Nama : Cethrine Dhea Putri Dani
NPM : 2311011011
1. Bagaimana ciri-ciri utama pendekatan Klasik?
Pendekatan klasik lahir pada masa Revolusi Industri ketika organisasi modern mulai terbentuk dan membutuhkan cara kerja yang lebih efisien. Ciri utamanya adalah organisasi dipandang seperti mesin, di mana setiap orang memiliki fungsi yang jelas dan diatur oleh aturan serta hierarki yang ketat. Pendekatan ini menekankan rasionalitas dan logika dibandingkan perasaan, sehingga semua keputusan harus serba ilmiah dan sistematis. Manusia dianggap sebagai makhluk ekonomi yang bekerja demi imbalan, sehingga pengawasan yang ketat, pembagian kerja yang jelas, dan fokus pada produktivitas menjadi kunci utama agar tujuan organisasi tercapai.
2. Apa perbedaan dan persamaan antara karya Taylor, Fayol, dan Weber?
Tiga tokoh besar dalam pendekatan klasik adalah Frederick Taylor, Henri Fayol, dan Max Weber. Taylor, melalui Scientific Management, berfokus pada pekerja dengan tujuan menemukan cara paling efisien untuk melakukan pekerjaan melalui studi waktu dan gerak. Fayol, dengan teori administrasinya, menekankan fungsi manajer dalam mengatur organisasi, yang dirumuskannya dalam 14 prinsip manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, dan pengendalian. Weber, dengan teori birokrasi, lebih menekankan pada struktur organisasi secara keseluruhan dengan sistem hierarki, aturan tertulis, serta otoritas rasional-legal. Ketiganya memiliki persamaan dalam hal tujuan, yaitu menciptakan organisasi yang efisien, terstruktur, dan rasional. Perbedaannya terletak pada fokus masing-masing: Taylor pada efisiensi pekerja, Fayol pada fungsi manajer, dan Weber pada struktur organisasi serta birokrasi.
3. Jelaskan ciri-ciri utama pendekatan Klasik terhadap perubahan organisasi!
Pendekatan klasik dalam menghadapi perubahan cenderung bersifat top-down, artinya keputusan perubahan dibuat oleh atasan dan harus diikuti oleh bawahan. Perubahan tidak dipandang sebagai sesuatu yang alami, melainkan sesuatu yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu keteraturan organisasi. Karena sangat terikat pada aturan dan struktur formal, pendekatan ini cenderung kaku dan lebih mengutamakan stabilitas dibandingkan fleksibilitas. Dengan demikian, pendekatan klasik melihat perubahan sebagai ancaman terhadap keteraturan, sehingga upaya dilakukan untuk mempertahankan efisiensi dan stabilitas yang sudah ada.
4. Bagaimana perkembangan klasik dan perkembangan organisasi kerja?
Pendekatan klasik sangat berpengaruh di awal abad ke-20 karena mampu meningkatkan efisiensi dan keteraturan kerja, khususnya dalam sistem pabrik. Organisasi kerja menjadi lebih terstandarisasi, produktif, dan terkontrol. Namun, pendekatan ini kemudian dikritik karena terlalu memandang pekerja seperti mesin dan mengabaikan aspek manusiawi. Kritik ini mendorong lahirnya teori hubungan manusiawi yang lebih memperhatikan motivasi, kepuasan kerja, dan faktor psikologis pekerja. Selanjutnya, teori manajemen berkembang ke arah yang lebih modern, seperti teori sistem, teori kontingensi, hingga organisasi belajar, yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan. Dengan begitu, meskipun klasik memiliki keterbatasan, ia tetap menjadi dasar penting dalam perkembangan ilmu manajemen hingga skrang.