CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 5

Seorang peneliti pendidikan ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid (gabungan daring dan luring) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Karena jumlah SMA negeri sangat banyak dan tersebar di berbagai kota dan kabupaten, peneliti memutuskan untuk mengambil sampel sebagai subjek penelitiannya.

Namun, peneliti menghadapi beberapa tantangan:

  1. Terdapat 600 SMA negeri di Provinsi Jawa Barat, tersebar di 27 kota/kabupaten.
  2. Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital tiap daerah berbeda.
  3. Jumlah siswa kelas XI bervariasi di setiap sekolah.
  4. Tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran hybrid secara konsisten.

Pertanyaan:

  1. Identifikasilah populasi dan sampel dalam kasus tersebut. Jelaskan alasannya!
  2. Menurut Anda, teknik sampling mana yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini? Jelaskan alasan pemilihan teknik tersebut, dan bagaimana cara menerapkannya dalam konteks ini!
  3. Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi saja, apa potensi kelemahan dari pendekatan ini terhadap validitas hasil penelitian?

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nela Amelia -
NAMA : NELA AMELIA
NPM : 2313031050

1. Populasi dan Sampel
• Populasi: Seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat.
Alasan: Peneliti ingin menilai efektivitas pembelajaran hybrid pada seluruh siswa kelas XI di SMA negeri se-provinsi, sehingga seluruh kelompok tersebut menjadi cakupan penelitian.
• Sampel: Sekelompok siswa kelas XI yang dipilih dari beberapa SMA negeri di berbagai kota/kabupaten di Jawa Barat.
Alasan: Jumlah sekolah sangat besar (600 sekolah di 27 wilayah), sehingga tidak mungkin meneliti semua. Sampel dipilih agar dapat mewakili karakteristik populasi yang beragam.

2. Teknik Sampling yang Tepat
• Teknik yang Disarankan: Stratified Random Sampling (sampling acak bertingkat).
Alasan:
-Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital tiap daerah berbeda.
-Jumlah siswa per sekolah tidak seragam.
-Tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran hybrid secara merata.
Teknik bertingkat memungkinkan peneliti membagi populasi menjadi strata (lapisan) yang relevan—misalnya berdasarkan wilayah (kota/kabupaten), tingkat ketersediaan infrastruktur digital, atau konsistensi penerapan hybrid—lalu memilih sampel secara acak dari tiap strata agar representatif.

Cara Penerapan:
1) Bagi 27 kota/kabupaten ke dalam strata, misalnya berdasarkan tingkat kemajuan teknologi atau kategori wilayah (perkotaan, semi-urban, pedesaan).
2) Dari tiap strata, daftar seluruh SMA negeri yang benar-benar menerapkan pembelajaran hybrid.
3) Lakukan pemilihan sekolah secara acak proporsional terhadap jumlah sekolah/siswa di strata tersebut.
4) Ambil sampel siswa kelas XI secara acak dari setiap sekolah terpilih.

3. Risiko Jika Hanya Mengambil Sampel dari Kota Besar
Apabila peneliti hanya memilih sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, hasil penelitian bisa kurang valid secara eksternal (tidak dapat digeneralisasi ke seluruh provinsi).
• Kota besar cenderung memiliki infrastruktur internet lebih baik, sumber daya guru yang lebih lengkap, serta tingkat ekonomi yang relatif tinggi.
• Hasil efektivitas pembelajaran hybrid di daerah urban kemungkinan berbeda dengan daerah pedesaan atau wilayah yang infrastrukturnya terbatas.
Akibatnya, kesimpulan penelitian akan bias, karena tidak mewakili kondisi sebenarnya dari SMA negeri di seluruh Jawa Barat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Fajriyatur Rohmah 2313031048 -
Nama: Fajriyatur Rohmah
NPM: 2313031048

Jawaban:
1. Populasi dan Sampel
- Populasi: seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Alasannya karena mereka semua yang menjadi target penelitian terkait efektivitas pembelajaran hybrid.

- Sampel: sebagian siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri yang dipilih peneliti. Sampel dipakai karena jumlah populasi terlalu besar (600 sekolah di 27 kota/kabupaten) sehingga tidak mungkin meneliti semuanya.

