Posts made by Indah Rahma alfiah

TA2025 -> CASE STUDY

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

1. Analisis Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral dan Dampaknya bagi Stakeholders
Pemilihan kebijakan akuntansi konservatif oleh manajemen PT Lestari Mineral dapat dipahami sebagai bentuk kehati-hatian (prudence) dalam menghadapi risiko lingkungan jangka panjang yang melekat pada industri pertambangan. Pengakuan biaya reklamasi sejak dini mencerminkan kesadaran manajemen terhadap kewajiban masa depan serta potensi risiko hukum, sosial, dan reputasi yang mungkin timbul.
Motivasi utama perilaku ini antara lain untuk menjaga legitimasi sosial perusahaan, mematuhi regulasi lingkungan, serta mengurangi risiko konflik dengan pemerintah dan masyarakat sekitar. Pendekatan konservatif juga berfungsi melindungi perusahaan dari ketidakpastian estimasi biaya lingkungan di masa depan.
Dampaknya terhadap stakeholders bersifat beragam. Bagi investor jangka panjang dan regulator, pendekatan ini meningkatkan transparansi dan keandalan laporan keuangan. Namun, bagi investor yang berorientasi pada laba jangka pendek, kebijakan ini dapat dianggap kurang menarik karena menekan laba yang dilaporkan.

2. Sikap Akuntan terhadap Tekanan Investor dan Kaitannya dengan Etika Profesi
Sebagai akuntan perusahaan, tekanan dari investor luar negeri harus disikapi secara profesional dan berlandaskan kode etik akuntan, khususnya prinsip integritas, objektivitas, dan tanggung jawab publik. Mengubah kebijakan akuntansi semata-mata untuk meningkatkan laba tanpa dasar ekonomi yang kuat berpotensi menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Mengikuti keinginan investor tersebut dapat bertentangan dengan etika profesi jika perubahan kebijakan tidak mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Akuntan berkewajiban menjelaskan kepada investor bahwa tujuan pelaporan keuangan bukan untuk memaksimalkan laba jangka pendek, melainkan menyajikan informasi yang wajar dan andal. Oleh karena itu, menjaga independensi profesional lebih penting daripada memenuhi kepentingan investor tertentu.

3. Pengaruh Ekonomi Politik dalam Proses Penetapan Standar Akuntansi
Penetapan standar akuntansi tidak terlepas dari dinamika ekonomi politik, baik di tingkat nasional maupun global. Dalam kasus PT Lestari Mineral, pemerintah Indonesia berupaya merumuskan standar yang mencerminkan nilai keberlanjutan, namun menghadapi tekanan dari asosiasi industri yang khawatir standar tersebut meningkatkan biaya kepatuhan dan menurunkan laba.
Secara global, IFRS juga dipengaruhi oleh kepentingan pasar modal internasional dan investor institusional besar, yang cenderung mendorong fleksibilitas pelaporan dan relevansi informasi bagi pasar. Contoh lainnya adalah perdebatan global mengenai pelaporan ESG, di mana negara maju dan berkembang sering memiliki kepentingan yang berbeda.

4. Perbandingan Pendekatan Standard-Setting: Prinsip vs Aturan
Pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS memberikan fleksibilitas dan menekankan substansi ekonomi di atas bentuk hukum. Pendekatan ini mendorong profesionalisme dan pertimbangan profesional akuntan, tetapi berisiko disalahgunakan jika tata kelola dan penegakan hukum lemah.
Sebaliknya, pendekatan berbasis aturan seperti US GAAP menawarkan kejelasan dan kepastian yang lebih tinggi, namun cenderung kaku dan membuka peluang loopholes.
Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan untuk mendukung harmonisasi global dan pelaporan keberlanjutan. Namun, pendekatan ini harus diimbangi dengan pengawasan yang kuat, peningkatan kompetensi akuntan, serta penegakan etika profesi agar fleksibilitas tidak berubah menjadi oportunisme.

