Posts made by Eris Ana Dita

AKM A2025 -> Diskusi

by Eris Ana Dita -
Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017

Neraca sebagai sumber informasi memiliki keterbatasan utama yang perlu diperhatikan dalam diskusi. Pertama, neraca mencatat nilai aset dan kewajiban berdasarkan biaya historis, sehingga nilainya tidak selalu mencerminkan harga pasar saat ini. Hal ini berarti informasi dalam neraca dapat kurang akurat untuk menilai kondisi keuangan terkini.

Kedua, neraca tidak bisa sepenuhnya mengungkap berbagai aset tidak berwujud seperti merek dagang, reputasi, dan kekayaan intelektual yang memiliki nilai ekonomi penting namun sulit diukur secara kuantitatif.

Ketiga, neraca tidak mempertimbangkan dampak inflasi yang dapat mengubah daya beli nilai uang yang tercatat, sehingga membatasi relevansi pembandingannya antar waktu. Selain itu, neraca hanya menggambarkan posisi keuangan pada satu titik waktu tertentu, sehingga tidak menunjukkan perubahan kondisi keuangan secara dinamis. Terakhir, terdapat risiko manipulasi atau rekayasa data yang bisa mempengaruhi keandalan informasi tersebut. Oleh karena itu, meskipun neraca penting, pengguna harus memahami keterbatasannya agar tidak salah dalam pengambilan keputusan keuangan berdasarkan data yang disajikan.

TA2025 -> DISKUSI

by Eris Ana Dita -
Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017

Financial Accounting Standards Board (FASB) adalah lembaga yang pertama kali menyusun kerangka konseptual untuk mengatur prinsip-prinsip akuntansi berterima umum di Amerika Serikat. Kerangka ini memberikan kerangka kerja teoritis yang membantu pembuatan standar akuntansi secara sistematis, menghindari pendekatan yang hanya mengatasi masalah satu per satu seperti yang dilakukan badan sebelumnya. Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur dalam membuat keputusan ekonomi.

Kerangka ini menjelaskan elemen dasar laporan keuangan seperti aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban, yang diukur baik pada titik waktu tertentu maupun selama periode tertentu. Informasi akuntansi harus memiliki karakteristik fundamental yaitu relevansi dan keandalan (representasi yang dapat dipercaya), serta karakter penguat seperti ketepatan waktu, kemampuan diverifikasi, kemudahan dipahami, dan kemampuan dibandingkan antar entitas.

Ada asumsi penting yang mendasari seperti entitas ekonomi yang terpisah, kelanjutan usaha, pembagian informasi dalam periode waktu (periodisitas), dan pengukuran berdasarkan satuan moneter. Prinsip-prinsip akuntansi meliputi pengakuan pendapatan saat jasa atau barang diserahkan dan pencocokan beban sesuai dengan periode pendapatan yang terkait. Namun, pelaporan keuangan juga dibatasi oleh biaya penyusunan laporan dan konservatisme dalam pengakuan keuntungan dan kerugian.

TA2025 -> CASE STUDY

by Eris Ana Dita -
Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017

1. Kritisi Keputusan PT Garuda Sejahtera
Pemilihan nilai wajar mengacu pada standar IFRS yang menekankan relevansi dan representasi yang wajar. Namun, keterbatasan pasar aktif pesawat di Indonesia menyulitkan penentuan nilai wajar yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Auditor menyoroti hal ini dan menyarankan penggunaan biaya historis yang lebih konservatif, sejalan dengan prinsip kehati-hatian dan reliabilitas dalam PSAK. Jika nilai wajar tidak mencerminkan kondisi pasar sebenarnya, maka informasi yang disajikan bisa menyesatkan dan justru mengurangi keandalan laporan keuangan. PT Garuda Sejahtera memilih kerangka konseptual IFRS yang menitikberatkan pada kebutuhan investor global, tetapi seharusnya tetap mempertimbangkan kerangka konseptual PSAK yang dirancang sesuai dengan konteks bisnis dan kondisi pasar Indonesia. Penggunaan nilai wajar tanpa meninjau kesesuaian dengan kondisi pasar dapat menimbulkan ketidaksesuaian antara nilai tercatat dan realitas ekonomi lokal.

