1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
2, Apakah transmigrasi itu penting?
sebelum menjawab pertanyaan tersebut, tuliskan terlebihdahulu identitas (Nama dan NPM)
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
2, Apakah transmigrasi itu penting?
sebelum menjawab pertanyaan tersebut, tuliskan terlebihdahulu identitas (Nama dan NPM)
Nama : Nadila Stevani
NPM : 2213034003
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
Jawaban:
Sejarah transmigrasi di Indonesia berawal pada masa kolonial Belanda dengan nama program kolonisasi. Kebijakan ini muncul dari Politik Etis yang dicanangkan sejak 1901, dengan tujuan mengurangi kepadatan penduduk di Jawa sekaligus membuka wilayah baru untuk pertanian. Saat itu, kondisi sosial-ekonomi masyarakat Jawa sangat sulit karena jumlah penduduk yang semakin padat, lahan pertanian terbatas, serta tingginya angka kemiskinan. Oleh sebab itu, pemerintah kolonial mencari solusi dengan memindahkan penduduk ke wilayah lain yang masih jarang dihuni. Tahun 1905 menjadi tonggak penting, ketika pemerintah kolonial menetapkan Gedong Tataan, Lampung, sebagai lokasi uji coba pertama. Pada November tahun itu, sekitar 155 keluarga dari Kedu (Jawa Tengah) diberangkatkan ke Lampung di bawah pimpinan Asisten Residen Sukabumi, H.G. Heyting, yang dibantu Asisten Wedana Ronodimedjo. Para transmigran ini harus menghadapi hutan lebat, lahan yang belum siap, dan ancaman penyakit, namun dengan penuh perjuangan mereka berhasil membuka lahan pertanian serta mendirikan desa baru bernama Bagelen, sesuai dengan nama daerah asal mereka. Pemerintah kolonial juga memberikan dukungan berupa tanah garapan, alat pertanian, serta kebutuhan hidup awal selama satu hingga dua tahun.
Program kolonisasi terus berlanjut setelah gelombang pertama. Tidak hanya 155 keluarga, tetapi pada tahap-tahap berikutnya jumlah keluarga yang diberangkatkan terus bertambah hingga mencapai puluhan ribu sebelum tahun 1943. Menurut catatan Museum Nasional Ketransmigrasian, sepanjang 1905 sampai 1943 tercatat sekitar 51.000 kepala keluarga telah dipindahkan dari Jawa ke Lampung. Dari jumlah tersebut, para keturunan transmigran kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai daerah di Lampung seperti Kabupaten Pringsewu, Tanggamus, Metro, Lampung Selatan, dan Bandar Lampung. Salah satu contoh nyata adalah di Desa Mulyajaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, yang kini dihuni oleh generasi kedua dan ketiga keturunan transmigran asal Jawa Tengah dan Yogyakarta. Hingga saat ini, masyarakat di desa tersebut tetap melestarikan kesenian tradisional Jawa berupa karawitan. Hal ini membuktikan bahwa transmigrasi bukan hanya memindahkan manusia, tetapi juga turut menjaga, menyebarkan, dan memperkaya budaya Jawa di tanah Sumatera, mulai dari bahasa, kesenian, hingga sistem pertanian.
Pasca kemerdekaan, pemerintah Indonesia secara resmi menggunakan istilah “transmigrasi” pada tahun 1950. Program ini bertujuan serupa: mengurangi kepadatan penduduk di Jawa dan pemerataan pembangunan nasional. Pada periode 1950–1959, sekitar 22.360 orang tercatat berpindah melalui program transmigrasi, sebagian di antaranya dari Bali yang kemudian ditempatkan di Lampung Tengah setelah mengalami kesulitan di daerah awal penempatan. Namun, program ini tidak selalu berjalan mulus, karena pada pertengahan 1950-an muncul kritik dari masyarakat adat Sumatera terkait distribusi lahan dan posisi penduduk lokal.
Memasuki era Orde Baru, transmigrasi menjadi salah satu program unggulan dalam Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Jumlah peserta transmigrasi meningkat drastis, bahkan pada Oktober 1985 tercatat sekitar 350.606 kepala keluarga atau lebih dari 1,1 juta jiwa telah dipindahkan ke berbagai daerah di luar Jawa. Tujuan program ini tidak hanya soal ekonomi dan pembukaan lahan baru, tetapi juga memperkuat integrasi nasional serta pemerataan pembangunan.
Sebagai penghargaan atas sejarah panjang transmigrasi, pemerintah kemudian mendirikan Museum Nasional Ketransmigrasian di Desa Bagelen, Gedong Tataan, Lampung. Pembangunan dimulai pada 12 Desember 2004 bertepatan dengan Hari Bhakti Transmigrasi ke-54. Museum ini menjadi satu-satunya di dunia yang secara khusus mendokumentasikan sejarah transmigrasi, lengkap dengan anjungan rumah adat asal daerah transmigran dan berbagai koleksi yang menggambarkan perjalanan panjang program ini sejak zaman kolonial hingga Indonesia modern.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Jawaban:
Transmigrasi merupakan program yang penting bagi Indonesia karena memiliki peran besar dalam pemerataan penduduk, pembangunan ekonomi, dan penguatan persatuan bangsa. Indonesia adalah negara kepulauan dengan kepadatan penduduk yang tidak merata, di mana Pulau Jawa sangat padat sementara banyak pulau lain masih jarang dihuni. Melalui transmigrasi, kelebihan penduduk di Jawa dapat disebarkan ke daerah-daerah baru sehingga tekanan terhadap lahan dan lapangan pekerjaan dapat berkurang. Selain itu, transmigrasi membuka lahan pertanian, menciptakan pusat pemukiman baru, serta mendorong berkembangnya infrastruktur di wilayah tujuan. Tidak hanya aspek ekonomi, transmigrasi juga berperan dalam integrasi sosial dan budaya, karena mempertemukan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk hidup berdampingan. Dengan demikian, transmigrasi penting sebagai upaya mewujudkan pembangunan yang merata, kesejahteraan masyarakat, serta menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
Nama = Mayrina Sheila Kanza
NPM = 2213034037
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
Jawab
Sejarah transmigrasi di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan saat itu dikenal dengan istilah kolonisasi. Latar belakangnya adalah berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa sejak pertengahan abad ke-19, sementara jumlah penduduk terus meningkat pesat, dari sekitar 20 juta jiwa menjadi 23 juta jiwa pada tahun 1959. Karena di luar Jawa masih banyak lahan kosong, pemerintah kolonial memutuskan untuk memindahkan penduduk Jawa ke luar pulau.
Program kolonisasi pertama kali diarahkan ke Lampung pada tahun 1905. Sebanyak 135 keluarga dari Karesidenan Kedu, Jawa Tengah, dipindahkan untuk membuka lahan perkebunan. Mereka berangkat menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Telukbetung, lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama dua hari menuju lokasi yang kemudian diberi nama Bagelan, sama seperti nama daerah asal mereka di Purworejo. Pemberian nama itu dimaksudkan untuk mengobati kerinduan dan membuat para transmigran betah tinggal di tempat baru.
Lampung dipilih karena lahannya luas dan letaknya jauh dari Jawa sehingga kecil kemungkinan para transmigran kembali. Setiap keluarga mendapat bantuan berupa uang, perlengkapan pertanian, dan alat masak. Sejak itu, ribuan keluarga dari Jawa terus didatangkan ke Lampung, dan keturunannya kini tersebar di berbagai daerah seperti Tanggamus, Pringsewu, Metro, Lampung Selatan, dan Bandarlampung. Kehidupan mereka pun berbaur dengan masyarakat setempat, sehingga melahirkan keragaman budaya, misalnya pelestarian kesenian karawitan Jawa serta hidup rukun dengan warga asli Lampung maupun transmigran dari daerah lain seperti Bali.
