Nama: Lilin Ratnasari
NPM: 2313031056
Sebagai mahasiswa yang sedang belajar penelitian, saya memahami bahwa teori, kerangka pikir, dan hipotesis adalah tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dalam sebuah penelitian. Ketiganya saling melengkapi, membentuk alur logis dari dasar pemahaman sampai pada prediksi penelitian. Namun, meskipun saling berkaitan, masing-masing punya fungsi sendiri.
1. Teori
Menurut pemahaman saya, teori adalah konsep atau penjelasan ilmiah yang sudah berkembang sebelumnya dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu fenomena. Teori itu semacam “landasan berpikir” yang membantu peneliti memahami variabel-variabel yang diteliti.
Dalam penelitian, teori biasanya berasal dari buku, jurnal, atau penelitian terdahulu. Misalnya, kalau kita meneliti motivasi belajar, kita menggunakan teori motivasi seperti ARCS, Maslow, atau Self-Determination Theory untuk menjelaskan apa itu motivasi, bagaimana ia muncul, dan apa saja komponennya.
Jadi, fungsi teori: Menjelaskan konsep yang diteliti, Menjadi rujukan ilmiah, Menghindari penelitian tanpa arah
2. Kerangka Pikir
Kalau teori itu ibarat “pondasi”, kerangka pikir adalah alur logis yang dibangun peneliti berdasarkan teori dan kenyataan di lapangan.
Bagi saya, kerangka pikir adalah cara kita menyambungkan antara teori dengan masalah yang kita teliti. Di bagian inilah peneliti menjelaskan hubungan antara variabel, kenapa variabel itu berhubungan, dan bagaimana proses terjadinya hubungan tersebut.
Kerangka pikir biasanya digambarkan dalam bentuk bagan atau alur panah. Intinya menunjukkan: Teori apa yang dipakai, Variabel apa saja, Bagaimana hubungan antarvariabel terjadi, Kenapa hubungan itu mungkin terjadi Contohnya: Media digital interaktif → meningkatkan perhatian → menambah keterlibatan siswa → meningkatkan motivasi belajar. Kerangka pikir membuat penelitian terasa lebih masuk akal karena menunjukkan alur pemikiran secara runtut.
3. Hipotesis
Menurut pemahaman saya, hipotesis adalah jawaban sementara yang dibuat berdasarkan teori dan kerangka pikir. Ini bukan jawaban akhir, tetapi dugaan ilmiah yang nantinya diuji melalui data. Hipotesis muncul karena peneliti sudah memahami teori dan sudah menyusun kerangka pikir. Jadi, hipotesis bukan sekadar tebak-tebakan. Ia harus logis dan punya dasar ilmiah.
Contoh hipotesis:
“H1: Penggunaan media digital interaktif berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.”
Fungsi hipotesis: Memberikan arah analisis data, Menjadi dasar pengujian statistik, Menghindari penelitian yang melebar ke mana-mana
4. Hubungan antara Teori, Kerangka Pikir, dan Hipotesis
Menurut saya, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berkesinambungan seperti alur langkah berpikir:
Teori → dasar ilmu
Teori memberikan pemahaman awal mengenai variabel yang diteliti. Tanpa teori, kita tidak tahu apa definisi variabel, indikator, atau konsep dasarnya.
Teori → Kerangka Pikir → alur logis
Dari teori yang sudah dikumpulkan, kita menyusun kerangka logis tentang bagaimana dan kenapa variabel-variabel itu saling terkait.
Kerangka Pikir → Hipotesis → dugaan ilmiah
Setelah kerangka pikir tersusun, kita baru bisa membuat hipotesis yang merupakan prediksi hubungan yang akan diuji.
Jadi urutannya kira-kira seperti ini:
Teori → Kerangka Pikir → Hipotesis → Pengujian Data
Dengan kata lain, teori memberi dasar, kerangka pikir memberi alur, dan hipotesis memberi arah penelitian. Ketiganya seperti bangunan: teori adalah pondasi, kerangka pikir adalah rangka bangunannya, dan hipotesis adalah tujuannya.
Kesimpulan
Secara sederhana, teori, kerangka pikir, dan hipotesis memiliki hubungan linier dan saling mendukung. Teori memberi dasar ilmiah, kerangka pikir menyusun alur logika dari teori terhadap masalah penelitian, dan hipotesis menjadi dugaan yang lahir dari kerangka berpikir tersebut untuk kemudian diuji dalam penelitian.
