Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008
Aspek perilaku dalam akuntansi menunjukkan bahwa praktik akuntansi tidak hanya bersifat teknis dan rasional, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan budaya yang melekat pada manusia sebagai penggunanya. Berdasarkan kedua jurnal, “Exploring the Impact of Behavioral Factors on Accounting Systems and Financial Decision-Making” (Muhammad Daham Sabbar, 2024) dan “Concepts of Behavioral Accounting from Psychological, Social, and Human Behavior Aspects” (Sri Trisnaningsih & Gempita Asmaul Husna, 2022), perilaku individu seperti motivasi, persepsi, nilai, emosi, dan bias kognitif (overconfidence, confirmation bias, framing) berpengaruh besar terhadap bagaimana seseorang memproses, menafsirkan, dan menggunakan informasi akuntansi.
Sabbar menegaskan bahwa faktor perilaku dapat mengganggu objektivitas pengambilan keputusan keuangan bila tidak dikelola dengan baik. Misalnya, kepercayaan berlebih atau bias konfirmasi dapat menyebabkan kesalahan dalam perencanaan anggaran dan pelaporan keuangan. Di sisi lain, Trisnaningsih menjelaskan bahwa aspek psikologi dan sosial—seperti motivasi, nilai moral, kepribadian, dan sikap—berperan dalam membentuk perilaku etis akuntan dan manajemen. Jika aspek ini diabaikan, sistem akuntansi bisa menjadi alat manipulasi, seperti yang terjadi pada kasus Enron.
Urgensi akuntansi keperilakuan terletak pada kemampuannya meningkatkan keandalan dan kualitas laporan keuangan melalui pemahaman faktor manusia di balik angka. Dengan mempertimbangkan perilaku pengguna, sistem akuntansi dapat dirancang agar lebih mudah dipahami, adil, dan mendukung pengambilan keputusan yang rasional. Selain itu, pemahaman perilaku juga membantu memperkuat etika profesi akuntan dan mencegah praktik curang melalui pembentukan budaya organisasi yang berintegritas dan transparan.
Dalam konteks proses standard-setting, kedua jurnal mengisyaratkan bahwa penyusunan standar akuntansi bukan sekadar hasil analisis teknis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik. Di tingkat global, lembaga seperti IASB yang menetapkan IFRS sering kali dipengaruhi oleh negara-negara maju dan kepentingan korporasi besar yang memiliki kekuatan ekonomi lebih tinggi. Di tingkat nasional, termasuk Indonesia, proses penetapan standar sering dipengaruhi oleh tekanan politik, kepentingan industri, serta kebijakan pemerintah yang berupaya menyesuaikan standar internasional dengan nilai-nilai lokal dan keberlanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa standard-setting merupakan hasil negosiasi antara kepentingan ekonomi, politik, dan sosial.
Secara keseluruhan, akuntansi keperilakuan berperan penting sebagai jembatan antara aspek manusia dan sistem akuntansi formal. Pendekatan ini membantu membangun pelaporan keuangan yang tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga adil, etis, dan kontekstual. Dengan memahami perilaku individu dan dinamika sosial di balik proses akuntansi, praktik dan standar yang dihasilkan dapat lebih mencerminkan realitas ekonomi dan sosial yang sebenarnya serta mendorong akuntabilitas dan keberlanjutan dalam dunia bisnis.