Sebagai penanda sejarah, pemerintah kemudian membangun Museum Nasional Transmigrasi di Gedong Tataan, Lampung. Transmigrasi pertama pada 12 Desember 1905 dengan 23 kepala keluarga ditetapkan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi. Peristiwa ini menjadi tonggak penting sejarah perpindahan penduduk yang memberi warna pada perkembangan demografi dan kebudayaan Indonesia hingga sekarang.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Jawab
Transmigrasi bisa dikatakan penting bagi Indonesia karena sejak awal tujuannya adalah untuk mengatasi kepadatan penduduk, terutama di Pulau Jawa. Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, lahan pertanian di Jawa semakin sempit sehingga tidak bisa lagi menampung kebutuhan hidup masyarakat. Melalui transmigrasi, sebagian penduduk dipindahkan ke luar Jawa, misalnya ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, atau Papua, yang masih memiliki lahan luas. Hal ini membuat penduduk bisa memiliki kesempatan baru untuk bercocok tanam, membuka usaha, dan membangun kehidupan yang lebih baik.
Selain soal kepadatan, transmigrasi juga membawa dampak positif bagi pembangunan daerah. Daerah tujuan transmigrasi yang sebelumnya masih sepi dan belum berkembang, secara perlahan mulai hidup dengan adanya pemukiman baru, lahan pertanian, sekolah, jalan, dan fasilitas umum lainnya. Kehadiran transmigran mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka akses wilayah yang sebelumnya terpencil.
Dari sisi sosial budaya, transmigrasi mempertemukan masyarakat dari berbagai daerah dan suku. Mereka harus belajar hidup berdampingan, saling mengenal, dan saling menghargai dengan penduduk asli setempat. Proses ini bisa memperkuat persatuan bangsa dan menunjukkan bahwa Indonesia memang kaya akan keberagaman.
Walaupun begitu, transmigrasi tidak selalu mulus. Ada tantangan seperti perbedaan budaya yang bisa menimbulkan konflik, keterbatasan lahan yang subur, bahkan persoalan lingkungan karena pembukaan hutan untuk pemukiman. Namun, jika program ini dijalankan dengan perencanaan yang baik, transmigrasi tetap sangat penting sebagai cara pemerataan pembangunan, peningkatan kesejahteraan, dan memperkokoh persatuan Indonesia.
Nama : Novia Sya Fitri
Npm : 2213034006
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
jawaban:
Sejarah transmigrasi di Indonesia berawal sejak masa kolonial Belanda pada tahun 1905 ketika pemerintah Hindia Belanda melaksanakan program kolonisasi dengan memindahkan 155 keluarga dari Kedu, Jawa Tengah ke Gedong Tataan, Lampung. Program ini kemudian terus diperluas hingga ribuan orang dipindahkan ke luar Jawa. Pada masa pendudukan Jepang, transmigrasi dilakukan dengan nama Kokuminggakari dan bersifat lebih memaksa, di mana puluhan ribu orang dipindahkan ke wilayah baru. Setelah Indonesia merdeka, istilah "transmigrasi" resmi digunakan pada tahun 1950 dengan program besar-besaran pertama yang memindahkan lebih dari 22 ribu orang ke Lampung. Bung Karno dan Bung Hatta juga menekankan pentingnya transmigrasi sebagai strategi pemerataan penduduk dan pembangunan ekonomi. Pada era Orde Baru, program ini dijalankan secara masif dalam setiap rencana pembangunan lima tahun (Repelita), sehingga ratusan ribu keluarga transmigran tersebar ke berbagai daerah dan banyak melahirkan desa, kecamatan, hingga ibu kota kabupaten baru. Sampai saat ini, transmigrasi telah memindahkan jutaan jiwa dan berperan dalam membangun infrastruktur, meningkatkan kesejahteraan, serta memperkuat persatuan antar-etnis.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
jawaban:
Transmigrasi memiliki peranan penting karena membantu pemerataan penduduk, membuka wilayah baru, serta mendorong pembangunan ekonomi di daerah yang sebelumnya tertinggal. Program ini juga memberi kesempatan bagi keluarga transmigran untuk memperbaiki taraf hidup dan menciptakan interaksi sosial budaya antar-masyarakat sehingga memperkokoh persatuan bangsa. Meski demikian, transmigrasi tidak lepas dari tantangan, seperti potensi konflik dengan masyarakat lokal, kesulitan adaptasi, dan kebutuhan akan infrastruktur serta dukungan ekonomi yang memadai. Di era modern, transmigrasi tetap relevan sebagai strategi pembangunan inklusif untuk menciptakan desa mandiri, memperkuat integrasi nasional, serta mendukung visi Indonesia Emas 2045 dengan menekankan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara merata.
Nama: Intan Pramudita
NPM: 2213034008
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
Sejarah transmigrasi di Indonesia bermula pada masa pemerintahan kolonial Belanda sekitar tahun 1905. Program ini dikenal dengan istilah kolonisatie, bertujuan mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di wilayah luar Jawa seperti perkebunan dan daerah terpencil.
Pada masa pendudukan Jepang, program transmigrasi beralih nama menjadi Kokuminggakari. Pelaksanaannya berlangsung satu kali pada tahun 1943, dengan basis pemindahan bersifat individu (bukan keluarga) yang awalnya bersifat sukarela, kemudian berubah menjadi pemaksaan. Sekitar 31.700 jiwa dipindahkan dari Pulau Jawa ke Lampung (sekarang Kecamatan Purbolinggo, Lampung Tengah) untuk memenuhi tenaga dalam produksi bahan pangan dan kebutuhan militer Jepang.
Istilah “transmigrasi” mulai digunakan secara resmi sejak era Orde Lama (setelah kemerdekaan). Program ini masuk dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan bertujuan pemerataan penduduk serta pembangunan daerah. Transmigrasi pertama di era kemerdekaan dilaksanakan pada Desember 1950 di Lampung, dengan penerima sekitar 22.360 orang antara tahun 1950–1959.
Pada masa Orde Baru, transmigrasi dijadikan bagian penting dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki orientasi berbeda namun konsisten pada pemerataan dan pembangunan daerah, termasuk Pelita I hingga IV. Antara tahun 1974–1979 program transmigrasi memberangkatkan sekitar 204.000 orang (Repelita II), sementara pada 1979–1983 (Repelita III) mencapai lebih dari 500.000 keluarga. Hingga akhir 1985 (Repelita IV), jumlah yang diberangkatkan mencapai 350.606 keluarga atau 1.163.771 orang.
Pada era Reformasi, pendekatan transmigrasi bergeser mengikuti prinsip otonomi daerah dan desentralisasi. Fokus tidak lagi hanya pada relokasi penduduk, melainkan pada pembangunan kawasan serta pemberdayaan masyarakat lokal. Transmigrasi modern juga mengadopsi program-program seperti Trans Tuntas, Translok, Trans Patriot, Trans Karya Nusa, dan Trans Gotong Royong, yang menekankan pemberdayaan masyarakat lokal, penyelesaian sengketa lahan, pembangunan ekonomi inklusif, dan kolaborasi multi-pihak.
Museum Nasional Transmigrasi, yang terletak di Lampung, dibangun untuk mendokumentasikan sejarah panjang program transmigrasi Indonesia. Museum ini merupakan satu-satunya di dunia yang didedikasikan khusus untuk itu, mulai dibangun pada 12 Desember 2004, bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti Transmigrasi.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Transmigrasi merupakan program yang penting bagi Indonesia karena memiliki peran strategis dalam pemerataan penduduk dan pembangunan wilayah. Melalui transmigrasi, pemerintah berupaya mengurangi kepadatan penduduk di pulau-pulau besar seperti Jawa, Madura, dan Bali, serta memanfaatkan lahan yang masih luas di luar Jawa agar dapat dikelola secara produktif. Selain itu, transmigrasi membuka peluang kerja baru, meningkatkan ketahanan pangan dengan adanya lahan pertanian baru, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tujuan melalui pembangunan infrastruktur dan terbentuknya pusat-pusat permukiman baru. Program ini juga membantu memperkuat integrasi nasional karena masyarakat dari berbagai daerah dapat hidup berdampingan dan saling berinteraksi, sehingga memperkaya keragaman budaya. Meskipun begitu, transmigrasi tidak lepas dari tantangan, seperti potensi konflik sosial dengan penduduk lokal, keterbatasan fasilitas dasar, hingga risiko kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan baru. Oleh karena itu, transmigrasi tetap penting, tetapi pelaksanaannya perlu dilakukan dengan perencanaan matang, pendekatan berkelanjutan, serta melibatkan masyarakat setempat agar manfaatnya benar-benar dirasakan secara adil dan merata.