Jika diibaratkan:
Teori = tahu apa yang kita pelajari
Kerangka pikir = tahu bagaimana kita memahaminya
Hipotesis = tahu apa yang kita perkirakan akan terjadi
NPM: 2313031056
Sebagai mahasiswa yang sedang belajar penelitian, saya memahami bahwa teori, kerangka pikir, dan hipotesis adalah tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dalam sebuah penelitian. Ketiganya saling melengkapi, membentuk alur logis dari dasar pemahaman sampai pada prediksi penelitian. Namun, meskipun saling berkaitan, masing-masing punya fungsi sendiri.
1. Teori
Menurut pemahaman saya, teori adalah konsep atau penjelasan ilmiah yang sudah berkembang sebelumnya dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu fenomena. Teori itu semacam “landasan berpikir” yang membantu peneliti memahami variabel-variabel yang diteliti.
Dalam penelitian, teori biasanya berasal dari buku, jurnal, atau penelitian terdahulu. Misalnya, kalau kita meneliti motivasi belajar, kita menggunakan teori motivasi seperti ARCS, Maslow, atau Self-Determination Theory untuk menjelaskan apa itu motivasi, bagaimana ia muncul, dan apa saja komponennya.
Jadi, fungsi teori: Menjelaskan konsep yang diteliti, Menjadi rujukan ilmiah, Menghindari penelitian tanpa arah
2. Kerangka Pikir
Kalau teori itu ibarat “pondasi”, kerangka pikir adalah alur logis yang dibangun peneliti berdasarkan teori dan kenyataan di lapangan.
Bagi saya, kerangka pikir adalah cara kita menyambungkan antara teori dengan masalah yang kita teliti. Di bagian inilah peneliti menjelaskan hubungan antara variabel, kenapa variabel itu berhubungan, dan bagaimana proses terjadinya hubungan tersebut.
Kerangka pikir biasanya digambarkan dalam bentuk bagan atau alur panah. Intinya menunjukkan: Teori apa yang dipakai, Variabel apa saja, Bagaimana hubungan antarvariabel terjadi, Kenapa hubungan itu mungkin terjadi Contohnya: Media digital interaktif → meningkatkan perhatian → menambah keterlibatan siswa → meningkatkan motivasi belajar. Kerangka pikir membuat penelitian terasa lebih masuk akal karena menunjukkan alur pemikiran secara runtut.
3. Hipotesis
Menurut pemahaman saya, hipotesis adalah jawaban sementara yang dibuat berdasarkan teori dan kerangka pikir. Ini bukan jawaban akhir, tetapi dugaan ilmiah yang nantinya diuji melalui data. Hipotesis muncul karena peneliti sudah memahami teori dan sudah menyusun kerangka pikir. Jadi, hipotesis bukan sekadar tebak-tebakan. Ia harus logis dan punya dasar ilmiah.
Contoh hipotesis:
“H1: Penggunaan media digital interaktif berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.”
Fungsi hipotesis: Memberikan arah analisis data, Menjadi dasar pengujian statistik, Menghindari penelitian yang melebar ke mana-mana
4. Hubungan antara Teori, Kerangka Pikir, dan Hipotesis
Menurut saya, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berkesinambungan seperti alur langkah berpikir:
Teori → dasar ilmu
Teori memberikan pemahaman awal mengenai variabel yang diteliti. Tanpa teori, kita tidak tahu apa definisi variabel, indikator, atau konsep dasarnya.
Teori → Kerangka Pikir → alur logis
Dari teori yang sudah dikumpulkan, kita menyusun kerangka logis tentang bagaimana dan kenapa variabel-variabel itu saling terkait.
Kerangka Pikir → Hipotesis → dugaan ilmiah
Setelah kerangka pikir tersusun, kita baru bisa membuat hipotesis yang merupakan prediksi hubungan yang akan diuji.
Jadi urutannya kira-kira seperti ini:
Teori → Kerangka Pikir → Hipotesis → Pengujian Data
Dengan kata lain, teori memberi dasar, kerangka pikir memberi alur, dan hipotesis memberi arah penelitian. Ketiganya seperti bangunan: teori adalah pondasi, kerangka pikir adalah rangka bangunannya, dan hipotesis adalah tujuannya.
Kesimpulan
Secara sederhana, teori, kerangka pikir, dan hipotesis memiliki hubungan linier dan saling mendukung. Teori memberi dasar ilmiah, kerangka pikir menyusun alur logika dari teori terhadap masalah penelitian, dan hipotesis menjadi dugaan yang lahir dari kerangka berpikir tersebut untuk kemudian diuji dalam penelitian.
Jika diibaratkan:
Teori = tahu apa yang kita pelajari
Kerangka pikir = tahu bagaimana kita memahaminya
Hipotesis = tahu apa yang kita perkirakan akan terjadi