Summary
Buatlah summary isi book chapter di atas, minimal 500 kata.
NAMA : NELA AMELIA
NPM : 23130301050
Modul ini membahas secara komprehensif tentang pentingnya perumusan masalah dalam proses penelitian, khususnya sebagai dasar yang sangat menentukan keberhasilan penelitian dan penyusunan skripsi atau tesis.
Pengertian dan Pentingnya Perumusan Masalah.
Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kenyataan yang ada saat ini, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, maupun pendidikan. Kesenjangan ini memunculkan pertanyaan yang memerlukan jawaban, dan dari sinilah penelitian berkembang. Pentingnya perumusan masalah sampai pada titik bahwa kegiatan merumuskan masalah dianggap sebagai separuh dari keseluruhan proses penelitian. Tanpa rumusan masalah yang jelas dan tajam, peneliti akan kesulitan menyusun kerangka teoritis, tujuan penelitian, hipotesis, dan analisis data.
Tujuan Instruksional
• Mengidentifikasi inti permasalahan penelitian.
• Menentukan ciri-ciri masalah yang baik.
• Menemukan sumber-sumber masalah penelitian.
• Menjelaskan tujuan penelitian.
• Merumuskan masalah penelitian.
• Menyusun rancangan judul penelitian.
Proses Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dimulai dari pengamatan adanya kesenjangan antara teori dan fakta empiris atau kondisi yang dihadapi. Masalah harus memiliki nilai esensial, urgensi, dan manfaat yang jelas agar layak diteliti. Identifikasi masalah juga harus didukung oleh latar belakang yang kuat yang menjelaskan situasi, alasan pentingnya masalah, dan ruang lingkup penelitian.
Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
• Pengalaman pribadi peneliti.
• Hasil penelitian sebelumnya yang dapat dikembangkan.
• Literatur seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian.
• Forum ilmiah dan diskusi dengan para ahli.
• Observasi langsung dalam praktik.
• Fenomena perubahan paradigma pendidikan.
• Fenomena pendidikan di kelas, masyarakat, atau lingkungan sekitar.
• Deduksi dari teori-teori yang ada.
Ciri-ciri masalah yang Baik
Sebuah masalah penelitian dikatakan baik jika mempunyai:
• Kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan ilmu atau pemecahan masalah praktis.
• Orisinalitas, bukan hanya pengulangan penelitian sebelumnya.
• Pernyataan masalah yang jelas dan spesifik.
• Aspek kelayakan (feasibility), yaitu dapat dijawab dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya yang tersedia.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang menyatakan apa yang ingin dicapai melalui penelitian tersebut. Tujuan harus berhubungan langsung dengan rumusan masalah dan dinyatakan secara tegas dan jelas. Tujuan penelitian ini dapat berfokus pada menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran sebuah pengetahuan.
Rumusan Masalah dan Tipe-tipe Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pernyataan khusus yang akan dicari jawabannya melalui penelitian dan biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan. Rumusan masalah bersumber dari masalah yang telah diidentifikasi dan difokuskan agar penelitian tidak melebar.
Bentuk rumusan masalah terdiri dari:
• Deskriptif: bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau status variabel secara mandiri tanpa membandingkan.
• Komparatif: membandingkan dua atau lebih fenomena/variabel untuk mencari persamaan atau perbedaan.
• Asosiatif (korelasi): mencari hubungan antara dua atau lebih variabel, bisa berupa hubungan simetris (sejajar), kausal (sebab-akibat), atau interaktif (saling mempengaruhi).
Rumusan Masalah yang Baik dan Umum Terjadi Kesalahan
Merumuskan masalah penelitian bukan hal mudah dan kesalahan umum meliputi konsep yang belum matang, gagasan yang kurang akurat, kurang kontribusi, dan ketidaksesuaian antara fenomena dan metode penelitian.
Judul Penelitian
Judul penelitian harus mencerminkan masalah utama, variabel, dan desain penelitian. Judul yang baik tidak terlalu luas maupun terlalu sempit, jelas, spesifik, dan informatif. Judul yang terlalu luas akan sulit dikendalikan dan terlalu sempit biasanya tidak memiliki tantangan akademik. Judul penelitian juga menyesuaikan antara pendekatan kualitatif (induktif) dan kuantitatif (deduktif)
NPM : 23130301050
Modul ini membahas secara komprehensif tentang pentingnya perumusan masalah dalam proses penelitian, khususnya sebagai dasar yang sangat menentukan keberhasilan penelitian dan penyusunan skripsi atau tesis.
Pengertian dan Pentingnya Perumusan Masalah.
Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kenyataan yang ada saat ini, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, maupun pendidikan. Kesenjangan ini memunculkan pertanyaan yang memerlukan jawaban, dan dari sinilah penelitian berkembang. Pentingnya perumusan masalah sampai pada titik bahwa kegiatan merumuskan masalah dianggap sebagai separuh dari keseluruhan proses penelitian. Tanpa rumusan masalah yang jelas dan tajam, peneliti akan kesulitan menyusun kerangka teoritis, tujuan penelitian, hipotesis, dan analisis data.
Tujuan Instruksional
• Mengidentifikasi inti permasalahan penelitian.
• Menentukan ciri-ciri masalah yang baik.
• Menemukan sumber-sumber masalah penelitian.
• Menjelaskan tujuan penelitian.
• Merumuskan masalah penelitian.
• Menyusun rancangan judul penelitian.
Proses Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dimulai dari pengamatan adanya kesenjangan antara teori dan fakta empiris atau kondisi yang dihadapi. Masalah harus memiliki nilai esensial, urgensi, dan manfaat yang jelas agar layak diteliti. Identifikasi masalah juga harus didukung oleh latar belakang yang kuat yang menjelaskan situasi, alasan pentingnya masalah, dan ruang lingkup penelitian.
Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
• Pengalaman pribadi peneliti.
• Hasil penelitian sebelumnya yang dapat dikembangkan.
• Literatur seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian.
• Forum ilmiah dan diskusi dengan para ahli.
• Observasi langsung dalam praktik.
• Fenomena perubahan paradigma pendidikan.
• Fenomena pendidikan di kelas, masyarakat, atau lingkungan sekitar.
• Deduksi dari teori-teori yang ada.
Ciri-ciri masalah yang Baik
Sebuah masalah penelitian dikatakan baik jika mempunyai:
• Kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan ilmu atau pemecahan masalah praktis.
• Orisinalitas, bukan hanya pengulangan penelitian sebelumnya.
• Pernyataan masalah yang jelas dan spesifik.
• Aspek kelayakan (feasibility), yaitu dapat dijawab dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya yang tersedia.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang menyatakan apa yang ingin dicapai melalui penelitian tersebut. Tujuan harus berhubungan langsung dengan rumusan masalah dan dinyatakan secara tegas dan jelas. Tujuan penelitian ini dapat berfokus pada menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran sebuah pengetahuan.
Rumusan Masalah dan Tipe-tipe Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pernyataan khusus yang akan dicari jawabannya melalui penelitian dan biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan. Rumusan masalah bersumber dari masalah yang telah diidentifikasi dan difokuskan agar penelitian tidak melebar.
Bentuk rumusan masalah terdiri dari:
• Deskriptif: bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau status variabel secara mandiri tanpa membandingkan.
• Komparatif: membandingkan dua atau lebih fenomena/variabel untuk mencari persamaan atau perbedaan.
• Asosiatif (korelasi): mencari hubungan antara dua atau lebih variabel, bisa berupa hubungan simetris (sejajar), kausal (sebab-akibat), atau interaktif (saling mempengaruhi).
Rumusan Masalah yang Baik dan Umum Terjadi Kesalahan
Merumuskan masalah penelitian bukan hal mudah dan kesalahan umum meliputi konsep yang belum matang, gagasan yang kurang akurat, kurang kontribusi, dan ketidaksesuaian antara fenomena dan metode penelitian.
Judul Penelitian
Judul penelitian harus mencerminkan masalah utama, variabel, dan desain penelitian. Judul yang baik tidak terlalu luas maupun terlalu sempit, jelas, spesifik, dan informatif. Judul yang terlalu luas akan sulit dikendalikan dan terlalu sempit biasanya tidak memiliki tantangan akademik. Judul penelitian juga menyesuaikan antara pendekatan kualitatif (induktif) dan kuantitatif (deduktif)
Nama : Fatria Irawan
NPM : 2313031036
Permasalahan penelitian dipahami sebagai kesenjangan (discrepancy) antara kondisi ideal (harapan) dengan kenyataan yang ada. Kesenjangan ini bisa terjadi di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, politik, hingga teknologi. Peneliti dituntut untuk mampu mengidentifikasi kesenjangan tersebut agar dapat menemukan persoalan nyata yang layak diteliti. Rumusan masalah yang tajam akan mempermudah penentuan tujuan, hipotesis, metode, hingga analisis penelitian.
Sumber-Sumber Masalah Penelitian
Modul menjelaskan bahwa masalah penelitian dapat muncul dari berbagai sumber, antara lain:
Pengalaman pribadi – Situasi sehari-hari yang dihadapi peneliti dapat memunculkan masalah untuk diteliti.
Kajian teori dan literatur – Membaca hasil penelitian terdahulu akan membuka ruang identifikasi masalah baru.
Fenomena sosial dan perkembangan ilmu – Perubahan sosial, teknologi, dan budaya dapat menimbulkan permasalahan yang menarik untuk dikaji.
Kebijakan dan program pemerintah – Implementasi kebijakan sering menghadapi kendala sehingga dapat menjadi masalah penelitian.
Kriteria Masalah yang Layak Diteliti
Tidak semua masalah bisa diangkat menjadi penelitian.
Modul menegaskan beberapa kriteria penting, yaitu:
Masalah harus nyata dan faktual, bukan imajinasi.
Masalah harus memiliki nilai penelitian, artinya penting untuk diselesaikan dan hasilnya memberi kontribusi.
Masalah harus spesifik, jelas, dan dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian.
Masalah harus dapat diteliti dengan metode ilmiah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Masalah sebaiknya sesuai dengan kompetensi dan minat peneliti, serta mendukung pengembangan ilmu.
Proses Identifikasi dan Perumusan Masalah
Langkah-langkah dalam merumuskan masalah penelitian meliputi:
Mengamati gejala atau fenomena.
Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Menyusun masalah secara deskriptif.
Membatasi ruang lingkup masalah agar lebih fokus.
Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang jelas.
Rumusan masalah dapat berbentuk pertanyaan deskriptif (bagaimana kondisi sesuatu), komparatif (perbandingan dua atau lebih variabel), maupun asosiatif (hubungan antarvariabel).
Kesalahan Umum dalam Merumuskan Masalah
Modul juga menyoroti beberapa kesalahan yang sering terjadi, misalnya:
Rumusan masalah terlalu luas atau terlalu sempit.
Masalah bersifat normatif (apa yang seharusnya), bukan faktual (apa yang terjadi).
Rumusan masalah tidak sesuai dengan teori yang mendukung.
Pertanyaan penelitian tidak dapat dijawab dengan data empiris.
Contoh dan Latihan
Untuk memperkuat pemahaman, modul menyertakan contoh perumusan masalah pada berbagai bidang seperti pendidikan dan sosial. Misalnya, masalah rendahnya prestasi siswa dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan: “Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik siswa?” Dengan cara ini, masalah yang abstrak diterjemahkan ke dalam bentuk yang terukur.
Pentingnya Konsistensi
Penekanan terakhir adalah bahwa penelitian merupakan sebuah kesatuan. Rumusan masalah akan menentukan tujuan penelitian, hipotesis, metode pengumpulan data, teknik analisis, hingga kesimpulan. Jika rumusan masalah tidak jelas sejak awal, maka seluruh tahapan berikutnya akan terganggu. Oleh karena itu, seorang peneliti harus bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan menyusun perumusan masalah.
NPM : 2313031036
Permasalahan penelitian dipahami sebagai kesenjangan (discrepancy) antara kondisi ideal (harapan) dengan kenyataan yang ada. Kesenjangan ini bisa terjadi di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, politik, hingga teknologi. Peneliti dituntut untuk mampu mengidentifikasi kesenjangan tersebut agar dapat menemukan persoalan nyata yang layak diteliti. Rumusan masalah yang tajam akan mempermudah penentuan tujuan, hipotesis, metode, hingga analisis penelitian.
Sumber-Sumber Masalah Penelitian
Modul menjelaskan bahwa masalah penelitian dapat muncul dari berbagai sumber, antara lain:
Pengalaman pribadi – Situasi sehari-hari yang dihadapi peneliti dapat memunculkan masalah untuk diteliti.
Kajian teori dan literatur – Membaca hasil penelitian terdahulu akan membuka ruang identifikasi masalah baru.
Fenomena sosial dan perkembangan ilmu – Perubahan sosial, teknologi, dan budaya dapat menimbulkan permasalahan yang menarik untuk dikaji.
Kebijakan dan program pemerintah – Implementasi kebijakan sering menghadapi kendala sehingga dapat menjadi masalah penelitian.
Kriteria Masalah yang Layak Diteliti
Tidak semua masalah bisa diangkat menjadi penelitian.
Modul menegaskan beberapa kriteria penting, yaitu:
Masalah harus nyata dan faktual, bukan imajinasi.
Masalah harus memiliki nilai penelitian, artinya penting untuk diselesaikan dan hasilnya memberi kontribusi.
Masalah harus spesifik, jelas, dan dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian.
Masalah harus dapat diteliti dengan metode ilmiah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Masalah sebaiknya sesuai dengan kompetensi dan minat peneliti, serta mendukung pengembangan ilmu.
Proses Identifikasi dan Perumusan Masalah
Langkah-langkah dalam merumuskan masalah penelitian meliputi:
Mengamati gejala atau fenomena.
Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Menyusun masalah secara deskriptif.
Membatasi ruang lingkup masalah agar lebih fokus.
Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang jelas.
Rumusan masalah dapat berbentuk pertanyaan deskriptif (bagaimana kondisi sesuatu), komparatif (perbandingan dua atau lebih variabel), maupun asosiatif (hubungan antarvariabel).
Kesalahan Umum dalam Merumuskan Masalah
Modul juga menyoroti beberapa kesalahan yang sering terjadi, misalnya:
Rumusan masalah terlalu luas atau terlalu sempit.
Masalah bersifat normatif (apa yang seharusnya), bukan faktual (apa yang terjadi).
Rumusan masalah tidak sesuai dengan teori yang mendukung.
Pertanyaan penelitian tidak dapat dijawab dengan data empiris.
Contoh dan Latihan
Untuk memperkuat pemahaman, modul menyertakan contoh perumusan masalah pada berbagai bidang seperti pendidikan dan sosial. Misalnya, masalah rendahnya prestasi siswa dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan: “Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik siswa?” Dengan cara ini, masalah yang abstrak diterjemahkan ke dalam bentuk yang terukur.
Pentingnya Konsistensi
Penekanan terakhir adalah bahwa penelitian merupakan sebuah kesatuan. Rumusan masalah akan menentukan tujuan penelitian, hipotesis, metode pengumpulan data, teknik analisis, hingga kesimpulan. Jika rumusan masalah tidak jelas sejak awal, maka seluruh tahapan berikutnya akan terganggu. Oleh karena itu, seorang peneliti harus bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan menyusun perumusan masalah.
Nama : Intan Romala sari
NPM: 2313031051
Bab 1 dari modul ini membahas mengenai peran penting perumusan masalah dalam proses penelitian. Bab ini menekankan pentingnya mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian sebagai langkah pertama dalam melakukan penelitian yang efektif.
- Elemen Kunci Perumusan Masalah :
Masalah penelitian didefinisikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada saat ini. Kesenjangan ini dapat terjadi di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, atau pendidikan. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah dengan jelas menjadi dasar untuk mengembangkan tujuan penelitian, hipotesis, analisis data, dan kesimpulan. Tanpa perumusan masalah yang jelas, penelitian dapat menjadi tidak terarah dan tidak memberikan hasil yang bermakna.
Bab ini menekankan bahwa perumusan masalah bukan hanya sekadar mengidentifikasi masalah, tetapi juga menyusunnya sedemikian rupa agar dapat membimbing jalannya penelitian. Proses ini melibatkan penyusunan pertanyaan penelitian yang menggali sebab-sebab terjadinya kesenjangan tersebut, yang bisa berasal dari pengalaman pribadi, penelitian terdahulu, atau kekosongan dalam literatur. Penulis juga mencatat bahwa mengidentifikasi masalah penelitian dengan benar dianggap sebagai langkah yang sudah menyelesaikan separuh dari proses penelitian itu sendiri.
- Relevansi dengan Penelitian Mandiri :
Bab ini mengaitkan konsep perumusan masalah dengan penelitian mandiri, terutama bagi mahasiswa yang sedang mempersiapkan proposal tesis. Ditekankan bahwa mahasiswa harus menguasai keterampilan untuk mengidentifikasi inti permasalahan penelitian, menentukan ciri-ciri masalah yang baik, serta menjelaskan tujuan penelitian dengan tepat. Ini merupakan dasar penting dalam menyiapkan penelitian yang berdampak.
- Tujuan dan Pentingnya Penelitian :
Tujuan instruksional dari modul ini adalah untuk membantu mahasiswa memahami bagaimana merumuskan masalah penelitian dengan baik. Tujuan penelitian adalah apa yang ingin dicapai melalui penelitian, dan ini harus berhubungan erat dengan rumusan masalah. Rumusan masalah biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, sedangkan tujuan penelitian diungkapkan dalam kalimat pernyataan yang deklaratif.
- Pertanyaan Penelitian :
Masalah penelitian atau pertanyaan penelitian menjadi fokus utama dari penelitian. Pertanyaan ini mengajukan hal-hal penting terkait fenomena atau kesenjangan yang dihadapi, seperti mengapa suatu kesenjangan terjadi. Perumusan masalah penelitian ini berkaitan erat dengan desain penelitian, pengembangan kerangka teori, dan metode pengumpulan data. Peneliti harus mampu memformulasikan masalah sedemikian rupa agar penelitian menjadi terarah dan menghasilkan jawaban yang valid.
- Jenis Masalah Penelitian :
Bab ini menjelaskan tiga jenis masalah penelitian utama:
1. Masalah Deskriptif, yaitu untuk menggambarkan status variabel atau fenomena.
2. Masalah Komparatif , yang membandingkan dua atau lebih variabel atau fenomena.
3. Masalah Asosiatif/Korelatif , yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih.
Ketiga jenis masalah ini memberikan kerangka bagi peneliti untuk menentukan pendekatan penelitian yang sesuai, apakah hanya untuk mendeskripsikan, membandingkan, atau mencari hubungan.
- Sumber Masalah Penelitian :
Bab ini menguraikan berbagai sumber dari mana masalah penelitian dapat diidentifikasi, seperti:
• Pengalaman pribadi
• Penelitian sebelumnya
• Literatur akademik
• Diskusi dengan ahli
• Pengalaman praktis dan observasi
• Perubahan paradigma dalam pendidikan
Sumber-sumber ini dapat memberikan wawasan baru atau mengungkapkan kesenjangan yang layak untuk diteliti. Penulis menekankan pentingnya memilih masalah penelitian yang esensial, mendesak, dan bermanfaat, sehingga penelitian dapat memberikan kontribusi yang signifikan.
- Ciri-ciri Masalah Penelitian yang Baik :
Masalah penelitian yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain memberikan kontribusi pada pengembangan pengetahuan baru, menawarkan wawasan orisinal, dan dapat dilakukan dengan sumber daya yang tersedia. Selain itu, masalah penelitian harus spesifik dan bisa ditindaklanjuti, sehingga penelitian dapat menghasilkan jawaban yang tepat.
- Merumuskan Masalah Penelitian :
Salah satu tantangan utama dalam penelitian adalah mengubah masalah yang diidentifikasi menjadi masalah yang dirumuskan dengan jelas. Langkah ini membutuhkan bahasa yang tepat, sering kali dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, untuk memastikan masalah tersebut tajam, spesifik, dan dapat diteliti.
- Kesimpulan :
Bab ini menyimpulkan bahwa perumusan masalah adalah tulang punggung dari setiap penelitian. Perumusan masalah yang jelas dan terfokus sangat penting agar penelitian tetap berada pada jalur yang tepat. Selain itu, bab ini menekankan perlunya menentukan batasan penelitian yang jelas, sehingga penelitian tidak melebar dan tetap relevan dengan tujuan utama yang ingin dicapai.
NPM: 2313031051
Bab 1 dari modul ini membahas mengenai peran penting perumusan masalah dalam proses penelitian. Bab ini menekankan pentingnya mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian sebagai langkah pertama dalam melakukan penelitian yang efektif.
- Elemen Kunci Perumusan Masalah :
Masalah penelitian didefinisikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada saat ini. Kesenjangan ini dapat terjadi di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, atau pendidikan. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah dengan jelas menjadi dasar untuk mengembangkan tujuan penelitian, hipotesis, analisis data, dan kesimpulan. Tanpa perumusan masalah yang jelas, penelitian dapat menjadi tidak terarah dan tidak memberikan hasil yang bermakna.
Bab ini menekankan bahwa perumusan masalah bukan hanya sekadar mengidentifikasi masalah, tetapi juga menyusunnya sedemikian rupa agar dapat membimbing jalannya penelitian. Proses ini melibatkan penyusunan pertanyaan penelitian yang menggali sebab-sebab terjadinya kesenjangan tersebut, yang bisa berasal dari pengalaman pribadi, penelitian terdahulu, atau kekosongan dalam literatur. Penulis juga mencatat bahwa mengidentifikasi masalah penelitian dengan benar dianggap sebagai langkah yang sudah menyelesaikan separuh dari proses penelitian itu sendiri.
- Relevansi dengan Penelitian Mandiri :
Bab ini mengaitkan konsep perumusan masalah dengan penelitian mandiri, terutama bagi mahasiswa yang sedang mempersiapkan proposal tesis. Ditekankan bahwa mahasiswa harus menguasai keterampilan untuk mengidentifikasi inti permasalahan penelitian, menentukan ciri-ciri masalah yang baik, serta menjelaskan tujuan penelitian dengan tepat. Ini merupakan dasar penting dalam menyiapkan penelitian yang berdampak.
- Tujuan dan Pentingnya Penelitian :
Tujuan instruksional dari modul ini adalah untuk membantu mahasiswa memahami bagaimana merumuskan masalah penelitian dengan baik. Tujuan penelitian adalah apa yang ingin dicapai melalui penelitian, dan ini harus berhubungan erat dengan rumusan masalah. Rumusan masalah biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, sedangkan tujuan penelitian diungkapkan dalam kalimat pernyataan yang deklaratif.
- Pertanyaan Penelitian :
Masalah penelitian atau pertanyaan penelitian menjadi fokus utama dari penelitian. Pertanyaan ini mengajukan hal-hal penting terkait fenomena atau kesenjangan yang dihadapi, seperti mengapa suatu kesenjangan terjadi. Perumusan masalah penelitian ini berkaitan erat dengan desain penelitian, pengembangan kerangka teori, dan metode pengumpulan data. Peneliti harus mampu memformulasikan masalah sedemikian rupa agar penelitian menjadi terarah dan menghasilkan jawaban yang valid.
- Jenis Masalah Penelitian :
Bab ini menjelaskan tiga jenis masalah penelitian utama:
1. Masalah Deskriptif, yaitu untuk menggambarkan status variabel atau fenomena.
2. Masalah Komparatif , yang membandingkan dua atau lebih variabel atau fenomena.
3. Masalah Asosiatif/Korelatif , yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih.
Ketiga jenis masalah ini memberikan kerangka bagi peneliti untuk menentukan pendekatan penelitian yang sesuai, apakah hanya untuk mendeskripsikan, membandingkan, atau mencari hubungan.
- Sumber Masalah Penelitian :
Bab ini menguraikan berbagai sumber dari mana masalah penelitian dapat diidentifikasi, seperti:
• Pengalaman pribadi
• Penelitian sebelumnya
• Literatur akademik
• Diskusi dengan ahli
• Pengalaman praktis dan observasi
• Perubahan paradigma dalam pendidikan
Sumber-sumber ini dapat memberikan wawasan baru atau mengungkapkan kesenjangan yang layak untuk diteliti. Penulis menekankan pentingnya memilih masalah penelitian yang esensial, mendesak, dan bermanfaat, sehingga penelitian dapat memberikan kontribusi yang signifikan.
- Ciri-ciri Masalah Penelitian yang Baik :
Masalah penelitian yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain memberikan kontribusi pada pengembangan pengetahuan baru, menawarkan wawasan orisinal, dan dapat dilakukan dengan sumber daya yang tersedia. Selain itu, masalah penelitian harus spesifik dan bisa ditindaklanjuti, sehingga penelitian dapat menghasilkan jawaban yang tepat.
- Merumuskan Masalah Penelitian :
Salah satu tantangan utama dalam penelitian adalah mengubah masalah yang diidentifikasi menjadi masalah yang dirumuskan dengan jelas. Langkah ini membutuhkan bahasa yang tepat, sering kali dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, untuk memastikan masalah tersebut tajam, spesifik, dan dapat diteliti.
- Kesimpulan :
Bab ini menyimpulkan bahwa perumusan masalah adalah tulang punggung dari setiap penelitian. Perumusan masalah yang jelas dan terfokus sangat penting agar penelitian tetap berada pada jalur yang tepat. Selain itu, bab ini menekankan perlunya menentukan batasan penelitian yang jelas, sehingga penelitian tidak melebar dan tetap relevan dengan tujuan utama yang ingin dicapai.
Nama: Fajriyatur Rohmah
NPM: 2313031048
Modul ini membahas langkah awal yang paling penting dalam penelitian, yaitu bagaimana cara menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Masalah menjadi titik awal yang menentukan arah penelitian. Jika peneliti tidak jelas masalah apa yang ingin diteliti, maka penelitian akan kehilangan tujuan. Bahkan, ada ungkapan bahwa merumuskan masalah sama pentingnya dengan setengah dari pekerjaan penelitian itu sendiri.
1. Masalah Penelitian
Masalah penelitian muncul karena adanya kesenjangan antara kondisi yang diharapkan (ideal atau teori) dengan kenyataan yang ada di lapangan. Misalnya, teori mengatakan suatu metode belajar efektif, tetapi kenyataannya hasil belajar siswa tetap rendah. Kesenjangan inilah yang bisa menjadi masalah penelitian. Namun, tidak semua perbedaan bisa dijadikan masalah. Hanya kesenjangan yang bisa diteliti, ada kemungkinan jawabannya lebih dari satu, dan bisa memberikan manfaat, yang layak diteliti.
2. Identifikasi Masalah
Sebelum membuat rumusan masalah, peneliti harus melakukan identifikasi masalah. Identifikasi dilakukan dengan menjelaskan latar belakang, yaitu mengapa masalah itu muncul, apa penyebabnya, dan mengapa penting untuk diteliti. Latar belakang juga harus menunjukkan kesenjangan antara teori dengan praktik, serta menjelaskan alasan mengapa peneliti tertarik meneliti topik tersebut.
Masalah yang layak diteliti biasanya memiliki tiga ciri:
1. Esensial → penting untuk dijawab.
2. Mendesak (urgent) → butuh solusi segera.
3. Bermanfaat → hasilnya bisa dipakai oleh masyarakat atau pengembangan ilmu.
3. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Ada tiga jenis masalah penelitian:
1. Deskriptif → hanya menggambarkan fenomena atau kondisi tertentu, misalnya “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa SMA?”.
2. Komparatif → membandingkan dua atau lebih kelompok, misalnya “Apakah ada perbedaan prestasi antara siswa sekolah negeri dan swasta?”.
3. Asosiatif/Korelatif → mencari hubungan antar variabel, bisa berupa hubungan sejajar (simetris), hubungan sebab-akibat (kausal), atau hubungan saling memengaruhi (interaktif).
4. Masalah penelitian bisa didapat dari berbagai sumber, antara lain:
- Pengalaman pribadi.
- Saran dari penelitian sebelumnya.
- Buku, jurnal, dan laporan penelitian.
- Diskusi atau forum ilmiah.
- Hasil pengamatan langsung di lapangan.
- Perubahan kurikulum atau kebijakan pendidikan.
- Fenomena sosial di kelas atau masyarakat.
- Deduksi dari teori yang sudah ada.
Artinya, masalah penelitian bisa lahir baik dari praktik maupun teori.
5. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
- Memberi kontribusi nyata, baik bagi teori maupun praktik.
- Asli dan bukan sekadar menyalin penelitian lain.
- Dinyatakan dengan jelas dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
- Layak diteliti, baik dari segi waktu, biaya, kemampuan peneliti, maupun ketersediaan data.
6. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Biasanya ditulis dalam bentuk kalimat tanya agar lebih tajam dan fokus. Dari rumusan masalah inilah tujuan penelitian diturunkan. Bedanya, tujuan penelitian ditulis dalam bentuk kalimat pernyataan.
Contoh:
Rumusan masalah: “Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”
Tujuan penelitian: “Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.”
7. Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis penting untuk memberi arah. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang nantinya dibuktikan dengan data. Misalnya: “Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.”
Hipotesis berfungsi untuk membatasi lingkup penelitian, membantu peneliti fokus pada data yang relevan, serta memperkirakan hasil penelitian. Namun, penelitian kualitatif atau deskriptif biasanya tidak membutuhkan hipotesis.
8. Judul Penelitian
Judul penelitian harus dibuat setelah masalah jelas dan rumusan masalah disusun. Judul yang baik harus singkat, jelas, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, dan menggambarkan variabel yang diteliti. Judul juga sebaiknya informatif, menarik, serta mencerminkan hubungan antarvariabel.
Contoh judul yang terlalu luas: “Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kehidupan masyarakat”.
Contoh judul yang baik: “Pengaruh motivasi belajar dan fasilitas sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri X”.
9. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberi manfaat. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian dapat memperkaya teori. Bagi masyarakat, hasil penelitian bisa menjadi solusi atau rujukan dalam pengambilan kebijakan.
NPM: 2313031048
Modul ini membahas langkah awal yang paling penting dalam penelitian, yaitu bagaimana cara menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Masalah menjadi titik awal yang menentukan arah penelitian. Jika peneliti tidak jelas masalah apa yang ingin diteliti, maka penelitian akan kehilangan tujuan. Bahkan, ada ungkapan bahwa merumuskan masalah sama pentingnya dengan setengah dari pekerjaan penelitian itu sendiri.
1. Masalah Penelitian
Masalah penelitian muncul karena adanya kesenjangan antara kondisi yang diharapkan (ideal atau teori) dengan kenyataan yang ada di lapangan. Misalnya, teori mengatakan suatu metode belajar efektif, tetapi kenyataannya hasil belajar siswa tetap rendah. Kesenjangan inilah yang bisa menjadi masalah penelitian. Namun, tidak semua perbedaan bisa dijadikan masalah. Hanya kesenjangan yang bisa diteliti, ada kemungkinan jawabannya lebih dari satu, dan bisa memberikan manfaat, yang layak diteliti.
2. Identifikasi Masalah
Sebelum membuat rumusan masalah, peneliti harus melakukan identifikasi masalah. Identifikasi dilakukan dengan menjelaskan latar belakang, yaitu mengapa masalah itu muncul, apa penyebabnya, dan mengapa penting untuk diteliti. Latar belakang juga harus menunjukkan kesenjangan antara teori dengan praktik, serta menjelaskan alasan mengapa peneliti tertarik meneliti topik tersebut.
Masalah yang layak diteliti biasanya memiliki tiga ciri:
1. Esensial → penting untuk dijawab.
2. Mendesak (urgent) → butuh solusi segera.
3. Bermanfaat → hasilnya bisa dipakai oleh masyarakat atau pengembangan ilmu.
3. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Ada tiga jenis masalah penelitian:
1. Deskriptif → hanya menggambarkan fenomena atau kondisi tertentu, misalnya “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa SMA?”.
2. Komparatif → membandingkan dua atau lebih kelompok, misalnya “Apakah ada perbedaan prestasi antara siswa sekolah negeri dan swasta?”.
3. Asosiatif/Korelatif → mencari hubungan antar variabel, bisa berupa hubungan sejajar (simetris), hubungan sebab-akibat (kausal), atau hubungan saling memengaruhi (interaktif).
4. Masalah penelitian bisa didapat dari berbagai sumber, antara lain:
- Pengalaman pribadi.
- Saran dari penelitian sebelumnya.
- Buku, jurnal, dan laporan penelitian.
- Diskusi atau forum ilmiah.
- Hasil pengamatan langsung di lapangan.
- Perubahan kurikulum atau kebijakan pendidikan.
- Fenomena sosial di kelas atau masyarakat.
- Deduksi dari teori yang sudah ada.
Artinya, masalah penelitian bisa lahir baik dari praktik maupun teori.
5. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
- Memberi kontribusi nyata, baik bagi teori maupun praktik.
- Asli dan bukan sekadar menyalin penelitian lain.
- Dinyatakan dengan jelas dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
- Layak diteliti, baik dari segi waktu, biaya, kemampuan peneliti, maupun ketersediaan data.
6. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Biasanya ditulis dalam bentuk kalimat tanya agar lebih tajam dan fokus. Dari rumusan masalah inilah tujuan penelitian diturunkan. Bedanya, tujuan penelitian ditulis dalam bentuk kalimat pernyataan.
Contoh:
Rumusan masalah: “Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”
Tujuan penelitian: “Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.”
7. Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis penting untuk memberi arah. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang nantinya dibuktikan dengan data. Misalnya: “Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.”
Hipotesis berfungsi untuk membatasi lingkup penelitian, membantu peneliti fokus pada data yang relevan, serta memperkirakan hasil penelitian. Namun, penelitian kualitatif atau deskriptif biasanya tidak membutuhkan hipotesis.
8. Judul Penelitian
Judul penelitian harus dibuat setelah masalah jelas dan rumusan masalah disusun. Judul yang baik harus singkat, jelas, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, dan menggambarkan variabel yang diteliti. Judul juga sebaiknya informatif, menarik, serta mencerminkan hubungan antarvariabel.
Contoh judul yang terlalu luas: “Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kehidupan masyarakat”.
Contoh judul yang baik: “Pengaruh motivasi belajar dan fasilitas sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri X”.
9. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberi manfaat. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian dapat memperkaya teori. Bagi masyarakat, hasil penelitian bisa menjadi solusi atau rujukan dalam pengambilan kebijakan.
NAMA : ADEA APRILIA
NPM : 2313031034
Modul ini membahas salah satu tahap terpenting dalam penelitian, yaitu bagaimana menemukan sekaligus merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian menjadi titik awal yang menentukan arah penelitian. Jika peneliti tidak tahu dengan jelas apa yang akan diteliti, maka penelitian akan kehilangan arah. Karena itu ada ungkapan bahwa merumuskan masalah sama pentingnya dengan separuh pekerjaan penelitian.
1. Masalah Penelitian
Masalah penelitian muncul karena adanya perbedaan antara teori atau kondisi ideal dengan kenyataan di lapangan. Contohnya, teori menyebutkan bahwa suatu metode pembelajaran efektif, tetapi hasil belajar siswa tetap rendah. Perbedaan inilah yang bisa dijadikan masalah penelitian. Namun, tidak semua perbedaan layak diteliti. Hanya masalah yang bisa diuji, memiliki jawaban yang bervariasi, dan memberi manfaat nyata yang pantas diangkat menjadi penelitian.
2. Identifikasi Masalah
Sebelum merumuskan masalah, peneliti perlu melakukan identifikasi terlebih dahulu. Caranya dengan menyusun latar belakang yang menjelaskan mengapa masalah itu muncul, apa penyebabnya, dan mengapa penting untuk diteliti. Latar belakang juga harus memperlihatkan kesenjangan antara teori dan praktik serta alasan peneliti tertarik pada topik tersebut. Masalah yang baik umumnya memiliki ciri esensial (penting untuk dijawab), mendesak (butuh solusi segera), dan bermanfaat (memberi nilai tambah bagi ilmu atau masyarakat).
3. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Masalah penelitian bisa dibedakan menjadi tiga. Pertama, masalah deskriptif yang hanya bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena, misalnya “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa SMA?”. Kedua, masalah komparatif yang membandingkan dua kelompok atau lebih, contohnya “Apakah ada perbedaan prestasi antara siswa sekolah negeri dan swasta?”. Ketiga, masalah asosiatif atau korelatif yang mencari hubungan antarvariabel, baik hubungan sejajar, sebab-akibat, maupun hubungan timbal balik.
4. Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, saran penelitian sebelumnya, buku, jurnal, laporan penelitian, hasil diskusi, observasi lapangan, perubahan kurikulum atau kebijakan, fenomena sosial di masyarakat, hingga deduksi dari teori yang sudah ada. Artinya, masalah bisa lahir dari pengalaman praktis maupun kajian teoretis.
5. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
Masalah yang baik untuk diteliti harus mampu memberi kontribusi nyata, baik untuk pengembangan teori maupun praktik. Selain itu, masalah harus orisinal, bukan sekadar menyalin penelitian lain, serta dirumuskan dengan jelas dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Masalah juga perlu realistis, artinya dapat diteliti dengan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan peneliti, dan ketersediaan data.
6. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah biasanya ditulis dalam bentuk pertanyaan penelitian yang spesifik dan fokus. Dari rumusan masalah inilah tujuan penelitian diturunkan. Bedanya, rumusan masalah berbentuk kalimat tanya, sedangkan tujuan berbentuk kalimat pernyataan. Misalnya, rumusan masalah “Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?” maka tujuan penelitiannya adalah “Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.”
7. Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan dengan data. Misalnya: “Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.” Hipotesis membantu membatasi ruang lingkup penelitian, membuat peneliti lebih fokus, dan memberikan prediksi awal terhadap hasil penelitian. Namun, pada penelitian kualitatif atau deskriptif, hipotesis biasanya tidak digunakan.
8. Judul Penelitian
Judul penelitian sebaiknya dibuat setelah masalah dan rumusannya jelas. Judul yang baik harus singkat, jelas, menggambarkan variabel yang diteliti, tidak terlalu luas atau sempit, serta menarik dan informatif. Misalnya, judul “Pengaruh motivasi belajar dan fasilitas sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri X” lebih baik daripada judul yang terlalu umum seperti “Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kehidupan masyarakat.”
9. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberi manfaat. Dari sisi keilmuan, penelitian bisa memperkaya teori dan pengetahuan. Dari sisi praktis, hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan atau solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.
NPM : 2313031034
Modul ini membahas salah satu tahap terpenting dalam penelitian, yaitu bagaimana menemukan sekaligus merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian menjadi titik awal yang menentukan arah penelitian. Jika peneliti tidak tahu dengan jelas apa yang akan diteliti, maka penelitian akan kehilangan arah. Karena itu ada ungkapan bahwa merumuskan masalah sama pentingnya dengan separuh pekerjaan penelitian.
1. Masalah Penelitian
Masalah penelitian muncul karena adanya perbedaan antara teori atau kondisi ideal dengan kenyataan di lapangan. Contohnya, teori menyebutkan bahwa suatu metode pembelajaran efektif, tetapi hasil belajar siswa tetap rendah. Perbedaan inilah yang bisa dijadikan masalah penelitian. Namun, tidak semua perbedaan layak diteliti. Hanya masalah yang bisa diuji, memiliki jawaban yang bervariasi, dan memberi manfaat nyata yang pantas diangkat menjadi penelitian.
2. Identifikasi Masalah
Sebelum merumuskan masalah, peneliti perlu melakukan identifikasi terlebih dahulu. Caranya dengan menyusun latar belakang yang menjelaskan mengapa masalah itu muncul, apa penyebabnya, dan mengapa penting untuk diteliti. Latar belakang juga harus memperlihatkan kesenjangan antara teori dan praktik serta alasan peneliti tertarik pada topik tersebut. Masalah yang baik umumnya memiliki ciri esensial (penting untuk dijawab), mendesak (butuh solusi segera), dan bermanfaat (memberi nilai tambah bagi ilmu atau masyarakat).
3. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Masalah penelitian bisa dibedakan menjadi tiga. Pertama, masalah deskriptif yang hanya bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena, misalnya “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa SMA?”. Kedua, masalah komparatif yang membandingkan dua kelompok atau lebih, contohnya “Apakah ada perbedaan prestasi antara siswa sekolah negeri dan swasta?”. Ketiga, masalah asosiatif atau korelatif yang mencari hubungan antarvariabel, baik hubungan sejajar, sebab-akibat, maupun hubungan timbal balik.
4. Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, saran penelitian sebelumnya, buku, jurnal, laporan penelitian, hasil diskusi, observasi lapangan, perubahan kurikulum atau kebijakan, fenomena sosial di masyarakat, hingga deduksi dari teori yang sudah ada. Artinya, masalah bisa lahir dari pengalaman praktis maupun kajian teoretis.
5. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
Masalah yang baik untuk diteliti harus mampu memberi kontribusi nyata, baik untuk pengembangan teori maupun praktik. Selain itu, masalah harus orisinal, bukan sekadar menyalin penelitian lain, serta dirumuskan dengan jelas dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Masalah juga perlu realistis, artinya dapat diteliti dengan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan peneliti, dan ketersediaan data.
6. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah biasanya ditulis dalam bentuk pertanyaan penelitian yang spesifik dan fokus. Dari rumusan masalah inilah tujuan penelitian diturunkan. Bedanya, rumusan masalah berbentuk kalimat tanya, sedangkan tujuan berbentuk kalimat pernyataan. Misalnya, rumusan masalah “Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?” maka tujuan penelitiannya adalah “Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.”
7. Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan dengan data. Misalnya: “Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.” Hipotesis membantu membatasi ruang lingkup penelitian, membuat peneliti lebih fokus, dan memberikan prediksi awal terhadap hasil penelitian. Namun, pada penelitian kualitatif atau deskriptif, hipotesis biasanya tidak digunakan.
8. Judul Penelitian
Judul penelitian sebaiknya dibuat setelah masalah dan rumusannya jelas. Judul yang baik harus singkat, jelas, menggambarkan variabel yang diteliti, tidak terlalu luas atau sempit, serta menarik dan informatif. Misalnya, judul “Pengaruh motivasi belajar dan fasilitas sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri X” lebih baik daripada judul yang terlalu umum seperti “Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kehidupan masyarakat.”
9. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberi manfaat. Dari sisi keilmuan, penelitian bisa memperkaya teori dan pengetahuan. Dari sisi praktis, hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan atau solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.
Nama : Dyah Wulan Handayani
NPM : 2313031033
Masalah penelitian adalah langkah awal yang menentukan arah penelitian. Jika masalah tidak jelas, penelitian akan kehilangan tujuan. Bahkan, merumuskan masalah sering dianggap sebagai setengah dari proses penelitian.
1. Masalah Penelitian
Masalah muncul karena ada kesenjangan antara teori (ideal) dengan kenyataan di lapangan. Namun, tidak semua perbedaan bisa jadi masalah penelitian. Hanya masalah yang bisa diuji, memiliki jawaban bervariasi, dan memberi manfaat yang layak diteliti.
2. Identifikasi Masalah
Sebelum membuat rumusan masalah, peneliti perlu menjelaskan latar belakang: apa penyebabnya, mengapa penting diteliti, dan di mana letak kesenjangannya. Masalah yang baik biasanya penting, mendesak, dan bermanfaat.
3. Jenis Masalah Penelitian
Deskriptif: menggambarkan fenomena (contoh: motivasi belajar siswa).
Komparatif: membandingkan kelompok (contoh: prestasi sekolah negeri vs swasta).
Asosiatif/Korelatif: mencari hubungan antarvariabel, bisa sebab-akibat atau interaktif.
4. Sumber Masalah Penelitian
Bisa dari pengalaman, hasil penelitian sebelumnya, literatur, diskusi, observasi, perubahan kebijakan, fenomena sosial, atau teori yang ada.
5. Ciri Masalah yang Baik
Memberi kontribusi nyata.
Asli, bukan tiruan.
Jelas dirumuskan dalam pertanyaan/pernyataan.
Layak diteliti (data, waktu, biaya, dan kemampuan tersedia).
6. Rumusan Masalah & Tujuan
Rumusan masalah berupa pertanyaan, sementara tujuan penelitian ditulis dalam pernyataan. Contoh:
Rumusan masalah: “Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar?”
Tujuan: “Mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar.”
7. Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis adalah jawaban sementara yang akan diuji. Fungsinya untuk membatasi fokus penelitian dan memprediksi hasil. Penelitian kualitatif biasanya tidak memakai hipotesis.
8. Judul Penelitian
Judul dibuat setelah masalah jelas. Harus singkat, jelas, spesifik, dan menggambarkan variabel yang diteliti. Contoh yang baik: “Pengaruh motivasi belajar dan fasilitas sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri X.”