Nama : Sonia Apriyani
NPM : 2213034029
1.Program transmigrasi di Indonesia awalnya digerakkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak awal abad ke-20. Program transmigrasi di Indonesia berakar dari masa penjajahan pemerintahan kolonial Belanda. Upaya awal ini ditujukan untuk meratakan jumlah penduduk dan mengeksploitasi sumber daya di wilayah yang lebih jarang penduduknya. Pada masa penjajahan, transmigrasi memiliki tujuan utama ekonomis—mengembangkan lahan pertanian baru dan memperkuat kontrol kolonial. Sementara itu, dalam masa pasca-kolonial, resminya transmigrasi menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional untuk keseimbangan demografis dan kesejahteraan.
Pada masa penjajahan, transmigrasi memiliki tujuan utama ekonomis—mengembangkan lahan pertanian baru dan memperkuat kontrol kolonial.
Program transmigrasi inti dimulai pada November 1905 dengan perpindahan 155 kepala keluarga dari Kedu (Jawa Tengah) ke Lampung. Desa ini menjadi lokasi percobaan transmigrasi pertama oleh Belanda. Selama periode 1905–1929, sekitar 24.300 orang termasuk 4.800 orang pada tahap awal (1905–1911) dipindahkan ke luar Pulau Jawa. Periode intensifikasi transmigrasi terjadi hingga 1941, ketika Belanda masih menjabat sebelum pendudukan Jepang.
Pada pendudukan Jepang, transmigrasi berganti nama menjadi Kokuminggakari, bersifat individual dan dipaksakan. Pada 1943, sekitar 31.700 orang dipindahkan ke Lampung (Toyosawa, sekarang Purbolinggo).
Pada era Orde Lama Istilah transmigrasi baru digunakan secara resmi mulai 1950. Pelaksanaan transmigrasi pascakemerdekaan dimulai Desember 1950, tercatat sebanyak 22.360 orang diberangkatkan antara 1950–1959 ke Lampung dan daerah lain.
Kemudian pada era Orde Baru transmigrasi menjadi prioritas nasional, diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Pelita I–IV) oleh Presiden Soeharto. Skala transmigrasi mencapai puncak, didukung dari dana nasional maupun lembaga internasional seperti Bank Dunia.
Pada Era Reformasi (Pasca-1998) transmigrasi mengalami penurunan drastis karena desentralisasi dan otonomi daerah, sehingga pelaksanaannya menjadi lebih terbatas dan disesuaikan dengan kondisi lokal.
2.Menurut saya transmigrasi penting untuk dilakukan dengan beberapa hal yang menjadi urgensi dilaksanakan nya program transmigrasi. Adanya ketimpangan distribusi di Indonesia, lebih dari 56% populasi terkonsentrasi di Pulau Jawa yang luasnya hanya sekitar 7% dari total wilayah Indonesia. Hal ini menimbulkan tekanan besar pada infrastruktur, lahan, pangan, perumahan, dan lapangan kerja. Di pulau Jawa terjadi krisis lahan pertanian, perumahan, permukiman kumuh, pengangguran terselubung, dan urbanisasi berlebihan. Sedangkan diluar Pulau Jawa sumber daya alam berlimpah, tetapi tidak tergarap maksimal karena minim tenaga kerja produktif dan infrastruktur. Transmigrasi mendesak untuk mengurangi tekanan tersebut sekaligus memaksimalkan potensi wilayah luar Jawa yang relatif sepi penduduk tetapi kaya sumber daya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kepadatan Jawa mencapai lebih dari 1.000 jiwa/km², sementara Papua dan Kalimantan memiliki luas wilayah ±48% dari total Indonesia, tetapi penduduknya hanya sekitar 10–12% dari total nasional. Papua misalnya, kepadatannya hanya 10 jiwa/km², sangat rendah. Ketimpangan ekstrem ini membuat redistribusi penduduk menjadi keharusan.
Nama : Made Adelia Febriana
NPM : 2213034044
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
Berdasarkan video yang di sajikan dapat diperoleh informasi bahwa Transmigrasi di Indonesia pertama kali dimulai pada masa kolonial Belanda sekitar tahun 1905. Pada saat itu, pemerintah Belanda memindahkan keluarga petani yang cukup padat yang ada di Pulau Jawa ke daerah Lampung untuk membuka lahan perkebunan. Tujuan dari pemindahan ini adalah mengurangi kepadatan penduduk Jawa sekaligus memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Hingga pada tahun 1929, tercatat lebih dari 24 ribu orang telah dipindahkan. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1943, program ini dilanjutkan dengan nama berbeda, yaitu Kokuminggakari. Perbedaan dari keduanya, yaitu yang dipindahkan bukan lagi keluarga, melainkan individu, dan banyak dilakukan secara paksa untuk mendukung logistik perang Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, istilah “transmigrasi” resmi digunakan pada tahun 1950 di masa Presiden Soekarno. Program ini masuk dalam rencana pembangunan nasional dan kembali mengirim masyarakat dari Jawa ke Lampung. Pada dekade pertama kemerdekaan, lebih dari 22 ribu orang sudah ikut transmigrasi. Memasuki masa Orde Baru, terutama pada era pembangunan lima tahun (Pelita), program transmigrasi dijalankan besar-besaran. Ratusan ribu keluarga dipindahkan ke berbagai daerah luar Jawa dengan dukungan penuh dari pemerintah, dan diperkuat oleh undang-undang tentang ketransmigrasian.
Di era Reformasi hingga sekarang, transmigrasi tidak lagi sekadar memindahkan penduduk dari Jawa ke luar Jawa, tetapi lebih diarahkan pada pembangunan kawasan baru yang berkelanjutan. Program transmigrasi modern menekankan pada pemberdayaan masyarakat, penciptaan pusat pertumbuhan ekonomi, serta pengelolaan lahan yang lebih tertata. Dari program ini, banyak daerah berkembang menjadi ibu kota kabupaten, bahkan ibu kota provinsi, dan berkontribusi besar dalam sektor pertanian maupun industri.
2. Apakah transmigrasi penting?
Iya penting, namun transmigrasi saat ini dengan zaman dulu itu berbeda, berdasarkan informasi yang didapat bahwasanya transmigrasi dulu dilakukan untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa dan mengisi daerah kosong, namun jika dilihat sekarang transmigrasi lebih diarahkan untuk pembangunan wilayah baru secara berkelanjutan. Berikut adalah beberapa mengapa transmigrasi masih sangat penting hingga sekarang :
1. Pemerataan pembangunan
Salah satu mengapa transmigrasi masih menjadi ha yang pentingsampai saat ini yaitu masih Banyak wilayah luar pulau Jawa yang masih tertinggal. Dengan transmigrasi, kawasan terpencil bisa berkembang menjadi desa atau kota baru lengkap dengan infrastruktur, sekolah, rumah sakit, dan pusat ekonomi.
2. Menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru
Dilihat pada era sekarang Kawasan transmigrasi banyak yang dirancang sebagai Kawasan Transmigrasi Terpadu, yang bukan hanya tempat tinggal, tapi juga sentra produksi pangan, perkebunan, dan industri kecil.
3. Mengurangi ketimpangan antarwilayah
Pulau Jawa masih terlalu padat (lebih dari 50% penduduk Indonesia tinggal di Jawa), sementara wilayah timur Indonesia banyak yang masih luas dan jarang penduduk. Transmigrasi membantu menyeimbangkan ini.
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Transmigrasi memberi kesempatan bagi keluarga kurang mampu untuk memiliki lahan, rumah, dan pekerjaan baru yang lebih menjanjikan.
