Posts made by Hafizh Abdoel Ghofar

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analis Jurnal

by Hafizh Abdoel Ghofar -
Nama: Hafizh Abdoel Ghofar
NPM: 2415061076
Kelas: PSTI C

Analisis Jurnal “Urgensi Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan IPTEK”

Latar Belakang:
Jurnal ini membahas pentingnya Pancasila sebagai landasan pengembangan IPTEK di Indonesia. Hal ini didasari karena Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama bangsa Indonesia yang mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Permasalahan Utama:
- Perkembangan IPTEK yang pesat dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dilandasi nilai-nilai Pancasila.
- Adanya kekhawatiran akan terjadinya sekularisme dalam pengembangan ilmu jika terlepas dari ideologi Pancasila.

Konsep Dasar:
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan IPTEK memiliki beberapa pengertian:
- IPTEK yang dikembangkan tidak boleh bertentangan dengan nilai Pancasila.
- Pengembangan harus didasarkan pada nilai Pancasila.
- Pancasila berperan sebagai rambu normatif.
- Pengembangan IPTEK harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia.

Implementasi Nilai:
Setiap sila dalam Pancasila memiliki implementasi dalam pengembangan IPTEK:
- Ketuhanan: Mempertimbangkan rasional antara akal, rasa, dan kehendak.
- Kemanusiaan: Dasar moralitas pengembangan IPTEK.
- Persatuan: Kesadaran nasionalisme dalam pengembangan IPTEK.
- Kerakyatan: Pengembangan berdasar kepentingan demokrasi.
- Keadilan Sosial: Menjaga keseimbangan dalam kehidupan.

Urgensi Penegasan:
Pentingnya penegasan Pancasila sebagai dasar nilai IPTEK didasari oleh:
- Pluralisme nilai yang berkembang di masyarakat.
- Dampak negatif kemajuan IPTEK yang dapat membahayakan eksistensi manusia.
- Dominasi negara Barat dalam perkembangan IPTEK yang dapat mengancam nilai-nilai khas bangsa Indonesia.

Kesimpulan:
Pancasila sebagai dasar pengembangan IPTEK bertujuan untuk:
- Memastikan pengembangan IPTEK sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
- Menjadikan nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan.
- Menjadi rambu-rambu normatif agar tidak keluar dari cara berpikir bangsa Indonesia.

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analisis Soal

by Hafizh Abdoel Ghofar -
Nama: Hafizh Abdoel Ghofar
NPM: 2415061076
Kelas: PSTI C

A. Sistem Etika Perilaku Politik Saat Ini dan Kesesuaiannya dengan Nilai-Nilai Pancasila

Sistem etika perilaku politik di Indonesia saat ini, meskipun banyak mengalami perkembangan dalam konteks demokratisasi dan reformasi, masih menghadapi sejumlah tantangan besar dalam hal kesesuaian dengan nilai-nilai Pancasila. Secara umum, perilaku politik yang ada di Indonesia cenderung dipengaruhi oleh kepentingan pragmatis, individu, dan kelompok tertentu, yang seringkali mengabaikan prinsip-prinsip etika yang terkandung dalam Pancasila.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dianalisis mengenai sistem etika perilaku politik saat ini dan hubungannya dengan Pancasila:

1. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Pancasila, Sila ke-5)
Dalam konteks politik, keadilan sosial adalah salah satu nilai yang paling sering dilanggar, terutama dalam praktik-praktik korupsi dan ketidakadilan dalam pembagian sumber daya. Praktik politik yang masih sangat dipengaruhi oleh kepentingan kelompok tertentu, seperti elit politik, menyebabkan ketidakadilan sosial. Ini berlawanan dengan nilai Pancasila yang menekankan keadilan bagi seluruh rakyat.

2. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Pancasila, Sila ke-4)
Demokrasi Indonesia telah memberikan ruang yang lebih besar bagi partisipasi politik masyarakat. Namun, dalam praktiknya, banyak kebijakan yang tidak dihasilkan melalui musyawarah yang benar-benar mencerminkan suara rakyat, dan lebih sering dipengaruhi oleh kekuatan politik tertentu yang cenderung untuk "memenangkan" kepentingan mereka. Hal ini berlawanan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat yang seharusnya menjadi dasar dalam mengambil keputusan politik.

3. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Pancasila, Sila ke-2)
Sering kali kita menyaksikan tindakan kekerasan, diskriminasi, atau penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ketidakpedulian terhadap hak asasi manusia dalam perilaku politik dan ketidakadilan sosial di beberapa daerah menunjukkan bahwa etika perilaku politik masih jauh dari mencerminkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

4. Ketuhanan Yang Maha Esa (Pancasila, Sila ke-1)
Etika politik yang sehat seharusnya mencerminkan penghargaan terhadap semua agama dan keyakinan, namun di banyak kasus, kita sering melihat manipulasi agama dalam politik untuk mencapai tujuan tertentu. Ini tentu bertentangan dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menekankan penghormatan terhadap pluralitas dan kebebasan beragama.

