Posts made by Putri Hepti Amelia

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analisis Jurnal

by Putri Hepti Amelia -
Nama : Putri Hepti Amelia
NPM : 2415061005
Kelas : PSTI D

1. Poin-Poin Utama dan Argumen
A) Media Massa sebagai Agen Perubahan: Jurnal ini dengan tegas menempatkan media massa sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk karakter
bangsa. Media tidak hanya sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai moral dan sosial.
B) Pancasila sebagai Dasar Nilai: Pancasila dijadikan sebagai landasan utama dalam pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dianggap sebagai solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial, termasuk kejahatan.
C) Kontrol Sosial: Media massa berperan sebagai alat kontrol sosial yang efektif. Melalui pemberitaan yang konstruktif, media dapat mempengaruhi perilaku
masyarakat dan mendorong mereka untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Tantangan Implementasi: Jurnal ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam upaya menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui media massa, seperti komersialisasi media, penyebaran berita hoaks, dan kurangnya literasi media masyarakat.

3. Kekuatan Jurnal
A) Relevansi Tema: Tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi sosial Indonesia saat ini, di mana nilai-nilai moral dan sosial semakin terkikis.
B) Landasan Teori yang Kuat: Jurnal ini menggunakan landasan teori yang kuat, baik dari perspektif hukum maupun sosiologi.
C) Analisis yang Sistematis: Analisis dalam jurnal ini dilakukan secara sistematis, dengan menghubungkan antara teori, regulasi, dan praktik di lapangan.

4. Kelemahan Jurnal
A) Fokus Terlalu Sempit: Jurnal ini lebih fokus pada peran media massa dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila, sementara faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan karakter seperti keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial kurang dibahas secara mendalam.
B) Kurangnya Data Empiris: Jurnal ini lebih bersifat normatif dan kurang didukung oleh data empiris yang kuat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengukur
efektivitas media massa dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila.
C) Definisi Kontrol Sosial yang Terbatas: Konsep kontrol sosial yang digunakan dalam jurnal ini masih terbatas pada peran media massa. Padahal, kontrol sosial
dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti hukum, agama, dan norma sosial.

Implikasi dan Saran
1) Pentingnya Literasi Media: Masyarakat perlu diberikan pendidikan literasi media yang memadai agar dapat membedakan informasi yang benar dan salah.
2) Kerjasama Multisektor: Perlu adanya kerjasama antara pemerintah, media massa, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi tumbuhnya nilai-nilai Pancasila.
3) Penelitian Lebih Lanjut: Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengukur efektivitas berbagai strategi dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila, termasuk peran
media sosial dan teknologi informasi.
4) Evaluasi Kebijakan: Kebijakan yang berkaitan dengan media massa perlu dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analisis Soal

by Putri Hepti Amelia -
Nama : Putri Hepti Amelia
NPM : 2415061005
Kelas : PSTI D

1. Sistem etika perilaku politik saat ini di Indonesia masih jauh dari ideal dan belum sepenuhnya sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, penyebabnya yaitu:
a) Dualisme norma: Terdapat gap yang cukup besar antara norma yang tertulis (dalam undang-undang dan peraturan) dengan norma yang berlaku dalam praktik.
b) Kesenjangan antara elite dan rakyat: Elit politik seringkali lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya daripada kepentingan rakyat banyak.
c) Lemahnya penegakan hukum: Hukum seringkali tidak ditegakkan secara konsisten dan adil, sehingga menciptakan impunitas bagi pelaku korupsi dan
pelanggaran etika lainnya.
d) Kurangnya partisipasi masyarakat: Masyarakat belum secara aktif terlibat dalam pengawasan dan pengendalian perilaku politik.
e) Nilai-nilai Pancasila seperti keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, persatuan Indonesia, dan ketuhanan Yang Maha Esa seharusnya menjadi dasar dalam
menjalankan pemerintahan. Namun, dalam praktiknya, nilai-nilai ini seringkali dilupakan atau bahkan diabaikan.

2. Etika generasi muda saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perkembangan teknologi, pengaruh budaya asing, dan kondisi sosial ekonomi.
a) Individualisme yang tinggi: Generasi muda cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama.
b) Toleransi yang menurun: Ketidakmampuan untuk menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan.
c) Konsumerisme: Gaya hidup konsumtif yang mendorong perilaku hedonis.

Meskipun demikian, masih banyak generasi muda yang memiliki nilai-nilai positif dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk mengatasi masalah dekadensi moral, beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah:

a) Pendidikan karakter: Menanamkan nilai-nilai moral sejak dini melalui pendidikan formal maupun non-formal.
b) Penguatan peran keluarga: Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak.
c) Peningkatan kualitas kepemimpinan: Membentuk pemimpin yang memiliki integritas dan mampu menjadi role model bagi generasi muda.
d) Pemanfaatan teknologi: Menggunakan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai positif dan meningkatkan literasi digital.
e) Partisipasi masyarakat: Memberikan ruang bagi generasi muda untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

Permasalahan etika dalam pemerintahan dan masyarakat merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif dan berkelanjutan. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, kemudian meluas ke lingkungan sekitar, dan akhirnya pada sistem yang lebih besar.
Nama : Putri Hepti Amelia
NPM : 2415061005
Kelas : PSTI D

tanggapan saya adalah pada video tersebut menekankan pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi sebagai upaya untuk mendorong mahasiswa berpikir kontemplatif dan memahami filosofi di balik kelahiran dan penerapan Pancasila. Pendidikan ini mengajak mahasiswa untuk tidak hanya menghafal Pancasila, tetapi juga menghayati nilai-nilainya dan menggunakannya sebagai panduan dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku, baik dalam konteks individu maupun sosial.