9. Manfaat Penelitian
Penelitian bermanfaat bagi ilmu (menambah teori) dan masyarakat (memberi solusi atau rujukan kebijakan).
NPM : 2313031033
Masalah penelitian adalah langkah awal yang menentukan arah penelitian. Jika masalah tidak jelas, penelitian akan kehilangan tujuan. Bahkan, merumuskan masalah sering dianggap sebagai setengah dari proses penelitian.
1. Masalah Penelitian
Masalah muncul karena ada kesenjangan antara teori (ideal) dengan kenyataan di lapangan. Namun, tidak semua perbedaan bisa jadi masalah penelitian. Hanya masalah yang bisa diuji, memiliki jawaban bervariasi, dan memberi manfaat yang layak diteliti.
2. Identifikasi Masalah
Sebelum membuat rumusan masalah, peneliti perlu menjelaskan latar belakang: apa penyebabnya, mengapa penting diteliti, dan di mana letak kesenjangannya. Masalah yang baik biasanya penting, mendesak, dan bermanfaat.
3. Jenis Masalah Penelitian
Deskriptif: menggambarkan fenomena (contoh: motivasi belajar siswa).
Komparatif: membandingkan kelompok (contoh: prestasi sekolah negeri vs swasta).
Asosiatif/Korelatif: mencari hubungan antarvariabel, bisa sebab-akibat atau interaktif.
4. Sumber Masalah Penelitian
Bisa dari pengalaman, hasil penelitian sebelumnya, literatur, diskusi, observasi, perubahan kebijakan, fenomena sosial, atau teori yang ada.
5. Ciri Masalah yang Baik
Memberi kontribusi nyata.
Asli, bukan tiruan.
Jelas dirumuskan dalam pertanyaan/pernyataan.
Layak diteliti (data, waktu, biaya, dan kemampuan tersedia).
6. Rumusan Masalah & Tujuan
Rumusan masalah berupa pertanyaan, sementara tujuan penelitian ditulis dalam pernyataan. Contoh:
Rumusan masalah: “Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar?”
Tujuan: “Mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar.”
7. Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis adalah jawaban sementara yang akan diuji. Fungsinya untuk membatasi fokus penelitian dan memprediksi hasil. Penelitian kualitatif biasanya tidak memakai hipotesis.
8. Judul Penelitian
Judul dibuat setelah masalah jelas. Harus singkat, jelas, spesifik, dan menggambarkan variabel yang diteliti. Contoh yang baik: “Pengaruh motivasi belajar dan fasilitas sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri X.”
9. Manfaat Penelitian
Penelitian bermanfaat bagi ilmu (menambah teori) dan masyarakat (memberi solusi atau rujukan kebijakan).
Nama: Muhammad Jibril Ramadhan
NPM: 2313031045
Summary Book Chapter The Research Problem
Perumusan masalah penelitian adalah langkah pertama dan terpenting dari proses penelitian. Masalah penelitian seperti fondasi sebuah bangunan yang harus dirancang dengan baik dan kuat. Suatu masalah penelitian dapat dimulai dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang sangat kompleks, tergantung dari sifat tema penelitiannya. Perlu diingat bahwa merumuskan masalah penelitian merupakan langkah yang paling krusial. Sehingga penting untuk merumuskan masalah penelitian, karena masalah penelitian yang lebih jelas berarti hasil dan kemajuan penelitian yang lebih jelas. Ketika memilih masalah penelitian untuk studi, terdapat beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan, yaitu faktor minat, keahlian, ketersediaan data, relevansi, dan etika. Hal ini nantinya akan memudahkan peneliti dalam mengelola permasalahan pada tema yang diambil.
1. Dalam setiap tugas penelitian, perumusan masalah penelitian menjadi bagian terpenting dari proses penelitian. Proses merumuskan masalah penelitian terdiri dari beberapa langkah diantaranya yaitu Identifikasi Area Subjek, dengan melakukan pengidentifikasian akan membantu dalam menemukan topik yang menarik.
2. Definisi dan Identifikasi Masalah dalam hal ini akan memudahkan untuk merancang proses akumulatif jangka panjang.
3. Tinjauan Literatur, dengan melaukan tinjauan literature peneliti dapat mendapatkan referensi dari penelitai lain yang sudah dilakukan sehingga dapat mengungkapkan penyelidikan serupa dan menyarankan pendekatan dalam menangani masalah serupa.
4. Pemilihan Desain Penelitian, Subjek dan Teknik Pengumpulan Data, Desain penelitian sangat penting karena menyediakan struktur keseluruhan untuk prosedur penelitian, data yang dikumpulkan peneliti dan analisis data yang dilakukan peneliti. Perencanaan akan memastikan keberhasilan penelitian peneliti dengan mengidentifikasi sumber daya, prosedur dan data selalu dengan tujuan dari awal.
5. Pengumpulan Data, desain penelitian menyediakan desain penelitian tertentu dan metode pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebelumnya.
6. Pemrosesan dan Analisis Data Biasanya, dalam metodologi penelitian bidang apa pun, data yang dikumpulkan perlu dianalisis dan dihitung untuk memberi kita kesimpulan dan interpretasi tentang masalah tersebut. Jika pertanyaan penelitian melibatkan pendekatan kuantitatif, makan perlu menggunakan metode statistik digunakan untuk menganalisis. Sedangkan untuk pendekatan kualitatif, informasi dikodekan, dibenarkan dan disajikan dengan penalaran yang valid.
7. Implikasi, Kesimpulan dan Rekomendasi, merupakan justifikasi penting yang harus diperhatikan oleh setiap peneliti sebagai bagian dari proses penelitian. Kebaruan karya dan kontribusi pengetahuan baru terlihat di bagian implikasi dan kesimpulan dari keseluruhan penelitian. Rekomendasi biasanya menyoroti beberapa pertanyaan penelitian potensial yang diturunkan pada akhir proses penelitian dan untuk mendorong kelanjutan penelitian baru berdasarkan temuan. Di sini dapat dengan jelas melihat bahwa studi disebut heliks atau siklik. Hal ini karena penelitian menghasilkan lebih banyak penelitian dan seseorang menemukan masalah tambahan yang perlu diselesaikan setelah suatu kesimpulan tercapai.
8. Publikasikan dan Komunikasikan Hasil, Setelah temuan penelitian diperoleh, penting bagi peneliti untuk berkomunikasi dengan rekan peneliti dan praktisi lainnya. Hasil dari penelitian tersebut nantinya akan dipublikasikan dalam jurnal dan prosiding konferensi karena ini merupakan platform bagi pihak yang berkepentingan untuk berkomunikasi dan mendiskusikan temuannya.
Dalam penyusunan masalah penelitian, ketika seorang peneliti menyusun masalah penelitian, akan ada kemungkinan dimana menemukan beberapa sub-masalah, maka terdapat empat karakteristik dalam sub-bab masalah sebagai berikut :
1. Dalam setiap sub-masalah harus menjadi unit yang dapat dilakukan penelitian secara keseluruhan.
2. Setiap sub-masalah harus memiliki kejelasan dengan interpretasi data.
3. Sub-masalah harus dihitung jumlahkan dengan totalitas permasalahan.
4. Sub-soal harus berjumlah kecil.
NPM: 2313031045
Summary Book Chapter The Research Problem
Perumusan masalah penelitian adalah langkah pertama dan terpenting dari proses penelitian. Masalah penelitian seperti fondasi sebuah bangunan yang harus dirancang dengan baik dan kuat. Suatu masalah penelitian dapat dimulai dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang sangat kompleks, tergantung dari sifat tema penelitiannya. Perlu diingat bahwa merumuskan masalah penelitian merupakan langkah yang paling krusial. Sehingga penting untuk merumuskan masalah penelitian, karena masalah penelitian yang lebih jelas berarti hasil dan kemajuan penelitian yang lebih jelas. Ketika memilih masalah penelitian untuk studi, terdapat beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan, yaitu faktor minat, keahlian, ketersediaan data, relevansi, dan etika. Hal ini nantinya akan memudahkan peneliti dalam mengelola permasalahan pada tema yang diambil.
1. Dalam setiap tugas penelitian, perumusan masalah penelitian menjadi bagian terpenting dari proses penelitian. Proses merumuskan masalah penelitian terdiri dari beberapa langkah diantaranya yaitu Identifikasi Area Subjek, dengan melakukan pengidentifikasian akan membantu dalam menemukan topik yang menarik.
2. Definisi dan Identifikasi Masalah dalam hal ini akan memudahkan untuk merancang proses akumulatif jangka panjang.
3. Tinjauan Literatur, dengan melaukan tinjauan literature peneliti dapat mendapatkan referensi dari penelitai lain yang sudah dilakukan sehingga dapat mengungkapkan penyelidikan serupa dan menyarankan pendekatan dalam menangani masalah serupa.
4. Pemilihan Desain Penelitian, Subjek dan Teknik Pengumpulan Data, Desain penelitian sangat penting karena menyediakan struktur keseluruhan untuk prosedur penelitian, data yang dikumpulkan peneliti dan analisis data yang dilakukan peneliti. Perencanaan akan memastikan keberhasilan penelitian peneliti dengan mengidentifikasi sumber daya, prosedur dan data selalu dengan tujuan dari awal.
5. Pengumpulan Data, desain penelitian menyediakan desain penelitian tertentu dan metode pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebelumnya.
6. Pemrosesan dan Analisis Data Biasanya, dalam metodologi penelitian bidang apa pun, data yang dikumpulkan perlu dianalisis dan dihitung untuk memberi kita kesimpulan dan interpretasi tentang masalah tersebut. Jika pertanyaan penelitian melibatkan pendekatan kuantitatif, makan perlu menggunakan metode statistik digunakan untuk menganalisis. Sedangkan untuk pendekatan kualitatif, informasi dikodekan, dibenarkan dan disajikan dengan penalaran yang valid.
7. Implikasi, Kesimpulan dan Rekomendasi, merupakan justifikasi penting yang harus diperhatikan oleh setiap peneliti sebagai bagian dari proses penelitian. Kebaruan karya dan kontribusi pengetahuan baru terlihat di bagian implikasi dan kesimpulan dari keseluruhan penelitian. Rekomendasi biasanya menyoroti beberapa pertanyaan penelitian potensial yang diturunkan pada akhir proses penelitian dan untuk mendorong kelanjutan penelitian baru berdasarkan temuan. Di sini dapat dengan jelas melihat bahwa studi disebut heliks atau siklik. Hal ini karena penelitian menghasilkan lebih banyak penelitian dan seseorang menemukan masalah tambahan yang perlu diselesaikan setelah suatu kesimpulan tercapai.
8. Publikasikan dan Komunikasikan Hasil, Setelah temuan penelitian diperoleh, penting bagi peneliti untuk berkomunikasi dengan rekan peneliti dan praktisi lainnya. Hasil dari penelitian tersebut nantinya akan dipublikasikan dalam jurnal dan prosiding konferensi karena ini merupakan platform bagi pihak yang berkepentingan untuk berkomunikasi dan mendiskusikan temuannya.
Dalam penyusunan masalah penelitian, ketika seorang peneliti menyusun masalah penelitian, akan ada kemungkinan dimana menemukan beberapa sub-masalah, maka terdapat empat karakteristik dalam sub-bab masalah sebagai berikut :
1. Dalam setiap sub-masalah harus menjadi unit yang dapat dilakukan penelitian secara keseluruhan.
2. Setiap sub-masalah harus memiliki kejelasan dengan interpretasi data.
3. Sub-masalah harus dihitung jumlahkan dengan totalitas permasalahan.
4. Sub-soal harus berjumlah kecil.
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 23130131040
Modul ini berisi uraian mengenai konsep, prinsip, dan tahapan penelitian ilmiah yang harus dikuasai mahasiswa, khususnya mereka yang tengah mempersiapkan tugas akhir atau karya ilmiah lainnya. Modul ini disusun untuk memberikan panduan sistematis dalam memahami penelitian sebagai proses ilmiah yang terstruktur, mulai dari perumusan masalah hingga penyusunan laporan. Penelitian secara umum didefinisikan sebagai suatu proses pencarian kebenaran yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan terencana dengan menggunakan metode tertentu. Tujuan penelitian bukan hanya untuk menemukan fakta baru, tetapi juga untuk membuktikan teori, memperbaiki pengetahuan yang sudah ada, serta memberikan solusi atas permasalahan nyata. Karena itulah penelitian dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik pendidikan.
Di dalam modul dijelaskan berbagai fungsi penelitian, baik fungsi teoretis maupun praktis. Fungsi teoretis berkaitan dengan pengembangan pengetahuan dan teori ilmiah, sedangkan fungsi praktis lebih menekankan pada pemecahan masalah nyata di lapangan. Dengan demikian, penelitian tidak hanya bernilai akademis tetapi juga aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Tahapan penelitian dijelaskan secara runtut agar mahasiswa memahami bahwa penelitian adalah proses berkesinambungan. Tahapan utama meliputi:
1. Identifikasi masalah – tahap awal yang berfungsi menemukan dan merumuskan masalah penelitian yang jelas, spesifik, dan layak diteliti. Masalah penelitian harus memenuhi kriteria orisinalitas, relevansi, dan kebermanfaatan.
2. Kajian pustaka – dilakukan dengan cara menelaah teori, hasil penelitian terdahulu, serta referensi ilmiah lainnya yang mendukung topik penelitian. Kajian pustaka membantu menyusun kerangka teoretis dan menemukan celah penelitian.
3. Perumusan hipotesis – pada penelitian kuantitatif, hipotesis diperlukan sebagai jawaban sementara yang akan diuji melalui pengumpulan dan analisis data. Pada penelitian kualitatif, hipotesis tidak selalu digunakan, karena sifatnya lebih eksploratif.
4. Penentuan metode penelitian – peneliti harus memilih apakah menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, atau campuran (mixed methods). Pemilihan metode bergantung pada tujuan penelitian, sifat data, dan rumusan masalah.
5. Penentuan populasi dan sampel – dalam penelitian kuantitatif, sampel harus representatif agar hasilnya dapat digeneralisasi. Teknik sampling bisa berupa probability sampling maupun non-probability sampling.
6. Penyusunan instrumen penelitian – instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data. Instrumen dapat berupa angket, wawancara, observasi, maupun tes. Instrumen yang baik harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
7. Pengumpulan data – dilaksanakan sesuai prosedur yang telah dirancang. Pada penelitian kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi mendalam, wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian kuantitatif, data dikumpulkan dengan tes, kuesioner, atau eksperimen.
8. Analisis data – pada penelitian kuantitatif, analisis dilakukan dengan teknik statistik, baik deskriptif maupun inferensial. Pada penelitian kualitatif, analisis bersifat interpretatif, dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian.
9. Penarikan kesimpulan – tahap terakhir berupa merumuskan temuan penelitian dan menghubungkannya dengan teori yang relevan. Kesimpulan harus menjawab rumusan masalah serta memberikan kontribusi baik teoritis maupun praktis.
Selain menjelaskan tahapan penelitian, modul ini juga membahas berbagai jenis penelitian, antara lain: penelitian deskriptif, eksperimen, korelasional, tindakan kelas, serta penelitian kualitatif seperti studi kasus, etnografi, dan fenomenologi. Setiap jenis penelitian memiliki karakteristik, kelebihan, serta keterbatasan masing-masing. Modul juga menekankan pentingnya etika penelitian. Seorang peneliti harus menjunjung tinggi kejujuran, tidak memanipulasi data, menghargai hak partisipan, serta menyebutkan sumber referensi dengan benar untuk menghindari plagiarisme. Etika penelitian menjadi landasan moral agar hasil penelitian dapat dipercaya dan diakui secara akademik. Lebih lanjut, modul memberikan penekanan pada keterampilan penulisan laporan penelitian. Laporan penelitian umumnya terdiri dari bagian pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Penulisan laporan menuntut keterampilan akademik dalam menyajikan argumen secara logis, sistematis, dan sesuai dengan kaidah bahasa ilmiah. Secara keseluruhan, modul ini menegaskan bahwa penelitian bukan hanya sekadar formalitas untuk menyelesaikan studi, melainkan juga sarana pengembangan diri dan kontribusi nyata dalam dunia akademis maupun masyarakat. Dengan memahami metodologi penelitian, mahasiswa diharapkan mampu berpikir kritis, analitis, serta menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat.
NPM : 23130131040
Modul ini berisi uraian mengenai konsep, prinsip, dan tahapan penelitian ilmiah yang harus dikuasai mahasiswa, khususnya mereka yang tengah mempersiapkan tugas akhir atau karya ilmiah lainnya. Modul ini disusun untuk memberikan panduan sistematis dalam memahami penelitian sebagai proses ilmiah yang terstruktur, mulai dari perumusan masalah hingga penyusunan laporan. Penelitian secara umum didefinisikan sebagai suatu proses pencarian kebenaran yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan terencana dengan menggunakan metode tertentu. Tujuan penelitian bukan hanya untuk menemukan fakta baru, tetapi juga untuk membuktikan teori, memperbaiki pengetahuan yang sudah ada, serta memberikan solusi atas permasalahan nyata. Karena itulah penelitian dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik pendidikan.
Di dalam modul dijelaskan berbagai fungsi penelitian, baik fungsi teoretis maupun praktis. Fungsi teoretis berkaitan dengan pengembangan pengetahuan dan teori ilmiah, sedangkan fungsi praktis lebih menekankan pada pemecahan masalah nyata di lapangan. Dengan demikian, penelitian tidak hanya bernilai akademis tetapi juga aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Tahapan penelitian dijelaskan secara runtut agar mahasiswa memahami bahwa penelitian adalah proses berkesinambungan. Tahapan utama meliputi:
1. Identifikasi masalah – tahap awal yang berfungsi menemukan dan merumuskan masalah penelitian yang jelas, spesifik, dan layak diteliti. Masalah penelitian harus memenuhi kriteria orisinalitas, relevansi, dan kebermanfaatan.
2. Kajian pustaka – dilakukan dengan cara menelaah teori, hasil penelitian terdahulu, serta referensi ilmiah lainnya yang mendukung topik penelitian. Kajian pustaka membantu menyusun kerangka teoretis dan menemukan celah penelitian.
3. Perumusan hipotesis – pada penelitian kuantitatif, hipotesis diperlukan sebagai jawaban sementara yang akan diuji melalui pengumpulan dan analisis data. Pada penelitian kualitatif, hipotesis tidak selalu digunakan, karena sifatnya lebih eksploratif.
4. Penentuan metode penelitian – peneliti harus memilih apakah menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, atau campuran (mixed methods). Pemilihan metode bergantung pada tujuan penelitian, sifat data, dan rumusan masalah.
5. Penentuan populasi dan sampel – dalam penelitian kuantitatif, sampel harus representatif agar hasilnya dapat digeneralisasi. Teknik sampling bisa berupa probability sampling maupun non-probability sampling.
6. Penyusunan instrumen penelitian – instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data. Instrumen dapat berupa angket, wawancara, observasi, maupun tes. Instrumen yang baik harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
7. Pengumpulan data – dilaksanakan sesuai prosedur yang telah dirancang. Pada penelitian kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi mendalam, wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian kuantitatif, data dikumpulkan dengan tes, kuesioner, atau eksperimen.
8. Analisis data – pada penelitian kuantitatif, analisis dilakukan dengan teknik statistik, baik deskriptif maupun inferensial. Pada penelitian kualitatif, analisis bersifat interpretatif, dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian.
9. Penarikan kesimpulan – tahap terakhir berupa merumuskan temuan penelitian dan menghubungkannya dengan teori yang relevan. Kesimpulan harus menjawab rumusan masalah serta memberikan kontribusi baik teoritis maupun praktis.
Selain menjelaskan tahapan penelitian, modul ini juga membahas berbagai jenis penelitian, antara lain: penelitian deskriptif, eksperimen, korelasional, tindakan kelas, serta penelitian kualitatif seperti studi kasus, etnografi, dan fenomenologi. Setiap jenis penelitian memiliki karakteristik, kelebihan, serta keterbatasan masing-masing. Modul juga menekankan pentingnya etika penelitian. Seorang peneliti harus menjunjung tinggi kejujuran, tidak memanipulasi data, menghargai hak partisipan, serta menyebutkan sumber referensi dengan benar untuk menghindari plagiarisme. Etika penelitian menjadi landasan moral agar hasil penelitian dapat dipercaya dan diakui secara akademik. Lebih lanjut, modul memberikan penekanan pada keterampilan penulisan laporan penelitian. Laporan penelitian umumnya terdiri dari bagian pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Penulisan laporan menuntut keterampilan akademik dalam menyajikan argumen secara logis, sistematis, dan sesuai dengan kaidah bahasa ilmiah. Secara keseluruhan, modul ini menegaskan bahwa penelitian bukan hanya sekadar formalitas untuk menyelesaikan studi, melainkan juga sarana pengembangan diri dan kontribusi nyata dalam dunia akademis maupun masyarakat. Dengan memahami metodologi penelitian, mahasiswa diharapkan mampu berpikir kritis, analitis, serta menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat.
Nama : Qonita Nurul Izzah
NPM : 2313031042
Kelas : B
Modul ini membahas secara mendalam mengenai konsep, pentingnya, dan teknik perumusan masalah dalam penelitian. Perumusan masalah merupakan tahap awal yang paling krusial dalam proses penelitian karena menjadi dasar bagi penentuan tujuan, pengajuan hipotesis, analisis data, serta penarikan kesimpulan. Penelitian tidak akan bermakna tanpa rumusan masalah yang jelas dan tajam. Masalah sendiri diartikan sebagai kesenjangan antara harapan (apa yang seharusnya) dengan kenyataan (apa yang terjadi), yang bisa terjadi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun pendidikan.
1. Pentingnya Perumusan Masalah
Perumusan masalah disebut sebagai “setengah dari penelitian”, karena menentukan arah seluruh proses riset. Masalah yang dirumuskan dengan baik akan membantu peneliti mengembangkan kerangka teoritis, mengarahkan pengumpulan data, dan memastikan penelitian memiliki nilai kontribusi akademik maupun praktis. Sebaliknya, rumusan masalah yang kabur akan menyebabkan penelitian kehilangan fokus dan sulit mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Identifikasi Masalah dan Latar Belakang Penelitian
Langkah awal penelitian adalah mengidentifikasi masalah yang relevan dan penting untuk diselesaikan. Masalah dapat dikenali dari adanya penyimpangan antara teori dan praktik, atau antara harapan dan realitas. Tidak semua kesenjangan dapat dijadikan masalah penelitian; hanya kesenjangan yang dapat dipertanyakan dan memiliki jawaban ilmiah yang layak diuji.
Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan kondisi yang melandasi munculnya masalah tersebut. Dalam penulisannya, peneliti harus menguraikan kesenjangan antara teori dan kenyataan, menjelaskan urgensi penelitian, serta menunjukkan relevansi masalah terhadap bidang ilmu dan manfaatnya bagi masyarakat. Masalah yang layak diteliti biasanya bersifat esensial, urgensinya tinggi, dan bermanfaat.
3. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Secara umum, masalah penelitian dibagi menjadi tiga jenis:
1) Deskriptif, yaitu masalah yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena tertentu tanpa membandingkan atau mencari hubungan antarvariabel.
2) Komparatif, yaitu masalah yang meneliti perbedaan antar kelompok, waktu, atau kondisi tertentu.
3) Asosiatif (Korelatif), yaitu masalah yang meneliti hubungan antara dua variabel atau lebih, baik bersifat sejajar, sebab-akibat, maupun timbal balik.
Ketiga jenis masalah ini menjadi dasar dalam menentukan pendekatan dan desain penelitian.
4. Sumber-Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
• Pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari atau pekerjaan.
• Hasil penelitian terdahulu yang menyarankan pengembangan lanjutan.
• Kepustakaan ilmiah seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian.
• Diskusi akademik atau forum ilmiah dengan pakar dan peneliti lain.
• Observasi langsung terhadap fenomena di lapangan.
• Perubahan paradigma atau kebijakan dalam bidang tertentu (misalnya pendidikan).
• Fenomena sosial dan pendidikan yang terjadi di kelas, sekolah, atau masyarakat.
• Deduksi teori, yaitu penurunan logis dari teori-teori yang sudah ada.
5. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
Masalah yang baik memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu:
1) Memberi kontribusi, baik terhadap pengembangan teori maupun praktik.
2) Memiliki orisinalitas, bukan duplikasi dari penelitian lain.
3) Memiliki kejelasan pernyataan masalah, berupa rumusan hubungan antarvariabel yang jelas.
4) Feasible (layak) diteliti, dilihat dari aspek waktu, biaya, kemampuan peneliti, dan ketersediaan data.
6. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah berbeda dari identifikasi masalah. Identifikasi menunjukkan adanya kesenjangan, sedangkan rumusan masalah menyatakan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui proses ilmiah. Rumusan masalah yang baik bersifat spesifik, tajam, dan dapat dijawab dengan data empiris.
Tujuan penelitian, sebaliknya, merupakan bentuk pernyataan dari rumusan masalah dan menjelaskan apa yang ingin dicapai. Tujuan harus dinyatakan secara deklaratif, relevan dengan rumusan masalah, serta menggambarkan upaya untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji pengetahuan.
7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui penelitian empiris. Ia berfungsi sebagai panduan pengumpulan dan analisis data. Tidak semua penelitian membutuhkan hipotesis — penelitian kualitatif atau deskriptif biasanya tidak memerlukannya. Hipotesis yang baik harus dapat diuji, konsisten dengan teori, sederhana, dan menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel.
Terdapat dua jenis hipotesis:
• H₀ (hipotesis nol): menyatakan tidak ada hubungan atau pengaruh.
• H₁ (hipotesis alternatif): menyatakan ada hubungan atau pengaruh.
8. Penetapan dan Kriteria Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan hasil akhir dari proses identifikasi dan perumusan masalah. Judul yang baik mencerminkan variabel yang diteliti, ruang lingkup, dan arah penelitian. Kriteria judul yang ideal antara lain singkat (maksimal ±20 kata), jelas, informatif, tidak terlalu luas maupun sempit, serta menunjukkan relevansi teoritis dan praktis.
Judul yang terlalu luas akan menyebabkan penelitian sulit terfokus, sedangkan yang terlalu sempit tidak menantang secara akademis. Selain itu, judul harus disusun menggunakan bahasa yang lugas, tidak puitis, dan mencerminkan hubungan antarvariabel secara eksplisit.
NPM : 2313031042
Kelas : B
Modul ini membahas secara mendalam mengenai konsep, pentingnya, dan teknik perumusan masalah dalam penelitian. Perumusan masalah merupakan tahap awal yang paling krusial dalam proses penelitian karena menjadi dasar bagi penentuan tujuan, pengajuan hipotesis, analisis data, serta penarikan kesimpulan. Penelitian tidak akan bermakna tanpa rumusan masalah yang jelas dan tajam. Masalah sendiri diartikan sebagai kesenjangan antara harapan (apa yang seharusnya) dengan kenyataan (apa yang terjadi), yang bisa terjadi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun pendidikan.
1. Pentingnya Perumusan Masalah
Perumusan masalah disebut sebagai “setengah dari penelitian”, karena menentukan arah seluruh proses riset. Masalah yang dirumuskan dengan baik akan membantu peneliti mengembangkan kerangka teoritis, mengarahkan pengumpulan data, dan memastikan penelitian memiliki nilai kontribusi akademik maupun praktis. Sebaliknya, rumusan masalah yang kabur akan menyebabkan penelitian kehilangan fokus dan sulit mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Identifikasi Masalah dan Latar Belakang Penelitian
Langkah awal penelitian adalah mengidentifikasi masalah yang relevan dan penting untuk diselesaikan. Masalah dapat dikenali dari adanya penyimpangan antara teori dan praktik, atau antara harapan dan realitas. Tidak semua kesenjangan dapat dijadikan masalah penelitian; hanya kesenjangan yang dapat dipertanyakan dan memiliki jawaban ilmiah yang layak diuji.
Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan kondisi yang melandasi munculnya masalah tersebut. Dalam penulisannya, peneliti harus menguraikan kesenjangan antara teori dan kenyataan, menjelaskan urgensi penelitian, serta menunjukkan relevansi masalah terhadap bidang ilmu dan manfaatnya bagi masyarakat. Masalah yang layak diteliti biasanya bersifat esensial, urgensinya tinggi, dan bermanfaat.
3. Jenis-Jenis Masalah Penelitian
Secara umum, masalah penelitian dibagi menjadi tiga jenis:
1) Deskriptif, yaitu masalah yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena tertentu tanpa membandingkan atau mencari hubungan antarvariabel.
2) Komparatif, yaitu masalah yang meneliti perbedaan antar kelompok, waktu, atau kondisi tertentu.
3) Asosiatif (Korelatif), yaitu masalah yang meneliti hubungan antara dua variabel atau lebih, baik bersifat sejajar, sebab-akibat, maupun timbal balik.
Ketiga jenis masalah ini menjadi dasar dalam menentukan pendekatan dan desain penelitian.
4. Sumber-Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
• Pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari atau pekerjaan.
• Hasil penelitian terdahulu yang menyarankan pengembangan lanjutan.
• Kepustakaan ilmiah seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian.
• Diskusi akademik atau forum ilmiah dengan pakar dan peneliti lain.
• Observasi langsung terhadap fenomena di lapangan.
• Perubahan paradigma atau kebijakan dalam bidang tertentu (misalnya pendidikan).
• Fenomena sosial dan pendidikan yang terjadi di kelas, sekolah, atau masyarakat.
• Deduksi teori, yaitu penurunan logis dari teori-teori yang sudah ada.
5. Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
Masalah yang baik memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu:
1) Memberi kontribusi, baik terhadap pengembangan teori maupun praktik.
2) Memiliki orisinalitas, bukan duplikasi dari penelitian lain.
3) Memiliki kejelasan pernyataan masalah, berupa rumusan hubungan antarvariabel yang jelas.
4) Feasible (layak) diteliti, dilihat dari aspek waktu, biaya, kemampuan peneliti, dan ketersediaan data.
6. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah berbeda dari identifikasi masalah. Identifikasi menunjukkan adanya kesenjangan, sedangkan rumusan masalah menyatakan pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui proses ilmiah. Rumusan masalah yang baik bersifat spesifik, tajam, dan dapat dijawab dengan data empiris.
Tujuan penelitian, sebaliknya, merupakan bentuk pernyataan dari rumusan masalah dan menjelaskan apa yang ingin dicapai. Tujuan harus dinyatakan secara deklaratif, relevan dengan rumusan masalah, serta menggambarkan upaya untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji pengetahuan.
7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui penelitian empiris. Ia berfungsi sebagai panduan pengumpulan dan analisis data. Tidak semua penelitian membutuhkan hipotesis — penelitian kualitatif atau deskriptif biasanya tidak memerlukannya. Hipotesis yang baik harus dapat diuji, konsisten dengan teori, sederhana, dan menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel.
Terdapat dua jenis hipotesis:
• H₀ (hipotesis nol): menyatakan tidak ada hubungan atau pengaruh.
• H₁ (hipotesis alternatif): menyatakan ada hubungan atau pengaruh.
8. Penetapan dan Kriteria Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan hasil akhir dari proses identifikasi dan perumusan masalah. Judul yang baik mencerminkan variabel yang diteliti, ruang lingkup, dan arah penelitian. Kriteria judul yang ideal antara lain singkat (maksimal ±20 kata), jelas, informatif, tidak terlalu luas maupun sempit, serta menunjukkan relevansi teoritis dan praktis.
Judul yang terlalu luas akan menyebabkan penelitian sulit terfokus, sedangkan yang terlalu sempit tidak menantang secara akademis. Selain itu, judul harus disusun menggunakan bahasa yang lugas, tidak puitis, dan mencerminkan hubungan antarvariabel secara eksplisit.
Nama: Nur Ayu Dila
NPM: 2313031055
Masalah penelitian adalah kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kondisi aktual yang terjadi. Kesenjangan ini bisa muncul dalam berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya, maupun teknologi. Perumusan masalah yang jelas akan menjadi pedoman bagi peneliti dalam menyusun tujuan, hipotesis, serta analisis data. Tanpa rumusan yang tepat, penelitian dapat kehilangan arah dan hasilnya tidak bermakna.
Identifikasi dan Latar Belakang Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan mengenali adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan. Tidak semua kesenjangan bisa dijadikan masalah penelitian; hanya yang dapat dijawab dengan data dan memiliki relevansi teoretis serta praktis. Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan kondisi yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan, termasuk alasan pentingnya penelitian dilakukan, manfaatnya, serta urgensi masalah dalam konteks keilmuan maupun sosial.
Sumber-Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
• Pengalaman pribadi di kehidupan atau pekerjaan.
• Hasil penelitian terdahulu yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
• Kepustakaan seperti buku, jurnal, atau laporan ilmiah.
• Forum ilmiah dan diskusi dengan pakar.
• Observasi langsung di lapangan.
• Perubahan paradigma pendidikan atau kebijakan.
• Fenomena sosial dan pendidikan di masyarakat.
• Deduksi dari teori yang ada.
Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
Masalah penelitian dikatakan baik apabila memenuhi beberapa kriteria berikut:
• Memberikan kontribusi nyata, baik dalam pengembangan teori, perbaikan metode, maupun manfaat praktis.
• Orisinal, bukan duplikasi penelitian lain.
• Dinyatakan dengan jelas, menunjukkan hubungan antarvariabel.
• Layak (feasible) untuk diteliti dengan mempertimbangkan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dari penelitian. Jika rumusan masalah berbentuk pertanyaan, maka tujuan dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang relevan dengan rumusan masalah, jelas, tegas, dan menggambarkan hasil yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan penelitian adalah menemukan pengetahuan baru, mengembangkan pengetahuan, serta menguji kebenaran teori yang ada.
Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan masalah merupakan tahap menyusun pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui pengumpulan data. Rumusan masalah harus bersifat spesifik, tajam, dan memuat unsur pertanyaan yang dapat diuji secara ilmiah. Dalam prosesnya, peneliti terlebih dahulu menemukan situasi problematik yang menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan. Setelah itu, peneliti menelusuri berbagai literatur serta data yang relevan untuk memahami konteks permasalahan secara lebih mendalam. Dari hasil kajian tersebut, peneliti kemudian menentukan inti permasalahan utama dan berpengaruh, lalu menyusunnya dalam bentuk kalimat rumusan masalah yang jelas, fokus, dan terarah agar dapat dijawab melalui penelitian yang dilakukan.
Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibagi menjadi tiga jenis:
• Deskriptif: menggambarkan keadaan satu variabel, seperti “Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap layanan sekolah?”
• Komparatif: membandingkan dua kelompok atau lebih, seperti “Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa negeri dan swasta?”
• Asosiatif: meneliti hubungan antarvariabel yang bisa bersifat simetris, kausal (sebab-akibat), atau interaktif (timbal balik), misalnya “Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik?”
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang harus diuji secara empiris. Hipotesis membantu peneliti menentukan data yang perlu dikumpulkan dan bagaimana menganalisisnya. Hipotesis yang baik harus logis, dapat diuji, konsisten dengan teori, dan disusun secara sederhana.
Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan representasi dari fokus utama masalah dan harus mencerminkan variabel, objek, serta desain penelitian. Judul yang baik bersifat spesifik, jelas, informatif, dan menunjukkan signifikansi akademik maupun praktis.
NPM: 2313031055
Masalah penelitian adalah kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kondisi aktual yang terjadi. Kesenjangan ini bisa muncul dalam berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya, maupun teknologi. Perumusan masalah yang jelas akan menjadi pedoman bagi peneliti dalam menyusun tujuan, hipotesis, serta analisis data. Tanpa rumusan yang tepat, penelitian dapat kehilangan arah dan hasilnya tidak bermakna.
Identifikasi dan Latar Belakang Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan mengenali adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan. Tidak semua kesenjangan bisa dijadikan masalah penelitian; hanya yang dapat dijawab dengan data dan memiliki relevansi teoretis serta praktis. Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan kondisi yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan, termasuk alasan pentingnya penelitian dilakukan, manfaatnya, serta urgensi masalah dalam konteks keilmuan maupun sosial.
Sumber-Sumber Masalah Penelitian
Masalah penelitian dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
• Pengalaman pribadi di kehidupan atau pekerjaan.
• Hasil penelitian terdahulu yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
• Kepustakaan seperti buku, jurnal, atau laporan ilmiah.
• Forum ilmiah dan diskusi dengan pakar.
• Observasi langsung di lapangan.
• Perubahan paradigma pendidikan atau kebijakan.
• Fenomena sosial dan pendidikan di masyarakat.
• Deduksi dari teori yang ada.
Ciri-Ciri Masalah Penelitian yang Baik
Masalah penelitian dikatakan baik apabila memenuhi beberapa kriteria berikut:
• Memberikan kontribusi nyata, baik dalam pengembangan teori, perbaikan metode, maupun manfaat praktis.
• Orisinal, bukan duplikasi penelitian lain.
• Dinyatakan dengan jelas, menunjukkan hubungan antarvariabel.
• Layak (feasible) untuk diteliti dengan mempertimbangkan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dari penelitian. Jika rumusan masalah berbentuk pertanyaan, maka tujuan dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang relevan dengan rumusan masalah, jelas, tegas, dan menggambarkan hasil yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan penelitian adalah menemukan pengetahuan baru, mengembangkan pengetahuan, serta menguji kebenaran teori yang ada.
Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan masalah merupakan tahap menyusun pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui pengumpulan data. Rumusan masalah harus bersifat spesifik, tajam, dan memuat unsur pertanyaan yang dapat diuji secara ilmiah. Dalam prosesnya, peneliti terlebih dahulu menemukan situasi problematik yang menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan. Setelah itu, peneliti menelusuri berbagai literatur serta data yang relevan untuk memahami konteks permasalahan secara lebih mendalam. Dari hasil kajian tersebut, peneliti kemudian menentukan inti permasalahan utama dan berpengaruh, lalu menyusunnya dalam bentuk kalimat rumusan masalah yang jelas, fokus, dan terarah agar dapat dijawab melalui penelitian yang dilakukan.
Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibagi menjadi tiga jenis:
• Deskriptif: menggambarkan keadaan satu variabel, seperti “Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap layanan sekolah?”
• Komparatif: membandingkan dua kelompok atau lebih, seperti “Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa negeri dan swasta?”
• Asosiatif: meneliti hubungan antarvariabel yang bisa bersifat simetris, kausal (sebab-akibat), atau interaktif (timbal balik), misalnya “Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik?”
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang harus diuji secara empiris. Hipotesis membantu peneliti menentukan data yang perlu dikumpulkan dan bagaimana menganalisisnya. Hipotesis yang baik harus logis, dapat diuji, konsisten dengan teori, dan disusun secara sederhana.
Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan representasi dari fokus utama masalah dan harus mencerminkan variabel, objek, serta desain penelitian. Judul yang baik bersifat spesifik, jelas, informatif, dan menunjukkan signifikansi akademik maupun praktis.
Nama: Rika Rahayu
NPM: 2313031052
PENTINGNYA PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN SEBAGAI TAHAP AWAL DAN UTAMA DALAM PROSES PENELITIAN.
Masalah penelitian adalah kesenjangan antara harapan (apa yang seharusnya) dengan kenyataan yang terjadi. Kesenjangan tersebut bisa muncul di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. Tanpa adanya rumusan masalah yang jelas, penelitian tidak akan memiliki arah yang pasti dan hasilnya pun tidak bermakna.
Perumusan masalah menjadi dasar dalam menentukan tujuan penelitian, pengajuan hipotesis, metode analisis data, serta kesimpulan penelitian. Dengan demikian, merumuskan masalah dianggap sebagai separuh dari keseluruhan kegiatan penelitian. Masalah penelitian tidak dapat ditetapkan secara sembarangan, melainkan harus memenuhi beberapa kriteria seperti relevan, penting, bermanfaat, dan dapat dijawab dengan pendekatan ilmiah.
Masalah penelitian dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu:
a. Masalah deskriptif
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lain.
b. Masalah komparatif
yaitu penelitian yang membandingkan dua atau lebih kelompok atau fenomena untuk melihat perbedaan dan persamaannya.
c. Masalah asosiatif
yaitu penelitian yang mencari hubungan antara dua atau lebih variabel, yang bisa bersifat simetris (sejajar), kausal (sebab-akibat), atau interaktif (saling memengaruhi).
Sumber masalah penelitian dapat berasal dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian terdahulu, buku teks dan jurnal ilmiah, diskusi atau seminar, hasil observasi lapangan, perubahan paradigma pendidikan, fenomena di masyarakat, maupun deduksi dari teori. Seorang peneliti harus mampu memilih permasalahan yang sesuai dengan kemampuan, waktu, dan biaya yang dimiliki agar penelitian dapat dilakukan secara efektif.
Masalah yang baik memiliki ciri-ciri antara lain:
-memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori atau praktik
-memiliki orisinalitas
-disajikan dalam pernyataan yang jelas
-layak untuk diteliti
Setelah masalah ditetapkan, peneliti perlu menyusun tujuan penelitian, yaitu pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Jika rumusan masalah ditulis dalam bentuk pertanyaan, maka tujuan penelitian ditulis dalam bentuk pernyataan.
Selanjutnya, peneliti dapat membuat hipotesis atau jawaban sementara yang masih perlu dibuktikan melalui penelitian. Hipotesis digunakan dalam penelitian kuantitatif dan berfungsi untuk memperjelas hubungan antarvariabel serta menjadi dasar pengumpulan dan analisis data. Namun, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, seperti penelitian deskriptif dan kualitatif.
Dalam menyusun judul penelitian, peneliti harus memperhatikan agar judul mencerminkan variabel dan objek yang diteliti, tidak terlalu luas atau sempit, dan menggambarkan hubungan antarvariabel. Judul yang baik harus singkat, jelas, menarik, serta tidak menggunakan kata kerja. Judul juga sebaiknya menunjukkan masalah yang aktual dan memiliki nilai teoritis maupun praktis.
Kesimpulannya, perumusan masalah penelitian merupakan langkah terpenting dalam proses penelitian karena menjadi titik awal yang menentukan arah dan keberhasilan penelitian. Rumusan masalah yang jelas, tajam, dan relevan akan memudahkan peneliti dalam menetapkan tujuan, menentukan metode, serta memperoleh hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan kata lain, penelitian yang baik selalu berawal dari perumusan masalah yang tepat.
NPM: 2313031052
PENTINGNYA PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN SEBAGAI TAHAP AWAL DAN UTAMA DALAM PROSES PENELITIAN.
Masalah penelitian adalah kesenjangan antara harapan (apa yang seharusnya) dengan kenyataan yang terjadi. Kesenjangan tersebut bisa muncul di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. Tanpa adanya rumusan masalah yang jelas, penelitian tidak akan memiliki arah yang pasti dan hasilnya pun tidak bermakna.
Perumusan masalah menjadi dasar dalam menentukan tujuan penelitian, pengajuan hipotesis, metode analisis data, serta kesimpulan penelitian. Dengan demikian, merumuskan masalah dianggap sebagai separuh dari keseluruhan kegiatan penelitian. Masalah penelitian tidak dapat ditetapkan secara sembarangan, melainkan harus memenuhi beberapa kriteria seperti relevan, penting, bermanfaat, dan dapat dijawab dengan pendekatan ilmiah.
Masalah penelitian dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu:
a. Masalah deskriptif
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lain.
b. Masalah komparatif
yaitu penelitian yang membandingkan dua atau lebih kelompok atau fenomena untuk melihat perbedaan dan persamaannya.
c. Masalah asosiatif
yaitu penelitian yang mencari hubungan antara dua atau lebih variabel, yang bisa bersifat simetris (sejajar), kausal (sebab-akibat), atau interaktif (saling memengaruhi).
Sumber masalah penelitian dapat berasal dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian terdahulu, buku teks dan jurnal ilmiah, diskusi atau seminar, hasil observasi lapangan, perubahan paradigma pendidikan, fenomena di masyarakat, maupun deduksi dari teori. Seorang peneliti harus mampu memilih permasalahan yang sesuai dengan kemampuan, waktu, dan biaya yang dimiliki agar penelitian dapat dilakukan secara efektif.
Masalah yang baik memiliki ciri-ciri antara lain:
-memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori atau praktik
-memiliki orisinalitas
-disajikan dalam pernyataan yang jelas
-layak untuk diteliti
Setelah masalah ditetapkan, peneliti perlu menyusun tujuan penelitian, yaitu pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Jika rumusan masalah ditulis dalam bentuk pertanyaan, maka tujuan penelitian ditulis dalam bentuk pernyataan.