2. Menurut saya, teknik yang paling sesuai adalah stratified random sampling dengan pendekatan wilayah.
Alasannya:
- Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital antar daerah sangat bervariasi, sehingga perlu ada perwakilan dari tiap strata (misalnya kota besar, kota kecil, dan daerah kabupaten).
- Dengan stratifikasi, hasil penelitian lebih representatif karena mencerminkan keberagaman populasi.

Cara menerapkan:
- Pertama, kelompokkan sekolah berdasarkan wilayah atau karakteristik tertentu (misalnya kota besar vs kabupaten, daerah maju vs daerah terbatas infrastruktur).
-Kedua, ambil sampel sekolah secara acak dari tiap kelompok sesuai proporsinya.
-Ketiga, pilih siswa kelas XI dari sekolah terpilih secara acak juga agar tidak bias.

3. Kalau peneliti hanya mengambil sampel dari Bandung dan Bekasi, hasil penelitian bisa bias.
Kelemahannya adalah:
- Tidak mencerminkan kondisi sebenarnya di seluruh Jawa Barat karena sekolah di kota besar biasanya punya fasilitas dan infrastruktur digital lebih baik.
-Hasilnya mungkin menunjukkan pembelajaran hybrid efektif, padahal di daerah dengan keterbatasan internet atau sarana, hasilnya bisa berbeda.
-Validitas eksternal menurun, artinya hasil penelitian sulit digeneralisasi ke semua SMA negeri di Jawa Barat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Adea Aprilia -
NAMA : ADEA APRILIA
NPM : 2313031034

1. Identifikasi populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat, karena penelitian berfokus pada efektivitas metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar matematika siswa pada jenjang tersebut. Sementara itu, sampel adalah sebagian siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri yang dipilih untuk mewakili keseluruhan populasi. Sampel ini dipilih karena jumlah sekolah yang sangat banyak dan tersebar di berbagai daerah dengan kondisi yang beragam, sehingga tidak memungkinkan meneliti seluruh populasi.

2. Teknik sampling yang tepat
Teknik yang paling sesuai adalah stratified random sampling. Alasannya, kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital antar daerah berbeda-beda, sehingga penting untuk membagi populasi ke dalam strata tertentu, misalnya berdasarkan kota/kabupaten atau kategori wilayah seperti kota besar, kota sedang, dan pedesaan. Dari setiap strata tersebut, sekolah dipilih secara acak sesuai proporsinya terhadap jumlah populasi, lalu dari sekolah yang terpilih peneliti mengambil siswa kelas XI secara acak. Dengan cara ini, sampel menjadi lebih representatif dan hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi.

3. Potensi kelemahan jika sampel hanya diambil dari kota besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka hasil penelitian akan cenderung bias. Hal ini terjadi karena siswa di kota besar memiliki akses internet lebih baik, kondisi sosial ekonomi lebih mendukung, serta penerapan hybrid learning yang lebih konsisten dibandingkan daerah lain. Akibatnya, hasil penelitian tidak mencerminkan kondisi sebenarnya di seluruh Jawa Barat, sehingga validitas eksternal menjadi lemah dan kesimpulan sulit digeneralisasikan ke seluruh populasi.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Rika Rahayu -
Nama: Rika Rahayu 
NPM: 2313031052

1.Populasi dan sampel
a. Populasi:
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Populasi ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid di semua SMA negeri yang ada di wilayah tersebut.
b. Sampel:
Sampel adalah sebagian sekolah dan siswa kelas XI yang mewakili seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Sampel ini diambil karena jumlah populasi (600 SMA) terlalu besar dan tersebar luas, sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti semuanya secara langsung.

Alasannya:
Dengan mengambil sebagian sekolah yang mewakili karakteristik populasi (misalnya dari berbagai wilayah dan kondisi sosial-ekonomi), peneliti dapat memperoleh hasil yang tetap dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi.

