Nama: Muhammad Irfan Zaky Ramadhan
NPM: 2456031016
kelas: Mandiri B
Prodi: Ilmu komunikasi
A. Artikel itu ngasih gambaran kalau kondisi HAM di Indonesia selama 2019 bisa dibilang cukup memprihatinkan. Banyak kasus pelanggaran HAM yang belum ditangani serius, mulai dari kekerasan oleh aparat, pembatasan kebebasan berpendapat, diskriminasi terhadap perempuan, sampai persoalan di Papua yang makin rumit. Tapi meskipun begitu, ada juga sisi baiknya. Misalnya, Indonesia udah meratifikasi hampir semua perjanjian HAM internasional dan masyarakat sipil juga mulai aktif lagi, kayak gerakan mahasiswa yang turun ke jalan buat menyuarakan keadilan.
Analisis: Intinya, artikel ini nyorotin kalau negara belum sepenuhnya serius dalam menyelesaikan kasus-kasus HAM. Tapi di sisi lain, harapan tetap ada lewat aksi-aksi masyarakat yang terus kritis dan nggak tinggal diam. Itu jadi tanda kalau masih ada energi positif dari rakyat.
B. Sebenarnya, nilai-nilai demokrasi udah lama hidup di masyarakat kita, terutama lewat tradisi musyawarah dan mufakat di desa-desa. Di banyak tempat, masyarakat terbiasa ngambil keputusan bareng-bareng lewat diskusi, tanpa harus ribut atau saling menjatuhkan. Jadi demokrasi tuh nggak asing buat kita.
Kalau soal demokrasi yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, menurutku itu jadi pengingat penting bahwa kebebasan harus dijalani dengan rasa tanggung jawab dan nilai-nilai moral. Jadi bukan demokrasi yang bebas sebebas-bebasnya, tapi tetap menghargai nilai agama dan kemanusiaan.
C. Sayangnya, praktik demokrasi di Indonesia masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Memang sih kita punya pemilu dan lembaga demokratis, tapi kenyataannya masih banyak pelanggaran HAM yang terjadi. Contohnya, kebebasan berpendapat kadang dibatasi, masih banyak ketimpangan sosial, dan diskriminasi juga belum hilang.
Pancasila ngajarin soal keadilan dan kemanusiaan, tapi pelaksanaannya masih jauh dari ideal. UUD juga udah ngatur soal kebebasan dan hak warga negara, tapi implementasinya masih banyak bolongnya.
D. Jujur aja, saya nggak setuju banget. Anggota parlemen itu dipilih buat jadi wakil rakyat, bukan buat ngejar kepentingan pribadi atau partainya. Kalau mereka malah sibuk urusin agenda sendiri dan lupa sama kebutuhan rakyat, itu jelas-jelas salah.
Sebagai warga negara, kita harus berani kritik dan awasi kinerja mereka. Kita juga perlu aktif menyuarakan aspirasi biar mereka nggak semena-mena. Jangan sampai kita cuma jadi penonton.
E. Menurutku, itu bahaya banget. Ketika seseorang yang punya pengaruh besar – entah dari tradisi, agama, atau karisma pribadi – nyuruh orang buat ikut sesuatu yang nggak jelas tujuannya, itu manipulatif. Apalagi kalau sampai ada yang jadi korban.
Dalam demokrasi sekarang, tiap orang punya hak untuk mikir sendiri, ambil keputusan sendiri, dan nggak boleh ditekan atau dimanfaatkan. HAM itu prinsip dasarnya adalah kebebasan dan perlindungan terhadap martabat manusia. Jadi, nggak ada tempat buat praktik-praktik yang ngeksploitasi rakyat demi ambisi pribadi.
NPM: 2456031016
kelas: Mandiri B
Prodi: Ilmu komunikasi
A. Artikel itu ngasih gambaran kalau kondisi HAM di Indonesia selama 2019 bisa dibilang cukup memprihatinkan. Banyak kasus pelanggaran HAM yang belum ditangani serius, mulai dari kekerasan oleh aparat, pembatasan kebebasan berpendapat, diskriminasi terhadap perempuan, sampai persoalan di Papua yang makin rumit. Tapi meskipun begitu, ada juga sisi baiknya. Misalnya, Indonesia udah meratifikasi hampir semua perjanjian HAM internasional dan masyarakat sipil juga mulai aktif lagi, kayak gerakan mahasiswa yang turun ke jalan buat menyuarakan keadilan.
Analisis: Intinya, artikel ini nyorotin kalau negara belum sepenuhnya serius dalam menyelesaikan kasus-kasus HAM. Tapi di sisi lain, harapan tetap ada lewat aksi-aksi masyarakat yang terus kritis dan nggak tinggal diam. Itu jadi tanda kalau masih ada energi positif dari rakyat.
B. Sebenarnya, nilai-nilai demokrasi udah lama hidup di masyarakat kita, terutama lewat tradisi musyawarah dan mufakat di desa-desa. Di banyak tempat, masyarakat terbiasa ngambil keputusan bareng-bareng lewat diskusi, tanpa harus ribut atau saling menjatuhkan. Jadi demokrasi tuh nggak asing buat kita.
Kalau soal demokrasi yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, menurutku itu jadi pengingat penting bahwa kebebasan harus dijalani dengan rasa tanggung jawab dan nilai-nilai moral. Jadi bukan demokrasi yang bebas sebebas-bebasnya, tapi tetap menghargai nilai agama dan kemanusiaan.
C. Sayangnya, praktik demokrasi di Indonesia masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Memang sih kita punya pemilu dan lembaga demokratis, tapi kenyataannya masih banyak pelanggaran HAM yang terjadi. Contohnya, kebebasan berpendapat kadang dibatasi, masih banyak ketimpangan sosial, dan diskriminasi juga belum hilang.
Pancasila ngajarin soal keadilan dan kemanusiaan, tapi pelaksanaannya masih jauh dari ideal. UUD juga udah ngatur soal kebebasan dan hak warga negara, tapi implementasinya masih banyak bolongnya.
D. Jujur aja, saya nggak setuju banget. Anggota parlemen itu dipilih buat jadi wakil rakyat, bukan buat ngejar kepentingan pribadi atau partainya. Kalau mereka malah sibuk urusin agenda sendiri dan lupa sama kebutuhan rakyat, itu jelas-jelas salah.
Sebagai warga negara, kita harus berani kritik dan awasi kinerja mereka. Kita juga perlu aktif menyuarakan aspirasi biar mereka nggak semena-mena. Jangan sampai kita cuma jadi penonton.
E. Menurutku, itu bahaya banget. Ketika seseorang yang punya pengaruh besar – entah dari tradisi, agama, atau karisma pribadi – nyuruh orang buat ikut sesuatu yang nggak jelas tujuannya, itu manipulatif. Apalagi kalau sampai ada yang jadi korban.
Dalam demokrasi sekarang, tiap orang punya hak untuk mikir sendiri, ambil keputusan sendiri, dan nggak boleh ditekan atau dimanfaatkan. HAM itu prinsip dasarnya adalah kebebasan dan perlindungan terhadap martabat manusia. Jadi, nggak ada tempat buat praktik-praktik yang ngeksploitasi rakyat demi ambisi pribadi.