Posts made by Pandu Sahala Sitanggang

Nama : Pandu Sahala Sitanggang
NPM : 2415061089
Kelas : PSTI - C

A. Pada masa pandemi COVID-19, sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan besar untuk menyesuaikan diri dengan protokol kesehatan yang membatasi kegiatan tatap muka. Salah satu perubahan yang terjadi dalam sistem pendidikan Indonesia selama masa COVID-19 yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tidak semua siswa memiliki perangkat dan akses internet yang memadai. Hal ini menyebabkan ketimpangan pendidikan, terutama di daerah pedesaan atau terpencil. Sistem penilaian dan ujian yang dilakukan secara daring juga kadang tidak efektif. Selain itu, pandemi dan pembelajaran daring berkepanjangan juga memengaruhi kesehatan mental siswa, guru, dan orang tua

B. Cara mengefektifkan dan memaksimalkan proses pendidikan di tengah pandemi covid-19 supaya tetap berkorelasi dengan implementasi nilai Pancasila adalah
- Meningkatkan Akses teknologi yang merata, Pemerintah dan sekolah perlu menyediakan akses yang lebih merata terhadap teknologi bagi siswa dari berbagai latar belakang. Hal ini mencakup subsidi atau bantuan perangkat, paket data, serta fasilitas pendukung bagi mereka yang kesulitan mengakses pembelajaran daring.
- Penguatan nilai kemandirian dan tanggung jawab, melalui pembelajaran mandiri di rumah, siswa didorong untuk bertanggung jawab atas jadwal dan kemajuan belajar mereka
- Menekankan pendidikan karakter dan nilai-nilai Pancasila, guru dapat menanamkan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras melalui penugasan dan jadwal yang terstruktur.

C. Contoh kasus yang terkait dengan pengembangan karakter Pancasila
Di tempat tinggal saya pernah mengadakan program gotong royong untuk membuat dan mendekorasi pohon natal terbesar, serta program menghias gereja yang diadakan setiap bulan desember. Kegiatan ini ramah lingkungan, karena bahannya menggunakan sampah-sampah yang di kumpulkan di beberapa tempat, seperti botol plastik, tutup botol, kantong plastik, kaleng-kalengan dan lain lain. Kegiatan gotong royong seperti ini mencerminkan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ke-1, "Ketuhanan Yang Maha Esa", sila ke-2, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," dan sila ke-3, "Persatuan Indonesia."

D. Penjelasan Pancasila diaktualisasikan sebagai paradigma dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku masyarakat
- Paradigma Berpikir Berdasarkan Pancasila, Pancasila membentuk cara berpikir masyarakat Indonesia dengan menekankan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan social.
- Paradigma Bersikap Berdasarkan Pancasila, Sikap yang berlandaskan Pancasila tercermin dalam penghormatan terhadap hak dan kewajiban orang lain, toleransi, serta rasa solidaritas yang kuat.
- Paradigma Berperilaku Berdasarkan Pancasila, Perilaku yang sesuai dengan Pancasila berarti bertindak dengan prinsip moral, kejujuran, dan keadilan.
Nama : Pandu Sahala Sitanggang
NPM : 2415061089
Kelas : PSTI-C

Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau kebijaksanaan. Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri. Yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.
1. Ontologis: Berfokus pada hakikat manusia sebagai subjek utama Pancasila
2. Epistemologis: Pancasila sebagai sistem pengetahuan yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
3. Aksiologis: Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai satu kesatuan
Pendidikan karakter di Indonesia seharusnya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila untuk membentuk manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, dan bertakwa.

Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui aktivitas pembelajaran. Secara universal, pendidikan mencakup beragam komunitas yang memberi arti berbeda-beda terhadap pendidikan. Di Indonesia, pendidikan menekankan penguasaan materi pelajaran tertentu sebagai landasan terbentuknya masyarakat berprestasi. Menurut Jumali dkk (2004), hakikat pendidikan adalah proses yang melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, dan administrasi yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepribadian peserta didik sesuai kalender akademik.

Berbagai teori tentang perkembangan manusia dan hasil pendidikan meliputi:
1. Empirisme: Diajukan oleh John Locke, menganggap bahwa perkembangan bergantung pada pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan.
2. Nativisme: Diperkenalkan oleh Schopenhauer, berpendapat bahwa hasil pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang dimiliki anak sejak lahir.
3. Naturalisme: Diajukan oleh J.J. Rousseau, menyatakan bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik dan pendidikan tidak diperlukan. Anak sebaiknya dibiarkan tumbuh alami tanpa intervensi manusia.
4. Konvergensi: Diperkenalkan oleh William Stern, menganggap bahwa hasil pendidikan tergantung pada kombinasi pembawaan dan lingkungan. Pendidikan berperan dalam mengembangkan sifat baik dan mencegah sifat buruk.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, karakter mencakup bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Berkarakter berarti memiliki kepribadian, sifat, dan perilaku yang baik. Musfiroh (2008) menyatakan bahwa karakter meliputi sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan, yang menunjukkan nilai kebaikan dalam tindakan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah proses penanaman perilaku berbudi pekerti luhur sesuai nilai-nilai Pancasila.

