CASE STUDY

CASE STUDY

Jumlah balasan: 6

SMP Negeri 3 di sebuah daerah pinggiran kota sedang mengalami penurunan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa:

  1. Siswa menganggap pembelajaran IPS membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.
  2. Metode pengajaran guru masih bersifat ceramah, tanpa integrasi teknologi atau pendekatan kontekstual.
  3. Guru kesulitan merancang pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir kritis, reflektif, dan partisipatif.
  4. Media dan sumber belajar IPS terbatas pada buku teks cetak, tanpa adanya variasi atau penyesuaian terhadap kondisi lokal.
  5. Penilaian hanya berbasis tes hafalan, belum mengukur keterampilan analisis sosial, pemecahan masalah, atau nilai-nilai kewargaan.

Pihak sekolah ingin mengembangkan desain sistem pembelajaran IPS yang lebih relevan, kontekstual, dan mendorong partisipasi aktif siswa. Untuk itu, pihak sekolah melibatkan mahasiswa program magister pendidikan IPS sebagai konsultan pengembangan sistem pembelajaran.

Pertanyaan:

  1. Analisislah permasalahan dalam kasus di atas dengan menggunakan konsep dan prinsip dasar desain sistem pembelajaran! Apa saja akar masalahnya dari perspektif desain pembelajaran IPS?
  2. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah sistematis dalam merancang sistem pembelajaran IPS yang kontekstual dan partisipatif, menggunakan salah satu model desain pembelajaran yang relevan!
  3. Berikan rekomendasi inovatif untuk media, pendekatan, dan teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS agar sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pendidikan IPS!
  4. Kembangkan kerangka desain sistem pembelajaran IPS untuk satu tema tertentu (misalnya: keberagaman sosial, perubahan sosial, lingkungan hidup, atau lainnya), dengan memuat:

Sebagai balasan Kiriman pertama

DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN IPS KONTEKSTUAL DAN PARTISIPATIF

oleh Sri Astuti -

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran inti di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memiliki peran strategis dalam membentuk generasi muda yang cerdas, kritis, dan berkarakter Namun, dalam praktiknya, pembelajaran IPS di sekolah sering kali menghadapi tantangan serius. Banyak siswa menganggap mata pelajaran ini membosankan karena terlalu menekankan hafalan konsep-konsep teoritis tanpa adanya keterkaitan dengan realitas sosial yang mereka alami sehari-hari. .

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh susiana RPL -

pembelajaran IPS sesunguhnya menyenangkan bila seorang pengajar mampu memberikan pemahaman kepada peserta didik secara konseptual, mampu mendessain pembelajaran sesuai dnegan kebutuhan kelasnya, mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dari kasus sehari-hari yang melibatkan peserta didik dalam kehidupan sosial atau hal yang pernah mereka lihat.

