Kiriman dibuat oleh LIS TIARA PUTRI

MPPE A2025 -> Diskusi

oleh LIS TIARA PUTRI -
Nama : Lis Tiara Putri
NPM : 2213031001

Dalam penelitian kuantitatif, skala pengukuran merupakan cara untuk memberikan angka pada variabel sehingga data dapat dianalisis secara statistik. Skala pengukuran memiliki tingkatan dari yang paling sederhana hingga paling kompleks, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio. Semakin tinggi tingkat skala, semakin kuat analisis statistik yang dapat digunakan. Skala nominal hanya berfungsi untuk memberi kategori, sementara ordinal memberi peringkat. Skala interval sudah mencerminkan jarak yang sama antar nilai tetapi tidak memiliki nol absolut, sedangkan skala rasio memiliki nol absolut sehingga memungkinkan operasi matematis secara penuh.

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel utama yang diukur, yaitu Pemanfaatan V-Class (X1), Kemandirian Belajar (X2), dan Prestasi Akademik (Y). Variabel X1 dan X2 merupakan variabel psikologis yang diukur menggunakan kuesioner. Karena indikatornya menggunakan pernyataan sikap dengan jawaban berskala pilihan (misalnya: sangat setuju hingga sangat tidak setuju), maka skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, yang secara konsep masuk dalam kategori skala ordinal, tetapi dalam praktik analisis statistik inferensial sering diperlakukan sebagai skala interval agar bisa dianalisis menggunakan regresi maupun korelasi. Sementara itu, variabel Y yaitu Prestasi Akademik diukur menggunakan nilai IPK atau nilai mata kuliah, yang berbentuk skala rasio karena memiliki nol absolut dan dapat dibandingkan secara matematis.

Dengan demikian, rancangan skala pengukuran data dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Pemanfaatan V-Class → Skala Likert (ordinal/interval)
2. Variabel Kemandirian Belajar → Skala Likert (ordinal/interval)
3. Variabel Prestasi Akademik → Skala rasio (menggunakan data nilai/IPK)

Penggunaan skala pengukuran yang tepat penting agar teknik analisis statistik yang diterapkan sesuai dengan karakteristik data dan menghasilkan kesimpulan penelitian yang valid.

MPPE A2025 -> CASE STUDY

oleh LIS TIARA PUTRI -
Nama : Lis Tiara Putri
NPM : 2213031001

1. Identifikasi Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat yang telah mengikuti pembelajaran hybrid. Populasi ini dipilih karena mereka merupakan sasaran utama penerapan metode pembelajaran yang sedang dievaluasi. Sampel adalah sebagian siswa kelas XI dari beberapa SMA Negeri yang dipilih untuk mewakili seluruh populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan karena jumlah populasi sangat besar (600 sekolah di 27 daerah), sehingga tidak memungkinkan melakukan penelitian pada seluruh sekolah secara langsung dari segi waktu, biaya, maupun akses.

2. Teknik Sampling yang Paling Tepat dan Cara Penerapannya
Teknik sampling yang paling tepat digunakan adalah Stratified Cluster Sampling.
Alasannya:
-Jawa Barat memiliki perbedaan karakteristik antar daerah (kota/kabupaten) yang dapat memengaruhi efektivitas pembelajaran hybrid → perlu stratifikasi berdasarkan wilayah atau tingkat perkembangan (misal: kota besar, sedang, desa).
-Objek berada dalam kelompok alami berupa sekolah → cluster sampling mempermudah pemilihan sampel karena sekolah bisa dipilih sebagai unit sampling pertama.
-Variasi jumlah siswa antar sekolah dapat diatasi dengan mengambil sampel proporsional dalam cluster terpilih.

Cara penerapan teknis:
Buat strata wilayah, misalnya:
Strata 1: Kota/metropolitan (Bandung, Bekasi, Depok)
Strata 2: Kota/kabupaten sedang (Tasikmalaya, Cirebon, Sukabumi, dll.)
Strata 3: Daerah pinggiran/pedesaan
Dari tiap strata, pilih sejumlah sekolah secara acak (cluster).
Dari sekolah terpilih, pilih siswa secara acak sebagai responden.
Jumlah sekolah dan siswa disesuaikan secara proporsional dengan populasi masing-masing strata.
Dengan demikian, setiap wilayah memiliki keterwakilan sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan lebih akurat.

3. Kelemahan Jika Sampel Hanya dari Kota Besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka akan terjadi beberapa permasalahan yang dapat menurunkan validitas eksternal:
Bias lokasi (urban bias): hasil penelitian hanya mencerminkan kondisi daerah maju yang memiliki infrastruktur digital lebih baik.
Tidak mewakili seluruh variasi populasi: kondisi sosial, ekonomi, dan sarana pembelajaran hybrid di daerah pinggiran atau pedesaan tidak terwakili.
Generalisasi menjadi lemah: kesimpulan tidak dapat digeneralisasikan ke 27 kota/kabupaten karena karakteristiknya sangat heterogen.
Efektivitas metode hybrid bisa berbeda: jika hanya mengukur di sekolah dengan fasilitas lengkap, hasilnya cenderung lebih tinggi dibanding wilayah yang infrastruktur digitalnya terbatas.
Sehingga, penggunaan sampel hanya dari kota besar dapat menghasilkan kesimpulan yang bias, tidak akurat, dan tidak sesuai dengan kondisi pendidikan di seluruh Provinsi Jawa Barat.

