CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 14

Seorang peneliti pendidikan ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid (gabungan daring dan luring) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Karena jumlah SMA negeri sangat banyak dan tersebar di berbagai kota dan kabupaten, peneliti memutuskan untuk mengambil sampel sebagai subjek penelitiannya.

Namun, peneliti menghadapi beberapa tantangan:

  1. Terdapat 600 SMA negeri di Provinsi Jawa Barat, tersebar di 27 kota/kabupaten.
  2. Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital tiap daerah berbeda.
  3. Jumlah siswa kelas XI bervariasi di setiap sekolah.
  4. Tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran hybrid secara konsisten.

Pertanyaan:

  1. Identifikasilah populasi dan sampel dalam kasus tersebut. Jelaskan alasannya!
  2. Menurut Anda, teknik sampling mana yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini? Jelaskan alasan pemilihan teknik tersebut, dan bagaimana cara menerapkannya dalam konteks ini!
  3. Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi saja, apa potensi kelemahan dari pendekatan ini terhadap validitas hasil penelitian?

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Sela Ayu Irawati -
Nama:Sela Ayu Irawati
Npm:231303105

1.Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh siswa kelas XI di 600 SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Populasi ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar matematika secara umum di seluruh SMA negeri di provinsi tersebut.Sedangkan sampel adalah sebagian siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri yang dipilih sebagai perwakilan dari seluruh populasi. Sampel digunakan karena jumlah sekolah sangat banyak dan tersebar di berbagai daerah, sehingga tidak mungkin meneliti seluruh populasi secara langsung.

2.Teknik yang tepat adalah Stratified Random Sampling (acak berstrata). Populasi dibagi berdasarkan wilayah (kabupaten/kota), lalu dipilih secara acak sejumlah sekolah dari tiap wilayah secara proporsional. Dari sekolah terpilih, peneliti mengambil beberapa kelas XI secara acak untuk diteliti. Teknik ini memastikan setiap daerah terwakili secara adil.alam penerapannya, peneliti dapat membagi 600 SMA negeri ke dalam 27 strata sesuai jumlah kabupaten/kota di Jawa Barat. Dari setiap strata, peneliti menentukan jumlah sekolah yang akan dijadikan sampel secara proporsional, misalnya 10% dari jumlah sekolah di tiap daerah. Setelah sekolah terpilih, peneliti dapat memilih beberapa kelas XI secara acak sebagai responden penelitian. Dengan cara ini, hasil penelitian akan lebih representatif dan menggambarkan kondisi nyata di seluruh wilayah Jawa Barat.

3.Apabila peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka hasil penelitian akan memiliki kelemahan pada validitas eksternal. Artinya, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh SMA negeri di Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena sekolah di kota besar memiliki kondisi yang berbeda jauh dibanding sekolah di daerah lain. Fasilitas pembelajaran, akses internet, dan kemampuan digital siswa di kota besar biasanya lebih baik, sehingga pelaksanaan pembelajaran hybrid lebih efektif. Sebaliknya, sekolah di daerah terpencil mungkin menghadapi kendala jaringan, perangkat, atau keterbatasan guru dalam menerapkan metode hybrid. Akibatnya, jika sampel hanya diambil dari kota besar, hasil penelitian akan bias dan tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya di seluruh provinsi.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Diah Arum Sari Nawang Ulan -
Nama : Diah Arum Sari Nawang Ulan
NPM : 2313031021

1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Populasi ini mencakup semua sekolah di 27 kota/kabupaten. Sampelnya adalah sebagian SMA negeri yang dipilih untuk mewakili karakteristik populasi tersebut, misalnya beberapa sekolah dari tiap wilayah dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital. Pemilihan sampel ini dilakukan agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara akurat.

2. Teknik Sampling yang Tepat
Teknik yang paling sesuai adalah stratified random sampling (sampling acak berstrata). Alasan utamanya karena populasi sangat besar dan heterogen. Dengan stratifikasi, peneliti dapat membagi populasi berdasarkan strata tertentu misalnya wilayah (kota/kabupaten), kondisi sosial ekonomi, atau tingkat kesiapan digital lalu mengambil sampel secara acak dari setiap strata. Cara ini menjaga proporsionalitas dan meningkatkan representativitas hasil penelitian.

