Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015
1. Pengaruh Penggunaan Blockchain terhadap Teori Akuntansi (Reliabilitas dan Perlindungan Informasi)
Dalam perspektif teori akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan reliabilitas (reliability) dan faithful representation, teknologi blockchain dapat memperkuat kualitas informasi dalam pelaporan keberlanjutan PT Hijau Lestari. Blockchain memiliki karakteristik immutability (data tidak mudah diubah) dan transparansi, sehingga data terkait jejak karbon dan sumber bahan baku menjadi lebih dapat diverifikasi dan bebas dari manipulasi. Hal ini sejalan dengan konsep reliabilitas, di mana informasi akuntansi harus dapat dipercaya, netral, dan dapat diuji kebenarannya.
Selain itu, dari sudut pandang teori stewardship, penggunaan blockchain mendukung akuntabilitas manajemen kepada pemangku kepentingan karena data keberlanjutan tercatat secara permanen dan dapat diakses sesuai otorisasi. Dalam konteks perlindungan informasi akuntansi, blockchain juga memperkuat pengendalian internal melalui sistem kriptografi, sehingga risiko perubahan data secara tidak sah dapat diminimalkan. Namun, perusahaan tetap perlu memastikan bahwa data yang dimasukkan ke dalam blockchain sudah valid, karena blockchain hanya menjamin keandalan sistem, bukan kebenaran awal data (garbage in–garbage out).
2. Tantangan Implementasi Blockchain dalam Konteks Regulasi Indonesia dan Global
PT Hijau Lestari berpotensi menghadapi beberapa tantangan. Pertama, dari sisi regulasi, standar GRI belum secara eksplisit mewajibkan atau mengatur penggunaan blockchain, sehingga terdapat ketidakpastian mengenai penerimaan regulator di Indonesia, seperti OJK atau Kementerian terkait. Hal ini berkaitan dengan teori regulasi, di mana inovasi teknologi sering kali lebih cepat berkembang dibandingkan aturan formalnya.
Kedua, dari aspek akuntansi dan audit, masih terbatasnya pedoman audit atas data berbasis blockchain dapat menimbulkan keraguan auditor dalam memberikan assurance atas laporan keberlanjutan. Ketiga, tantangan global mencakup perbedaan standar pelaporan keberlanjutan antarnegara serta isu privasi dan perlindungan data, terutama jika rantai pasok PT Hijau Lestari melibatkan mitra internasional. Terakhir, dari sisi internal, keterbatasan sumber daya manusia dan biaya implementasi teknologi juga menjadi hambatan signifikan.
3. Rekomendasi Strategi Berbasis Teori Akuntansi dan Perkembangan Teknologi
Untuk mendukung keberhasilan implementasi, PT Hijau Lestari disarankan menerapkan strategi bertahap. Pertama, berdasarkan teori decision usefulness, perusahaan dapat memulai penggunaan blockchain pada indikator keberlanjutan yang paling material, seperti emisi karbon dan traceability bahan baku, agar informasi yang dihasilkan benar-benar relevan bagi pemangku kepentingan.
Kedua, perusahaan perlu mengombinasikan blockchain dengan sistem pengendalian internal dan assurance independen, sehingga reliabilitas data tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada proses akuntansi yang memadai. Ketiga, dari sisi regulasi, PT Hijau Lestari sebaiknya aktif berdialog dengan regulator dan mengikuti praktik terbaik global (best practices) agar penerapan blockchain tetap sejalan dengan standar GRI dan perkembangan kebijakan keberlanjutan.
Dengan pendekatan berbasis teori akuntansi dan pemanfaatan teknologi secara proporsional, blockchain dapat menjadi alat strategis untuk meningkatkan transparansi, kredibilitas, dan kepercayaan publik terhadap pelaporan keberlanjutan PT Hijau Lestari.
NPM : 2413031015
1. Pengaruh Penggunaan Blockchain terhadap Teori Akuntansi (Reliabilitas dan Perlindungan Informasi)
Dalam perspektif teori akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan reliabilitas (reliability) dan faithful representation, teknologi blockchain dapat memperkuat kualitas informasi dalam pelaporan keberlanjutan PT Hijau Lestari. Blockchain memiliki karakteristik immutability (data tidak mudah diubah) dan transparansi, sehingga data terkait jejak karbon dan sumber bahan baku menjadi lebih dapat diverifikasi dan bebas dari manipulasi. Hal ini sejalan dengan konsep reliabilitas, di mana informasi akuntansi harus dapat dipercaya, netral, dan dapat diuji kebenarannya.
Selain itu, dari sudut pandang teori stewardship, penggunaan blockchain mendukung akuntabilitas manajemen kepada pemangku kepentingan karena data keberlanjutan tercatat secara permanen dan dapat diakses sesuai otorisasi. Dalam konteks perlindungan informasi akuntansi, blockchain juga memperkuat pengendalian internal melalui sistem kriptografi, sehingga risiko perubahan data secara tidak sah dapat diminimalkan. Namun, perusahaan tetap perlu memastikan bahwa data yang dimasukkan ke dalam blockchain sudah valid, karena blockchain hanya menjamin keandalan sistem, bukan kebenaran awal data (garbage in–garbage out).
2. Tantangan Implementasi Blockchain dalam Konteks Regulasi Indonesia dan Global
PT Hijau Lestari berpotensi menghadapi beberapa tantangan. Pertama, dari sisi regulasi, standar GRI belum secara eksplisit mewajibkan atau mengatur penggunaan blockchain, sehingga terdapat ketidakpastian mengenai penerimaan regulator di Indonesia, seperti OJK atau Kementerian terkait. Hal ini berkaitan dengan teori regulasi, di mana inovasi teknologi sering kali lebih cepat berkembang dibandingkan aturan formalnya.
Kedua, dari aspek akuntansi dan audit, masih terbatasnya pedoman audit atas data berbasis blockchain dapat menimbulkan keraguan auditor dalam memberikan assurance atas laporan keberlanjutan. Ketiga, tantangan global mencakup perbedaan standar pelaporan keberlanjutan antarnegara serta isu privasi dan perlindungan data, terutama jika rantai pasok PT Hijau Lestari melibatkan mitra internasional. Terakhir, dari sisi internal, keterbatasan sumber daya manusia dan biaya implementasi teknologi juga menjadi hambatan signifikan.
3. Rekomendasi Strategi Berbasis Teori Akuntansi dan Perkembangan Teknologi
Untuk mendukung keberhasilan implementasi, PT Hijau Lestari disarankan menerapkan strategi bertahap. Pertama, berdasarkan teori decision usefulness, perusahaan dapat memulai penggunaan blockchain pada indikator keberlanjutan yang paling material, seperti emisi karbon dan traceability bahan baku, agar informasi yang dihasilkan benar-benar relevan bagi pemangku kepentingan.
Kedua, perusahaan perlu mengombinasikan blockchain dengan sistem pengendalian internal dan assurance independen, sehingga reliabilitas data tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada proses akuntansi yang memadai. Ketiga, dari sisi regulasi, PT Hijau Lestari sebaiknya aktif berdialog dengan regulator dan mengikuti praktik terbaik global (best practices) agar penerapan blockchain tetap sejalan dengan standar GRI dan perkembangan kebijakan keberlanjutan.
Dengan pendekatan berbasis teori akuntansi dan pemanfaatan teknologi secara proporsional, blockchain dapat menjadi alat strategis untuk meningkatkan transparansi, kredibilitas, dan kepercayaan publik terhadap pelaporan keberlanjutan PT Hijau Lestari.