuk interaksi manusia kepada sang pencipta atau Tuhan. Interaksi ini merupakan ucapan rasa syukur yang amat tulus muncul dari sebuah ekspresi yang dimiliki manusia dalam menjalani kehidupan. Muncul nya
rasa syukur pada masyarakat pesisir melatar belakangin akan rasa syukur atas penghasilan yang didapat dari hasil laut dan mengharapkan peningkatan atau hasil
yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Serta meminta kepada sang pencipta
untuk di jauhkan dari bencana atau bala ketika sedang mencari nafkah di laut.

Nadran sebenarnya merupakan suatu tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam: pemenuhan janji. Adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus merupakan ritual tolak bala (keselamatan).

PSPB Etnosains B Ganjil 2021/2022 -> Forum Diskusi 6

Eliska Bia Kusuma Putri གིས-
Eliska Bia Kusuma Putri
NPM 1913024018

Ya, ada. Seperti pada tradisi Nadran di Kabupaten Tanggamus. Dimana Tradisi Nadran termasuk bentuk interaksi manusia kepada sang pencipta atau Tuhan. Interaksi ini merupakan ucapan rasa syukur yang amat tulus muncul dari sebuah ekspresi yang dimiliki manusia dalam menjalani kehidupan. Muncul nya
rasa syukur pada masyarakat pesisir melatar belakangin akan rasa syukur atas penghasilan yang didapat dari hasil laut dan mengharapkan peningkatan atau hasil
yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Serta meminta kepada sang pencipta
untuk di jauhkan dari bencana atau bala ketika sedang mencari nafkah di laut.

Nadran sebenarnya merupakan suatu tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam: pemenuhan janji. Adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus merupakan ritual tolak bala (keselamatan).

PSPB Etnosains B Ganjil 2021/2022 -> Tugas 5

Eliska Bia Kusuma Putri གིས-
Eliska Bia Kusuma Putri
NPM 1913024018
1. Ngumo, merupakan sistem berladang yang berlaku dj masyarakat lampung khususnya masyarakat adat pepadun yang tinggal di daerah pedalaman. Makna Ritual dalam tradisi ini antara lain nyuwah (membakar), kusi (menebang pohon kecil) dan tuwagh (menebang pohon besar). Ngumo sendiri dimaknai sebagai penghormatan orang lampung terhadap lingkungan alamnya dengan memanfaatkan hutan sekaligus memelihara hutan.
2. Sebambangan, merupakan adat perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan dinikahi dengan persetujuan gadis tersebut untuk menghindarkan diri dari tata cara adat yang dianggap terlalu berlarut-larut. Sebambangan dilakukan apabila pasangan yang ingin melakukan pernikahan mendapatkan suatu kendala dalam proses pernikahannya. Makna Sebambangan adalah meskipun terdapat masalah/kendala pasti ada jalan keluarnya asalkan sama-sama mau berjuang. Kendala tersebut bisa karena tidak adanya restu orang tua, perbedaan status sosial ekonomi, atau puhak laki-laki tidak mampu membayar uang mahar yang diminta oleh pihak perempuan.

3. Peppung adat atau musyarawah, yang djmaknai oleh masyarakat dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut masyarakat juga harus berdasarkan kesepakatan atau pendapat masyarakat tersebut agar tetap terjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Peppung adat dilakukan dalam penyelesaian masalah adat, revitalisasi, hukum-hukum adat atau untuk mengembangkan rasionalisasi adat istiadat demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat adat setempat.
4. Toupang tawi yakni demgan mengoleskan ke telapak tangan pengantin yang akan menikah dengan tepung beras tiga warna yaitu warna putih, merah dan hijau. Kearifan lokal kni dimaknai sebagai penawar segala marabahaya dan menaburkan beras di campur bunga tujuh warna bermakna segara restu orang tua, segala doa terbaik agar sepasang suami istri ini menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohmah.
5. Upacara adat daduai, yang tercipta karena adanya pernikahan sebambangan dan dimaksudkan mendamaikan perselisihan antara kedua pihak keluarga yang terjadi akibat sebambangan pihak bujang dan gadis. Makna upacara daduai adalah dalam bahasa lampung, way berarti air. Air berfungsi untuk memadamkan api. Dengan demikian, upacara adat daduai bertujuan untuk memberikan kesejukan air yang dapat memadam-kan 'api amarah' dan membuat hati kedua belah pihak tentram, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak.

PSPB Etnosains B Ganjil 2021/2022 -> Tes Formatif 5

Eliska Bia Kusuma Putri གིས-
Eliska Bia Kusuma Putri
NPM 1913024018
1. Ngumo, merupakan sistem berladang yang berlaku dj masyarakat lampung khususnya masyarakat adat pepadun yang tinggal di daerah pedalaman. Makna Ritual dalam tradisi ini antara lain nyuwah (membakar), kusi (menebang pohon kecil) dan tuwagh (menebang pohon besar). Ngumo sendiri dimaknai sebagai penghormatan orang lampung terhadap lingkungan alamnya dengan memanfaatkan hutan sekaligus memelihara hutan.
2. Sebambangan, merupakan adat perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan dinikahi dengan persetujuan gadis tersebut untuk menghindarkan diri dari tata cara adat yang dianggap terlalu berlarut-larut. Sebambangan dilakukan apabila pasangan yang ingin melakukan pernikahan mendapatkan suatu kendala dalam proses pernikahannya. Makna Sebambangan adalah meskipun terdapat masalah/kendala pasti ada jalan keluarnya asalkan sama-sama mau berjuang. Kendala tersebut bisa karena tidak adanya restu orang tua, perbedaan status sosial ekonomi, atau puhak laki-laki tidak mampu membayar uang mahar yang diminta oleh pihak perempuan.

3. Peppung adat atau musyarawah, yang djmaknai oleh masyarakat dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut masyarakat juga harus berdasarkan kesepakatan atau pendapat masyarakat tersebut agar tetap terjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Peppung adat dilakukan dalam penyelesaian masalah adat, revitalisasi, hukum-hukum adat atau untuk mengembangkan rasionalisasi adat istiadat demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat adat setempat.
4. Toupang tawi yakni demgan mengoleskan ke telapak tangan pengantin yang akan menikah dengan tepung beras tiga warna yaitu warna putih, merah dan hijau. Kearifan lokal kni dimaknai sebagai penawar segala marabahaya dan menaburkan beras di campur bunga tujuh warna bermakna segara restu orang tua, segala doa terbaik agar sepasang suami istri ini menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohmah.
5. Upacara adat daduai, yang tercipta karena adanya pernikahan sebambangan dan dimaksudkan mendamaikan perselisihan antara kedua pihak keluarga yang terjadi akibat sebambangan pihak bujang dan gadis. Makna upacara daduai adalah dalam bahasa lampung, way berarti air. Air berfungsi untuk memadamkan api. Dengan demikian, upacara adat daduai bertujuan untuk memberikan kesejukan air yang dapat memadam-kan 'api amarah' dan membuat hati kedua belah pihak tentram, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak.