Posts made by Lilin Ratnasari

MPPE B2025 -> Diskusi

by Lilin Ratnasari -
Nama: Lilin Ratnasari
NPM: 2313031056


Sebagai mahasiswa yang sedang belajar penelitian, saya memahami bahwa teori, kerangka pikir, dan hipotesis adalah tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dalam sebuah penelitian. Ketiganya saling melengkapi, membentuk alur logis dari dasar pemahaman sampai pada prediksi penelitian. Namun, meskipun saling berkaitan, masing-masing punya fungsi sendiri.

1. Teori
Menurut pemahaman saya, teori adalah konsep atau penjelasan ilmiah yang sudah berkembang sebelumnya dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu fenomena. Teori itu semacam “landasan berpikir” yang membantu peneliti memahami variabel-variabel yang diteliti.
Dalam penelitian, teori biasanya berasal dari buku, jurnal, atau penelitian terdahulu. Misalnya, kalau kita meneliti motivasi belajar, kita menggunakan teori motivasi seperti ARCS, Maslow, atau Self-Determination Theory untuk menjelaskan apa itu motivasi, bagaimana ia muncul, dan apa saja komponennya.
Jadi, fungsi teori: Menjelaskan konsep yang diteliti, Menjadi rujukan ilmiah, Menghindari penelitian tanpa arah

2. Kerangka Pikir
Kalau teori itu ibarat “pondasi”, kerangka pikir adalah alur logis yang dibangun peneliti berdasarkan teori dan kenyataan di lapangan.
Bagi saya, kerangka pikir adalah cara kita menyambungkan antara teori dengan masalah yang kita teliti. Di bagian inilah peneliti menjelaskan hubungan antara variabel, kenapa variabel itu berhubungan, dan bagaimana proses terjadinya hubungan tersebut.
Kerangka pikir biasanya digambarkan dalam bentuk bagan atau alur panah. Intinya menunjukkan: Teori apa yang dipakai, Variabel apa saja, Bagaimana hubungan antarvariabel terjadi, Kenapa hubungan itu mungkin terjadi Contohnya: Media digital interaktif → meningkatkan perhatian → menambah keterlibatan siswa → meningkatkan motivasi belajar. Kerangka pikir membuat penelitian terasa lebih masuk akal karena menunjukkan alur pemikiran secara runtut.

3. Hipotesis
Menurut pemahaman saya, hipotesis adalah jawaban sementara yang dibuat berdasarkan teori dan kerangka pikir. Ini bukan jawaban akhir, tetapi dugaan ilmiah yang nantinya diuji melalui data. Hipotesis muncul karena peneliti sudah memahami teori dan sudah menyusun kerangka pikir. Jadi, hipotesis bukan sekadar tebak-tebakan. Ia harus logis dan punya dasar ilmiah.
Contoh hipotesis:
“H1: Penggunaan media digital interaktif berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.”
Fungsi hipotesis: Memberikan arah analisis data, Menjadi dasar pengujian statistik, Menghindari penelitian yang melebar ke mana-mana

4. Hubungan antara Teori, Kerangka Pikir, dan Hipotesis
Menurut saya, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berkesinambungan seperti alur langkah berpikir:
Teori → dasar ilmu
Teori memberikan pemahaman awal mengenai variabel yang diteliti. Tanpa teori, kita tidak tahu apa definisi variabel, indikator, atau konsep dasarnya.
Teori → Kerangka Pikir → alur logis
Dari teori yang sudah dikumpulkan, kita menyusun kerangka logis tentang bagaimana dan kenapa variabel-variabel itu saling terkait.
Kerangka Pikir → Hipotesis → dugaan ilmiah
Setelah kerangka pikir tersusun, kita baru bisa membuat hipotesis yang merupakan prediksi hubungan yang akan diuji.
Jadi urutannya kira-kira seperti ini:
Teori → Kerangka Pikir → Hipotesis → Pengujian Data
Dengan kata lain, teori memberi dasar, kerangka pikir memberi alur, dan hipotesis memberi arah penelitian. Ketiganya seperti bangunan: teori adalah pondasi, kerangka pikir adalah rangka bangunannya, dan hipotesis adalah tujuannya.

Kesimpulan
Secara sederhana, teori, kerangka pikir, dan hipotesis memiliki hubungan linier dan saling mendukung. Teori memberi dasar ilmiah, kerangka pikir menyusun alur logika dari teori terhadap masalah penelitian, dan hipotesis menjadi dugaan yang lahir dari kerangka berpikir tersebut untuk kemudian diuji dalam penelitian.

Jika diibaratkan:

Teori = tahu apa yang kita pelajari
Kerangka pikir = tahu bagaimana kita memahaminya
Hipotesis = tahu apa yang kita perkirakan akan terjadi

MPPE B2025 -> CASE STUDY

by Lilin Ratnasari -
Nama: Lilin Ratnasari
NPM: 2313031056

1. Pendekatan Penelitian yang Paling Sesuai

Untuk meneliti pengaruh penggunaan media digital interaktif terhadap motivasi belajar, pendekatan yang paling tepat adalah pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian eksplanatori (explanatory research).
Alasannya: Variabel jelas dan dapat diukur, yaitu:
Variabel independen: penggunaan media digital interaktif
Variabel dependen: motivasi belajar siswa
Penelitian bertujuan mengetahui hubungan atau pengaruh, yang lebih cocok diuji menggunakan statistik.
Kuantitatif memungkinkan peneliti mendapatkan data dalam jumlah besar dan objektif, terutama melalui angket berskala Likert.

Jika diperlukan penguatan data, pendekatan mixed methods juga dapat diterapkan (misalnya menambahkan wawancara), tetapi pendekatan inti tetap kuantitatif.
Dengan demikian, pendekatan kuantitatif merupakan pilihan utama karena sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat pengukuran pengaruh dan analisis hubungan antarvariabel.

2. Langkah-Langkah Penelitian Secara Sistematis
Berikut prosedur penelitian dari awal hingga penyusunan laporan:
A. Identifikasi Masalah
Mahasiswa mengamati bahwa selama pembelajaran daring, motivasi belajar siswa menurun. Di sisi lain, media digital interaktif seperti Quizizz, Google Classroom, Canva Edu, atau video interaktif semakin banyak digunakan. Pertanyaan muncul: Apakah penggunaan media digital interaktif mampu meningkatkan motivasi belajar siswa?

B. Kajian Literatur
Peneliti harus menelaah: Teori motivasi belajar (misalnya teori ARCS, Self-Determination Theory), Konsep media digital interaktif, Penelitian terdahulu mengenai pembelajaran daring dan motivasi, Hasil penelitian mengenai efektivitas media digital interaktif
Tujuannya: menyusun kerangka teori dan menemukan gap penelitian.

C. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Contoh rumusan masalah: Apakah penggunaan media digital interaktif berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa selama pembelajaran daring?
Contoh tujuan penelitian: Menganalisis pengaruh media digital interaktif terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran daring.

D. Penentuan Metode Penelitian
Pendekatan: kuantitatif
Jenis penelitian: eksplanatori
Populasi: siswa yang mengikuti pembelajaran daring
Sampel: ditentukan dengan teknik sampling yang relevan (random sampling atau purposive)

E. Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen utama: angket skala Likert 4–5 tingkat.
Instrumen variabel X: intensitas penggunaan media digital interaktif, kualitas media, kemudahan akses.
Instrumen variabel Y: aspek motivasi intrinsik, ekstrinsik, minat, perhatian, dan ketekunan belajar.

F. Pengumpulan Data
Menyebarkan angket secara online melalui Google Form.
Jika memakai mixed method, dapat menambahkan wawancara kepada beberapa siswa.
G. Analisis Data
Analisis statistik meliputi:
Uji validitas dan reliabilitas instrumen
Uji prasyarat analisis (normalitas, linearitas)
Uji regresi sederhana atau regresi linier untuk melihat pengaruh variabel X terhadap Y.

H. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis statistik: apakah media digital interaktif berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar.
I. Penyusunan Laporan Penelitian
Disusun dalam format bab I–V, yang meliputi:
Pendahuluan, Kajian teori, Metodologi penelitian, Hasil dan pembahasan, Kesimpulan dan saran

3. Potensi Masalah dalam Pelaksanaan Penelitian & Solusinya
1) Kurangnya Kejujuran Responden saat Mengisi Angket
Siswa dapat menjawab asal-asalan.
Solusi: Jelaskan kerahasiaan data, Buat instrumen singkat dan mudah, Terapkan validitas logis (item tidak terlalu memancing)

2) Keterbatasan Akses Internet dalam Pembelajaran Daring
Tidak semua siswa stabil koneksinya.
Solusi: Gunakan Google Form yang ringan, Sediakan alternatif pengisian offline yang dikirimkan kemudian

3) Kesulitan Mengukur “Penggunaan Media Interaktif”
Penggunaan media beragam dan tidak seragam.
Solusi: Definisikan dengan jelas jenis media digital interaktif yang dimaksud, Gunakan indikator terstruktur, misalnya kualitas visual, kejelasan instruksi, kemudahan navigasi, interaktivitas

4) Sampel Tidak Merata
Jumlah responden kurang atau tidak representatif.
Solusi:, Gunakan teknik sampling yang tepat, Minta bantuan guru/wali kelas untuk memastikan siswa mengisi angket

5) Instrumen Tidak Valid atau Unreliable

Bisa terjadi jika item dibuat tanpa landasan teori.
Solusi: Susun item berdasarkan teori motivasi dan penggunaan media,  Lakukan uji validitas (Pearson) dan reliabilitas (Cronbach Alpha)

4. Penyusunan Instrumen Penelitian dan Uji Validitasnya
A. Penyusunan Instrumen
Langkah-langkahnya:
Menentukan indikator variabel berdasarkan teori.
Menyusun butir pernyataan dalam skala Likert (1–5).
Membuat kisi-kisi instrumen yang jelas.
Melakukan expert judgement dengan dosen pembimbing atau ahli pendidikan.

B. Uji Validitas Instrumen

Validitas Isi (Content Validity)
Melalui penilaian ahli untuk memastikan butir sesuai indikator teori.
Validitas Konstruk (Construct Validity)
Melalui uji korelasi Pearson Product Moment untuk melihat apakah item instrumen konsisten dengan variabel yang diukur.
Item valid jika r-hitung > r-tabel.
Reliabilitas (Consistency Test)
Menggunakan Cronbach Alpha.
Instrumen reliabel jika α > 0,70.

C. Revisi Instrumen

Item yang tidak valid dibuang atau diperbaiki. Instrumen final disebarkan kepada responden.

Kesimpulan

Mahasiswa tersebut paling tepat menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis pengaruh media digital interaktif terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian harus dilakukan melalui langkah-langkah sistematis mulai dari identifikasi masalah hingga penyusunan laporan. Potensi masalah seperti akses internet, kejujuran responden, dan validitas instrumen dapat diatasi dengan prosedur metodologis yang tepat. Instrumen perlu disusun berdasarkan teori dan diuji validitasnya agar data yang diperoleh akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

MPPE B2025 -> Summary

by Lilin Ratnasari -
Nama: Lilin Ratnasari
NPM: 2313031056

Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian

Materi ini membahas secara komprehensif mengenai konsep dasar dalam penelitian, khususnya berkaitan dengan identifikasi masalah, perumusan masalah, serta penyusunan tujuan penelitian. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan menjadi fondasi utama dalam proses penyusunan proposal penelitian, terutama pada mata kuliah Studi Mandiri dan Seminar Proposal. Mahasiswa dituntut mampu mengenali fenomena yang layak diteliti, merumuskan kesenjangan pengetahuan, kemudian menentukan tujuan penelitian yang relevan dan jelas.

1. Pentingnya Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian

Dalam penelitian, masalah penelitian merupakan elemen paling mendasar. Tanpa masalah yang dirumuskan dengan baik, penelitian tidak akan mempunyai arah yang jelas. Masalah penelitian dipahami sebagai adanya ketidaksesuaian antara kondisi aktual dengan kondisi ideal yang seharusnya terjadi. Kesenjangan ini dapat muncul dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi, sosial, hingga kesehatan. Ketika peneliti menemukan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan, muncullah potensi masalah yang dapat dijadikan objek penelitian.

Perumusan masalah yang tepat akan menentukan kualitas penelitian. Oleh karena itu, proses merumuskan masalah dianggap sebagai setengah dari keseluruhan kegiatan penelitian. Rumusan masalah menjadi dasar bagi peneliti untuk menentukan tujuan, menyusun kajian teori, memilih metode, hingga melakukan analisis data. Jika rumusannya lemah atau tidak relevan, seluruh tahapan penelitian akan terpengaruh.

2. Relevansi dalam Pembelajaran Penelitian

Dalam mata kuliah penelitian mandiri, mahasiswa tidak hanya belajar teori tetapi juga mempraktikkannya langsung melalui penyusunan proposal. Kemampuan memahami konsep masalah penelitian menjadi penting karena setiap langkah selanjutnya bergantung pada tahap ini. Permasalahan penelitian dapat berupa fenomena tunggal, misalnya rendahnya hasil belajar siswa, atau fenomena multivarians yang melibatkan penyebab dan akibat, seperti pengaruh motivasi belajar terhadap partisipasi siswa dalam kelas.

Di dalam proses pembelajaran, mahasiswa diarahkan untuk melihat berbagai fenomena akademik, sosial, atau personal yang berpotensi menjadi bahan penelitian. Mereka juga diajarkan cara membedakan masalah penelitian dengan sekadar persoalan umum.

3. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah merupakan langkah awal untuk memastikan bahwa apa yang ditemukan benar-benar layak digunakan sebagai fokus penelitian. Tidak semua fenomena dapat dijadikan masalah penelitian. Setidaknya terdapat tiga syarat minimal yang harus dipenuhi agar sebuah fenomena dapat dikembangkan secara ilmiah:

Adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi di lapangan.

Kesenjangan tersebut memunculkan pertanyaan yang dapat dianalisis dan dijawab melalui penelitian.

Pertanyaan yang timbul memiliki jawaban yang tidak bersifat tunggal, sehingga dapat diuji secara ilmiah.

Biasanya, identifikasi masalah dituangkan dalam bentuk latar belakang penelitian. Dalam latar belakang, peneliti menjelaskan kondisi aktual, alasan fenomena tersebut penting diteliti, serta dampak jika masalah tidak segera ditangani. Latar belakang juga membantu pembaca memahami urgensi penelitian.

4. Jenis-Jenis Permasalahan Penelitian

Masalah penelitian dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis. Pertama, masalah deskriptif, yaitu masalah yang mengharuskan peneliti menggambarkan kondisi atau fenomena tertentu. Contohnya, “Bagaimana tingkat literasi digital siswa SMA?”. Kedua, masalah komparatif, yang menuntut peneliti membandingkan dua kelompok atau variabel, misalnya “Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas X dan XI?”. Ketiga, masalah asosiatif, yaitu masalah yang bertujuan mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variabel, seperti “Apakah terdapat hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar?”.

Pemilihan jenis masalah ini nantinya memengaruhi jenis data, rancangan penelitian, hingga teknik analisis yang digunakan.

5. Sumber-Sumber Masalah Penelitian

Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber. Pengalaman pribadi merupakan salah satu sumber penting karena peneliti sering menemukan persoalan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, rekomendasi dari penelitian terdahulu sering kali membuka peluang penelitian lanjutan. Buku teks, jurnal, artikel ilmiah, dan laporan penelitian juga menjadi sumber yang kaya akan ide. Diskusi ilmiah, seminar, dan forum akademik tak jarang memberikan perspektif baru yang dapat dikembangkan menjadi penelitian.

Observasi lapangan merupakan sumber lain yang sangat relevan, karena peneliti dapat melihat langsung keadaan nyata yang memerlukan kajian ilmiah. Perubahan paradigma pendidikan juga dapat memunculkan masalah baru yang layak digali. Selain itu, teori-teori yang berkembang dapat menghasilkan pertanyaan lanjutan melalui proses deduksi.

6. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik

Masalah penelitian yang baik harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama, masalah harus memberikan kontribusi, baik dari aspek teoritis maupun praktis. Kedua, masalah harus memiliki nilai orisinalitas, tidak hanya mengulang penelitian sebelumnya. Ketiga, rumusan masalah harus spesifik, jelas, dan dapat dijawab melalui metode ilmiah. Keempat, masalah yang dipilih harus layak diteliti, baik dari segi waktu, biaya, kemampuan peneliti, maupun ketersediaan sumber data.

7. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai peneliti. Tujuan disusun berdasarkan rumusan masalah dan biasanya berbentuk deklaratif. Tujuan harus jelas, realistis, dan relevan. Pada dasarnya, tujuan penelitian mencakup tiga hal utama: menemukan, mengembangkan, dan menguji pengetahuan. Dengan tujuan yang tepat, penelitian akan berjalan dengan lebih terarah dan sistematis.

MPPE B2025 -> Diskusi

by Lilin Ratnasari -
Nama: Lilin Ratnasari
NPM: 2313031056

6 Langkah Umum dalam Proses Penelitian

1. Mengidentifikasi Masalah Penelitian
Tahap pertama dalam penelitian adalah menemukan serta merumuskan masalah yang layak untuk diteliti. Peneliti perlu melakukan pengamatan awal atau studi lapangan guna memahami kondisi nyata dan menentukan persoalan mana yang akan dijadikan fokus penelitian.

2. Melakukan Kajian Literatur
Setelah masalah ditetapkan, peneliti wajib mempelajari teori, konsep, serta hasil penelitian sebelumnya. Kajian literatur ini berfungsi memperkuat landasan teori, mencegah pengulangan penelitian yang sama, dan membantu menemukan celah penelitian (research gap) yang perlu diisi.

3. Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan disusun agar penelitian memiliki arah yang jelas. Tujuan dapat berupa deskriptif (menggambarkan fenomena), komparatif (membandingkan variabel), atau asosiatif (mengidentifikasi hubungan antarvariabel). Rumusan tujuan ini juga menentukan jenis data serta metode analisis yang akan digunakan.

4. Mengumpulkan Data Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mulai menghimpun data dengan metode yang sesuai:

Kuantitatif: kuesioner, survei, eksperimen

Kualitatif: observasi, wawancara, dokumentasi
Proses pengambilan data harus dilakukan secara valid dan reliabel agar temuan yang dihasilkan dapat dipercaya.

5. Menganalisis dan Menafsirkan Data
Data yang terkumpul kemudian diproses dan dianalisis.

Dalam penelitian kuantitatif, analisis biasanya memakai teknik statistik.

Dalam penelitian kualitatif, analisis dilakukan melalui reduksi data, penyusunan tema, atau penafsiran naratif.
Tujuan dari tahap ini adalah mendapatkan pola, hubungan, atau jawaban atas masalah penelitian.

6. Menyusun Laporan dan Melakukan Evaluasi
Tahap terakhir berupa penyusunan laporan penelitian, baik dalam bentuk skripsi, artikel ilmiah, maupun laporan riset. Setelah laporan selesai, hasil penelitian dapat dievaluasi, dikritisi, atau dipublikasikan agar memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.