5. Penguatan persatuan bangsa
Dengan adanya percampuran suku dan budaya di daerah transmigrasi, lahir masyarakat baru yang lebih beragam namun tetap satu dalam ikatan kebangsaan.
Nama : Jenny Saputri
NPM : 2213034071
1. Sejarah transmigrasi berdasarkan vedio yang telah dicantumkan
Program transmigrasi di Indonesia memiliki sejarah panjang, bermula dari masa penjajahan Belanda dengan nama "kolonisasi". Tujuannya saat itu adalah untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa dan membuka lahan pertanian baru di luar pulau. Awal Mula: Kolonisasi pertama dilakukan pada tahun 1905 di Lampung, Sumatera, dengan memindahkan 135 keluarga dari Keresidenan Kedu, Jawa Tengah. Para transmigran ini kemudian mendirikan desa yang diberi nama Bagelan, sesuai dengan nama daerah asal mereka, sebagai pengobat rindu akan kampung halaman.
Perkembangan: Setelah kemerdekaan, program ini dinamakan transmigrasi dan menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional. Hingga tahun 1943, lebih dari 51.000 kepala keluarga dipindahkan ke Lampung, dan keturunan mereka kini menjadi bagian dari masyarakat setempat, melestarikan budaya Jawa sambil berbaur dengan suku lain. Tanggal 12 Desember, yang merupakan hari dimulainya program ini, kini diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi.
2. Pentingnya transmigrasi
Transmigrasi bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan demografi antara Pulau Jawa yang padat penduduk dengan pulau-pulau lain yang lebih jarang penduduknya. Selain itu, program ini menjadi instrumen untuk membangun pusat-pusat ekonomi dan daerah-daerah baru di luar Jawa, sehingga terjadi pemerataan pembangunan. Transmigrasi juga memfasilitasi integrasi dan akulturasi budaya, karena transmigran berinteraksi dan hidup berdampingan dengan masyarakat lokal dari berbagai suku, yang pada akhirnya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Nama: Bima Erlangga
Npm: 2213034101
1. jelaskan kembali sejarah transmigrasi di Indonesia berdasarkan vidio
jawab: Berdasarkan vidio yang berjudul Sejarah Transmigrasi di Indonesia di Mulai Sejak Zaman Belanda saya dapat menjelaskan bahwasannya sejarah transmigrasi di Indonesia bermula pada masa kolonial Belanda pada tahun 1905 dengan nama kolonisatie. Saat itu, Belanda memindahkan 155 keluarga petani dari Kedu, Jawa Tengah, ke Gedong Tataan, Lampung, dengan tujuan mengurangi kepadatan penduduk di Jawa sekaligus menyediakan tenaga kerja untuk perkebunan di luar Jawa. Pada masa pendudukan Jepang, program serupa tetap dijalankan dengan nama kokuminggakari, meskipun sifatnya lebih memaksa dan memindahkan individu, bukan keluarga. Setelah Indonesia merdeka, istilah “transmigrasi” resmi digunakan pada tahun 1950, dan pemerintah kembali melanjutkan program tersebut dengan dukungan penuh. Puncaknya terjadi pada masa Orde Baru, ketika transmigrasi dijadikan program besar dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Pelita) dan berhasil memindahkan jutaan orang ke berbagai daerah di luar Jawa. Memasuki era Reformasi, intensitas program transmigrasi mulai menurun, lalu bertransformasi menjadi pengembangan kawasan terpadu yang lebih menekankan pada pembangunan ekonomi dan kemandirian masyarakat di wilayah tujuan transmigrasi.
2. Apakah Transmigrasi itu penting
Jawab : menurut saya transmigrasi penting karena berdasarkan vidio tersebut transmigrasi memiliki peran penting bagi Indonesia karena membantu mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa sekaligus mendorong pemerataan pembangunan ke daerah-daerah lain. Melalui program ini, wilayah-wilayah yang sebelumnya belum berkembang dapat dibuka menjadi kawasan pertanian, permukiman, dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selain itu, transmigrasi juga berfungsi mempererat persatuan bangsa melalui pertemuan dan percampuran budaya dari berbagai daerah. Meskipun dalam pelaksanaannya tidak lepas dari tantangan seperti potensi konflik sosial dan dampak lingkungan, transmigrasi tetap relevan sebagai salah satu strategi pembangunan wilayah Indonesia yang luas, asalkan dikelola dengan perencanaan yang matang dan berkelanjutan.
Nama : Annisa Adelia Salsabilla
NPM : 2213034014
Pertanyaan:
1. menjelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
2, Apakah transmigrasi itu penting?
Jawaban:
1. Sejarah panjang transmigrasi Indonesia dimulai pada masa pendudukan pemerintah kolonial Belanda yang awalnya dikenal dengan istilah kolonisasi, setelah diambil alih oleh pemerintah setelah kemerdekaan berganti nama menjadi Transmigrasi. yang melatarbelakangi program perpindahan transmigrasi zaman kolonial adalah hasil penelitian dari hasil manusia yang dilaporkan pada penduduk Kedu, bahwa lahan pertanian di Jawa berkurang dari tahun 1904 hingga tahun 1905. Sedangkan penduduk menunjukkan peningkatan jumlah yang pesat dari 20.000 juta jiwa menjadi 23.000 juta jiwa. Sementara di Luar Jawa masih tersedia lahan untuk membuka perkebunan yang baru.
Oleh karena itu residen pada saat itu diperintahkan untuk memindahkan penduduk Jawa ke luar pulau, dicatatkan dalam arsip nasional republik Indonesia hal ini dikenal dengan istilah program Kolonisasi. Program Kolonisasi kemudian dilanjutkan ke pulau Sumatera tepatnya ke provinsi lampung pada tahun 1905 ke desa bagelan kecamatan Gedongtataan. pada masanitu transmigrasi di inisiasi oleh pemerintah Hindia Belanda sebanyak 135 keluarga dari Keresidenan Kedu Jawa tengah dipindahkan ke lampung untuk memperluas wilayah perkebunan yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda di luar Jawa, para Transmigran itu datang ke lampung dengan naik kapal laut dari pelabuhan Tanjungpriok dan panjangnya di pelabuhan kecil di kawasan teluk Betung kini kawasan yang dulunya pelabuhan itu berubah menjadi tempat gangguan ikan para nelayan di teluk lampung serta pasar, dari teluk betung para Transmigran berjalan kaki selama dua hari menuju sebuah desa yang diberi nama ikan Bagelan pada masa itu nama itu tetap seperti nama wilayah kabupaten di Purworejo dulu disebut sebagai Bagelan yang menjadi bagian dari Keresidenan Kedu, saat ini keturunan para Transmigran itu tersebar ke sejumlah daerah di lampung antara kabupaten lain Tanggamus Pringsewu dan metro. pemberian nama yang sama persist itu bukan tanpa alasan pemberian nama daerah yang persist sama dilakukan untuk mengobati kerinduan para Transmigran dengan daerah asalnya begitu mereka tetap betah di lampung. semula para Transmigran asal residen kedu itu hendak dikirim ke Banyuwangi namun daerah di pesisir jawa timur ini dianggap tidak cocok sebagai tujuan karena Transmigran bisa saja kembali ke daerah asal.
Keresidenan lampung yang berada di ujung Sumatera dianggap cocok karena masih banyak lahan yang kosong selain itu mereka juga harus melintasi lautan sehingga tidak mungkin akan kembali ke daerah asal, agar getaran setiap Kepala keluarga diberi bantuan berupa 20 perlengkapan emas pertanian dan alat masak. setelah Transmigrasi pertama tahun 1905 orang-orang dari Jawa terus dipindahkan ke lampung, menurut catatan museum nasional sepanjang tahun 1905 hingga 1943 terdapat 51.000 kepala keluarga yang dipindahkan Dari Jawa ke lampung, saat ini keturunan para Transmigran tersebar ke sejumlah daerah di lampung antara kabupaten lain Tanggamus, Pringsewu dan metro lampung selatan serta Bandar Lampung. di desa mulia Jaya kecamatan Tulang Bawang tengah kabupaten Tulang Bawang barat desa yang di huni keturunan generasi kedua dan ketiga warga transmigrasi asal Jawa tengah dan jokjakarta tetap melestarikan kesenian Karawitan Jaw, sedangkan di desa Tirta kencana warga suku Bali hidup berdampingan dengan warga suku Jawa dan lampung, para transmigran menemui kenyataan bahwa mereka datang dari beberapa daerah berlatar belakang suku yang beragam dan harus bertetangga dengan warga asli lampung. mereka saling melihat berkomunikasi saling menghargai saling mengenal lalu kemudian berbaur dan melebur di akar rumpun, itulah mengapa musium nasional transmigrasian di lampung tepatnya di desa bagelan kecamatan Gedongtataan. transmigrasi yang pertama kali dilakukan pada tanggal 12 Desember 1905 dari Keresidenan Kedu Jawa tengah sejumlah 23 kepala keluarga yang kemudian ditetapkan sebagai hari Bhakti transmigrasi.
