Untuk menjaga relevansi tradisi Sasi di era modern, langkah awal adalah melakukan reinterpretasi nilai-nilai ekologisnya dengan pendekatan pendidikan dan literasi lingkungan untuk generasi muda. Program workshop, kelas budaya, hingga konten digital (video pendek, podcast, dan cerita visual) bisa dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana Sasi berfungsi sebagai mekanisme konservasi berbasis masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa ketika kearifan lokal dikontekstualisasikan melalui media modern, generasi muda lebih mudah menerima dan terlibat dalam pelestarian tradisi (Rohmanu, 2020).
Selanjutnya, Sasi dapat diperkuat melalui teknologi pemantauan berbasis komunitas, seperti penggunaan aplikasi sederhana untuk melaporkan pelanggaran dan mendokumentasikan kondisi hutan atau laut. Inovasi seperti community-based monitoring terbukti meningkatkan kepatuhan dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam (Danielsen et al., 2014). Dengan tools yang familiar bagi generasi muda, tradisi tidak lagi terlihat kuno, tetapi menjadi bagian dari “kolaborasi modern” antara budaya dan teknologi.
Untuk menarik minat pemuda, tradisi Sasi juga harus memberikan insentif ekonomi nyata. Salah satu cara adalah mengembangkan ekonomi berbasis konservasi seperti eco-tourism, produk hasil laut atau hutan non-kayu yang mendapatkan label Sasi-certified, serta pelatihan kewirausahaan hijau. Studi oleh Adhuri (2013) menunjukkan bahwa ketika masyarakat memperoleh manfaat ekonomi langsung dari praktik adat, tingkat partisipasi mereka meningkat secara signifikan tanpa mengorbankan keberlanjutan sumber daya alam.
Selain itu, kerja sama dengan sekolah, pemerintah desa, dan pihak luar seperti LSM dapat memperkuat kelembagaan Sasi. Institusionalisasi adat melalui peraturan desa membuat tradisi lebih dihormati dan memiliki dasar legal dalam pengelolaan sumber daya alam. Penelitian pada komunitas pesisir Maluku menunjukkan bahwa integrasi peraturan adat dan hukum formal sangat efektif untuk mengurangi eksploitasi berlebih (Harkes & Novaczek, 2002).
Terakhir, untuk memadukan kearifan lokal dengan peluang ekonomi, pendekatan bioeconomy berbasis keberlanjutan dapat diterapkan. Model ini mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara bijak untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, sambil menjaga fungsi ekologis jangka panjang. Menurut FAO (2019), bioekonomi yang berakar pada praktik tradisional mampu meningkatkan kesejahteraan rural sekaligus melestarikan biodiversitas. Dengan demikian, Sasi dapat berkembang menjadi fondasi ekonomi hijau desa memperkuat identitas budaya, meningkatkan kesejahteraan, dan menjaga alam tetap lestari.