Sebagai balasan susiana RPL

Re: CASE STUDY

oleh Sri Astuti -
Saya sependapat dengan bu susiana bahwa pembelajaran IPS akan menjadi menyenangkan jika guru berperan sebagai fasilitator yang mampu menyajikan konsep secara jelas dan kontekstual. Dengan pendekatan yang sesuai kebutuhan kelas, guru dapat mendesain pembelajaran berbasis pengalaman nyata siswa, sehingga mereka merasa bahwa apa yang dipelajari memiliki hubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, ketika guru mendorong kemampuan berpikir kritis melalui studi kasus sosial, siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga belajar menganalisis, mengevaluasi, dan mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan tujuan IPS, yaitu membentuk warga negara yang cerdas, kritis, dan berkarakter sosial.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Fitri Yani -
Analisis Permasalahan dengan Konsep Desain Sistem Pembelajaran
Konsep dasar desain sistem pembelajaran menekankan bahwa pembelajaran adalah sistem terpadu yang mencakup tujuan, materi, metode, media, peserta didik, guru, dan evaluasi. Permasalahan di SMP Negeri 3 dapat dianalisis sebagai berikut:
Tujuan: Masih difokuskan pada hafalan, belum mencerminkan keterampilan abad 21 (berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, komunikatif, dan literasi kewargaan).
Peserta Didik: Siswa tidak melihat relevansi IPS dengan kehidupan nyata, sehingga motivasi belajar rendah.
Strategi/Metode: Guru masih menggunakan ceramah satu arah, kurang kontekstual, tidak menumbuhkan partisipasi dan refleksi.
Media/Sumber Belajar: Terbatas pada buku teks cetak, tanpa memanfaatkan potensi lokal atau teknologi.
Evaluasi: Masih berbasis tes hafalan, tidak menilai analisis sosial, pemecahan masalah, atau sikap kewargaan.
Akar masalahnya: desain pembelajaran belum disusun secara sistematis dengan memperhatikan karakteristik siswa, konteks lokal, tujuan IPS, serta pemilihan strategi, media, dan evaluasi yang selaras.
2. Prosedur Perancangan Sistem Pembelajaran IPS (Menggunakan Model ADDIE)
Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) relevan untuk membangun pembelajaran IPS kontekstual:
Analysis: Identifikasi kebutuhan belajar siswa, masalah motivasi, keterbatasan media, dan tujuan kurikulum IPS.
Design: Rumuskan tujuan pembelajaran yang menekankan keterampilan berpikir kritis, reflektif, dan partisipatif. Rancang strategi berbasis kontekstual (CTL), diskusi, studi kasus, dan proyek sosial.
Development: Kembangkan perangkat ajar, media digital (infografis, video), serta bahan berbasis lokal (lingkungan sekitar, masalah sosial nyata).
Implementation: Terapkan dalam kelas dengan pendekatan aktif, partisipatif, berbasis masalah nyata.
Evaluation: Lakukan penilaian autentik (observasi, portofolio, presentasi, refleksi), serta evaluasi formatif-sumatif untuk perbaikan berkelanjutan.





3. Rekomendasi Inovatif
Media:
Video dokumenter lokal (masalah lingkungan/keberagaman budaya).
Infografis digital interaktif.
Peta interaktif atau Google Earth untuk analisis wilayah.
Artikel berita atau media sosial sebagai bahan diskusi.


Pendekatan:


Contextual Teaching and Learning (CTL) → menghubungkan materi dengan realitas sosial.
Problem Based Learning (PBL) → siswa menganalisis masalah sosial nyata.
Project Based Learning → siswa membuat proyek sederhana (kampanye kebersihan, poster keberagaman).


Evaluasi:
Penilaian portofolio (laporan investigasi masalah sosial).
Observasi keterampilan diskusi & kerja kelompok.
Penilaian diri & teman sebaya.
Produk proyek nyata (poster, video, presentasi solusi).

4. Kerangka Desain Sistem Pembelajaran IPS (Tema: Keberagaman Sosial)
Tujuan Pembelajaran:
Siswa memahami bentuk dan makna keberagaman sosial di masyarakat.
Siswa mampu menganalisis potensi konflik dan kerukunan dalam keberagaman.
Siswa menunjukkan sikap toleransi, kerja sama, dan menghargai perbedaan.


Pendekatan dan Strategi:
CTL + Diskusi Kelompok + Studi Kasus.
Siswa mengamati fenomena keberagaman di lingkungan (agama, budaya, ekonomi).
Diskusi dan simulasi peran (role play) tentang menjaga kerukunan.


Media dan Sumber Belajar:
Video dokumenter keberagaman budaya Indonesia.
Artikel berita tentang konflik/kerukunan antarwarga.
Narasumber lokal (tokoh masyarakat).


Penilaian Autentik:
Produk proyek: poster kampanye toleransi.
Observasi keterlibatan diskusi & role play.
Refleksi individu: pengalaman tentang hidup dalam keberagaman.


Prinsip Interaksi:
Guru sebagai fasilitator (memberi arahan, bukan dominasi).
Siswa sebagai subjek aktif (mengamati, menganalisis, menyimpulkan).
Sumber belajar sebagai “laboratorium sosial” (lingkungan sekitar dan media digital).
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Muhammad Ilham Ilham -

