Posts made by 2213034016 DHIYA ULHAQ RIYAN PUTRI

GTP -> Diskusi Pertemuan 3 -> Pertanyaan -> Re: Pertanyaan

by 2213034016 DHIYA ULHAQ RIYAN PUTRI -
Nama: Dhiya Ulhaq Riyan Putri
NPM: 2213034016

Menurut saya tidak semua negara memiliki kebijakan transmigrasi dan tentu tidak sama dengan Indonesia, contohnya seperti di negara kecil Brunei Darussalam. Penjelasan perbedaan dengan Indonesia yaitu,
Transmigrasi di Indonesia sudah ada sejak masa kolonial Belanda dengan tujuan utama mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa serta membuka lahan baru di luar Jawa. Program ini dilanjutkan setelah kemerdekaan dengan dukungan berupa lahan, rumah, dan fasilitas dasar bagi para transmigran sehingga turut memperkuat integrasi sosial dan budaya. Sementara itu, Brunei Darussalam tidak memiliki program transmigrasi besar seperti Indonesia karena jumlah penduduknya relatif kecil. Kebijakan pemukiman di Brunei lebih difokuskan pada National Housing Scheme, yaitu penyediaan perumahan modern yang disubsidi negara bagi warganya. Perbedaan utamanya, transmigrasi di Indonesia menitikberatkan pada pemerataan penduduk dan pembangunan wilayah baru berbasis pertanian, sedangkan kebijakan Brunei lebih menekankan peningkatan kesejahteraan melalui perumahan rakyat, tanpa adanya perpindahan penduduk besar-besaran antarpulau.

GTP -> Diskusi Peretemuan 1 -> Pertanyaan -> Re: Pertanyaan

by 2213034016 DHIYA ULHAQ RIYAN PUTRI -

Nama: Dhiya Ulhaq Riyan Putri

NPM: 2213034016

1. Sejarah panjang transmigrasi di Indonesia berawal pada masa pemerintahan kolonial Belanda dengan sebutan program kolonisasi. Program ini dilatarbelakangi oleh kepadatan penduduk di Pulau Jawa yang semakin tinggi, sementara lahan pertanian semakin berkurang. Laporan dari Residen Kedu menunjukkan peningkatan jumlah penduduk dari sekitar 20 juta menjadi 23 juta jiwa, sedangkan di luar Jawa masih banyak lahan kosong yang potensial untuk perkebunan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian memindahkan penduduk dari Jawa ke luar Jawa, salah satunya ke Lampung pada tahun 1905. Sebanyak 135 keluarga dari Karesidenan Kedu, Jawa Tengah, dipindahkan ke Lampung. Mereka berangkat menggunakan kapal laut dari Tanjung Priok menuju Teluk Betung, lalu berjalan kaki hingga tiba di sebuah desa baru yang diberi nama Bagelan (nama ini diambil dari daerah asal mereka di Purworejo, Jawa Tengah).

Langkah tersebut dilakukan agar para transmigran tidak mudah kembali ke daerah asal, karena Lampung dipisahkan lautan dari Jawa. Mereka juga diberi bantuan berupa uang, peralatan pertanian, dan perlengkapan rumah tangga. Program kolonisasi terus berlanjut dan sepanjang 1905–1941 tercatat sekitar 51.000 kepala keluarga dipindahkan dari Jawa ke Lampung. Hingga kini, keturunan para transmigran tersebar di berbagai wilayah Lampung, seperti Tanggamus, Pringsewu, Metro, Lampung Selatan, Bandar Lampung, dan Tulang Bawang Barat. Mereka tetap melestarikan budaya asal, seperti kesenian karawitan Jawa di Tulang Bawang, dan hidup berdampingan dengan suku lain seperti Bali dan Lampung. Museum Nasional Transmigrasi yang berlokasi di Gedong Tataan, Lampung, menjadi saksi sejarah program ini. Tanggal 12 Desember 1950 kemudian ditetapkan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi.

2. Iyaa penitng, transmigrasi sangat penting. Program ini memiliki beberapa manfaat strategis:

1) Mengurangi kepadatan penduduk di pulau-pulau yang terlalu padat seperti Jawa dan Bali.

2) Pemerataan pembangunan karena penduduk yang berpindah turut membuka lahan baru, mengembangkan pertanian, perkebunan, dan meningkatkan ekonomi daerah tujuan.

3) Penguatan persatuan bangsa, sebab transmigrasi mempertemukan berbagai suku bangsa di daerah baru sehingga terjadi interaksi, toleransi, dan akulturasi budaya.

4) Ketahanan pangan dan ekonomi karena transmigran membantu mengelola lahan-lahan tidur menjadi produktif.

5) Pengembangan wilayah terpencil, sehingga daerah-daerah di luar Jawa tidak tertinggal dari sisi infrastruktur, sosial, maupun ekonomi.