2. Transmigrasi merupakan program pemindahan penduduk dari daerah padat ke wilayah yang lebih jarang penduduknya dengan tujuan pemerataan pembangunan. Program ini penting karena dapat mengurangi kepadatan penduduk di daerah asal, membuka lahan baru untuk pertanian maupun pemukiman, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tujuan. Selain itu, transmigrasi juga berperan dalam meningkatkan integrasi nasional melalui percampuran budaya antar daerah. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada perencanaan yang matang, ketersediaan fasilitas, dan kelestarian lingkungan. Tanpa itu, transmigrasi bisa menimbulkan masalah sosial maupun kerusakan alam.
Nama : Angga Krista Ginting
NPM : 2213034067
1. Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video.
Sejarah transmigrasi di Indonesia bermula pada masa kolonial Belanda yang kala itu dikenal dengan istilah kolonisasi. Latar belakang program ini berawal dari laporan Residen Kedu yang menyebutkan berkurangnya lahan pertanian di Jawa serta pesatnya pertumbuhan penduduk, dari sekitar 20 juta jiwa pada 1943 menjadi 23 juta jiwa pada 1959. Sementara itu, di luar Jawa masih tersedia lahan luas yang potensial untuk perkebunan. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, pemerintah kolonial memindahkan penduduk Jawa ke luar pulau, terutama ke Sumatera.
Salah satu daerah tujuan utama adalah Lampung. Pada tahun 1905 (dan berlanjut hingga 1950-an), sekitar 135 keluarga dari Karesidenan Kedu, Jawa Tengah, diberangkatkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok menuju Telukbetung. Dari sana, mereka berjalan kaki menuju kawasan yang kemudian dinamai Desa Bagelan, sama dengan nama daerah asal mereka di Purworejo, sebagai bentuk pelepas rindu dan peneguh identitas. Para transmigran mendapat bantuan berupa uang, perlengkapan pertanian, serta kebutuhan dasar agar dapat bertahan dan membangun kehidupan baru.
Selama periode 1905–1943, tercatat sekitar 51.000 kepala keluarga dipindahkan ke Lampung. Mereka kemudian menyebar ke berbagai wilayah, seperti Tanggamus, Pringsewu, Metro, Lampung Selatan, hingga Bandar Lampung. Generasi kedua dan ketiga transmigran masih melestarikan budaya Jawa, misalnya kesenian karawitan, sementara di daerah lain terjadi akulturasi antara warga suku Jawa, Bali, dan Lampung.
Perjumpaan antar-suku ini menciptakan kehidupan sosial yang harmonis, di mana transmigran dan penduduk asli saling menghargai, berkomunikasi, dan berbaur. Karena itulah Lampung dikenal sebagai daerah percontohan transmigrasi, bahkan menjadi lokasi berdirinya Museum Nasional Ketransmigrasian di Desa Bagelan, Gedong Tataan.
Puncak pengakuan sejarah transmigrasi ditandai dengan penetapan 12 Desember 2017 sebagai Hari Bhakti Transmigrasi, merujuk pada keberangkatan pertama 23 kepala keluarga dari Kedu, Jawa Tengah, ke Lampung. Program ini bukan hanya perpindahan penduduk, tetapi juga awal terbentuknya masyarakat multikultural yang berakar kuat di tanah Sumatera.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Transmigrasi adalah salah satu program penting dalam pembangunan Indonesia. Fungsinya untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk di daerah tertentu, terutama di Pulau Jawa, serta memanfaatkan lahan kosong di luar Jawa. Dengan adanya transmigrasi, penduduk bisa mendapatkan lahan pertanian baru, kesempatan kerja, dan kehidupan yang lebih baik. Selain itu, transmigrasi juga membantu pemerataan pembangunan daerah dan mempererat persatuan bangsa melalui percampuran antar suku dan budaya.
Nama: Elshinta
NPM: 2213034024
1.Jelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video!
Jawab:
Sejarah transmigrasi di Indonesia di mulai pada masa pendudukan kolonial belanda yang awalnya dikenal dengan istilah kolonisasi, setelah kemerdekaan berganti nama menjadi transmigrasi. Latar belakang program transmigrasi zaman kolonial adalah hasil penelitian dari huzzelman yang dilaporkan pada pemerintahan kedu, bahwa lahan pertanian di Jawa berkurang dari tahun 1904-1905, sedangkan penduduk menunjukkan jumlah peningkatan yang pesat dari 20.000 juta jiwa menjadi 23.000 juta jiwa, sementara lahan di luar jawa masih tersedia lahan untuk membuka perkebunan baru.
Oleh karena itu residen saat itu diperintahkan untuk memindahkan penduduk jawa keluar pulau. Dicatatkan dalam arsip nasional Indonesia hal ini dikenal dengan istilah program kolonisasi. Program kolonisasi kemudian dilanjutkan ke Pulau Sumatera tepatnya di provinsi Lampung pada tahun 1905 ke desa bagelen, kecamatan gedong tataan.
Pada masa itu transmigrasi di Indonesia diinisiasi oleh pemerintahan Hindia Belanda. Sebanyak 135 keluarga dari kerisidenan Kedu Jawa Tengah dipindahkan ke lampung untuk perluasan daerah perkebunan yang dikelola oleh pemerintah belanda di luar jawa. Para transmigran itu datang ke lampung dengan naik kapal laut, dari pelabuhan Tanjung Priuk dan bersandar di pelabuhan kecil di teluk betung. Dari teluk betung para transmigran berjalan dua hari menuju sebuah desa bernama desa bagelen pada masa itu. Nama itu persis seperti nama wilayah kabupaten di Purworejo. Saat ini keturuann para transmigran itu tersebar ke sejumlah daerah di lampung. Antara lain kabupaten Tanggamus, Pringsewu dan Metro.
Pemberian nama daerah yang persis sama dilakukan untuk mengobati rindu para transmigran dengan daerah asalnya, dengan begitu tetap betah Di Lampung. Semula para transmigran itu hendak dikirim ke Banyuwangi. Namun daerah itu dianggap tidak cocok sebagai daerah tujuan karena bisa saja transmigran kembali ke daerah asalnya
Keresidenan Lampung yang berada di ujung Sumatera di anggap cocok karena masih banyak lahan yang kosong, selain itu mereka juga harus menyebrang lautan, sehingga tidak mungkin akan kembali ke daerah asal, agar betah setiap kepala keluarga diberi bantuan berupa 20 gulden perlengkapan pertanian dan alat masak.
Setelah transmigrasi pertama pada tahun 1905, orang-orang dari jawa terus dipindahkan ke Lampung. Menurut catatan musem nasional sepanjang tahun 1905 -1943 terdapat 51.000 kepala keluarga yang dipindahkan dari jawa ke lampung. Saat ini keturunan para transmigrasi tersebar ke sejumlah daerah antara lain Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Metro, Lampung Selatan serta Bandar Lampung
Para transmigran tetap melakukan budaya dan tradisi dari daerah asalnya contohnya karawitan jawa, hal tersebut salah satunya dapat dilihat di Desa Mulya Jaya Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, desa yang dihuni keturunan kedua dan ketiga warga transmigrasi asal Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sedangkan di Desa Tirta Kencana suku bali hidup berdampingan dengan suku Jawa dan Lampung. Para transmigran menyadari mereka berasal dari daeral asal yang berbeda oleh karena itu mereka harus hidup berdampingan dengan suku asli lampung, mereka saling berkomunikasi, melihat menghargai, dan akhirnya saling mengenal.