Analisis kondisi pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara tujuan, metode, media, dan evaluasi. Pembelajaran yang masih berpusat pada ceramah, media yang terbatas, serta penilaian berbasis hafalan membuat siswa menganggap IPS membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk mengatasi hal ini, penerapan desain sistem pembelajaran berbasis model ADDIE menjadi langkah strategis karena mampu mengintegrasikan analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi secara sistematis. Melalui pemanfaatan teknologi sederhana seperti smartphone, pembelajaran IPS dapat diarahkan menjadi lebih kontekstual, interaktif, dan partisipatif dengan pendekatan berbasis proyek (Project Based Learning) dan masalah nyata (Problem Based Learning) yang memungkinkan siswa mengamati, menganalisis, serta mencari solusi terhadap isu lingkungan seperti sampah dan banjir. Media pembelajaran pun tidak lagi terbatas pada buku teks, melainkan juga lingkungan sekitar, berita aktual, peta digital, dan konten multimedia yang mudah diakses. Penilaian autentik berbasis portofolio, proyek, presentasi, maupun refleksi diri memberikan gambaran lebih utuh tentang keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, serta sikap peduli lingkungan dan kewargaan siswa. Dalam proses ini, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa menemukan makna pembelajaran, sedangkan siswa menjadi aktor aktif yang membangun pengetahuan melalui interaksi dengan sumber belajar yang beragam. Dengan demikian, desain pembelajaran IPS yang terintegrasi dengan teknologi, pendekatan kontekstual, media variatif, serta evaluasi autentik diyakini mampu meningkatkan minat belajar siswa, memperkuat keterampilan berpikir kritis, dan menumbuhkan kepedulian sosial sesuai tujuan pendidikan IPS.

Sebagai balasan Muhammad Ilham Ilham

Re: CASE STUDY

oleh 2423031014 2423031014 -

I.               Jawab Soal No 1. Analisis Permasalahan Berdasarkan Prinsip Desain Sistem Pembelajaran

Desain sistem pembelajaran (DSP) pada dasarnya adalah proses terencana, sistematis, dan berorientasi pada kebutuhan belajar siswa. Berdasarkan kasus SMP Negeri 3, berikut analisis permasalahannya menurut komponen utama DSP:

Komponen DSP

Kondisi Saat Ini

Analisis Masalah

Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Siswa merasa IPS membosankan dan tidak relevan.

Guru belum menganalisis kebutuhan, minat, gaya belajar, dan konteks kehidupan siswa. Pembelajaran tidak kontekstual.

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tujuan berfokus pada hafalan fakta.

Tujuan belum mengarah pada keterampilan berpikir kritis, reflektif, dan partisipatif (kompetensi abad 21).

Strategi dan Metode Pembelajaran

Dominan ceramah dan teacher-centered.

Tidak sesuai prinsip student-centered learning atau active learning. Kurang integrasi teknologi dan lingkungan nyata.

Media dan Sumber Belajar

Terbatas pada buku teks cetak.

Tidak ada variasi atau kontekstualisasi dengan sumber lokal, digital, atau multimedia.

Evaluasi dan Umpan Balik

Tes hafalan semata.

Belum mengukur kemampuan analisis sosial, pemecahan masalah, dan nilai kewargaan (authentic assessment).

Dukungan Sistem dan Lingkungan Belajar

Guru kesulitan merancang inovasi.

Perlu penguatan kapasitas guru dan dukungan infrastruktur (literasi digital, kolaborasi antar pihak).

 Akar Masalah dari Perspektif Desain Pembelajaran IPS:

1.     Analisis kebutuhan dan konteks tidak dilakukan secara mendalam.

2.     Desain pembelajaran masih berorientasi pada konten, bukan kompetensi sosial-kritis.

3.     Metode, media, dan evaluasi tidak selaras dengan tujuan IPS sebagai pendidikan kewargaan kritis.

4.     Guru belum dibekali pendekatan sistematis berbasis model desain pembelajaran.

 

II.            Jawab Soal No 2. Prosedur dan Langkah Sistematis Desain Sistem Pembelajaran IPS

Kita gunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) karena ini paling umum, sistematis, dan mudah diterapkan di sekolah.

Tahap 1: Analysis (Analisis)

·       Analisis kebutuhan belajar (learning needs assessment).

·       Identifikasi karakteristik siswa (usia, minat, gaya belajar, konteks sosial-budaya).

·       Analisis kurikulum (CP & TP IPS dalam Kurikulum Merdeka).

·       Analisis sumber daya (media, lingkungan, teknologi).