Secara keseluruhan, jurnal ini menjelaskan pentingnya Pancasila sebagai dasar filosofis dalam pendidikan di Indonesia. Meski demikian, penerapannya memerlukan pendekatan yang sistematis serta kebijakan pendukung agar filosofi Pancasila dapat diimplementasikan secara optimal dalam setiap aspek pendidikan. Dengan demikian, sistem pendidikan berbasis Pancasila akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki karakter luhur, siap menghadapi tantangan global, serta mampu menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.
Nama : Pandu Sahala SItanggang
Npm : 2415061089

1. Kasus penolakan jenazah korban COVID-19 di Jawa Tengah merupakan salah satu tantangan besar bagi implementasi nilai-nilai Pancasila, terutama nilai kemanusiaan yang terkandung dalam sila ke-2. Sila ke-2 menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan harus ditegakkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk penghargaan terhadap martabat manusia. Penolakan terhadap jenazah korban COVID-19 ini menunjukkan penyimpangan dari nilai-nilai kemanusiaan. Walaupun seseorang telah meninggal dan tak lagi bernyawa, mereka tetap berhak mendapatkan penghormatan terakhir sebagai wujud penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam Pancasila yang mengajarkan rasa hormat terhadap sesama, tanpa memandang situasi atau kondisi mereka.

2.Menurut saya, solusi agar kejadian tersebut tidak terulang adlah
-Edukasi Masyarakat, Mahasiswa dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat mengenai COVID-19 dan protokol pemakaman yang aman. Ini bisa dilakukan melalui seminar, workshop, atau kampanye informasi di media sosial.
-Kerja Sama dengan Lembaga Kesehatan, Bekerja sama dengan lembaga kesehatan atau organisasi non-pemerintah untuk menyebarkan informasi yang benar tentang penanganan jenazah pasien COVID-19, termasuk prosedur pemakaman yang aman.
-Menggunakan Media Sosial, Memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi yang akurat dan menanggapi mitos atau kesalahpahaman yang ada di masyarakat tentang COVID-19 dan pemakaman.

3. Penolakan terhadap pemakaman jenazah pasien COVID-19 dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap sila kedua Pancasila, yaitu "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab." Sila ini mengedepankan penghargaan terhadap martabat manusia, termasuk hak untuk diperlakukan dengan baik bahkan setelah meninggal. Nilai kemanusiaan dan kepedulian juga menjadi faktor mengapa kita harus tetap melakukan kewajiban kita dan memberikan hak yang seharusnya didapatkan oleh jasad yang sudah tidak bernyawa sekalipun.
Filsafat ilmu memiliki keterkaitan erat dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, di mana Pancasila mencakup pengetahuan dan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui pendekatan filsafat ilmu. Pancasila dapat dikaji secara filosofis melalui tiga aspek filsafat ilmu: ontologi, yang membahas hakikat kenyataan dan kebenaran dalam Pancasila; epistemologi, yang mengkaji sumber pengetahuan dan konsep-konsep dalam Pancasila; serta aksiologi, yang menyoroti nilai-nilai dan kontribusi Pancasila bagi kehidupan bangsa. Di samping itu, Pancasila berperan sebagai kerangka kerja bagi berbagai disiplin ilmu untuk berkolaborasi secara interdisipliner, dan sebagai pandangan dunia serta filsafat bangsa, Pancasila menjadi acuan intelektual dan kognitif bagi cara berpikir bangsa Indonesia.

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai sudut pandang dan pedoman, di mana ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, tetapi harus sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang perlu dieksplorasi dan dikembangkan melalui pendekatan filsafat ilmu untuk mengatasi persoalan kebangsaan. Oleh karena itu, filsafat ilmu berperan penting dalam mengkaji dan mengembangkan Pancasila secara ilmiah agar dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Nama : Pandu Sahala Sitanggang

NPM : 2415061089

kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani "Philosophia" terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar, dan atau yang sungguh-sungguh.Kebijaksan. artinya, Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.


aliran-aliran filsafat :
1. Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
2. Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
3. Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
4. Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan

Filsafat Pancasila secara ringkas dapat diartikan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai Pancasila sebagai dasar negara dan realitas budaya bangsa, dengan tujuan untuk memahami pokok-pokok pengertian yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. "Sistem" memiliki ciri-ciri berikut: Kesatuan dari bagian-bagian/unsur/elemen/komponen, Setiap bagian memiliki fungsi masing-masing, Saling berhubungan dan bergantung satu sama lain, Keseluruhannya bertujuan untuk mencapai maksud tertentu (tujuan sistem), dan berlangsung dalam lingkungan yang kompleks.

Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.
Ontologis: menurut Aristoteles adalah imu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafiska.
Epistemologis: adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas imu pengetahuan.
Aksiologis: Istiah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya niai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, imu atau teori