Discussions started by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. -

TA2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Karya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2016. Dalam laporan keuangan tahunan 2022, perusahaan mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 45% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, beberapa analis pasar mulai meragukan keberlanjutan performa tersebut karena terdapat sinyal-sinyal tidak biasa, seperti:

  • Kenaikan signifikan pada akun piutang usaha.
  • Penurunan cadangan kerugian piutang.
  • Peningkatan pendapatan yang tidak sejalan dengan arus kas operasi.

Seorang analis independen melakukan review dan menyimpulkan bahwa kemungkinan telah terjadi praktik earnings management dengan pendekatan accrual-based.

Sebagai mahasiswa akuntansi tingkat lanjut, Anda diminta untuk:

 Diminta:

  1. Analisis praktik manajemen laba dalam konteks kasus PT Karya Sentosa. Jelaskan indikator-indikator yang mendukung dugaan tersebut.
  2. Bandingkan dua jurnal ilmiah terkini (5 tahun terakhir) yang membahas topik earnings management. Soroti perbedaan pendekatan, metodologi, dan temuan utama dari kedua studi tersebut.
  3. Evaluasi secara kritis: apakah praktik earnings management selalu bersifat negatif? Berikan argumentasi dengan dukungan teori dan bukti empiris dari literatur.
  4. Buatlah kesimpulan dan rekomendasi yang bisa diberikan kepada stakeholder perusahaan dalam menyikapi indikasi earnings management.

TA C2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Surya Terang adalah perusahaan manufaktur yang telah beroperasi selama 15 tahun di Indonesia. Pada tahun 2020, perusahaan membeli sebuah mesin produksi seharga Rp1.000.000.000. Mesin ini diperkirakan akan digunakan selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp100.000.000. PT Surya Terang menggunakan metode garis lurus untuk penyusutan.

Namun, pada tahun 2025, muncul teknologi baru yang menyebabkan nilai pasar mesin tersebut menurun drastis. Penilaian independen menunjukkan bahwa nilai wajar mesin saat ini hanya Rp400.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp600.000.000.

Manajemen mempertimbangkan untuk menggunakan model revaluasi agar laporan keuangan mereka mencerminkan nilai wajar aset, namun mereka khawatir akan dampaknya terhadap laporan laba rugi dan kepatuhan terhadap PSAK.

Pertanyaan:

  1. Identifikasi dan jelaskan dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus ini. Bandingkan kelebihan dan kekurangannya.
  2. Jika PT Surya Terang memilih untuk menggunakan model revaluasi, sebutkan implikasi akuntansinya terhadap laporan keuangan, khususnya pada laporan posisi keuangan dan laba rugi.
  3. Apakah pengukuran menggunakan nilai wajar lebih memenuhi karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan dibandingkan biaya historis dalam konteks ini? Jelaskan dengan alasan kritis.

TA B 2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Surya Terang adalah perusahaan manufaktur yang telah beroperasi selama 15 tahun di Indonesia. Pada tahun 2020, perusahaan membeli sebuah mesin produksi seharga Rp1.000.000.000. Mesin ini diperkirakan akan digunakan selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp100.000.000. PT Surya Terang menggunakan metode garis lurus untuk penyusutan.

Namun, pada tahun 2025, muncul teknologi baru yang menyebabkan nilai pasar mesin tersebut menurun drastis. Penilaian independen menunjukkan bahwa nilai wajar mesin saat ini hanya Rp400.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp600.000.000.

Manajemen mempertimbangkan untuk menggunakan model revaluasi agar laporan keuangan mereka mencerminkan nilai wajar aset, namun mereka khawatir akan dampaknya terhadap laporan laba rugi dan kepatuhan terhadap PSAK.

Pertanyaan:

  1. Identifikasi dan jelaskan dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus ini. Bandingkan kelebihan dan kekurangannya.
  2. Jika PT Surya Terang memilih untuk menggunakan model revaluasi, sebutkan implikasi akuntansinya terhadap laporan keuangan, khususnya pada laporan posisi keuangan dan laba rugi.
  3. Apakah pengukuran menggunakan nilai wajar lebih memenuhi karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan dibandingkan biaya historis dalam konteks ini? Jelaskan dengan alasan kritis.

