Posts made by Tantowi Jauhari

TA2025 -> DISKUSI

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

Aspek perilaku dalam akuntansi menunjukkan bahwa praktik akuntansi tidak hanya bersifat teknis dan rasional, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan budaya yang melekat pada manusia sebagai penggunanya. Berdasarkan kedua jurnal, “Exploring the Impact of Behavioral Factors on Accounting Systems and Financial Decision-Making” (Muhammad Daham Sabbar, 2024) dan “Concepts of Behavioral Accounting from Psychological, Social, and Human Behavior Aspects” (Sri Trisnaningsih & Gempita Asmaul Husna, 2022), perilaku individu seperti motivasi, persepsi, nilai, emosi, dan bias kognitif (overconfidence, confirmation bias, framing) berpengaruh besar terhadap bagaimana seseorang memproses, menafsirkan, dan menggunakan informasi akuntansi.

Sabbar menegaskan bahwa faktor perilaku dapat mengganggu objektivitas pengambilan keputusan keuangan bila tidak dikelola dengan baik. Misalnya, kepercayaan berlebih atau bias konfirmasi dapat menyebabkan kesalahan dalam perencanaan anggaran dan pelaporan keuangan. Di sisi lain, Trisnaningsih menjelaskan bahwa aspek psikologi dan sosial—seperti motivasi, nilai moral, kepribadian, dan sikap—berperan dalam membentuk perilaku etis akuntan dan manajemen. Jika aspek ini diabaikan, sistem akuntansi bisa menjadi alat manipulasi, seperti yang terjadi pada kasus Enron.

Urgensi akuntansi keperilakuan terletak pada kemampuannya meningkatkan keandalan dan kualitas laporan keuangan melalui pemahaman faktor manusia di balik angka. Dengan mempertimbangkan perilaku pengguna, sistem akuntansi dapat dirancang agar lebih mudah dipahami, adil, dan mendukung pengambilan keputusan yang rasional. Selain itu, pemahaman perilaku juga membantu memperkuat etika profesi akuntan dan mencegah praktik curang melalui pembentukan budaya organisasi yang berintegritas dan transparan.

Dalam konteks proses standard-setting, kedua jurnal mengisyaratkan bahwa penyusunan standar akuntansi bukan sekadar hasil analisis teknis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik. Di tingkat global, lembaga seperti IASB yang menetapkan IFRS sering kali dipengaruhi oleh negara-negara maju dan kepentingan korporasi besar yang memiliki kekuatan ekonomi lebih tinggi. Di tingkat nasional, termasuk Indonesia, proses penetapan standar sering dipengaruhi oleh tekanan politik, kepentingan industri, serta kebijakan pemerintah yang berupaya menyesuaikan standar internasional dengan nilai-nilai lokal dan keberlanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa standard-setting merupakan hasil negosiasi antara kepentingan ekonomi, politik, dan sosial.

Secara keseluruhan, akuntansi keperilakuan berperan penting sebagai jembatan antara aspek manusia dan sistem akuntansi formal. Pendekatan ini membantu membangun pelaporan keuangan yang tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga adil, etis, dan kontekstual. Dengan memahami perilaku individu dan dinamika sosial di balik proses akuntansi, praktik dan standar yang dihasilkan dapat lebih mencerminkan realitas ekonomi dan sosial yang sebenarnya serta mendorong akuntabilitas dan keberlanjutan dalam dunia bisnis.


TA2025 -> CASE STUDY

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

1. Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin berhati-hati dalam mengakui biaya lingkungan hidup jangka panjang, seperti kewajiban reklamasi tambang. Pendekatan ini didorong oleh keinginan untuk menghindari overstatement laba serta menunjukkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Motivasi tersebut mencerminkan prinsip kehati-hatian dalam akuntansi dan keinginan menjaga reputasi perusahaan di mata regulator dan masyarakat. Dampaknya, laporan keuangan menjadi lebih andal dan transparan bagi stakeholder, meskipun laba yang dilaporkan mungkin lebih rendah di jangka pendek.

2. Sikap Akuntan terhadap Tekanan Investor
Sebagai akuntan, tekanan dari investor luar negeri untuk mengubah kebijakan akuntansi menjadi lebih agresif harus disikapi dengan tetap berpegang pada prinsip etika profesi, seperti integritas, objektivitas, dan profesionalisme. Mengikuti keinginan investor yang bertujuan meningkatkan laba secara tidak wajar dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan bertentangan dengan standar akuntansi yang berlaku. Oleh karena itu, akuntan sebaiknya menolak tekanan tersebut dan tetap menerapkan kebijakan konservatif yang sesuai dengan PSAK dan IFRS agar laporan keuangan tetap jujur, relevan, dan dapat dipercaya.