Secara keseluruhan, meskipun Indonesia memiliki dasar ideologi yang kuat melalui Pancasila, praktik politik di lapangan sering kali tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai tersebut. Berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan ketidakadilan sosial masih menjadi tantangan besar. Oleh karena itu, pembenahan sistem etika perilaku politik sangat diperlukan agar Indonesia benar-benar dapat mewujudkan cita-cita Pancasila.



B. Etika Generasi Muda di Sekitar Tempat Tinggal dan Mencerminkan Etika Bangsa Indonesia

Etika generasi muda saat ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal, termasuk perkembangan teknologi, media sosial, dan perubahan sosial budaya. Secara umum, etika generasi muda di banyak tempat di Indonesia mengalami pergeseran, yang sebagian mencerminkan tantangan besar dalam penerapan nilai-nilai bangsa Indonesia, terutama dalam menghadapi dekadensi moral.

Beberapa karakteristik etika generasi muda yang tampak di masyarakat saat ini:

1. Individualisme yang Tinggi
Banyak anak muda yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Ini terlihat dalam sikap konsumtif, gaya hidup yang materialistik, dan kurangnya kepedulian terhadap masalah sosial di sekitar mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai gotong royong dan kebersamaan yang tercermin dalam Pancasila.

2. Kurangnya Empati dan Toleransi
Fenomena intoleransi dan sikap sektarian juga mulai berkembang di kalangan generasi muda. Banyak di antara mereka yang kurang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dan pluralisme yang diajarkan dalam Pancasila, dan lebih memilih membela kelompok atau identitas tertentu, bahkan jika itu mengarah pada diskriminasi terhadap kelompok lain.

3. Pengaruh Negatif Media Sosial
Media sosial yang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari banyak mempengaruhi cara berpikir dan bertindak generasi muda. Di satu sisi, media sosial dapat menjadi alat positif untuk menyebarkan informasi dan memperluas wawasan. Namun, di sisi lain, sering kali berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan kebencian, hoaks, atau konten negatif yang merusak moral dan etika.

4. Pengabaian Terhadap Etika dalam Dunia Kerja dan Pendidikan
Dalam dunia kerja, beberapa generasi muda menganggap pencapaian materi atau jabatan lebih penting daripada proses yang dilakukan untuk mencapainya. Begitu juga dalam pendidikan, banyak yang cenderung memilih cara instan untuk mendapatkan nilai baik, seperti mencontek atau mengikuti tren tanpa mempertimbangkan nilai kejujuran.

Solusi terhadap Dekadensi Moral di Kalangan Generasi Muda

Untuk mengatasi dekadensi moral yang terjadi di kalangan generasi muda, beberapa langkah yang bisa diambil adalah:

1. Pendidikan Karakter yang Lebih Tegas
Pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila dan etika yang kuat harus lebih ditekankan dalam kurikulum pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pengenalan konsep etika dan moral yang berlandaskan pada nilai kebangsaan sejak usia dini sangat penting untuk membentuk pola pikir yang lebih baik.

2. Pemberdayaan Media Sosial untuk Edukasi Positif
Generasi muda harus diberikan pelatihan untuk menggunakan media sosial secara bijak, untuk memanfaatkan platform ini dalam hal-hal yang bermanfaat, seperti kampanye sosial, edukasi, dan kegiatan positif lainnya. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam menciptakan ruang-ruang edukasi yang baik di dunia maya.

3. Penguatan Nilai Gotong Royong dan Kepedulian Sosial
Membangun kembali semangat gotong royong dan kepedulian sosial di kalangan generasi muda sangat penting. Melalui berbagai kegiatan sosial, seperti program bakti sosial atau pelayanan masyarakat, anak muda bisa dilibatkan untuk merasakan pentingnya memberi kepada sesama dan memperbaiki lingkungan.

4. Keteladanan dari Pemimpin dan Tokoh Masyarakat
Untuk mendorong perubahan positif, para pemimpin, baik dalam pemerintahan, organisasi, maupun masyarakat, perlu menunjukkan keteladanan dalam etika dan moral. Generasi muda seringkali mencontoh perilaku orang dewasa, oleh karena itu penting bagi mereka untuk melihat contoh yang baik dalam kehidupan nyata.

Secara keseluruhan, dekadensi moral yang terjadi di kalangan generasi muda memerlukan pendekatan yang holistik, dengan melibatkan pendidikan, media, keluarga, dan masyarakat dalam memperbaiki etika dan nilai yang ada. Pembinaan moral yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila akan sangat penting untuk menciptakan generasi muda yang lebih baik di masa depan.

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analisis Jurnal

by Hafizh Abdoel Ghofar -
Nama: Hafizh Abdoel Ghofar
NPM: 2415061076

1. Fokus dan Signifikansi Penelitian:
Jurnal ini mengkaji bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diimplementasikan melalui fungsi kontrol sosial media massa untuk mengurangi kejahatan di Indonesia. Hal ini sangat relevan mengingat peran media yang berpengaruh dalam membentuk opini dan perilaku publik.