TA2025 -> ACTIVITY: RESUME

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

Jurnal “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of Financial Reporting” membahas peran penting teori pengukuran dalam mendukung tujuan utama pelaporan keuangan, yaitu menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi. Penulis menekankan bahwa perdebatan mengenai penggunaan biaya historis dan nilai wajar tidak dapat dilepaskan dari dasar konseptual teori pengukuran yang digunakan dalam akuntansi.

Jurnal ini menjelaskan bahwa tidak semua objek akuntansi dapat diukur dengan tingkat presisi yang sama seperti dalam ilmu eksakta. Oleh karena itu, pengukuran dalam akuntansi sering kali melibatkan estimasi, asumsi, dan pertimbangan profesional. Teori pengukuran membantu menentukan apakah suatu metode pengukuran mampu merepresentasikan realitas ekonomi secara memadai, sekaligus tetap memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan seperti relevansi dan representasi yang setia.

Penulis juga menyoroti bahwa kecenderungan standar internasional, khususnya IFRS, untuk mengadopsi nilai wajar bertujuan meningkatkan relevansi informasi. Namun, jurnal ini mengingatkan bahwa peningkatan relevansi sering diiringi dengan penurunan reliabilitas apabila pasar tidak aktif atau data observabel terbatas. Oleh karena itu, teori pengukuran diperlukan sebagai kerangka evaluasi untuk menilai kelayakan penggunaan suatu basis pengukuran dalam konteks tertentu.

Kesimpulannya, jurnal ini menegaskan bahwa tidak ada satu basis pengukuran yang paling benar untuk semua kondisi. Pemilihan metode pengukuran harus mempertimbangkan tujuan pelaporan keuangan, karakteristik aset, serta keseimbangan antara relevansi dan keandalan informasi akuntansi.

TA2025 -> CASE STUDY

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

1. Basis Pengukuran yang Relevan dalam Kasus PT Surya Terang
Dalam kasus PT Surya Terang, terdapat dua basis pengukuran yang relevan, yaitu biaya historis dan nilai wajar. Biaya historis merupakan metode pengukuran aset berdasarkan harga perolehan awal yang kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Metode ini selama ini digunakan oleh PT Surya Terang karena dinilai objektif, mudah diverifikasi, serta konsisten dari tahun ke tahun. Namun, kelemahan utama biaya historis muncul ketika terjadi perubahan signifikan dalam kondisi ekonomi dan teknologi. Penurunan nilai pasar mesin akibat munculnya teknologi baru menyebabkan nilai tercatat aset tidak lagi mencerminkan manfaat ekonomi yang sebenarnya.
Sebaliknya, nilai wajar sebagai basis pengukuran berupaya mencerminkan kondisi pasar terkini dari suatu aset. Dengan menggunakan nilai wajar, laporan keuangan dapat menunjukkan nilai ekonomi aktual mesin produksi PT Surya Terang. Kelebihan utama pendekatan ini adalah meningkatnya relevansi informasi bagi pengguna laporan keuangan, khususnya investor dan kreditur. Namun demikian, nilai wajar juga memiliki kelemahan karena bergantung pada estimasi dan asumsi penilaian, sehingga mengandung unsur subjektivitas dan berpotensi menurunkan keandalan informasi akuntansi.

2. Penerapan Akuntansi Jika PT Surya Terang Menggunakan Model Revaluasi
Apabila PT Surya Terang memilih untuk menerapkan model revaluasi sesuai PSAK 16, maka dampaknya akan terlihat secara langsung pada laporan keuangan. Nilai tercatat mesin yang sebelumnya sebesar Rp600.000.000 akan disesuaikan menjadi sebesar nilai wajarnya, yaitu Rp400.000.000. Penurunan nilai sebesar Rp200.000.000 tersebut diakui sebagai kerugian revaluasi. Karena perusahaan belum pernah mencatat surplus revaluasi atas aset tersebut, maka kerugian revaluasi harus diakui langsung dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Pada laporan posisi keuangan, nilai aset tetap akan disajikan sebesar nilai wajarnya setelah revaluasi, sehingga total aset perusahaan menurun. Dampak lanjutan dari revaluasi ini adalah perubahan dasar perhitungan beban penyusutan pada periode berikutnya. Beban penyusutan akan menjadi lebih rendah karena dihitung berdasarkan nilai aset yang telah direvaluasi. Dengan demikian, meskipun laba tahun berjalan menurun akibat kerugian revaluasi, laba pada periode selanjutnya berpotensi menjadi lebih stabil.

