Eliska Bia Kusuma Putri
NPM 1913024018
1. Ngumbai Lawok
merupakan acara syukuran adat masyarakat Lampung Pesisir (utamanya di Kabupaten Pesisir Barat) atas rahmat Tuhan yang telah
mereka peroleh dari laut. Ngumbai lawok dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas banyaknya tangkapan ikan dan juta laut yang bersahabat, dengan harapan agar berlimpah hasil tangkapan juga keramahan laut terus bertambah,
dan meningkat.
2. Ngejalang
Dilaksanakan pada satu hari sebelum bulan Ramadhan, satu hari sebelum Idul Fitri serta
minggu pertama bulan Syawal setiap tahunnya, dan diikuti oleh lapisan masyarakat. Ngejalang dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, pada tanggal satu han sebelum masuk Ramadhan digelar Ngejalang Kukhuk, satu hari sebelum
hari Raya Idhul Fitri digelar Ngejalang Keluarga, 2 syawal digelar Ngejalang pangan, dilanjutkan pada tanggal 4 Syawal Ngejalang Kubur. Waktu pelaksanaan secara bergiliran setiap pekon atau marga.
3. Sistem Perladangan Masyarakat Adat Krui
Masyarakat Adat
Krui membedakan adanya dua tipe lahan hutan, yaitu pulan tuha (hutan primer)
dan pulan ngura (hutan sekunder). Pulan tuha biasanya menjadi preferensi pertama dalam pemilihan lahan ketika seorang petani berniat membuka hutan
untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa lahan demikian masih memiliki kesuburan yang cukup baik.
4. Nemui Nyimah
Nemui nyimah, sebagai konsep kearifan budaya lokal yakni sopan santun, berbagi dengan tetamu, pemurah dengan tetamu dan ramah kepada tamu. Merupakan piil pesenggiri (harga diri) bagi mereka bila kedatangan tetamu tidak
dilayani dengan baik. Maknanya nemui nyimah adalah filosofi bagi toleransi dan merawat harmoni bagi masyarakat Lampung.
5. Traisi Nadran
Masyarakat nelayan pada dasarnya
masih memiliki rasa kegelisahan ketika melaut, karena mereka langsung turun ke
laut tetapi masih belum mengetahui bagaimana kondisi nanti nya ketika melaut.
Terutama masalah cuaca merupakan faktor terpenting bagi nelayan, namun cuaca alam terkadang berubah-ubah yang dapat menjadi anacaman sewaktu waktu
dapat membuat nelayan celaka. Dengan kondisi seperti itu masyarakat pesisir mencari sandaran yang bisa menopang kelancaran pekerjaan sehingga terhindar dari bahaya, menjaga keselamatan jiwa, dan meningkatnya penghasilan. Maka
dari itu, masyarakat nelayan memiliki ikatan yang sangat intim dengan kekuatan supranatural yang di praktekan melalui ritual beragama.
NPM 1913024018
1. Ngumbai Lawok
merupakan acara syukuran adat masyarakat Lampung Pesisir (utamanya di Kabupaten Pesisir Barat) atas rahmat Tuhan yang telah
mereka peroleh dari laut. Ngumbai lawok dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas banyaknya tangkapan ikan dan juta laut yang bersahabat, dengan harapan agar berlimpah hasil tangkapan juga keramahan laut terus bertambah,
dan meningkat.
2. Ngejalang
Dilaksanakan pada satu hari sebelum bulan Ramadhan, satu hari sebelum Idul Fitri serta
minggu pertama bulan Syawal setiap tahunnya, dan diikuti oleh lapisan masyarakat. Ngejalang dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, pada tanggal satu han sebelum masuk Ramadhan digelar Ngejalang Kukhuk, satu hari sebelum
hari Raya Idhul Fitri digelar Ngejalang Keluarga, 2 syawal digelar Ngejalang pangan, dilanjutkan pada tanggal 4 Syawal Ngejalang Kubur. Waktu pelaksanaan secara bergiliran setiap pekon atau marga.
3. Sistem Perladangan Masyarakat Adat Krui
Masyarakat Adat
Krui membedakan adanya dua tipe lahan hutan, yaitu pulan tuha (hutan primer)
dan pulan ngura (hutan sekunder). Pulan tuha biasanya menjadi preferensi pertama dalam pemilihan lahan ketika seorang petani berniat membuka hutan
untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa lahan demikian masih memiliki kesuburan yang cukup baik.
4. Nemui Nyimah
Nemui nyimah, sebagai konsep kearifan budaya lokal yakni sopan santun, berbagi dengan tetamu, pemurah dengan tetamu dan ramah kepada tamu. Merupakan piil pesenggiri (harga diri) bagi mereka bila kedatangan tetamu tidak
dilayani dengan baik. Maknanya nemui nyimah adalah filosofi bagi toleransi dan merawat harmoni bagi masyarakat Lampung.
5. Traisi Nadran
Masyarakat nelayan pada dasarnya
masih memiliki rasa kegelisahan ketika melaut, karena mereka langsung turun ke
laut tetapi masih belum mengetahui bagaimana kondisi nanti nya ketika melaut.
Terutama masalah cuaca merupakan faktor terpenting bagi nelayan, namun cuaca alam terkadang berubah-ubah yang dapat menjadi anacaman sewaktu waktu
dapat membuat nelayan celaka. Dengan kondisi seperti itu masyarakat pesisir mencari sandaran yang bisa menopang kelancaran pekerjaan sehingga terhindar dari bahaya, menjaga keselamatan jiwa, dan meningkatnya penghasilan. Maka
dari itu, masyarakat nelayan memiliki ikatan yang sangat intim dengan kekuatan supranatural yang di praktekan melalui ritual beragama.