Keuntungan yang didapat dalam pembelajaran pancasila adalah:
1. Membangun Kesadaran Historis dan Filosofis: Pembelajaran Pancasila memfasilitasi mahasiswa untuk memahami konteks historis dan nilai filosofis yang mendasari pembentukannya. Ini membantu mahasiswa menyadari perjuangan para pendiri bangsa seperti Soekarno dalam menggagas dan memformulasikan Pancasila, serta tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan relevansinya.

2. Memperkuat Nilai-Nilai Karakter: Melalui pemahaman yang mendalam tentang Pancasila sebagai sistem filsafat, mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang berlandaskan nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, dan persatuan. Ini penting untuk mencegah sikap individualistik dan konsumerisme berlebihan yang merupakan dampak negatif dari kapitalisme.

3. Mendorong Pemikiran Kritis dan Holistik: Pendidikan Pancasila melatih mahasiswa untuk berpikir komprehensif dan analitis dalam menghadapi tantangan modern, seperti kapitalisme dan komunisme, yang bisa merusak keseimbangan sosial dan moral. Dengan memahami philosophische grondslag dan weltanschauung, mahasiswa dapat mengembangkan cara berpikir yang lebih bijak dan seimbang.

4. Memupuk Sikap Bertanggung Jawab sebagai Warga Negara: Mahasiswa yang memahami Pancasila secara filosofis akan lebih sadar akan perannya dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berperan aktif dalam menjaga keutuhan bangsa. Mereka dapat menilai tindakan berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan menjadikannya landasan dalam kehidupan bernegara.

5. Menghadapi Tantangan Globalisasi: Di tengah globalisasi, nilai-nilai Pancasila menjadi penting untuk membangun identitas nasional yang kuat. Pendidikan Pancasila memberikan mahasiswa alat untuk menilai dan menyikapi pengaruh eksternal secara kritis tanpa melupakan nilai-nilai kebangsaan.

Secara keseluruhan, pendidikan Pancasila membawa manfaat dalam pembentukan generasi muda yang tidak hanya berpendidikan tinggi, tetapi juga memiliki jiwa yang berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila. Hal ini penting untuk membangun bangsa yang kuat, adil, dan bermartabat di masa depan.

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analisis Jurnal

by Putri Hepti Amelia -
Nama : Putri Hepti Amelia
NPM : 2415061005
Kelas : PSTI D

Jurnal ini menganalisis secara mendalam tentang hubungan antara hukum dan etika dalam konteks politik hukum di Indonesia. Penulis, Sri Pujiningsih, berargumen bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki peran sentral dalam membentuk nilai-nilai etis yang kemudian diwujudkan dalam sistem hukum Indonesia.

Jurnal ini membahas point-point=
1. Tujuan Negara dan Politik Hukum: Jurnal ini mengaitkan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dengan konsep politik hukum. Politik hukum, menurut penulis, merupakan proses perancangan, perumusan, dan kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan negara tersebut.
2. Hukum sebagai Hasil Akhir Kebijakan Publik: Pembentukan undang-undang atau kaedah hukum dilihat sebagai tahap akhir dari suatu proses kebijakan publik yang lebih luas. Proses ini melibatkan berbagai kepentingan dan pertimbangan, termasuk nilai-nilai etis.
3. Etika Terapan dalam Bernegara: Etika terapan, yang membahas tentang perilaku manusia, dalam konteks ini dikaitkan dengan perilaku manusia dalam bernegara. Penulis menekankan pentingnya etika dalam memandu tindakan manusia dalam bernegara.
4. Hubungan Hukum dan Etika: Jurnal ini mengidentifikasi tiga dimensi hubungan antara hukum dan etika:
Dimensi Substansi dan Wadah: Hukum sebagai wadah bagi nilai-nilai etis.
5. Dimensi Keluasan Cakupan: Hubungan antara hukum dan etika dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.
6. Dimensi Alasan Manusia: Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk mematuhi atau melanggar hukum, yang seringkali terkait dengan pertimbangan etis.
7. Peran Pancasila: Pancasila, sebagai dasar negara, dipandang sebagai sumber nilai dan etika yang menjadi landasan bagi pembentukan hukum di Indonesia.