3. Relevansi dan Konsistensi Nilai Wajar dibandingkan Biaya Historis
Dalam konteks karakteristik kualitatif laporan keuangan, penggunaan nilai wajar dalam kasus PT Surya Terang lebih memenuhi aspek relevansi dibandingkan biaya historis. Nilai tercatat berdasarkan biaya historis tidak lagi mencerminkan kemampuan mesin dalam menghasilkan manfaat ekonomi akibat perkembangan teknologi. Oleh karena itu, nilai wajar memberikan informasi yang lebih berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam menilai posisi keuangan dan prospek perusahaan.
Namun, dari sisi konsistensi, biaya historis memiliki keunggulan karena menghasilkan angka yang relatif stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar. Nilai wajar cenderung berubah seiring kondisi pasar dan estimasi penilai, sehingga dapat menimbulkan volatilitas dalam laporan keuangan. Secara kritis dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini, PT Surya Terang perlu mengutamakan relevansi informasi meskipun harus mengorbankan sebagian konsistensi. Hal tersebut dapat diimbangi dengan pengungkapan yang transparan dan memadai agar pengguna laporan keuangan memahami dasar pengukuran dan implikasi perubahan nilai aset tersebut.

TA2025 -> CASE STUDY

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NPM : 2413031015

1. Penjelasan Perilaku PT IndoEnergi Berdasarkan Teori Positif Akuntansi
Teori Positif Akuntansi (Positive Accounting Theory/PAT) berfokus pada penjelasan mengapa manajemen memilih kebijakan akuntansi tertentu, bukan pada apa yang seharusnya dilakukan. Dalam konteks PT IndoEnergi, perubahan metode depresiasi dapat dijelaskan melalui tiga hipotesis utama PAT:
Bonus Plan Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer cenderung memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan kompensasi berbasis laba. Namun, dalam kasus PT IndoEnergi, manajemen justru memilih metode yang menurunkan laba jangka pendek. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya income smoothing atau penyesuaian ekspektasi laba agar target bonus di masa depan lebih mudah dicapai.
Debt Covenant Hypothesis
Jika perusahaan memiliki perjanjian utang yang sensitif terhadap laba atau rasio keuangan tertentu, manajemen biasanya akan meningkatkan laba. Akan tetapi, apabila posisi keuangan relatif aman, penurunan laba sementara dapat digunakan untuk menciptakan ruang akuntansi (accounting slack) di periode mendatang.
Political Cost Hypothesis
Hipotesis ini paling relevan dalam kasus PT IndoEnergi. Sebagai perusahaan energi terbarukan yang go public, laba tinggi dapat menarik perhatian regulator, pemerintah, dan publik, terutama terkait pajak dan subsidi. Dengan menurunkan laba melalui metode depresiasi yang lebih agresif, perusahaan berpotensi menekan beban pajak dan mengurangi tekanan politik.
Dengan demikian, teori positif memandang keputusan PT IndoEnergi sebagai tindakan rasional manajemen dalam merespons insentif ekonomi dan tekanan eksternal.