2. Perbandingan kerangka konseptual PSAK dan IFRS dalam hal:
Tujuan laporan keuangan: PSAK bertujuan memberikan informasi yang berguna terutama bagi pengguna lokal seperti investor dan kreditur Indonesia, sedangkan IFRS berorientasi menyediakan informasi yang relevan dan dapat dipahami oleh pengguna global.

Karakteristik kualitatif informasi: PSAK menekankan relevansi, keandalan, daya banding, keterpahaman, dan prinsip kehati-hatian (konservatisme) yang kuat. IFRS fokus pada relevansi dan penyajian nilai wajar, dengan konservatisme yang lebih longgar.

Basis pengukuran: PSAK lebih mengutamakan biaya historis sebagai basis pengukuran yang konservatif, sementara IFRS mendorong penggunaan nilai wajar bila dapat diandalkan dan tersedia.

Asumsi entitas dan kelangsungan usaha: Kedua standar sama-sama mengasumsikan kelangsungan usaha, tetapi PSAK mempertimbangkan kondisi dan praktik bisnis di Indonesia, sedangkan IFRS lebih menyesuaikan dengan konteks pasar global.

3. Menurut saya Indonesia tidak sebaiknya mengikuti kerangka konseptual IFRS secara penuh tanpa penyesuaian lokal. Kematangan pasar modal Indonesia yang masih berkembang, keterbatasan infrastruktur akuntansi, dan karakteristik ekonomi serta sosial nasional membuat penerapan IFRS penuh berisiko menimbulkan ketidaksesuaian dan kesulitan praktis. Penggunaan nilai wajar dalam situasi pasar yang kurang aktif dapat mengurangi keandalan informasi keuangan. Selain itu, kebutuhan dan prioritas pengguna laporan di Indonesia berbeda dengan pengguna global, sehingga penyesuaian lokal tetap diperlukan untuk menjaga relevansi, kredibilitas, dan kemudahan pemahaman laporan keuangan oleh seluruh pemangku kepentingan domestik. Oleh karena itu, integrasi antara PSAK dan IFRS secara selektif dan terukur adalah solusi yang lebih tepat.

TA2025 -> ACTIVITY: RESUME

by Eris Ana Dita -
Nama : Eris Ana Dita
NPM : 2413031017

Jurnal ini membahas keterbatasan dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (CFW) dengan mengulas berbagai literatur terkait tujuan, perkembangan sejarah, dan peran penting CFW dalam menyatukan standar pelaporan keuangan global seperti IFRS dan US GAAP. Kerangka ini berfungsi sebagai pedoman prinsip dalam penyusunan standar akuntansi agar menghasilkan informasi keuangan yang bermanfaat dan dapat dipercaya bagi pengguna seperti investor, kreditur, dan analis.

Walaupun CFW bertujuan menyelaraskan dan meningkatkan mutu pelaporan keuangan, terdapat sejumlah keterbatasan yang ditemukan, seperti masalah kesetaraan informasi antar perusahaan, penggunaan nilai historis dibanding nilai wajar, pengaruh kebijakan akuntansi, estimasi, kesalahan dan kecurangan, serta sikap konservatif dalam akuntansi. Pembatasan ini dapat memengaruhi cara pengguna menganalisis laporan keuangan.

Jurnal menyoroti bahwa penelitian empiris mengenai keterbatasan CFW masih minim, khususnya dalam penerapan IFRS. Oleh karena itu, penulis mengusulkan perlu adanya pengembangan dan pembaruan kerangka kerja yang lebih menyeluruh dan berbasis prinsip agar hambatan tersebut bisa diminimalisasi, mendukung harmonisasi standar pelaporan secara internasional, serta meningkatkan kepercayaan terhadap informasi keuangan.

Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan tinjauan mendalam terhadap literatur yang ada dan menegaskan pentingnya revisi serta penyempurnaan CFW agar bisa menjadi panduan yang efektif untuk pelaporan keuangan yang berkualitas di tengah tantangan globalisasi ekonomi.