Posts made by Putri Wulandari Dwi Yovan

Nama : Putri Wulandari Dwi Yovan
NPM : 2213053198

Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL

Dapat dianalisis dari jurnal tersebut bahwa :
1. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan
pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
2. Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global, masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional.
3. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
4. Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
5. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra.
Nama : Putri Wulandari Dwi Yovan
NPM : 2213053198

Judul Jurnal : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKANTEORI KOHLBERG

Dapat dianalisis dari jurnal tersebut bahwa Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Asumsi utama Piaget adalah bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami. Sebaliknya, kebanyakan ahli psikologi pada masa itu berasumsi bahwa pikiran moral lebih merupakan proses psikologi dan sosial. Dalam mengembangkan teorinya, Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya.

Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang individu tidak menjadi pusat pengamatannya. Mengamati tingkah laku tidak menunjukan banyak mengenai kematangan moral. Memang seorang dewasa yang sudah matang dan seorang anak kecil keduanya barangkali tidak mau mencuri mangga. Dalam hal ini tingkah laku mereka sama. Tetapi seandainya kematangan moral mereka berbeda, kematangan moral itu tidak tercermin dalam tingkah laku mereka, melainkan pertimbangan (penalaran) mereka mengapa tidak mau mencuri mencerminkan perbedaan kematangan tersebut. Kohlberg juga tidak memusatkan perhatian pada pernyataan (statement) seseorang, apakah dia mengatakan sesuatu hal benar atau salah.

Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral dibagi menjadi 3 level, yang masing-masing level dibagi menjadi beberapa tahap :
Level 1. Moralitas Pra-konvensional • Tahap 1 - Ketaatan dan Hukuman. Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran.
Level 2. Moralitas Konvensional • Tahap 3 - Hubungan Interpersonal. Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial.
Level 3. Moralitas Pasca-konvensional. Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan. Tahap 6 - Prinsip Universal.
Nama : Putri Wulandari Dwi Yovan
NPM : 2213053198

Pendidikan nilai dengan pendekatan konprehensif dianggap sesuai untuk diterapkan, karena pada masa sekarang kehidupan sudah semakin komplek dan perubahan di segala segi kehidupan berlangsung dengan sangat cepat. Dilihat dari segi materinya, pendidikan nilai dan
moral Indonesia sudah cukup komprehensif, karena nilai-nilai fundamnetal yang dapat mentuntun kaarah pencapaian kebahagiaan
dunia dan akhirat untuk seluruh umat manusia telah di sampaiklan kepada subjek didik di semua jenjang pendidikan, melalui Pendidikan Agama dan Pendidikan Moral Pancasila. Namun dari segi metode dan
strateginya, masih banyak kelemahan yang perlu diatasi.
Ada empat macam substansi pendidikan nilai yang disebut sebagai gerakan utama pendidikan nilai di Amerika Serikat, yaitu: realisasi nilai, pendidikan watak, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan moral. Keempat jenis substansi tersebut patut di pertimbangkan dalam melaksanakan pendidikan nilai dan moral di Indonesia.
1. Realisasi nilai merupakan pendidikan nilai untuk menolong individu menentukan menyadari dan mengimplementasikan tindakan dalam pencapaian nilai-nilai yang mereka yakini dalam kehidupan termasuk pendekatan realisasi nilai.
2. Pendidikan watak, tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab.
3. Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan nilai-nilai yang menjadi dasar negara yang dan menjadi dasar hukum dan politik.
4. Pendidikan moral mencakup pengetahuan sikap kepercayaan keterampilan perilaku yang baik jujur dan penyayang tujuan utama. Pendidikan moral adalah menghasilkan individu yang otonom yang memahami nilai-nilai moral dan memiliki komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai tersebut.
Nama : Putri Wulandari Dwi Yovan
NPM : 2213053198

Review Jurnal Pendidikan Moral di Sekolah

Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah tujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral di sekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi, metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal.

Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. sekolah bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan. dalam hal ini guru berfungsi untuk mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. selain itu juga guru bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak Yang mulia dalam diri peserta didik.
Pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang maha esa.
cara mengevaluasi capaian belajar dalam ranah efektif dapat dilakukan dengan mengukur afek atau perasaan seseorang secara tidak langsung di mana dengan menafsirkan ada atau tidaknya efek positif atau negatif yang muncul dan identitas kemunculan aspek dari tindakan atau pendapat seseorang.
Nama : Putri Wulandari Dwi Yovan
NPM : 2213053198

Analisis video 1

Menurut Lawrence Kohlberg tahapan perkembangan moral dibagi menjadi tiga level yang disetiap level memiliki dua tahap yang ditotal menjadi 6 tahap.
Level 1.Pra konvensional : Menghindari hukuman dan keuntungan minat pribadi
Level 2. Konvensional: Menjaga sikap orang baik dan menaati peraturan
Level 3 Pasca konvensional : Orientasi kontak sosial dan prinsip etika universal

Dalam permasalahan dilema heinz yang perlu dilakukan heinz yaitu
Menaati peraturan, walau heinz sedang kesulitan karena istrinya yang sakit namun bukan berarti heinz bisa melakukan sesuatu diluar ketentuan.
kemudian cara selanjutnya heinz bisa menggunakan Orientasi kontak sosial dimana keadaannya sekarang sangat membutuhkan obat itu untuk menyembuhkan istrinya, ia bisa menggunakan tahapan ini untuk membujuk apoteker karena dapat dilihat dari hak-hak individu dan hukum yang ada.