Oleh karena itu Meseum Nasional Ketransmigrasian ada di Lampung tepatnya di Desa Bagelan Kecamatan Gedong Tataan. Transmigrasi yang pertama kali dilakukan pada tanggal 12 Desember 1905 dari Keresidenan Kedu, Jawa Tengah sebanyak 23 kepala keluarga, yang kemudian ditetapkan sebagai hari bhakti transmigrasi
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Jawab:
Ya, karena transmigrasi merupakan program penting dalam pembangunan Indonesia dikarena mampu membantu pemerataan penduduk dan mengurangi kepadatan di wilayah tertentu, khususnya Pulau Jawa. Dengan adanya perpindahan penduduk ke daerah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, transmigrasi membuka peluang pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah sekaligus mendorong pembangunan wilayah baru. Kehadiran transmigran juga memicu perkembangan infrastruktur seperti jalan, sekolah, dan fasilitas kesehatan sehingga daerah tujuan dapat tumbuh menjadi kawasan yang lebih maju.
Selain itu, transmigrasi memberi kesempatan hidup yang lebih baik bagi masyarakat yang kesulitan mendapatkan lahan di daerah asalnya. Program ini juga memperkuat persatuan bangsa karena mempertemukan masyarakat dari berbagai suku dan budaya di satu wilayah. Namun, tantangan yang muncul tidak dapat diabaikan, seperti benturan dengan penduduk lokal, permasalahan lingkungan akibat pembukaan lahan, hingga kesulitan adaptasi sosial bagi transmigran. Oleh karena itu, transmigrasi tetap penting, tetapi harus direncanakan secara bijak agar memberikan manfaat nyata bagi penduduk maupun wilayah tujuan.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melanjutkan program transmigrasi pada tahun 1950. Program ini bertujuan membuka daerah baru, menyebarkan penduduk, dan meningkatkan produksi pertanian. Banyak keluarga dari Jawa, Madura, dan Bali yang dipindahkan ke daerah-daerah seperti Lampung, Kalimantan, dan Sumatra Selatan. Pada masa Orde Baru, terutama tahun 1970–1990-an, transmigrasi menjadi program nasional berskala besar. Jutaan penduduk dipindahkan untuk mengurangi kepadatan di Pulau Jawa dan mengembangkan wilayah luar Jawa. Pemerintah menyediakan rumah, lahan, serta fasilitas umum di daerah tujuan. Di era sekarang, program transmigrasi masih ada tetapi dengan skala lebih kecil. Fokusnya bukan hanya memindahkan penduduk, tetapi membangun kawasan transmigrasi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang lengkap dengan sarana pendidikan, kesehatan, dan pasar sehingga penduduk bisa hidup mandiri.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Transmigrasi penting karena membantu pemerataan jumlah penduduk, mengurangi kepadatan di Pulau Jawa, membuka daerah baru agar lebih berkembang, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberi lahan dan rumah bagi mereka. Selain itu, transmigrasi membantu memperkuat persatuan bangsa karena mempertemukan orang dari berbagai daerah dan budaya di satu tempat.
Nama : Muhamad Farhan Rafiqi
NPM : 2213034011
1. menjelaskan kembali sejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
Berdasarkan video youtube tersebut, berikut adalah sejarah transmigrasi di Indonesia:
Awal Mula dan Latar Belakang
Transmigrasi dimulai pada masa kolonial Belanda dengan nama “kolonisasi”. Program ini dilatarbelakangi oleh laporan yang menunjukkan berkurangnya lahan pertanian di Jawa dan peningkatan jumlah penduduk yang pesat, sementara di luar Jawa masih tersedia banyak lahan kosong . Oleh karena itu, penduduk Jawa pindah ke luar pulau untuk membuka perkebunan baru.
Pelaksanaan Program
Pada tahun 1905, pemerintah Hindia Belanda memindahkan 135 keluarga dari Karesidenan Kedu, Jawa Tengah, ke Lampung. Para transmigran ini datang dengan kapal laut dan berjalan kaki selama dua hari menuju sebuah desa bernama Bagelan, sama seperti nama daerah asal mereka. Pemberian nama yang sama ini bertujuan agar para transmigran beta dan tidak rindu dengan daerah asal. Lampung dipilih karena masih banyak lahan kosong dan letaknya yang harus melintasi lautan.
Perkembangan dan Hasil
Antara tahun 1905 sampai 1943, sebanyak 51.000 kepala keluarga dipindahkan dari Jawa ke Lampung. Saat ini, keturunan para transmigran tersebar di berbagai daerah di Lampung. Momen transmigrasi pertama pada tanggal 12 Desember 1905 dari Karesidenan Kedu ditetapkan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa, Bali, dan Madura, serta mendorong pemerataan pembangunan di luar pulau tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian, transmigrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan serta pemerataan pembangunan wilayah.
Pentingnya transmigrasi dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, dari aspek demografi , transmigrasi membantu mengurangi tekanan penduduk di daerah padat, terutama Jawa yang memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih dari 1.000 jiwa/km². Dengan adanya distribusi penduduk yang lebih merata, tekanan terhadap lahan pertanian dan perumahan dapat dikurangi.
Kedua, dari aspek ekonomi , transmigrasi berperan dalam membuka lahan pertanian baru dan menciptakan sentra-sentra produksi pangan di daerah tujuan. Program ini berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional serta pembukaan lapangan kerja baru.
Ketiga, dari aspek pembangunan wilayah , transmigrasi mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa. Hal ini sejalan dengan konsep pembangunan wilayah yang berimbang, di mana transmigrasi tidak hanya memindahkan penduduk, tetapi juga menghadirkan infrastruktur dasar, fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perekonomian di lokasi baru.
Namun, transmigrasi juga memiliki tantangan terkait, misalnya konflik dengan masyarakat lokal, degradasi lingkungan akibat pembukaan lahan baru, serta keterbatasan dukungan fasilitas jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, program transmigrasi perlu dilakukan secara terencana, berbasis pada potensi lokal, serta memperhatikan aspek sosial-budaya masyarakat setempat.
Dengan demikian, transmigrasi tetap penting sebagai salah satu instrumen pemerataan pembangunan dan pengelolaan kependudukan di Indonesia, meskipun pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan konteks pembangunan berkelanjutan.
Nama : Afdal Ilhami
NPM : 2213034004
1. Sejarah Program Transmigrasi di Indonesia
1. Era Kolonial Belanda (1905–1942)
Program transmigrasi dimulai oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905, dikenal dengan istilah kolonisatie. Tujuannya: mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan menyediakan tenaga kerja bagi perkebunan dan daerah terpencil di luar Jawa.
Rute awalnya memindahkan 155 keluarga petani dari Kedu (Jawa Tengah) menuju sebuah desa baru dekat Gedong Tataan, Lampung. Pada periode percobaan (1905–1911), sekitar 4.800 orang telah dipindahkan, dan jumlah ini meningkat menjadi 24.300 orang antara tahun 1905–1929.
2. Pendudukan Jepang (1942–1945)
Program transmigrasi saat itu dikenal dengan nama Kokuminggakari, namun hanya memindahkan individu—bukan keluarga. Awalnya bersifat sukarela, lalu berubah menjadi pemaksaan untuk mendukung kebutuhan pangan dan kekuatan militer Jepang. Program ini dilaksanakan sekali pada 1943, memindahkan 31.700 jiwa dari Jawa ke Lampung (daerah yang dikenal sebagai Toyosawa, kini Kecamatan Purbolinggo).