2.Teknik sampling yang paling tepat
Teknik yang paling tepat digunakan adalah stratified random sampling (sampling bertingkat/berstrata).
Alasan:
  • Kondisi SMA di Jawa Barat tidak homogen , setiap kota/kabupaten memiliki perbedaan sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital.
  • Dengan stratified sampling, populasi dapat dibagi ke dalam beberapa strata (lapisan) berdasarkan kriteria tertentu, misalnya wilayah (kota besar, kota sedang, dan daerah terpencil) atau tingkat fasilitas digital.
  • Dari setiap strata tersebut, peneliti dapat mengambil sampel secara acak agar tetap representatif.
Cara menerapkannya:
1. Bagi SMA negeri di Jawa Barat ke dalam beberapa strata, misalnya berdasarkan wilayah (Bandung Raya, Priangan Timur, Pantura, dan lain-lain).
2. Tentukan jumlah sekolah yang akan dijadikan sampel dari tiap strata secara proporsional terhadap jumlah sekolah di strata tersebut.
3. Pilih sekolah secara acak dari setiap strata.
4. Dari setiap sekolah terpilih, ambil beberapa siswa kelas XI sebagai responden.
Dengan cara ini, sampel yang diperoleh dapat mewakili variasi kondisi yang ada di seluruh provinsi.

3.Potensi kelemahan jika hanya mengambil sampel dari kota besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka hasil penelitian tidak akan mewakili seluruh populasi karena kondisi sekolah di kota besar jauh berbeda dengan daerah lain.
Potensi kelemahannya:
a. Tidak representatif
Sekolah di kota besar biasanya memiliki fasilitas digital yang lebih baik, guru lebih terlatih, dan siswa lebih terbiasa dengan teknologi, sehingga hasilnya bisa lebih tinggi dibandingkan sekolah di daerah.
b. Bias hasil penelitian 
Kesimpulan tentang efektivitas pembelajaran hybrid bisa terlalu optimis dan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya di seluruh Jawa Barat.
c. Validitas eksternal rendah
Hasil penelitian sulit digeneralisasikan ke sekolah-sekolah di daerah dengan kondisi sosial dan infrastruktur berbeda.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Dita Silviana Putri -
Nama: Dita Silviana Putri
NPM : 2313031057
No. Absen: 26

1. - Populasi: Seluruh siswa kelas XI di 600 SMA negeri se-Provinsi Jawa Barat yang menerapkan pembelajaran hybrid.
Alasan: Ini adalah keseluruhan kelompok yang ingin disimpulkan hasilnya oleh peneliti.
- Sampel: Sebagian siswa kelas XI dari populasi di atas yang dipilih secara spesifik untuk diukur hasil belajar matematikanya.
Alasan: Jumlah populasi terlalu besar dan tersebar, sehingga pengambilan sebagian subjek (sampel) lebih efisien.

2. Menurut saya, Teknik yang paling tepat adalah Multistage Random Sampling (Sampling Acak Bertahap) yang berbasis pada Stratified Random Sampling (Sampling Acak Berstrata).
• Alasan Pemilihan:
- Provinsi Jawa Barat sangat beragam (infrastruktur digital dan kondisi ekonomi). Stratified Sampling wajib digunakan agar sampel mewakili kondisi dari daerah yang maju hingga daerah terpencil.
- Multistage Sampling diperlukan karena jumlah sekolah banyak dan tersebar luas, sehingga lebih praktis untuk memilih cluster (kelompok sekolah) per strata.
• Cara Penerapan Singkat:
- Stratifikasi: Bagi 27 kota/kabupaten menjadi strata (misalnya, Daerah Infrastruktur Tinggi, Sedang, Rendah).
- Cluster & Acak Sekolah: Pilih beberapa kabupaten/kota dari setiap strata secara acak. Kemudian, pilih beberapa SMA dari kota/kabupaten terpilih secara acak.
- Acak Siswa: Pilih kelas XI di sekolah terpilih secara acak untuk dijadikan subjek penelitian.

3. Potensi kelemahan utamanya adalah rendahnya Validitas Eksternal (hasil tidak bisa digeneralisasi).
- Bias Infrastruktur: Kota besar (Bandung, Bekasi) memiliki infrastruktur digital yang jauh lebih baik. Hasil positif hybrid learning di sana akan bias dan tidak berlaku bagi siswa di kabupaten dengan sinyal buruk.
- Kesimpulan Terlalu Optimis: Penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang terlalu positif tentang efektivitas hybrid learning. Kesimpulan ini berbahaya jika dijadikan dasar kebijakan pendidikan untuk seluruh Jawa Barat, karena mengabaikan tantangan di daerah yang kurang maju.
- Sampel Tidak Mewakili: Sampel hanya merepresentasikan kondisi perkotaan yang makmur, gagal mewakili keragaman tantangan dan kondisi sosial-ekonomi di seluruh provinsi.