གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Arief Darmawan 2353053033

Nama : Arief Darmawan
NPM : 2353053033
Kelas : 3G

Jurnal ini membahas bagaimana penegakan hukum dapat mengatasi pelanggaran etika di masyarakat Kampung Cijambe Girang, Sukaresmi, Kabupaten Sukabumi. Penulis menggarisbawahi bahwa etika dan moral yang baik merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat yang dipengaruhi oleh hukum adat dan ajaran agama. Namun, di era modern, kemajuan teknologi sering membuat banyak orang mengabaikan etika dan moral, yang pada akhirnya menurunkan standar moral dalam masyarakat.
Pelanggaran etika menjadi masalah serius karena dapat merusak harmoni sosial dan menciptakan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas, termasuk pembuatan peraturan yang secara khusus mengatur perilaku etis dalam masyarakat. Penegakan hukum yang efektif diharapkan tidak hanya mencegah pelanggaran, tetapi juga meningkatkan kesadaran moral individu.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, menggunakan data primer dari observasi langsung di lapangan. Tujuannya adalah memahami kondisi sosial masyarakat, hubungan antara berbagai faktor yang memengaruhinya, serta bagaimana perubahan zaman memengaruhi nilai-nilai etika dan moral. Penulis menekankan pentingnya melestarikan nilai-nilai baik agar tidak hilang di tengah perubahan yang cepat.

Selain itu, kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dianggap sangat penting untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika, serta mendidik individu tentang hak asasi manusia dan norma sosial. Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk memastikan etika dan moral tetap terjaga di tengah dinamika zaman. Dengan langkah ini, penegakan hukum diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya etika dan moral, menciptakan keamanan, dan menjaga ketentraman bersama.
Nama : Arief Darmawan
NPM : 2353053033
Kelas : 3G

Artikel ini yang berjudul “Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan” karya Suparlan Suhartono mengupas tentang perbedaan antara individualisme dan kolektivisme dalam masyarakat. Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi sumber konflik, tetapi dikelola dengan bijak berdasarkan prinsip moral dan etika, sehingga dapat menjadi sumber kekuatan yang memperkaya kehidupan sosial.
Terdapat tiga elemen utama moral dan etika yang perlu ditingkatkan untuk keberlanjutan kehidupan bermasyarakat. Pertama, pentingnya kesadaran moral. Kesadaran ini memperkuat ikatan sosial melalui kerja sama dalam kehidupan bersama. Kedua, pentingnya membangun kreativitas dalam proses reproduksi sosial, yang mendorong masyarakat untuk terus meningkatkan kreativitas dan produktivitas dalam kehidupan kelompok. Ketiga, pengendalian perilaku dalam proses produksi. Dalam kehidupan individu maupun lembaga sosial, perilaku produktif harus didasari tanggung jawab moral dan etika.
Kesadaran moral yang kokoh mendorong kreativitas untuk berproduksi sesuai norma etika, menciptakan masyarakat yang harmonis. Oleh karena itu, setiap individu perlu menanamkan dan memperkuat ketiga pilar moral dan etika ini melalui pendidikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian, kesejahteraan bersama dapat tercapai, konflik sosial dapat diredam, dan dinamika sosial dapat diarahkan menuju kemajuan.
Nama : Arief Darmawan
NPM : 2353053033
Kelas : 3G

Film pendek bertema pendidikan antikorupsi ini menyampaikan pesan penting tentang pentingnya kesadaran diri dan perubahan perilaku. Tindakan kecil, seperti memalsukan nota, dapat berkembang menjadi kebiasaan buruk yang lebih besar. Film ini menekankan bahwa integritas dan kejujuran, sekecil apa pun, merupakan fondasi untuk mencegah korupsi. Korupsi tidak hanya menimbulkan kerugian materi, tetapi juga merusak moral dan psikologi seseorang. Melalui pendidikan antikorupsi, generasi muda diajak untuk memahami dampak buruk korupsi dan bertindak lebih bertanggung jawab. Pesan utama film ini adalah bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri dengan menerapkan kejujuran sejak dini.
Nama : Arief Darmawan
NPM   : 2353053033
Kelas  : 3G

Perbedaan pendidikan dasar di Jepang dan Indonesia memiliki sejumlah perbedaan mencolok. Di Jepang, siswa sejak dini diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan sekolah, termasuk membersihkan kelas mereka sendiri. Kebiasaan ini bertujuan mengajarkan kerja sama dan kepedulian terhadap lingkungan, sebuah hal yang relevan untuk diterapkan di Indonesia mengingat besarnya permasalahan sampah di negara ini. Selain itu, di Jepang, kegiatan makan siang dilakukan bersama antara guru dan siswa, menciptakan kesempatan untuk membangun hubungan yang positif. Sebaliknya, di Indonesia, siswa cenderung makan secara terpisah, dan pengawasan terhadap kualitas gizi makanan sering kali kurang diperhatikan.

Dari segi kurikulum, Jepang menggunakan pendekatan yang lebih sederhana dengan mengurangi jumlah mata pelajaran, sehingga waktu untuk setiap mata pelajaran lebih banyak dan materi dapat diajarkan secara mendalam. Di Indonesia, jumlah mata pelajaran lebih banyak, dengan beberapa mata pelajaran diulang dalam seminggu, yang terkadang membuat proses pembelajaran terasa tergesa-gesa. Pendidikan karakter juga menjadi fokus utama di Jepang selama tiga tahun pertama pendidikan dasar, tanpa adanya ujian, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan nilai-nilai sosial dan sikap yang baik. Di Indonesia, ujian sudah menjadi bagian integral dari evaluasi siswa sejak dini.

Jepang juga memiliki kebiasaan membaca sebelum pelajaran dimulai, di mana siswa diberi waktu khusus untuk membaca buku, sehingga minat baca di negara ini tergolong tinggi. Hal ini berbeda dengan Indonesia, yang memiliki minat baca rendah, kemungkinan karena kurangnya penekanan pada kebiasaan membaca di sekolah. Selain itu, perlengkapan sekolah di Jepang diseragamkan untuk mendorong kesetaraan di antara siswa dan mengurangi perbedaan status sosial. Di Indonesia, perlengkapan sekolah sering kali bervariasi dan mencerminkan kemampuan ekonomi orang tua, yang dapat memengaruhi rasa percaya diri siswa.