3. Era Orde Lama (Pasca-Kemerdekaan, 1950–1959)
Istilah “transmigrasi” mulai resmi digunakan sejak 1950, termasuk dalam GBHN yang menekankan penyebaran penduduk dan pengembangan wilayah pertanian. Periode pertama transmigrasi pasca-kemerdekaan dimulai Desember 1950, dengan keberangkatan transmigran ke Lampung dan Lubuk Linggau. Sebanyak 25 kepala keluarga (98 jiwa) diberangkatkan—peristiwa ini kemudian diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi setiap 12 Desember. Pada era ini, jumlah transmigran mencapai 22.360 orang antara tahun 1950–1959.
4. Era Orde Baru (1969–1998)
Transmigrasi menjadi prioritas nasional dalam program pembangunan Pelita (Pembangunan Lima Tahun)
Repelita II (1974–1979): sekitar 204.000 orang diberangkatkan. Repelita III (1979–1983): lebih dari 500.000 keluarga. Akhir Pelita IV (1985): sebanyak 350.606 keluarga atau 1.163.771 orang telah berhasil diberangkatkan. Pada masa ini juga lahir Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, lalu diperbarui menjadi UU No. 29 Tahun 2009
5. Era Reformasi dan Kontemporer (1998–Sekarang)
Program transmigrasi berlanjut namun harus disesuaikan dengan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Fokus bergeser dari sekadar distribusi penduduk ke pengembangan wilayah yang inklusif dan peningkatan infrastruktur, ekonomi lokal, serta dukungan produk unggulan daerah transmigrasi.
Hingga 2023, transmigrasi telah menghasilkan 2.007.744 kepala keluarga atau 7.280.003 orang tersebar di seluruh Indonesia. Telah berdiri 3 ibu kota provinsi, 116 ibu kota kabupaten, 466 kecamatan, dan 1.567 desa definitif. Pendirian Museum Nasional Transmigrasi di Lampung juga menjadi wujud dokumentasi sejarah transmigrasi; dibangun mulai 12 Desember 2004, Hari Bhakti Transmigrasi ke-54
2. Transmigrasi memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan nasional dan transmigran sebagai objek penyelenggaraan transmigrasi telah berkontribusi dalam pengembangan daerah. Pelaksanaan program transmigrasi adalah pemerataan pada berbagai aspek pengembangan, seperti pendidikan kesehatan, mental spiritual/keagamaan, olahraga, kesenian dan lain-lain.Pembangunan transmigrasi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan daerah sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan terutama di kawasan yang masih terisolir atau tertinggal yang sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat sekitarnya.
Nama : Nadia Adhani
NPM : 2213034035
Sejarah transmigrasi di Indonesia memiliki akar yang panjang dan erat kaitannya dengan persoalan kependudukan serta pembangunan nasional. Pada masa penjajahan Belanda, kebijakan yang dikenal dengan istilah kolonisasi mulai diterapkan. Pemerintah Hindia Belanda saat itu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang padat menuju Sumatra, khususnya ke daerah perkebunan di Deli, Sumatra Utara. Tujuannya bukan hanya mengurangi tekanan kependudukan di Jawa, tetapi juga menyediakan tenaga kerja murah untuk kepentingan perkebunan dan pertanian skala besar yang dikelola oleh pihak kolonial.
Setelah Indonesia merdeka, transmigrasi kembali dijalankan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan tujuan yang lebih nasionalistik, yakni pemerataan penduduk, pemerataan pembangunan, dan penguatan persatuan bangsa. Pada masa Orde Lama, transmigrasi masih dilakukan dalam skala terbatas karena kondisi politik dan ekonomi yang belum stabil. Namun, pada masa Orde Baru, transmigrasi menjadi program unggulan pembangunan yang dilaksanakan secara besar-besaran. Pemerintah memindahkan ratusan ribu kepala keluarga dari Jawa, Madura, dan Bali ke wilayah-wilayah di luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara.
Program tersebut tidak hanya berfokus pada perpindahan penduduk, tetapi juga pembangunan wilayah baru. Pemerintah menyediakan lahan, perumahan, sarana pertanian, dan infrastruktur dasar. Daerah-daerah transmigrasi berkembang menjadi pusat permukiman baru sekaligus sentra produksi pertanian. Selain itu, transmigrasi juga dianggap mampu memperkuat integrasi bangsa, karena mempertemukan masyarakat dari berbagai daerah dengan penduduk lokal sehingga terjadi proses akulturasi budaya. Dengan demikian, sejarah transmigrasi di Indonesia tidak hanya mencerminkan kebijakan kependudukan, tetapi juga mencerminkan strategi pembangunan dan integrasi nasional.
Transmigrasi memiliki arti penting bagi Indonesia, terutama sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi ketimpangan kepadatan penduduk dan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa. Pulau Jawa dikenal sebagai wilayah dengan jumlah penduduk terpadat, sementara wilayah luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara memiliki lahan luas namun jarang dihuni. Melalui transmigrasi, pemerintah berusaha menciptakan distribusi penduduk yang lebih seimbang sehingga potensi sumber daya alam di daerah-daerah luar Jawa dapat dimanfaatkan secara optimal.
Bagi masyarakat, transmigrasi memberikan kesempatan untuk memperoleh lahan pertanian, rumah, dan fasilitas sosial yang mungkin sulit didapatkan di daerah asal karena keterbatasan lahan dan tingginya persaingan. Transmigrasi juga menjadi jalan bagi masyarakat untuk memperbaiki taraf hidup, membuka usaha baru, serta membangun komunitas di tempat yang lebih menjanjikan.
Dari sisi pembangunan nasional, transmigrasi membantu membuka wilayah-wilayah terpencil menjadi kawasan produktif. Lahan-lahan tidur dapat diubah menjadi lahan pertanian, perkebunan, bahkan pusat ekonomi baru. Infrastruktur seperti jalan, sekolah, puskesmas, dan pasar dibangun di daerah transmigrasi sehingga mendorong pembangunan daerah secara menyeluruh. Dampak sosialnya juga signifikan, sebab transmigrasi mempertemukan penduduk dari berbagai suku bangsa dengan masyarakat lokal, sehingga memperkuat rasa persatuan dan memperkaya kebudayaan Indonesia.
Namun, pentingnya transmigrasi juga bergantung pada perencanaan dan pelaksanaannya. Jika dilakukan tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, program ini bisa menimbulkan konflik dengan penduduk lokal atau kerusakan ekosistem. Oleh karena itu, transmigrasi yang ideal adalah transmigrasi yang dirancang secara matang, memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, serta mengutamakan keharmonisan antara masyarakat pendatang dan masyarakat asli. Dengan demikian, transmigrasi tetap relevan sebagai salah satu strategi pembangunan dan persatuan bangsa Indonesia di tengah tantangan kepadatan penduduk dan ketimpangan pembangunan.
Nama: Shindy Aulia Putri
NPM: 2213034002
1. Transmigrasi di Indonesia berawal pada masa kolonial Belanda dengan nama program kolonisasi, yang merupakan bagian dari Politik Etis (1901). Tujuannya untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa sekaligus membuka lahan pertanian baru. Kondisi sosial-ekonomi Jawa saat itu memprihatinkan: penduduk padat, lahan terbatas, dan kemiskinan tinggi.
Tahun 1905, Gedong Tataan, Lampung, dijadikan lokasi uji coba pertama. Sebanyak 155 keluarga dari Kedu (Jawa Tengah) dipimpin H.G. Heyting dan Ronodimedjo dipindahkan ke sana. Meski menghadapi hutan lebat, lahan belum siap, dan penyakit, mereka berhasil membuka desa baru bernama Bagelen. Pemerintah kolonial memberi lahan, alat, dan kebutuhan hidup 1–2 tahun. Program ini berkembang pesat; hingga 1943 tercatat 51.000 kepala keluarga dipindahkan dari Jawa ke Lampung. Keturunannya kini menyebar di berbagai daerah Lampung, tetap melestarikan budaya Jawa seperti karawitan.
Pasca kemerdekaan, istilah “transmigrasi” resmi digunakan tahun 1950 dengan tujuan sama: mengurangi kepadatan di Jawa dan pemerataan pembangunan. Pada periode 1950–1959, tercatat 22.360 orang ikut program, termasuk dari Bali. Namun, muncul kritik dari masyarakat adat Sumatra terkait pembagian lahan dan posisi penduduk lokal.