3. Kelemahan Jika Hanya Mengambil Sekolah di Kota Besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari Bandung dan Bekasi, maka hasil penelitian menjadi kurang valid secara eksternal (generalizability). Sekolah di kota besar cenderung memiliki fasilitas digital lebih baik dan kondisi sosial ekonomi yang lebih tinggi dibanding daerah lain. Akibatnya, temuan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya dari seluruh provinsi, terutama sekolah di daerah terpencil atau dengan keterbatasan infrastruktur.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Desmala Az-Zahra -
Nama : Desmala Az Zahra
NPM : 2313031002

1. Populasi di penelitian ini adalah semua siswa kelas XI di seluruh SMA negeri Provinsi Jawa Barat. Sampel adalah sebagian siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri yang dipilih untuk mewakili seluruh provinsi. Teknik sampling yang paling cocok adalah stratified random sampling, yaitu memilih sampel dari tiap daerah dan kategori agar hasilnya adil dan mewakili keberagaman Jawa Barat. Jika hanya ambil dari kota besar seperti Bandung dan Bekasi, hasil penelitian bisa bias dan tidak menggambarkan seluruh provinsi secara akurat.
- Populasi: Semua siswa kelas XI di 600 SMA negeri seluruh Jawa Barat. Ini artinya target penelitian adalah seluruh siswa kelas XI dari setiap SMA negeri di tiap kota dan kabupaten, bukan hanya beberapa daerah saja.
- Sampel: Sejumlah siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri yang diambil untuk mewakili populasi besar tersebut. Sampel harus dipilih supaya bisa mewakili Jawa Barat secara keseluruhan, bukan hanya satu daerah.

2. Teknik Sampling yang Tepat adalah stratified random
Kenapa stratified random sampling cocok:
Kondisi setiap daerah berbeda—ada yang infrastrukturnya maju, ada yang belum, dan jumlah siswanya juga tidak sama. Teknik ini membagi populasi ke dalam kelompok (misalnya: berdasarkan kota/kabupaten, status ekonomi, atau fasilitas digital) lalu memilih sampel dari setiap kelompok secara acak. Cara ini membuat hasil penelitian lebih adil dan bisa mewakili semua perbedaan di Jawa Barat.
Cara menerapkan teknik ini:
1. Bagi semua SMA negeri menurut kota/kabupaten,
2. Dari tiap daerah, pilih beberapa sekolah secara acak.
3. Dari sekolah terpilih itu, pilih sejumlah siswa kelas XI secara acak, Pastikan tiap daerah dan tipe sekolah ada perwakilannya di sampel.

3. Kelemahan Jika Sampel Hanya dari Kota Besar Hasil penelitian jadi kurang adil, hanya menggambarkan sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, Daerah lain yang status ekonominya atau infrastrukturnya berbeda tidak ikut terwakili, padahal mereka juga bagian dari Jawa Barat, Kesimpulan penelitian jadi bias dan tidak berlaku untuk seluruh provinsi. Penelitian seperti itu kurang bisa dijadikan dasar kebijakan untuk semua SMA negeri Jawa Barat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Dela Novita -
Nama : Dela Novita
NPm:2313031023

1. Populasi dalam kasus ini adalah seluruh siswa kelas XI di seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Alasannya, karena tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid pada seluruh SMA negeri, sehingga semua siswa kelas XI yang menjadi sasaran metode tersebut termasuk dalam populasi target. Sampel adalah sebagian SMA negeri beserta siswa kelas XI yang dipilih untuk mewakili keseluruhan, karena jumlah sekolah sangat besar sehingga tidak mungkin diteliti seluruhnya.

2.Teknik sampling yang paling tepat untuk penelitian ini adalah stratified cluster sampling. Stratifikasi dilakukan berdasarkan wilayah (kota/kabupaten) atau karakteristik relevan seperti tingkat sosial-ekonomi daerah maupun kesiapan digital sekolah. Setiap strata mencerminkan keragaman kondisi yang ada di Jawa Barat. Setelah strata terbentuk, peneliti dapat memilih beberapa sekolah sebagai klaster secara acak pada tiap strata, lalu mengambil siswa kelas XI dari sekolah-sekolah tersebut. Teknik ini cocok karena populasi sangat besar, bervariasi, dan tersebar secara geografis, sehingga perlu metode yang mampu menjaga keterwakilan sekaligus tetap efisien secara waktu dan biaya.

