Nama: Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM: 2313031040
1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu angket (kuesioner) dengan skala Likert sudah sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan pengukuran variabel dengan angka serta analisis statistik, sehingga penggunaan angket terstruktur memungkinkan peneliti mendapatkan data numerik dari banyak responden. Data demografis dapat dinyatakan dalam bentuk kategori atau angka, sedangkan pernyataan-pernyataan dalam skala Likert dapat dikonversi menjadi skor numerik yang dapat dianalisis menggunakan statistik inferensial. Selain itu, pengumpulan data dari jumlah responden yang besar (120 guru) mendukung prinsip kuantitatif yang mengutamakan generalisasi dan objektivitas.
2. Kelebihan dan Kelemahan Angket dalam Penelitian Ini
Penggunaan angket memiliki beberapa kelebihan. Pertama, angket memungkinkan peneliti mengumpulkan data dari banyak responden dalam waktu relatif singkat. Kedua, angket meningkatkan konsistensi jawaban karena setiap responden mendapatkan pertanyaan yang sama. Ketiga, skala Likert memudahkan kuantifikasi sikap, persepsi, dan motivasi menjadi data numerik. Namun, terdapat pula kelemahan. Responden mungkin mengisi angket secara tidak serius atau hanya mengikuti pola tertentu tanpa membaca dengan teliti. Selain itu, angket sulit menggali alasan atau motivasi mendalam di balik jawaban responden. Ada juga risiko social desirability bias, yaitu responden memberikan jawaban yang dianggap “baik” atau sesuai harapan, bukan jawaban sebenarnya. Terakhir, angket tidak memungkinkan peneliti mengontrol keadaan lingkungan saat pengisian.
3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Untuk menjawab pertanyaan pertama, yakni pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, teknik yang paling tepat adalah analisis regresi linier sederhana (jika gaya kepemimpinan dianggap sebagai satu variabel prediktor), atau regresi linier berganda (jika gaya kepemimpinan terdiri dari beberapa dimensi). Regresi digunakan karena kedua variabel diukur secara kuantitatif dan bertujuan melihat hubungan pengaruh. Untuk pertanyaan kedua, yaitu perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, teknik yang paling tepat adalah ANOVA satu arah (One-Way ANOVA). Tingkat pendidikan merupakan variabel kategorik dengan lebih dari dua kelompok, sedangkan motivasi kerja adalah variabel numerik dari hasil skala Likert. ANOVA memungkinkan peneliti mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata motivasi kerja antar kelompok pendidikan.
4. Potensi Bias dan Masalah Validitas serta Cara Mengatasinya
Beberapa potensi bias dapat muncul dalam pengumpulan data melalui angket. Pertama, bias sosial (social desirability bias), di mana guru mungkin memberikan jawaban yang dianggap positif. Cara mengatasinya adalah menjamin anonimitas dan kerahasiaan, sehingga responden merasa aman memberikan jawaban jujur. Kedua, bias interpretasi, yaitu responden menafsirkan pernyataan berbeda dari maksud peneliti. Untuk mengatasi hal ini, peneliti dapat melakukan uji coba (try out) angket terlebih dahulu guna memastikan setiap item mudah dipahami. Ketiga, terdapat risiko bias pengisian tergesa-gesa jika responden merasa terburu-buru. Solusinya adalah memberikan waktu yang cukup dan lingkungan yang kondusif saat pengisian. Selain itu, masalah validitas konstruk dapat timbul jika item-item tidak benar-benar mengukur gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk mengatasinya, peneliti perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas, misalnya dengan korelasi item-total serta Cronbach's Alpha. Dengan pengelolaan bias dan validitas yang tepat, kualitas data dalam penelitian kuantitatif dapat meningkat dan hasil analisis menjadi lebih akurat serta kredibel.
NPM: 2313031040
1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu angket (kuesioner) dengan skala Likert sudah sangat sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan pengukuran variabel dengan angka serta analisis statistik, sehingga penggunaan angket terstruktur memungkinkan peneliti mendapatkan data numerik dari banyak responden. Data demografis dapat dinyatakan dalam bentuk kategori atau angka, sedangkan pernyataan-pernyataan dalam skala Likert dapat dikonversi menjadi skor numerik yang dapat dianalisis menggunakan statistik inferensial. Selain itu, pengumpulan data dari jumlah responden yang besar (120 guru) mendukung prinsip kuantitatif yang mengutamakan generalisasi dan objektivitas.
2. Kelebihan dan Kelemahan Angket dalam Penelitian Ini
Penggunaan angket memiliki beberapa kelebihan. Pertama, angket memungkinkan peneliti mengumpulkan data dari banyak responden dalam waktu relatif singkat. Kedua, angket meningkatkan konsistensi jawaban karena setiap responden mendapatkan pertanyaan yang sama. Ketiga, skala Likert memudahkan kuantifikasi sikap, persepsi, dan motivasi menjadi data numerik. Namun, terdapat pula kelemahan. Responden mungkin mengisi angket secara tidak serius atau hanya mengikuti pola tertentu tanpa membaca dengan teliti. Selain itu, angket sulit menggali alasan atau motivasi mendalam di balik jawaban responden. Ada juga risiko social desirability bias, yaitu responden memberikan jawaban yang dianggap “baik” atau sesuai harapan, bukan jawaban sebenarnya. Terakhir, angket tidak memungkinkan peneliti mengontrol keadaan lingkungan saat pengisian.
3. Teknik Analisis Statistik yang Tepat
Untuk menjawab pertanyaan pertama, yakni pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, teknik yang paling tepat adalah analisis regresi linier sederhana (jika gaya kepemimpinan dianggap sebagai satu variabel prediktor), atau regresi linier berganda (jika gaya kepemimpinan terdiri dari beberapa dimensi). Regresi digunakan karena kedua variabel diukur secara kuantitatif dan bertujuan melihat hubungan pengaruh. Untuk pertanyaan kedua, yaitu perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, teknik yang paling tepat adalah ANOVA satu arah (One-Way ANOVA). Tingkat pendidikan merupakan variabel kategorik dengan lebih dari dua kelompok, sedangkan motivasi kerja adalah variabel numerik dari hasil skala Likert. ANOVA memungkinkan peneliti mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata motivasi kerja antar kelompok pendidikan.
4. Potensi Bias dan Masalah Validitas serta Cara Mengatasinya
Beberapa potensi bias dapat muncul dalam pengumpulan data melalui angket. Pertama, bias sosial (social desirability bias), di mana guru mungkin memberikan jawaban yang dianggap positif. Cara mengatasinya adalah menjamin anonimitas dan kerahasiaan, sehingga responden merasa aman memberikan jawaban jujur. Kedua, bias interpretasi, yaitu responden menafsirkan pernyataan berbeda dari maksud peneliti. Untuk mengatasi hal ini, peneliti dapat melakukan uji coba (try out) angket terlebih dahulu guna memastikan setiap item mudah dipahami. Ketiga, terdapat risiko bias pengisian tergesa-gesa jika responden merasa terburu-buru. Solusinya adalah memberikan waktu yang cukup dan lingkungan yang kondusif saat pengisian. Selain itu, masalah validitas konstruk dapat timbul jika item-item tidak benar-benar mengukur gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk mengatasinya, peneliti perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas, misalnya dengan korelasi item-total serta Cronbach's Alpha. Dengan pengelolaan bias dan validitas yang tepat, kualitas data dalam penelitian kuantitatif dapat meningkat dan hasil analisis menjadi lebih akurat serta kredibel.