Pada masa Orde Baru, transmigrasi menjadi program unggulan dalam Repelita. Hingga Oktober 1985, sekitar 350.606 keluarga (1,1 juta jiwa) dipindahkan ke luar Jawa. Selain pembukaan lahan baru, program ini ditujukan memperkuat integrasi nasional. Sebagai penghargaan, pemerintah membangun Museum Nasional Ketransmigrasian di Gedong Tataan, Lampung (2004), satu-satunya di dunia yang mendokumentasikan sejarah transmigrasi dari masa kolonial hingga era modern.
2. Transmigrasi memiliki arti penting dalam sejarah pembangunan Indonesia karena program ini tidak sekadar perpindahan penduduk, melainkan strategi sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks. Pertama, dari sisi demografi, transmigrasi berfungsi mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa sekaligus mendorong pemerataan persebaran penduduk ke wilayah-wilayah yang masih jarang dihuni. Kedua, dari aspek ekonomi, transmigrasi membuka lahan pertanian baru, memperluas basis produksi pangan, dan mendorong tumbuhnya pusat-pusat permukiman serta aktivitas ekonomi di daerah penerima. Ketiga, dari dimensi sosial-budaya, transmigrasi menjadi sarana integrasi nasional karena mempertemukan masyarakat dari berbagai latar belakang etnis, sekaligus memungkinkan pelestarian serta penyebaran budaya asal di daerah baru.
Namun, program ini juga tidak lepas dari dinamika dan kritik, terutama terkait hubungan dengan masyarakat adat dan persoalan distribusi lahan. Meskipun demikian, secara historis transmigrasi terbukti berkontribusi besar terhadap pembangunan wilayah, pemerataan ekonomi, dan penguatan persatuan bangsa. Oleh karena itu, transmigrasi penting dipahami bukan hanya sebagai kebijakan kependudukan, tetapi juga sebagai instrumen pembangunan nasional yang menggabungkan aspek demografi, ekonomi, sosial, dan politik dalam kerangka integrasi Indonesia.
Nama: Dhiya Ulhaq Riyan Putri
NPM: 2213034016
1. Sejarah panjang transmigrasi di Indonesia berawal pada masa pemerintahan kolonial Belanda dengan sebutan program kolonisasi. Program ini dilatarbelakangi oleh kepadatan penduduk di Pulau Jawa yang semakin tinggi, sementara lahan pertanian semakin berkurang. Laporan dari Residen Kedu menunjukkan peningkatan jumlah penduduk dari sekitar 20 juta menjadi 23 juta jiwa, sedangkan di luar Jawa masih banyak lahan kosong yang potensial untuk perkebunan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian memindahkan penduduk dari Jawa ke luar Jawa, salah satunya ke Lampung pada tahun 1905. Sebanyak 135 keluarga dari Karesidenan Kedu, Jawa Tengah, dipindahkan ke Lampung. Mereka berangkat menggunakan kapal laut dari Tanjung Priok menuju Teluk Betung, lalu berjalan kaki hingga tiba di sebuah desa baru yang diberi nama Bagelan (nama ini diambil dari daerah asal mereka di Purworejo, Jawa Tengah).
Langkah tersebut dilakukan agar para transmigran tidak mudah kembali ke daerah asal, karena Lampung dipisahkan lautan dari Jawa. Mereka juga diberi bantuan berupa uang, peralatan pertanian, dan perlengkapan rumah tangga. Program kolonisasi terus berlanjut dan sepanjang 1905–1941 tercatat sekitar 51.000 kepala keluarga dipindahkan dari Jawa ke Lampung. Hingga kini, keturunan para transmigran tersebar di berbagai wilayah Lampung, seperti Tanggamus, Pringsewu, Metro, Lampung Selatan, Bandar Lampung, dan Tulang Bawang Barat. Mereka tetap melestarikan budaya asal, seperti kesenian karawitan Jawa di Tulang Bawang, dan hidup berdampingan dengan suku lain seperti Bali dan Lampung. Museum Nasional Transmigrasi yang berlokasi di Gedong Tataan, Lampung, menjadi saksi sejarah program ini. Tanggal 12 Desember 1950 kemudian ditetapkan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi.
2. Iyaa penitng, transmigrasi sangat penting. Program ini memiliki beberapa manfaat strategis:
1) Mengurangi kepadatan penduduk di pulau-pulau yang terlalu padat seperti Jawa dan Bali.
2) Pemerataan pembangunan karena penduduk yang berpindah turut membuka lahan baru, mengembangkan pertanian, perkebunan, dan meningkatkan ekonomi daerah tujuan.
3) Penguatan persatuan bangsa, sebab transmigrasi mempertemukan berbagai suku bangsa di daerah baru sehingga terjadi interaksi, toleransi, dan akulturasi budaya.
4) Ketahanan pangan dan ekonomi karena transmigran membantu mengelola lahan-lahan tidur menjadi produktif.
5) Pengembangan wilayah terpencil, sehingga daerah-daerah di luar Jawa tidak tertinggal dari sisi infrastruktur, sosial, maupun ekonomi.
Nama : Ana Pertiwi
NPM : 2213034051
1. Menjelaskan kembali sejejarah transmigrasi yang ada di Indonesia berdasarkan video
Jawaban
Sejarah Transmigrasi di Indonesia
Program transmigrasi di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak era kolonial hingga masa kini. Awalnya, program ini dirancang untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk dan menyebarkan sumber daya manusia.
Masa Kolonial Belanda
Transmigrasi pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905 sebagai bagian dari Politik Etis. Tujuannya adalah mengurangi populasi di Jawa dan menyediakan tenaga kerja untuk perkebunan di Sumatera.
Era Kemerdekaan dan Puncak Program
Setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno kembali melanjutkan program ini pada tahun 1949 untuk mengatasi kelangkaan pangan dan mendorong stabilitas ekonomi. Program ini mencapai puncaknya pada masa Orde Baru (1979-1984), di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pada periode ini, sekitar 535.000 keluarga atau sekitar 2,5 juta orang dipindahkan. Dukungan finansial pun datang dari lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Sebagai contoh, di Lampung pada tahun 1981, sekitar 60% dari penduduknya adalah transmigran.
Pengurangan Skala dan Dampaknya
Setelah krisis keuangan Asia dan berakhirnya Orde Baru, program transmigrasi mengalami pengurangan drastis pada tahun 2000 karena masalah dana. Meskipun demikian, pemerintah tetap melanjutkannya dalam skala terbatas, dengan target sekitar 15.000 keluarga per tahun. Anggaran program ini terus berlanjut hingga mencapai sekitar USD 270 juta pada tahun 2006.
2. Apakah transmigrasi itu penting?
Jawabab
Dampak dan Pentingnya Transmigrasi
Meskipun bertujuan baik, program transmigrasi juga memiliki dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif.
Tantangan dan Masalah
Dari sisi ekonomi, banyak transmigran yang kesulitan karena lahan yang diberikan kurang subur dan keterampilan yang dimiliki tidak cocok. Secara lingkungan, program ini menyebabkan deforestasi dan kerusakan lahan. Sementara itu, dari aspek sosial dan politik, transmigrasi sering kali memicu konflik etnis dengan penduduk lokal, yang pernah terjadi di Sambas (1999) dan Sampit (2001). Program ini juga sering dianggap sebagai upaya dominasi suku Jawa di wilayah lain.
Pentingnya Program Transmigrasi
Terlepas dari tantangannya, transmigrasi tetap dianggap penting. Program ini berfungsi untuk mengurangi kepadatan penduduk di wilayah padat seperti Jawa dan mendorong pemerataan pembangunan di daerah lain. Selain itu, transmigrasi memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui kepemilikan lahan dan berpotensi memperkuat persatuan nasional dengan mempertemukan beragam budaya. Oleh karena itu, kunci keberhasilan program ini terletak pada pengelolaan yang baik agar manfaatnya maksimal dan masalah yang timbul dapat diminimalisir.