Posts made by Tantowi Jauhari

AKM A2025 -> slide ppt aset tetap

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

Aset tetap merupakan aset berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu periode. Berdasarkan PSAK 16 (IAI, 2022), aset tetap diakui jika manfaat ekonominya kemungkinan besar akan mengalir ke entitas dan biaya perolehannya dapat diukur secara andal. Setelah pengakuan awal, aset tetap dapat diukur dengan model biaya atau model revaluasi, serta disusutkan secara sistematis selama umur manfaatnya.

Pendapat Saya:
Menurut saya, aset tetap memiliki peran penting dalam mencerminkan kapasitas operasional dan posisi keuangan perusahaan. Penerapan metode penyusutan dan revaluasi yang tepat dapat meningkatkan keandalan laporan keuangan. Namun, tantangan muncul dalam menentukan umur manfaat, nilai residu, dan penilaian wajar aset. Oleh karena itu, pengelolaan aset tetap perlu dilakukan secara hati-hati agar laporan keuangan mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya.

Referensi :
- Ikatan Akuntan Indonesia. (2022). PSAK 16: Aset Tetap. Jakarta: IAI.
- Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2020). Intermediate Accounting (17th ed.). Wiley.

AKM A2025 -> Diskusi

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

Jika dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang berbeda tergantung pada kondisi perubahan harga. Dalam metode FIFO, barang yang pertama kali dibeli dianggap sebagai barang yang pertama kali dijual. Sedangkan dalam metode LIFO, barang yang terakhir dibeli dianggap sebagai barang yang pertama dijual. Perbedaan urutan pengakuan biaya ini sangat memengaruhi nilai harga pokok penjualan (HPP) dan laba bersih perusahaan.

Selama periode harga meningkat (inflasi), metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan FIFO. Hal ini terjadi karena pada metode LIFO, HPP dihitung menggunakan harga pembelian terakhir yang lebih tinggi. Akibatnya, biaya penjualan menjadi lebih besar dan laba bersih yang diperoleh perusahaan menjadi lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO menggunakan harga pembelian yang lebih lama (lebih rendah), sehingga HPP lebih kecil dan laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.

Namun, pada periode penurunan harga (deflasi), kondisi tersebut berbalik. Metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO. Ini disebabkan karena harga pembelian terakhir yang digunakan dalam perhitungan HPP lebih rendah, sehingga biaya penjualan lebih kecil dan laba bersih meningkat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode perhitungan biaya persediaan seperti FIFO dan LIFO berpengaruh langsung terhadap laporan laba rugi perusahaan. Pemilihan metode yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kebijakan akuntansi perusahaan, karena akan berdampak pada tingkat laba, pajak, serta penilaian kinerja keuangan secara keseluruhan.

TA2025 -> CASE STUDY

by Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

1. Penjelasan Menurut Teori Positif Akuntansi
Berdasarkan Positive Accounting Theory (PAT) yang dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman, keputusan PT IndoEnergi untuk mengubah metode depresiasi dari garis lurus menjadi saldo menurun ganda dapat dijelaskan melalui tiga hipotesis utama: bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Dalam konteks ini, manajemen mungkin berupaya menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak dan tekanan dari pemegang saham terkait pembagian dividen, sebagaimana dijelaskan oleh political cost hypothesis. Selain itu, perubahan metode juga bisa menjadi strategi untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang atau memperbaiki arus kas jangka pendek. Dengan demikian, teori positif menilai bahwa keputusan tersebut merupakan tindakan rasional dan prediktif berdasarkan kepentingan ekonomi manajemen, bukan semata-mata pertimbangan teknis akuntansi.

2. Perbandingan dengan Praktik di Negara Lain (AS dan IFRS)
Di bawah IFRS (IAS 8) dan US GAAP (ASC 250), perubahan metode depresiasi umumnya diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi, bukan perubahan kebijakan, sehingga penerapannya dilakukan secara prospektif tanpa perlu menyusun ulang laporan keuangan sebelumnya. Praktik seperti yang dilakukan PT IndoEnergi tergolong umum, asalkan perusahaan dapat membuktikan bahwa perubahan metode mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomi aset yang lebih akurat. Namun, baik IFRS maupun GAAP mengharuskan perusahaan untuk memberikan pengungkapan yang transparan mengenai alasan dan dampak perubahan tersebut. Jika tidak disertai bukti teknis yang memadai, perubahan ini bisa dianggap sebagai bentuk earnings management atau manipulasi laba, terutama jika bertepatan dengan tekanan pajak atau tuntutan kinerja pasar.

3. Penilaian Kritis terhadap Teori Positif Akuntansi
Teori positif akuntansi cukup kuat dalam menjelaskan perilaku manajerial yang berorientasi pada kepentingan ekonomi, seperti pengelolaan laba, penghindaran pajak, atau penyesuaian kontrak. Namun, teori ini memiliki keterbatasan karena terlalu fokus pada motif ekonomi dan kurang mempertimbangkan aspek etika, tata kelola, dan tekanan institusional yang berbeda di tiap negara. Dalam konteks global, penerapan PAT tidak selalu dapat menjelaskan perilaku manajer di lingkungan dengan pengawasan ketat atau budaya transparansi yang tinggi. Oleh karena itu, meskipun PAT berguna untuk memprediksi perilaku oportunistik, perlu dilengkapi dengan perspektif normatif dan tata kelola perusahaan agar penilaian terhadap kebijakan akuntansi lebih seimbang, transparan, dan etis.