TA2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Surya Terang adalah perusahaan manufaktur yang telah beroperasi selama 15 tahun di Indonesia. Pada tahun 2020, perusahaan membeli sebuah mesin produksi seharga Rp1.000.000.000. Mesin ini diperkirakan akan digunakan selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp100.000.000. PT Surya Terang menggunakan metode garis lurus untuk penyusutan.

Namun, pada tahun 2025, muncul teknologi baru yang menyebabkan nilai pasar mesin tersebut menurun drastis. Penilaian independen menunjukkan bahwa nilai wajar mesin saat ini hanya Rp400.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp600.000.000.

Manajemen mempertimbangkan untuk menggunakan model revaluasi agar laporan keuangan mereka mencerminkan nilai wajar aset, namun mereka khawatir akan dampaknya terhadap laporan laba rugi dan kepatuhan terhadap PSAK.

Pertanyaan:

  1. Identifikasi dan jelaskan dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus ini. Bandingkan kelebihan dan kekurangannya.
  2. Jika PT Surya Terang memilih untuk menggunakan model revaluasi, sebutkan implikasi akuntansinya terhadap laporan keuangan, khususnya pada laporan posisi keuangan dan laba rugi.
  3. Apakah pengukuran menggunakan nilai wajar lebih memenuhi karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan dibandingkan biaya historis dalam konteks ini? Jelaskan dengan alasan kritis.

TA C2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Garuda Sejahtera adalah perusahaan publik di Indonesia yang bergerak di bidang penerbangan. Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan mengakui pesawat-pesawat yang dimiliki berdasarkan nilai wajar (fair value) sesuai dengan pendekatan IFRS (International Financial Reporting Standards).

Namun, auditor memberikan catatan bahwa penentuan nilai wajar tersebut tidak mencerminkan kondisi pasar di Indonesia secara akurat, karena pasar aktif untuk pesawat di Indonesia sangat terbatas. Auditor menyarankan agar perusahaan mempertimbangkan penggunaan biaya historis (historical cost) yang lebih konservatif.

Sementara itu, PT Garuda Sejahtera menyatakan bahwa pendekatan nilai wajar lebih mencerminkan "substance over form" dan kebutuhan investor global, karena perusahaan ingin menarik investor asing. Dalam penyusunannya, perusahaan mengacu pada kerangka konseptual IFRS, bukan kerangka konseptual PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).

Beberapa anggota dewan komisaris mempertanyakan:

  1. Apakah penggunaan kerangka konseptual global (IFRS) sah diterapkan untuk perusahaan di Indonesia?
  2. Apakah kerangka konseptual PSAK sudah cukup memadai untuk menjawab dinamika bisnis global?
  3. Apakah nilai wajar benar-benar mencerminkan realitas ekonomi yang bisa diandalkan dalam konteks Indonesia?

 

Pertanyaan:

  1. Kritisi keputusan PT Garuda Sejahtera dalam memilih nilai wajar sebagai dasar pengukuran. Apakah keputusan tersebut dapat dibenarkan secara konseptual dalam konteks Indonesia? Jelaskan dengan mengacu pada prinsip-prinsip dalam kerangka konseptual PSAK dan IFRS.
  2. Bandingkan kerangka konseptual PSAK (Indonesia) dan IFRS dalam hal:
  • Tujuan laporan keuangan
  • Karakteristik kualitatif informasi
  • Basis pengukuran
  • Asumsi entitas dan kelangsungan usaha
Apakah Anda setuju bahwa Indonesia sebaiknya mengikuti sepenuhnya kerangka konseptual IFRS tanpa penyesuaian lokal? Jelaskan pendapat Anda dengan argumen kritis, mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, dan tingkat kematangan pasar di Indonesia.