Jurnal ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami kompleksitas hubungan antara hukum dan etika dalam konteks politik hukum di Indonesia.:
1. Keterkaitan Hukum dan Etika: Jurnal ini secara jelas menunjukkan bahwa hukum dan etika bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan saling terkait dan saling mempengaruhi. Hukum tidak hanya sekadar aturan formal, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan etika yang dianut oleh suatu masyarakat.
2. Peran Pancasila: Penulis berhasil menghubungkan konsep hukum dan etika dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Pancasila sebagai sumber inspirasi dan pedoman bagi pembentukan hukum di Indonesia.
3. Dimensi Multifaceted Hubungan Hukum dan Etika: Jurnal ini menyajikan analisis yang komprehensif dengan mengidentifikasi tiga dimensi hubungan hukum dan etika. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya sangat kompleks dan melibatkan berbagai aspek.

PSTI C dan D MKU Pancasila 2024 -> Forum Analisis Soal

by Putri Hepti Amelia -
Nama : Putri Hepti Amelia
NPM : 2415061005
Kelas : PSTI D

A. Menurut pendapat saya sebagai salah satu orang yang merasakan jaman covid ini bahwa Proses pendidikan di tengah pandemi COVID-19 mengalami transformasi yang signifikan, dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Artikel tersebut telah menyoroti beberapa poin penting:
1) Tantangan Infrastruktur: Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat dan koneksi internet yang memadai. Hal ini menciptakan kesenjangan digital yang semakin memperlebar gap pendidikan.
2) Beban Orang Tua: Orang tua turut berperan aktif dalam mendampingi anak belajar, namun tidak semua orang tua memiliki kemampuan dan waktu yang sama untuk melakukannya.
3) Dampak Ekonomi: Pandemi berdampak pada perekonomian, sehingga banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, termasuk biaya pendidikan.
4) Potensi Meningkatnya Angka Putus Sekolah: Kondisi ekonomi yang sulit dapat memaksa anak untuk berhenti sekolah dan mencari nafkah.
5) Kualitas Pendidikan: PJJ belum tentu memberikan kualitas pembelajaran yang sama dengan pembelajaran tatap muka.

B. Untuk membuat efektif proses pendidikan di tengah pandemi, beberapa hal yang dapat dilakukan:
1) Peningkatan Akses: Pemerintah perlu menyediakan perangkat dan koneksi internet yang terjangkau bagi siswa yang membutuhkan.
Pengembangan Kurikulum: Kurikulum perlu disesuaikan dengan model pembelajaran jarak jauh, dengan lebih menekankan pada pembelajaran mandiri dan berbasis proyek.
2) Pelatihan Guru: Guru perlu diberikan pelatihan yang memadai untuk dapat mengajar secara efektif melalui platform online.
Kerjasama dengan Masyarakat: Masyarakat perlu terlibat aktif dalam mendukung proses pembelajaran siswa, misalnya dengan menyediakan fasilitas belajar bersama.
3) Penguatan Nilai-nilai Pancasila: Pendidikan karakter tetap harus menjadi prioritas, meskipun dalam kondisi pandemi. Nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong dan kemanusiaan dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

C. Contoh Kasus: Selama pandemi, seorang siswa di sebuah desa terpencil membantu tetangganya yang kesulitan mendapatkan bahan makanan dengan mengumpulkan sumbangan dari teman-temannya.
menurut pendapat saya, saya Analisis: Tindakan siswa tersebut mencerminkan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Dalam situasi sulit, siswa tersebut menunjukkan kepedulian terhadap sesama dan berusaha untuk membantu masyarakat di sekitarnya.

Contoh Kasus Lainnya:
Jujur: Seorang siswa yang mengikuti ujian online tidak mencontek, meskipun dia memiliki kesempatan untuk melakukannya.
Disiplin: Seorang siswa selalu mengikuti jadwal belajar yang telah ditentukan oleh gurunya.
Tanggung Jawab: Seorang siswa membantu orang tuanya dalam pekerjaan rumah tangga sambil tetap mengerjakan tugas sekolah.
Peduli: Seorang siswa ikut serta dalam kegiatan sosial untuk membantu korban bencana alam.
Santun: Seorang siswa selalu menggunakan bahasa yang sopan dalam berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya.
Ramah Lingkungan: Seorang siswa aktif dalam kampanye pelestarian lingkungan di sekolahnya.
Gotong Royong: Sekelompok siswa bekerja sama untuk membuat video pembelajaran bagi teman-temannya yang kesulitan memahami materi pelajaran.
Cinta Damai: Seorang siswa berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan teman-temannya secara damai.

D. Hakikat Pancasila sebagai Paradigma Berpikir, Bersikap, dan Berperilaku
Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai luhur yang dapat menjadi pedoman dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Dalam konteks pendidikan, Pancasila dapat menjadi landasan untuk membentuk karakter siswa yang baik. Hakikat Pancasila dalam pengaktualisasian nilai-nilai di dalamnya adalah sebagai berikut:

Panduan Hidup: Pancasila memberikan arah dan tujuan hidup bagi setiap individu.
Sumber Nilai: Pancasila menjadi sumber nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku.
Pemersatu Bangsa: Pancasila menyatukan keberagaman bangsa Indonesia.
Dasar Negara: Pancasila menjadi dasar dalam penyelenggaraan negara.
Dengan demikian, Pancasila tidak hanya sekedar simbol negara, tetapi juga merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.