2. Perbandingan dengan Praktik di AS (US GAAP) dan IFRS
Di bawah IFRS maupun US GAAP, perubahan metode depresiasi diperbolehkan, tetapi dengan syarat tertentu:
Perubahan harus mencerminkan perubahan pola konsumsi manfaat ekonomi aset.
Perubahan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi, bukan kesalahan, dan diterapkan secara prospektif.
Wajib diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan.
Dalam praktik internasional, perubahan metode depresiasi seperti dari garis lurus ke saldo menurun:
Cukup umum terjadi, terutama di industri dengan teknologi cepat usang (energi, manufaktur, teknologi).
Tidak dianggap manipulatif selama didukung justifikasi teknis dan pengungkapan yang transparan.
Tetap menjadi perhatian analis karena dampaknya terhadap laba dan arus kas yang dilaporkan.
Dengan demikian, tindakan PT IndoEnergi sejalan dengan praktik global, meskipun tetap memerlukan pengawasan untuk memastikan tidak bersifat oportunistik.

3. Penilaian Kritis terhadap Kekuatan dan Keterbatasan Teori Positif Akuntansi
Saya menilai bahwa teori positif akuntansi cukup kuat dalam menjelaskan motivasi ekonomi manajemen PT IndoEnergi, khususnya terkait pajak, tekanan politik, dan manajemen ekspektasi pasar. Teori ini efektif untuk:
Mengidentifikasi insentif manajerial.
Menjelaskan perilaku oportunistik dalam pemilihan kebijakan akuntansi.
Menganalisis dampak kontrak dan regulasi terhadap laporan keuangan.
Namun, teori positif juga memiliki keterbatasan, terutama dalam konteks global:
Terlalu berfokus pada motif ekonomi dan mengabaikan aspek etika, tata kelola, dan nilai keberlanjutan.
Kurang mampu menjelaskan keputusan yang didorong oleh komitmen jangka panjang, reputasi, atau kepatuhan moral.
Tidak mempertimbangkan perbedaan budaya, sistem hukum, dan institusi antarnegara yang memengaruhi perilaku manajemen.
Oleh karena itu, dalam konteks global, teori positif sebaiknya dikombinasikan dengan pendekatan lain seperti teori normatif, teori legitimasi, dan teori pemangku kepentingan agar analisis keputusan akuntansi menjadi lebih komprehensif.

TA2025 -> DISKUSI

by Indah Rahma alfiah -
Nama : Indah Rahma Alfiah
NMP : 2413031015

Setelah menonton video tersebut, saya memahami bahwa pembahasan utama berfokus pada perbedaan mendasar antara metode biaya historis dan metode nilai wajar dalam akuntansi. Biaya historis merupakan pendekatan pencatatan aset dan liabilitas berdasarkan nilai perolehan awal pada saat transaksi terjadi. Metode ini dinilai lebih dapat diandalkan karena bersumber dari bukti transaksi yang jelas, bersifat objektif, dan relatif stabil dari waktu ke waktu. Namun, kelemahannya adalah informasi yang dihasilkan kurang mencerminkan kondisi pasar terkini, khususnya ketika terjadi fluktuasi harga yang signifikan.

Sebaliknya, nilai wajar merepresentasikan nilai aset atau kewajiban berdasarkan harga pasar saat ini dalam transaksi yang wajar antar pihak yang memahami kondisi pasar. Pendekatan ini memberikan informasi yang lebih relevan dan aktual bagi pengguna laporan keuangan karena mencerminkan situasi ekonomi terbaru. Meskipun demikian, penentuan nilai wajar sering kali melibatkan estimasi dan asumsi tertentu, terutama ketika pasar tidak aktif, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpastian dan volatilitas dalam laporan keuangan.

Dalam praktik akuntansi modern, standar global seperti IFRS cenderung mendorong penerapan nilai wajar, khususnya untuk instrumen keuangan, guna meningkatkan relevansi informasi. Sementara itu, untuk aset tetap dan aset jangka panjang lainnya, biaya historis masih banyak digunakan karena memberikan kepastian dan kemudahan verifikasi. Dengan demikian, biaya historis lebih menekankan keandalan dan konsistensi, sedangkan nilai wajar lebih berorientasi pada relevansi dan ketepatan informasi dalam mencerminkan kondisi ekonomi saat ini.