MPPE A2025 -> Penugasan mandiri

oleh LIS TIARA PUTRI -
Nama : Lis Tiara Putri
NPM : 2213031001

Teknik sampling merupakan prosedur pemilihan sebagian anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian dan sangat menentukan kualitas data yang diperoleh. Berdasarkan literatur metodologi penelitian, teknik sampling terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Probability sampling memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel, termasuk teknik seperti simple random sampling, stratified random sampling, dan cluster sampling. Sementara itu, non-probability sampling tidak memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi, dan pemilihannya berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti pada purposive sampling, quota sampling, atau convenience sampling. Berdasarkan hasil telaah berbagai jurnal penelitian Pendidikan Ekonomi, teknik sampling yang paling sering digunakan adalah Stratified Random Sampling. Hal ini karena dalam konteks pendidikan, populasi mahasiswa atau siswa biasanya terbagi atas kelompok yang jelas seperti angkatan, kelas, atau jurusan, yang memiliki karakteristik akademik dan pengalaman pembelajaran yang berbeda. Dengan stratifikasi, sampel yang diperoleh lebih representatif, mengurangi bias, serta memberikan peluang generalisasi hasil penelitian yang lebih kuat. Selain itu, banyak penelitian Pendidikan Ekonomi menggunakan analisis statistik inferensial seperti korelasi dan regresi yang menuntut kualitas sampel yang baik dan dapat mewakili populasi secara adil. Oleh karena itu, secara teoritis dan empiris, stratified random sampling menjadi pilihan yang paling relevan dan efektif dalam riset Pendidikan Ekonomi.

MPPE A2025 -> ACTIVITY: RESUME

oleh LIS TIARA PUTRI -
Nama : Lis Tiara Putri
NPM : 2213031001

1. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi tidak hanya berupa manusia, tetapi juga objek atau fenomena lainnya yang relevan untuk diteliti.

b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan populasi. Sampel digunakan ketika populasi terlalu besar sehingga tidak mungkin diteliti seluruhnya karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.

c. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dua kelompok utama teknik sampling yaitu:

1) Probability Sampling
Memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk terpilih. Contoh:
• Simple Random Sampling: digunakan jika populasi homogen.
• Proportionate Stratified Random Sampling: populasi tidak homogen tetapi berstrata proporsional.
• Disproportionate Stratified Random Sampling: populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
• Cluster (Area) Sampling: digunakan untuk populasi yang luas atau tersebar secara geografis.

2) Non-Probability Sampling
Tidak memberikan peluang yang sama untuk setiap anggota populasi. Contoh:
• Sampling Sistematis: pengambilan berdasarkan urutan (misal nomor ganjil/genap).
• Sampling Kuota: berdasarkan jumlah tertentu dengan ciri-ciri khusus.
• Accidental Sampling: siapa pun yang ditemui peneliti dan dianggap cocok.
• Purposive Sampling: dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (umum pada penelitian kualitatif).
• Sampling Jenuh: semua anggota populasi dijadikan sampel (jika populasi kecil).
• Snowball Sampling: sampel awal sedikit lalu berkembang

2. Menentukan Desain Penelitian
Desain penelitian adalah strategi atau rencana dasar yang membimbing peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Desain bertindak sebagai “peta jalan” penelitian sehingga proses penelitian berjalan terarah dan sesuai tujuan. Menurut Arikunto, desain yang baik menentukan bagaimana variabel dihubungkan, bagaimana data diukur, serta bagaimana data dianalisis. Desain penelitian dapat dilihat dari:
• Tujuan penelitian,
• Hubungan antar variabel,
• Jenis data yang dibutuhkan,
• Metode dan teknik pengumpulan data,
• Prosedur analisis data.
Tipe-tipe desain penelitian meliputi penelitian kualitatif, kuantitatif, eksperimen, survei, R&D, dan lain-lain.

3. Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mencatat data secara sistematis, valid, dan reliabel.
Jenis Instrumen
• Tes (misalnya tes hasil belajar, IQ, bakat).
• Non-tes: angket, wawancara, pedoman observasi, dokumentasi, checklist.

Syarat Instrumen yang Baik
1. Validitas – instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. Reliabilitas – memberikan hasil yang konsisten.
3. Praktikabilitas – mudah digunakan, ekonomis, dan dapat menghasilkan data yang diperlukan.
Peneliti harus mempertimbangkan tujuan penelitian, variabel, karakteristik sampel, lokasi, waktu, biaya, dan teknik analisis sebelum menentukan instrumen