2. Pendekatan Metodologi:
Penelitian menggunakan metodologi penelitian hukum normatif, dengan menggabungkan berbagai pendekatan termasuk analisis perundang-undangan, sosial, dan berbasis prinsip untuk mengkaji regulasi media dan hubungannya dengan nilai-nilai Pancasila.

3. Temuan Utama:
- Terdapat kesenjangan yang signifikan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam praktik media di Indonesia.
- Media massa belum efektif menjalankan perannya sebagai mekanisme kontrol sosial, yang mengakibatkan penyebaran informasi yang tidak dapat dipercaya.
- Fungsi pengawasan media sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.

4. Masalah Kritis yang Teridentifikasi:
- Banyak media gagal mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam konten mereka, yang berkontribusi pada penurunan moral.
- Ada kecenderungan yang mengkhawatirkan ke arah individualisme daripada nilai-nilai kolektif dalam konten media.

5. Implikasi Praktis:
Penelitian menunjukkan bahwa media massa seharusnya dimanfaatkan sebagai alat pencegahan kejahatan daripada hanya mengandalkan kebijakan penal tradisional. Ini membutuhkan penekanan yang lebih kuat pada jurnalisme etis dan pelaporan yang akurat untuk mendidik publik secara efektif.

6. Kontribusi Teoretis:
Penelitian ini membangun hubungan yang jelas antara Pancasila sebagai ideologi dasar Indonesia dan penerapan praktisnya melalui media massa untuk pembangunan masyarakat.
Nama: Hafizh Abdoel Ghofar
Kelas: PSTI-C
NPM:2415061076

Poin-Poin Penting dari Materi:
1. Mahasiswa perlu memahami Pancasila sebagai sistem filsafat untuk mengatasi ketidakseimbangan antara cara bertindak dan berpikir, yang menjadi tantangan bagi keteguhan ideologi negara Indonesia

2. Pancasila memiliki dua peran:
- Sebagai "filosofis grondslag" (dasar filosofis) - memberikan dasar teoritis dan abstrak untuk pemikiran mendalam
- Sebagai "weltanschauung" (pandangan hidup) - memberikan panduan praktis bagi masyarakat Indonesia

3. Pancasila menghadapi dua tantangan utama di era modern:
- Kapitalisme yang menyebabkan individualisme berlebihan dan konsumerisme
- Komunisme yang mengancam peran rakyat dalam bernegara

Manfaat Mempelajari Pancasila:
1. Mengembangkan pola pikir dan perilaku yang seimbang, membantu melawan ketidakseimbangan kehidupan modern yang dapat merusak lingkungan dan mental bangsa

2. Mendorong pemahaman kontemplatif, meningkatkan kesadaran akan sejarah dan pemikiran filosofis para pendiri bangsa

3. Memberikan nilai praktis lebih dari sekedar hafalan, menjadi dasar perilaku yang baik dalam masyarakat

4. Meningkatkan pemikiran kritis, seperti yang ditekankan oleh kebijaksanaan Soekarno bahwa belajar tanpa berpikir itu sia-sia, sementara berpikir tanpa belajar bisa berbahaya
Nama: Hafizh Abdoel Ghofar
Kelas: PSTI-C
NPM: 2415061076

Setelah saya membaca dan menganalisis jurnal "Hubungan Antara Hukum dan Etika Dalam Politik Hukum Di Indonesia" karya Sri Pujiningsih, saya Hafizh Abdul Ghoffar menyimpulkan beberapa poin penting:

1. Aspek Fundamental
Menurut pemahaman saya, jurnal ini mengungkapkan hubungan yang mendalam antara etika dan hukum dalam konteks Indonesia. Saya melihat bagaimana penulis menghubungkan keduanya melalui tiga dimensi penting yang saling terkait

2. Analisis Politik Hukum
Dari sudut pandang saya sebagai mahasiswa, saya menemukan bahwa politik hukum dijelaskan sebagai proses yang dinamis. Ini mencakup:
- Kebijakan dasar pembentukan hukum
- Dinamika kekuasaan dalam pembentukan hukum
- Implementasi untuk mencapai tujuan negara

3. Perkembangan Etika
Yang menarik perhatian saya adalah bagaimana jurnal ini menjabarkan evolusi sistem etika. Saya memahami bahwa etika berkembang dari konsep religius hingga menjadi sistem yang lebih terbuka dan fungsional

4. Aspek Pembentukan Hukum
Dalam analisis saya, proses pembentukan hukum di Indonesia dijelaskan secara sistematis, melibatkan:
- Perencanaan yang terstruktur
- Partisipasi berbagai elemen masyarakat
- Integrasi dengan program pembangunan nasional

5. Relevansi dengan Tujuan Negara
Saya mengamati bahwa jurnal ini secara efektif mengaitkan pembahasan dengan tujuan negara dalam UUD 1945, mencakup aspek perlindungan, kesejahteraan, pendidikan, dan peran internasional

Sebagai mahasiswa, saya menyimpulkan bahwa jurnal ini memberikan pemahaman komprehensif tentang bagaimana etika dan hukum saling mempengaruhi dalam konteks politik hukum Indonesia . Analisis ini sangat relevan untuk memahami dinamika pembentukan hukum di negara kita.