3. Pengaruh Ekonomi Politik dalam Penetapan Standar Akuntansi
Penetapan standar akuntansi tidak hanya dipengaruhi oleh aspek teknis, tetapi juga oleh faktor ekonomi dan politik di tingkat nasional maupun global. Dalam kasus PT Lestari Mineral, proses perumusan standar akuntansi nasional yang menonjolkan nilai keberlanjutan dipengaruhi oleh tekanan politik dari asosiasi industri yang ingin menjaga kepentingan ekonominya. Di tingkat global, negara-negara maju dan investor besar juga memiliki pengaruh terhadap IFRS. Contohnya, penyusunan IFRS 6 tentang eksplorasi sumber daya mineral dipengaruhi oleh lobi perusahaan tambang besar agar pengakuan biaya eksplorasi lebih fleksibel.

4. Perbandingan Pendekatan Principles-Based dan Rules-Based
Pendekatan berbasis prinsip (principles-based) seperti IFRS memberikan fleksibilitas bagi akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan substansi ekonomi transaksi. Sementara itu, pendekatan berbasis aturan (rules-based) seperti GAAP bersifat lebih rinci dan kaku, mengurangi ruang interpretasi. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena sejalan dengan konvergensi PSAK ke IFRS serta mendukung transparansi, akuntabilitas, dan nilai keberlanjutan dalam pelaporan keuangan. Pendekatan ini juga lebih sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia yang memerlukan pelaporan yang jujur namun tetap adaptif terhadap berbagai situasi bisnis.

AKM A2025 -> Diskusi

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

1. Pencatatan (Recognition)
Aset tak berwujud dicatat jika memenuhi dua kriteria utama, yaitu: (a) dapat diidentifikasi secara jelas, dan (b) memiliki manfaat ekonomi di masa depan serta nilainya dapat diukur secara andal. Contohnya adalah hak paten, lisensi, merek dagang, atau perangkat lunak. Biaya riset tidak diakui sebagai aset, tetapi biaya pengembangan dapat diakui jika memenuhi syarat tertentu.

2. Penilaian (Measurement)
Pada awalnya, aset tak berwujud diukur sebesar biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, entitas dapat memilih menggunakan model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) jika terdapat pasar aktif untuk aset tersebut. Nilai aset kemudian diamortisasi selama umur manfaatnya, kecuali jika umur manfaatnya tidak terbatas (misalnya merek dagang terkenal), maka diuji penurunan nilainya secara tahunan.

3. Penyajian (Presentation)
Dalam laporan keuangan, aset tak berwujud disajikan pada bagian aset tidak lancar dalam neraca. Amortisasi dan penurunan nilai aset tak berwujud diungkapkan dalam laporan laba rugi. Catatan atas laporan keuangan juga harus menjelaskan jenis, umur manfaat, metode amortisasi, dan kebijakan penilaian yang digunakan.

AKM A2025 -> Diskusi

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, seperti bangunan pabrik, mesin, dan kendaraan, untuk menghasilkan barang atau jasa. Tujuan utamanya adalah mendukung aktivitas produksi atau administratif. Sementara itu, properti investasi adalah tanah atau bangunan (atau keduanya) yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan sewa atau kenaikan nilai (capital gain), bukan untuk digunakan dalam operasi perusahaan (PSAK 13, IAI 2022). Dengan kata lain, aset tetap berfokus pada fungsi produktif, sedangkan properti investasi berfokus pada potensi keuntungan finansial jangka panjang.

Jika saya diminta memilih, saya akan memilih properti investasi karena memberikan peluang memperoleh pendapatan pasif dan kenaikan nilai aset seiring waktu. Properti investasi juga dapat menjadi instrumen diversifikasi portofolio dan perlindungan terhadap inflasi. Namun, keputusan ini bergantung pada strategi bisnis—jika tujuan utama adalah meningkatkan kapasitas produksi, maka aset tetap lebih tepat. Menurut Kieso, Weygandt & Warfield (2020), keputusan investasi harus mempertimbangkan manfaat ekonomi jangka panjang dan relevansinya terhadap tujuan entitas.