3.Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, hasil penelitian berpotensi tidak valid secara eksternal. Sekolah di kota besar cenderung memiliki infrastruktur digital lebih baik, guru lebih terbiasa dengan teknologi, dan kondisi sosial-ekonomi siswa lebih mendukung. Hal ini tidak mencerminkan kondisi sekolah di daerah kecil atau pinggiran. Akibatnya, efektivitas pembelajaran hybrid dapat terlihat lebih tinggi dari kenyataan sebenarnya, sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh SMA negeri di Jawa Barat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Annisa Luthfiyyah -

Nama : Annisa Luthfiyyah

NPM   : 2313031010

1. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua siswa kelas XI SMAN di provinsi Jawa Barat yang mengikuti hybrid, alasannya karena menelitian ini mengukur metodehybrid pada hasil belajar matematika kelasa XI di SMAN. sedangkan untuk sampelnya sejumlah siswa kelas XI dari beberapa SMAN yang dipilih mewakili seluruh provinsi, alasannya karena populasi terlalu besar sehingga perlu daimbil sebagian. 

2. Teknik sampling yang tepay yaitu stratified randomsampling (sampling berstrata). karena: kondisi tiap daerah berbeda (sosial-ekonomi, infrastruktur digital, jumlah siswa). stratifikasi memastikan setiap wilayah/kategori tetap terwakili secara proporsional. dan mengurangi bias dan meningkatkan kemampuan generalisasi hasil. 

cara menerapkannya dengan menentukan strata terlebih dahulu, misalnya berdasarkan 27 kota/kabupaten, kemudian menghitung jumlah siswa/ sekolah per strata, selanjutnya mengambil sampel secara proporsional dari tiap strata. Di dalam tiap strata, pilih sekolah/siswa secara acak sederhana.

3. Kelemahan jika sampelhanya dari bandung dan bekasi, yang pertama kota besar mempunyai infrastruktur digital yang baik berpotensi menghasilkan rekomendasi kebijakan yang keliru.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Rieke Nindita Sari - -
Nama : Rieke Nindita Sari
NPM : 2313031019

1. Populasinya adalah semua siswa kelas XI di seluruh SMA negeri di Jawa Barat karena merekalah yang ingin dilihat hasil belajarnya terkait metode hybrid. Sementara itu, sampelnya adalah sebagian sekolah dan siswa kelas XI yang dipilih dari populasi tersebut, karena jelas nggak mungkin meneliti semua siswa di 600 sekolah yang tersebar di 27 kabupaten/kota, jadi peneliti harus mengambil sebagian saja yang dianggap cukup mewakili keadaan populasi.

2. Teknik yang paling pas menurut saya adalah multistage sampling dengan menggabungkan stratifikasi dan cluster. Alasannya, kondisi tiap daerah di Jawa Barat itu beda-beda, ada yang infrastrukturnya kuat seperti Bandung, tapi ada juga yang masih terbatas, jadi kalau langsung ambil sampel sembarangan bisa nggak mencerminkan kondisi sebenarnya. Caranya bisa dimulai dengan membagi Jawa Barat ke dalam strata wilayah (misalnya per kabupaten/kota), lalu dari tiap wilayah dipilih beberapa sekolah secara acak sebagai cluster, dan dari sekolah tersebut barulah dipilih kelas atau siswanya secara acak. Dengan cara ini, setiap daerah tetap punya kesempatan terwakili dan hasilnya lebih adil buat digeneralisasikan.

3. Kalau sampelnya cuma di kota besar kayak Bandung atau Bekasi, hasil penelitiannya bakal bias karena sekolah di kota cenderung punya fasilitas digital yang jauh lebih siap dibandingkan daerah lain. Akhirnya, efektivitas pembelajaran hybrid yang ditemukan bisa terlihat “lebih bagus” daripada kenyataan sebenarnya, dan kesimpulan penelitian nggak bisa dipakai untuk menggambarkan kondisi seluruh SMA negeri di Jawa Barat.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Najwa Ayudia Aura Rachim -
Nama: Najwa Ayudia Aura Rachim
NPM: 2313031027
Kelas: A

1. Identifikasi Populasi dan Sampel yaitu
- Populasi: Seluruh siswa kelas XI di SMA negeri di Provinsi Jawa Barat.
- Sampel: Sebagian siswa kelas XI di SMA negeri di Provinsi Jawa Barat yang dipilih sebagai subjek penelitian.
Alasannya karena populasi tersebut sangat besar dan tersebar di berbagai kota dan kabupaten, sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil data dari seluruh populasi. Oleh karena itu, peneliti perlu mengambil sampel yang representatif untuk mewakili populasi.