·       Analisis kesenjangan (gap) antara kondisi ideal dan aktual.

Tahap 2: Design (Perancangan)

·       Rumuskan tujuan pembelajaran yang mengarah ke kompetensi kritis dan partisipatif.

·       Pilih pendekatan kontekstual dan kolaboratif (misalnya Project-Based Learning, Inquiry Learning).

·       Rancang alur kegiatan belajar yang menuntun siswa dari observasi → analisis → refleksi → aksi sosial.

·       Rancang instrumen evaluasi autentik (rubrik proyek, jurnal refleksi, observasi sikap).

Tahap 3: Development (Pengembangan)

·       Buat media belajar variatif: video lokal, peta digital, infografis, studi kasus.

·       Kembangkan LKPD berbasis masalah nyata di sekitar siswa.

·       Gunakan platform digital (misalnya Padlet, Canva, Google Earth) untuk kegiatan analisis sosial.

Tahap 4: Implementation (Implementasi)

·       Laksanakan pembelajaran dengan strategi aktif (cooperative learning, role play, problem solving).

·       Fasilitasi diskusi, kolaborasi, dan refleksi siswa.

·       Guru bertindak sebagai fasilitator, bukan sumber tunggal pengetahuan.

Tahap 5: Evaluation (Evaluasi)

·       Evaluasi formatif di setiap tahap (refleksi, umpan balik).

·       Evaluasi sumatif dengan penilaian autentik: proyek sosial, portofolio, presentasi, jurnal refleksi.

·       Revisi sistem pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi.

 

III.          Jawab Soal No 3. Rekomendasi Inovatif untuk Media, Pendekatan, dan Evaluasi

Komponen

Rekomendasi Inovatif

Relevansi IPS

Pendekatan Pembelajaran

- Project-Based Learning (PjBL)
- Inquiry-Based Learning
- Service Learning (aksi sosial berbasis komunitas)

Mendorong siswa berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkontribusi nyata pada isu sosial.

Media dan Sumber Belajar

- Video dokumenter lokal (lingkungan, keberagaman budaya daerah).
- Peta digital, data statistik online, hasil wawancara warga.
- Platform digital interaktif (Canva, Padlet, Google Classroom).

Membuat pembelajaran IPS kontekstual dan dekat dengan kehidupan nyata siswa.

Teknik Evaluasi

- Penilaian proyek (solusi masalah sosial di sekitar sekolah).
- Portofolio reflektif.
- Penilaian teman sebaya (peer assessment).
- Jurnal refleksi nilai-nilai kewargaan.

Mengukur keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan empati sosial—bukan hafalan fakta.

 

IV.          Jawab Soal No 4.  Kerangka Desain Sistem Pembelajaran IPS (Contoh Tema: “Perubahan Sosial di Lingkungan Sekitar”)

Komponen

Deskripsi

Tema / Topik

Perubahan Sosial di Lingkungan Sekitar

Capaian Pembelajaran

Siswa mampu menganalisis penyebab dan dampak perubahan sosial di lingkungan lokal, serta berperan aktif dalam memecahkan masalah sosial secara kolaboratif.

Tujuan Pembelajaran

- Mengidentifikasi bentuk perubahan sosial di masyarakat sekitar.
- Menjelaskan faktor penyebab dan dampaknya.
- Menyusun solusi kreatif untuk perubahan sosial negatif (misal: sampah, kenakalan remaja).

Pendekatan

Project-Based Learning dengan pendekatan kontekstual (CTL).

Langkah Pembelajaran (Model 5M)

1.Mengamati: Video/documentasi perubahan sosial lokal.
2. Menanya: Diskusi penyebab dan dampak perubahan.
3. Mengeksplorasi: Wawancara warga / survei sosial sederhana.
4. Menalar: Menganalisis hasil wawancara dan literatur.
5. Mencipta: Membuat kampanye sosial / poster digital solusi perubahan sosial.

Media & Sumber Belajar

- Video lokal, foto dokumenter, berita daring.
- Google Forms (survei), Canva (poster), Padlet (diskusi).

Evaluasi Autentik

- Rubrik proyek kampanye sosial.
- Jurnal refleksi individu.
- Observasi partisipasi kelompok.
- Umpan balik dari warga / guru lain.