2. Teknik sampling yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified Random Sampling. Teknik ini dipilih karena populasi memiliki karakteristik yang heterogen, seperti kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital yang berbeda-beda di tiap daerah.
Cara menerapkan teknik ini adalah:
- Membagi populasi menjadi strata berdasarkan kota/kabupaten, sehingga terdapat 27 strata.
- Mengambil sampel sekolah secara acak dari setiap strata, sehingga setiap strata memiliki representasi yang adil.
- Mengambil sampel siswa kelas XI secara acak dari setiap sekolah yang terpilih.

3. Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi saja, maka potensi kelemahan adalah:
- Kurang representatif: Sampel tidak mewakili kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital di daerah lain yang mungkin berbeda.
- Bias: Hasil penelitian mungkin bias karena hanya mewakili kondisi di kota besar, sehingga tidak dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.
- Kurang valid: Validitas hasil penelitian dapat dipertanyakan karena sampel tidak diambil secara acak dan tidak mewakili populasi yang sebenarnya.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Tria Meilisma -

Nama: Tria Meilisma

NPM:2313031029

1.     Populasi:

Populasi adalah seluruh siswa kelas XI di SMA negeri di Provinsi Jawa Barat.

Alasan: Peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid pada semua siswa kelas XI SMA negeri di provinsi ini, bukan hanya di beberapa sekolah atau kota tertentu. Jadi, populasi mencakup 600 SMA negeri dan seluruh siswa kelas XI di sekolah-sekolah tersebut.

Sampel:
Sampel adalah sekelompok siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri yang dipilih untuk mewakili seluruh populasi.

Alasan: Karena jumlah sekolah sangat banyak dan tersebar di berbagai kota/kabupaten, peneliti tidak mungkin meneliti semua siswa. Sampel harus diambil secara representatif agar hasil penelitian bisa digeneralisasi ke populasi.

2.     Teknik Sampling yang Paling Tepat

Berdasarkan kondisi:

-        Sekolah tersebar di banyak kota/kabupaten.

-        Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital berbeda di tiap daerah.

-        Jumlah siswa tiap sekolah bervariasi.

Teknik sampling yang paling tepat: Stratified Cluster Sampling (atau kombinasi stratifikasi dan cluster).

Alasan:

a.     Stratifikasi:

-        Populasi bisa dibagi menjadi strata berdasarkan kota/kabupaten atau kategori lain yang relevan (misalnya tingkat urbanisasi, kondisi ekonomi, atau infrastruktur digital).

-        Hal ini memastikan representasi setiap wilayah dan kondisi berbeda dalam sampel, sehingga hasil lebih valid dan dapat digeneralisasikan.

b.     Cluster Sampling:

-        Setelah menentukan strata, sekolah dalam tiap kota/kabupaten bisa diperlakukan sebagai cluster, lalu dipilih secara acak beberapa sekolah dari setiap cluster.

-        Kemudian, dari sekolah terpilih, dipilih siswa kelas XI secara acak sebagai sampel.

-        Hal ini memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian tanpa harus meneliti seluruh sekolah atau siswa.

Cara penerapan:

-        Bagi semua 600 SMA negeri di 27 kota/kabupaten menjadi strata berdasarkan kota/kabupaten.

-        Dalam tiap strata, pilih beberapa sekolah secara acak (cluster).

-        Dari tiap sekolah terpilih, pilih siswa kelas XI secara acak sebagai sampel.

Dengan cara ini, sampel mewakili kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital yang berbeda-beda di seluruh provinsi.

3.    Potensi Kelemahan Jika Hanya Mengambil Sampel dari Kota Besar

Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi:

Kelemahan:

a.     Tidak representative

b.     Bias lokasi

c.     Validitas eksternal rendah

d.     Kesimpulan tidak bisa digeneralisasikan

e.     Berpotensi menyesatkan