Selanjutnya, peneliti dapat membuat hipotesis atau jawaban sementara yang masih perlu dibuktikan melalui penelitian. Hipotesis digunakan dalam penelitian kuantitatif dan berfungsi untuk memperjelas hubungan antarvariabel serta menjadi dasar pengumpulan dan analisis data. Namun, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, seperti penelitian deskriptif dan kualitatif.
Dalam menyusun judul penelitian, peneliti harus memperhatikan agar judul mencerminkan variabel dan objek yang diteliti, tidak terlalu luas atau sempit, dan menggambarkan hubungan antarvariabel. Judul yang baik harus singkat, jelas, menarik, serta tidak menggunakan kata kerja. Judul juga sebaiknya menunjukkan masalah yang aktual dan memiliki nilai teoritis maupun praktis.
Kesimpulannya, perumusan masalah penelitian merupakan langkah terpenting dalam proses penelitian karena menjadi titik awal yang menentukan arah dan keberhasilan penelitian. Rumusan masalah yang jelas, tajam, dan relevan akan memudahkan peneliti dalam menetapkan tujuan, menentukan metode, serta memperoleh hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan kata lain, penelitian yang baik selalu berawal dari perumusan masalah yang tepat.
nama : elsa triananda
npm :2313031053
kelas :b
Perumusan Masalah Penelitian
Modul ini membahas secara komprehensif hakikat, proses, serta urgensi perumusan masalah dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah merupakan langkah fundamental yang menentukan arah, fokus, dan keberhasilan sebuah penelitian. Dalam konteks ilmiah, masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan (discrepancy) antara kondisi ideal atau yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kesenjangan tersebut dapat muncul di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, politik, maupun teknologi, dan menjadi dasar bagi peneliti untuk mencari solusi ilmiah melalui proses penelitian.Perumusan masalah yang tepat memiliki kedudukan strategis karena berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan kerangka teori, penentuan hipotesis, metode analisis data, hingga penarikan kesimpulan. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa merumuskan masalah merupakan separuh dari keseluruhan proses penelitian. Penelitian yang tidak diawali dengan perumusan masalah yang jelas akan cenderung kehilangan arah dan tidak menghasilkan temuan yang bermakna.Dalam kegiatan penelitian, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi inti persoalan, menentukan sumber-sumber munculnya masalah, serta memahami karakteristik masalah yang layak diteliti. Identifikasi masalah dilakukan melalui pengenalan kesenjangan antara teori atau hasil penelitian terdahulu dengan realitas empiris di lapangan. Namun, tidak semua kesenjangan dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Sebuah masalah dinilai layak apabila menimbulkan pertanyaan ilmiah yang dapat dijawab melalui pendekatan sistematis dan memiliki potensi memberikan kontribusi teoretis maupun praktis.Latar belakang penelitian berperan penting untuk menjelaskan konteks terjadinya masalah, memaparkan kesenjangan antara teori dan praktik, serta menguraikan urgensi penelitian. Masalah penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Masalah deskriptif bertujuan menggambarkan fenomena atau variabel tertentu. Masalah komparatif membandingkan dua atau lebih variabel atau kelompok, sedangkan masalah asosiatif menelaah hubungan antarvariabel, baik yang bersifat sejajar (simetris), sebab-akibat (kausal), maupun saling memengaruhi (interaktif).
Sumber masalah penelitian dapat berasal dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian sebelumnya, literatur ilmiah, forum akademik, observasi langsung, perubahan paradigma pendidikan, maupun fenomena sosial di masyarakat. Masalah yang baik harus memiliki nilai esensial, bersifat mendesak (urgent) untuk diselesaikan, dan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, masalah yang layak diteliti hendaknya memiliki kontribusi teoretis, orisinalitas tinggi, perumusan yang jelas, serta feasibility dari segi waktu, biaya, dan kemampuan peneliti.Tujuan penelitian merupakan pernyataan deklaratif yang berfungsi menjawab rumusan masalah. Tujuan tersebut harus jelas, realistis, dan selaras dengan karakteristik penelitian, baik untuk menemukan, mengembangkan, maupun menguji kebenaran suatu teori. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai dugaan sementara yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis membantu mempersempit ruang lingkup penelitian, memfokuskan pengumpulan data, serta menghubungkan antara teori dan fakta. Namun, dalam penelitian deskriptif dan kualitatif, hipotesis tidak selalu diperlukan.Judul penelitian disusun berdasarkan hasil perumusan masalah dan harus merefleksikan variabel yang dikaji serta ruang lingkup penelitian. Judul yang baik hendaknya singkat, jelas, informatif, dan tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Penetapan judul harus menggambarkan keterkaitan antarvariabel, memiliki relevansi akademik, serta menyajikan aspek kebaruan dan signifikansi penelitian.
dengan kata lain, modul ini menegaskan bahwa keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan secara jelas, relevan, dan fokus akan menghasilkan penelitian yang berkualitas, memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori, serta mampu memberikan solusi bagi permasalahan nyata di masyarakat.
npm :2313031053
kelas :b
Perumusan Masalah Penelitian
Modul ini membahas secara komprehensif hakikat, proses, serta urgensi perumusan masalah dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah merupakan langkah fundamental yang menentukan arah, fokus, dan keberhasilan sebuah penelitian. Dalam konteks ilmiah, masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan (discrepancy) antara kondisi ideal atau yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kesenjangan tersebut dapat muncul di berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, politik, maupun teknologi, dan menjadi dasar bagi peneliti untuk mencari solusi ilmiah melalui proses penelitian.Perumusan masalah yang tepat memiliki kedudukan strategis karena berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan kerangka teori, penentuan hipotesis, metode analisis data, hingga penarikan kesimpulan. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa merumuskan masalah merupakan separuh dari keseluruhan proses penelitian. Penelitian yang tidak diawali dengan perumusan masalah yang jelas akan cenderung kehilangan arah dan tidak menghasilkan temuan yang bermakna.Dalam kegiatan penelitian, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi inti persoalan, menentukan sumber-sumber munculnya masalah, serta memahami karakteristik masalah yang layak diteliti. Identifikasi masalah dilakukan melalui pengenalan kesenjangan antara teori atau hasil penelitian terdahulu dengan realitas empiris di lapangan. Namun, tidak semua kesenjangan dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Sebuah masalah dinilai layak apabila menimbulkan pertanyaan ilmiah yang dapat dijawab melalui pendekatan sistematis dan memiliki potensi memberikan kontribusi teoretis maupun praktis.Latar belakang penelitian berperan penting untuk menjelaskan konteks terjadinya masalah, memaparkan kesenjangan antara teori dan praktik, serta menguraikan urgensi penelitian. Masalah penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Masalah deskriptif bertujuan menggambarkan fenomena atau variabel tertentu. Masalah komparatif membandingkan dua atau lebih variabel atau kelompok, sedangkan masalah asosiatif menelaah hubungan antarvariabel, baik yang bersifat sejajar (simetris), sebab-akibat (kausal), maupun saling memengaruhi (interaktif).
Sumber masalah penelitian dapat berasal dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian sebelumnya, literatur ilmiah, forum akademik, observasi langsung, perubahan paradigma pendidikan, maupun fenomena sosial di masyarakat. Masalah yang baik harus memiliki nilai esensial, bersifat mendesak (urgent) untuk diselesaikan, dan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, masalah yang layak diteliti hendaknya memiliki kontribusi teoretis, orisinalitas tinggi, perumusan yang jelas, serta feasibility dari segi waktu, biaya, dan kemampuan peneliti.Tujuan penelitian merupakan pernyataan deklaratif yang berfungsi menjawab rumusan masalah. Tujuan tersebut harus jelas, realistis, dan selaras dengan karakteristik penelitian, baik untuk menemukan, mengembangkan, maupun menguji kebenaran suatu teori. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai dugaan sementara yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis membantu mempersempit ruang lingkup penelitian, memfokuskan pengumpulan data, serta menghubungkan antara teori dan fakta. Namun, dalam penelitian deskriptif dan kualitatif, hipotesis tidak selalu diperlukan.Judul penelitian disusun berdasarkan hasil perumusan masalah dan harus merefleksikan variabel yang dikaji serta ruang lingkup penelitian. Judul yang baik hendaknya singkat, jelas, informatif, dan tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Penetapan judul harus menggambarkan keterkaitan antarvariabel, memiliki relevansi akademik, serta menyajikan aspek kebaruan dan signifikansi penelitian.
dengan kata lain, modul ini menegaskan bahwa keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan secara jelas, relevan, dan fokus akan menghasilkan penelitian yang berkualitas, memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori, serta mampu memberikan solusi bagi permasalahan nyata di masyarakat.
Nama : Yogi Rohani
NPM: 2313031031
Modul tersebut menjelaskan secara komprehensif mengenai hakikat, peran, dan langkah-langkah dalam perumusan masalah penelitian. Modul ini menegaskan bahwa proses perumusan masalah merupakan tahap awal yang sangat menentukan arah dan keberhasilan penelitian. Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kenyataan yang ada, yang dapat terjadi pada berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, maupun teknologi.
Rumusan masalah yang baik menjadi fondasi penting dalam menentukan tujuan, membangun kerangka teori, menetapkan hipotesis, hingga menarik kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, kegiatan merumuskan masalah dianggap sebagai “separuh dari proses penelitian itu sendiri”. Dalam konteks akademik, keterampilan ini membantu mahasiswa mempersiapkan diri dalam penyusunan proposal dan penulisan tesis.
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam menemukan topik penelitian. Suatu penelitian hanya layak dilakukan apabila terdapat permasalahan yang jelas dan relevan. Masalah muncul ketika terjadi penyimpangan antara teori atau fakta empiris dengan kenyataan yang sedang dihadapi. Namun, tidak semua kesenjangan dapat dijadikan masalah penelitian; hanya kesenjangan yang memungkinkan untuk dijawab dan memiliki nilai ilmiah yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan konteks terjadinya masalah, menggambarkan kesenjangan antara teori dan praktik, serta memberikan alasan mengapa topik tersebut penting dan menarik untuk diteliti. Dalam memilih masalah, peneliti perlu mempertimbangkan tiga aspek utama, yaitu: (1) esensial atau penting secara ilmiah, (2) urgen untuk segera dipecahkan, dan (3) bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun masyarakat.
Terdapat tiga jenis utama permasalahan penelitian, yaitu:
1. Deskriptif, yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena atau kondisi tertentu.
2. Komparatif, yang membandingkan dua atau lebih fenomena untuk menemukan persamaan dan perbedaan.
3. Asosiatif atau korelatif, yang meneliti hubungan antara dua atau lebih variabel, baik hubungan sejajar maupun sebab-akibat.
Masalah penelitian dapat bersumber dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian sebelumnya, literatur ilmiah, diskusi akademik, observasi lapangan, perubahan paradigma pendidikan, hingga fenomena sosial di masyarakat. Dalam menentukan masalah yang baik, peneliti perlu memperhatikan kontribusi teoritis dan praktis, orisinalitas, kejelasan rumusan, serta kelayakan penelitian dari segi waktu, biaya, dan kemampuan.
Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai. Berbeda dari rumusan masalah yang berbentuk pertanyaan, tujuan penelitian ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif dan harus selaras dengan masalah yang diteliti. Tujuan ini bisa berupa upaya menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Selain itu, pembatasan masalah juga penting agar penelitian tetap fokus dan terarah sesuai dengan kemampuan serta sumber daya peneliti.
Perumusan masalah sendiri berbeda dengan identifikasi masalah. Rumusan masalah disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan yang akan dijawab melalui pengumpulan dan analisis data. Dalam praktiknya, banyak peneliti pemula melakukan kesalahan, seperti rumusan yang terlalu umum, tidak relevan, atau tidak didukung teori yang kuat. Oleh karena itu, rumusan masalah harus spesifik, tajam, dan dapat dijawab secara ilmiah.
Jenis rumusan masalah dibedakan menjadi deskriptif, komparatif, dan asosiatif, masing-masing memiliki contoh dan metode analisis yang berbeda. Peneliti kemudian dapat menyusun judul penelitian berdasarkan rumusan tersebut. Judul yang baik harus singkat, jelas, menarik, mencerminkan variabel penelitian, serta menggambarkan hubungan antarvariabel dan lokasi penelitian.
Modul ini juga menjelaskan peran hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji secara empiris. Hipotesis membantu peneliti memfokuskan kajian, menentukan jenis data, serta memperjelas arah penelitian. Hipotesis yang baik harus dapat diuji, selaras dengan teori, dan disusun secara sederhana. Secara keseluruhan, Modul 1 menekankan bahwa keberhasilan penelitian sangat bergantung pada ketepatan dalam merumuskan masalah. Masalah yang jelas, relevan, dan layak diteliti akan menghasilkan penelitian yang bermanfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun pemecahan persoalan nyata di masyarakat.
NPM: 2313031031
Modul tersebut menjelaskan secara komprehensif mengenai hakikat, peran, dan langkah-langkah dalam perumusan masalah penelitian. Modul ini menegaskan bahwa proses perumusan masalah merupakan tahap awal yang sangat menentukan arah dan keberhasilan penelitian. Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kenyataan yang ada, yang dapat terjadi pada berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, maupun teknologi.
Rumusan masalah yang baik menjadi fondasi penting dalam menentukan tujuan, membangun kerangka teori, menetapkan hipotesis, hingga menarik kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, kegiatan merumuskan masalah dianggap sebagai “separuh dari proses penelitian itu sendiri”. Dalam konteks akademik, keterampilan ini membantu mahasiswa mempersiapkan diri dalam penyusunan proposal dan penulisan tesis.
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam menemukan topik penelitian. Suatu penelitian hanya layak dilakukan apabila terdapat permasalahan yang jelas dan relevan. Masalah muncul ketika terjadi penyimpangan antara teori atau fakta empiris dengan kenyataan yang sedang dihadapi. Namun, tidak semua kesenjangan dapat dijadikan masalah penelitian; hanya kesenjangan yang memungkinkan untuk dijawab dan memiliki nilai ilmiah yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan konteks terjadinya masalah, menggambarkan kesenjangan antara teori dan praktik, serta memberikan alasan mengapa topik tersebut penting dan menarik untuk diteliti. Dalam memilih masalah, peneliti perlu mempertimbangkan tiga aspek utama, yaitu: (1) esensial atau penting secara ilmiah, (2) urgen untuk segera dipecahkan, dan (3) bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun masyarakat.
Terdapat tiga jenis utama permasalahan penelitian, yaitu:
1. Deskriptif, yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena atau kondisi tertentu.
2. Komparatif, yang membandingkan dua atau lebih fenomena untuk menemukan persamaan dan perbedaan.
3. Asosiatif atau korelatif, yang meneliti hubungan antara dua atau lebih variabel, baik hubungan sejajar maupun sebab-akibat.
Masalah penelitian dapat bersumber dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian sebelumnya, literatur ilmiah, diskusi akademik, observasi lapangan, perubahan paradigma pendidikan, hingga fenomena sosial di masyarakat. Dalam menentukan masalah yang baik, peneliti perlu memperhatikan kontribusi teoritis dan praktis, orisinalitas, kejelasan rumusan, serta kelayakan penelitian dari segi waktu, biaya, dan kemampuan.
Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai. Berbeda dari rumusan masalah yang berbentuk pertanyaan, tujuan penelitian ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif dan harus selaras dengan masalah yang diteliti. Tujuan ini bisa berupa upaya menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Selain itu, pembatasan masalah juga penting agar penelitian tetap fokus dan terarah sesuai dengan kemampuan serta sumber daya peneliti.
Perumusan masalah sendiri berbeda dengan identifikasi masalah. Rumusan masalah disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan yang akan dijawab melalui pengumpulan dan analisis data. Dalam praktiknya, banyak peneliti pemula melakukan kesalahan, seperti rumusan yang terlalu umum, tidak relevan, atau tidak didukung teori yang kuat. Oleh karena itu, rumusan masalah harus spesifik, tajam, dan dapat dijawab secara ilmiah.
Jenis rumusan masalah dibedakan menjadi deskriptif, komparatif, dan asosiatif, masing-masing memiliki contoh dan metode analisis yang berbeda. Peneliti kemudian dapat menyusun judul penelitian berdasarkan rumusan tersebut. Judul yang baik harus singkat, jelas, menarik, mencerminkan variabel penelitian, serta menggambarkan hubungan antarvariabel dan lokasi penelitian.
Modul ini juga menjelaskan peran hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji secara empiris. Hipotesis membantu peneliti memfokuskan kajian, menentukan jenis data, serta memperjelas arah penelitian. Hipotesis yang baik harus dapat diuji, selaras dengan teori, dan disusun secara sederhana. Secara keseluruhan, Modul 1 menekankan bahwa keberhasilan penelitian sangat bergantung pada ketepatan dalam merumuskan masalah. Masalah yang jelas, relevan, dan layak diteliti akan menghasilkan penelitian yang bermanfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun pemecahan persoalan nyata di masyarakat.
Nama: Dita Silviana Putri
NPM : 2313031057
No. Absen: 26
NPM : 2313031057
No. Absen: 26
Perumusan Masalah Penelitian
Modul karya Mahdiyah menjelaskan bahwa langkah pertama dan paling penting dalam penelitian adalah menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Tanpa masalah yang jelas, penelitian tidak akan memiliki arah atau makna.
Mahdiyah menegaskan bahwa masalah penelitian yang baik harus orisinal, penting, bermanfaat, dan layak untuk diteliti. Peneliti dapat menemukan masalah dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian terdahulu, buku dan jurnal ilmiah, diskusi akademik, atau fenomena sosial di masyarakat.
Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang spesifik, logis, dan dapat dijawab melalui proses ilmiah. Dari rumusan masalah inilah peneliti dapat menyusun tujuan penelitian, menetapkan hipotesis (jika ada), menentukan metode, serta menarik kesimpulan.
Modul ini juga menekankan pentingnya batasan masalah, agar penelitian tidak melebar ke arah yang tidak relevan. Dengan demikian, perumusan masalah yang tajam menjadi pondasi utama bagi kejelasan arah penelitian. Mahdiyah bahkan menyebut bahwa “merumuskan masalah sama pentingnya dengan separuh dari keseluruhan proses penelitian”.
Modul karya Mahdiyah menjelaskan bahwa langkah pertama dan paling penting dalam penelitian adalah menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Tanpa masalah yang jelas, penelitian tidak akan memiliki arah atau makna.
Mahdiyah menegaskan bahwa masalah penelitian yang baik harus orisinal, penting, bermanfaat, dan layak untuk diteliti. Peneliti dapat menemukan masalah dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian terdahulu, buku dan jurnal ilmiah, diskusi akademik, atau fenomena sosial di masyarakat.
Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang spesifik, logis, dan dapat dijawab melalui proses ilmiah. Dari rumusan masalah inilah peneliti dapat menyusun tujuan penelitian, menetapkan hipotesis (jika ada), menentukan metode, serta menarik kesimpulan.
Modul ini juga menekankan pentingnya batasan masalah, agar penelitian tidak melebar ke arah yang tidak relevan. Dengan demikian, perumusan masalah yang tajam menjadi pondasi utama bagi kejelasan arah penelitian. Mahdiyah bahkan menyebut bahwa “merumuskan masalah sama pentingnya dengan separuh dari keseluruhan proses penelitian”.
Nama : Bagas Muhamad Satria
NPM : 2313031037
Kelas : B 2023
Dalam dunia akademik, penelitian merupakan upaya sistematis untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Namun, penelitian yang baik selalu berawal dari satu hal yang paling mendasar, yaitu perumusan masalah penelitian. Modul ini menjelaskan secara mendalam bagaimana pentingnya tahap ini sebagai pondasi utama sebelum seorang peneliti melangkah ke tahap selanjutnya.
Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan. Kesenjangan tersebut dapat muncul dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, teknologi, dan budaya. Oleh karena itu, tugas utama seorang peneliti adalah mengidentifikasi kesenjangan tersebut untuk dijadikan fokus penelitian. Tanpa rumusan masalah yang jelas, penelitian tidak akan memiliki arah, tujuan, maupun manfaat yang konkret.
Modul ini menegaskan bahwa identifikasi masalah merupakan langkah awal untuk mengenali persoalan yang layak diteliti. Suatu masalah dapat dikatakan layak apabila memenuhi tiga syarat utama: pertama, adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan; kedua, munculnya pertanyaan “mengapa” terhadap kesenjangan tersebut; dan ketiga, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan berbagai kemungkinan. Selain itu, masalah yang diangkat harus bersifat esensial, urgen, dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun praktik di lapangan.
Beragam sumber masalah penelitian dijelaskan dalam modul ini. Sumber-sumber tersebut meliputi pengalaman pribadi, hasil penelitian terdahulu, literatur ilmiah seperti buku dan jurnal, forum diskusi ilmiah, hasil observasi langsung, perubahan paradigma pendidikan, fenomena sosial yang berkembang, hingga deduksi dari teori yang sudah ada. Melalui eksplorasi berbagai sumber, peneliti dapat menemukan masalah yang unik, orisinal, dan relevan untuk dikaji lebih lanjut.
Selanjutnya, modul ini menyoroti ciri-ciri masalah penelitian yang baik. Masalah yang baik harus memiliki kontribusi terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis, bersifat orisinal, memiliki pernyataan masalah yang jelas, serta dapat diteliti secara realistis berdasarkan kemampuan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan sumber daya.
Setelah masalah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah perumusan masalah penelitian. Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang akan dijawab melalui proses penelitian. Perumusan masalah berfungsi sebagai panduan dalam mengembangkan kerangka teori, menentukan tujuan penelitian, merancang hipotesis, serta mengarahkan analisis data. Oleh karena itu, perumusan masalah sering disebut sebagai “separuh dari penelitian”, karena menentukan arah dan keberhasilan dari keseluruhan proses penelitian.
Berdasarkan karakteristiknya, masalah penelitian dibagi menjadi tiga jenis, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Masalah deskriptif berfokus pada penggambaran suatu fenomena atau variabel tanpa membandingkan atau mencari hubungan dengan variabel lain.
Masalah komparatif bertujuan untuk membandingkan dua atau lebih kelompok atau fenomena yang berbeda.
Masalah asosiatif mencari hubungan antara dua atau lebih variabel, yang bisa bersifat simetris (sejajar), kausal (sebab-akibat), atau interaktif (saling memengaruhi).
Ketiga jenis masalah ini menjadi dasar peneliti dalam menentukan jenis penelitian dan cara penulisan rumusan masalahnya.
Selain itu, modul ini membahas tentang hipotesis penelitian, yaitu dugaan sementara terhadap jawaban dari rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan secara empiris. Hipotesis berfungsi sebagai panduan agar penelitian tetap terarah dan efisien. Peneliti harus merumuskan hipotesis berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Meskipun demikian, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, terutama penelitian yang bersifat deskriptif atau kualitatif yang hanya bertujuan menggambarkan fenomena.
Bagian akhir modul menjelaskan tentang penetapan judul penelitian. Judul harus mencerminkan isi, tujuan, serta variabel yang diteliti. Judul penelitian yang baik harus singkat, padat, jelas, informatif, dan menggambarkan hubungan antarvariabel secara logis. Peneliti juga diingatkan agar tidak membuat judul yang terlalu luas, terlalu sempit, atau menggunakan kalimat yang bersifat simbolik. Judul penelitian idealnya maksimal terdiri dari 20 kata, mencerminkan variabel bebas dan terikat, serta menunjukkan lokasi atau konteks penelitian secara spesifik.
Keseluruhan isi modul memberikan pemahaman yang utuh bahwa keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan dalam merumuskan masalah. Seorang peneliti harus mampu melihat fenomena secara kritis, mengaitkan teori dengan kenyataan, serta memilih permasalahan yang signifikan untuk dikaji. Dengan memahami konsep identifikasi masalah, rumusan masalah, hipotesis, dan penentuan judul penelitian, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan metodologis yang kuat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah penelitian bukan hanya sekadar tahap awal dalam penelitian, tetapi merupakan inti dari seluruh proses ilmiah. Ketepatan dalam merumuskan masalah akan menentukan arah penelitian, kedalaman analisis, serta kontribusi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah di masyarakat
NPM : 2313031037
Kelas : B 2023
Dalam dunia akademik, penelitian merupakan upaya sistematis untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Namun, penelitian yang baik selalu berawal dari satu hal yang paling mendasar, yaitu perumusan masalah penelitian. Modul ini menjelaskan secara mendalam bagaimana pentingnya tahap ini sebagai pondasi utama sebelum seorang peneliti melangkah ke tahap selanjutnya.
Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan. Kesenjangan tersebut dapat muncul dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, teknologi, dan budaya. Oleh karena itu, tugas utama seorang peneliti adalah mengidentifikasi kesenjangan tersebut untuk dijadikan fokus penelitian. Tanpa rumusan masalah yang jelas, penelitian tidak akan memiliki arah, tujuan, maupun manfaat yang konkret.
Modul ini menegaskan bahwa identifikasi masalah merupakan langkah awal untuk mengenali persoalan yang layak diteliti. Suatu masalah dapat dikatakan layak apabila memenuhi tiga syarat utama: pertama, adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan; kedua, munculnya pertanyaan “mengapa” terhadap kesenjangan tersebut; dan ketiga, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan berbagai kemungkinan. Selain itu, masalah yang diangkat harus bersifat esensial, urgen, dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun praktik di lapangan.
Beragam sumber masalah penelitian dijelaskan dalam modul ini. Sumber-sumber tersebut meliputi pengalaman pribadi, hasil penelitian terdahulu, literatur ilmiah seperti buku dan jurnal, forum diskusi ilmiah, hasil observasi langsung, perubahan paradigma pendidikan, fenomena sosial yang berkembang, hingga deduksi dari teori yang sudah ada. Melalui eksplorasi berbagai sumber, peneliti dapat menemukan masalah yang unik, orisinal, dan relevan untuk dikaji lebih lanjut.
Selanjutnya, modul ini menyoroti ciri-ciri masalah penelitian yang baik. Masalah yang baik harus memiliki kontribusi terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis, bersifat orisinal, memiliki pernyataan masalah yang jelas, serta dapat diteliti secara realistis berdasarkan kemampuan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan sumber daya.
Setelah masalah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah perumusan masalah penelitian. Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang akan dijawab melalui proses penelitian. Perumusan masalah berfungsi sebagai panduan dalam mengembangkan kerangka teori, menentukan tujuan penelitian, merancang hipotesis, serta mengarahkan analisis data. Oleh karena itu, perumusan masalah sering disebut sebagai “separuh dari penelitian”, karena menentukan arah dan keberhasilan dari keseluruhan proses penelitian.
Berdasarkan karakteristiknya, masalah penelitian dibagi menjadi tiga jenis, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Masalah deskriptif berfokus pada penggambaran suatu fenomena atau variabel tanpa membandingkan atau mencari hubungan dengan variabel lain.
Masalah komparatif bertujuan untuk membandingkan dua atau lebih kelompok atau fenomena yang berbeda.
Masalah asosiatif mencari hubungan antara dua atau lebih variabel, yang bisa bersifat simetris (sejajar), kausal (sebab-akibat), atau interaktif (saling memengaruhi).
Ketiga jenis masalah ini menjadi dasar peneliti dalam menentukan jenis penelitian dan cara penulisan rumusan masalahnya.
Selain itu, modul ini membahas tentang hipotesis penelitian, yaitu dugaan sementara terhadap jawaban dari rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan secara empiris. Hipotesis berfungsi sebagai panduan agar penelitian tetap terarah dan efisien. Peneliti harus merumuskan hipotesis berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Meskipun demikian, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, terutama penelitian yang bersifat deskriptif atau kualitatif yang hanya bertujuan menggambarkan fenomena.
Bagian akhir modul menjelaskan tentang penetapan judul penelitian. Judul harus mencerminkan isi, tujuan, serta variabel yang diteliti. Judul penelitian yang baik harus singkat, padat, jelas, informatif, dan menggambarkan hubungan antarvariabel secara logis. Peneliti juga diingatkan agar tidak membuat judul yang terlalu luas, terlalu sempit, atau menggunakan kalimat yang bersifat simbolik. Judul penelitian idealnya maksimal terdiri dari 20 kata, mencerminkan variabel bebas dan terikat, serta menunjukkan lokasi atau konteks penelitian secara spesifik.
Keseluruhan isi modul memberikan pemahaman yang utuh bahwa keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan dalam merumuskan masalah. Seorang peneliti harus mampu melihat fenomena secara kritis, mengaitkan teori dengan kenyataan, serta memilih permasalahan yang signifikan untuk dikaji. Dengan memahami konsep identifikasi masalah, rumusan masalah, hipotesis, dan penentuan judul penelitian, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan metodologis yang kuat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah penelitian bukan hanya sekadar tahap awal dalam penelitian, tetapi merupakan inti dari seluruh proses ilmiah. Ketepatan dalam merumuskan masalah akan menentukan arah penelitian, kedalaman analisis, serta kontribusi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah di masyarakat
Nama : Irenius Juni Nugroho
NPM : 2313031032
Kelas : 2023 B
1. Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
Masalah dalam penelitian merupakan:
a. Titik awal suatu proses penelitian.
b. Pertanyaan-pertanyaan penting yang ingin dijawab atau dicari penyelesaiannya dalam suatu penelitian.
c. Dirumuskan dari masalah yang sudah diidentifikasi, dipilih dan diberi batasan.
d. Titik acuan untuk penyusunan tujuan, pengajuan hipotesis, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
e. Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan mengenai apa yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan.
Tujuan harus ada hubungannya dengan rumusan masalah dan dinyatakan dengan kalimat deklaratif. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan mengenai apa yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah penelitian menggunakan kalimat ‘pertanyaan’ sedangkan Tujuan penelitian menggunakan kalimat ‘pernyataan’.
Tujuan penelitian yang diharapkan, sesuai dengan Sifat dan Karakteristik penelitian, yaitu:
a. Tujuan harus ada hubungannya dengan rumusan masalah atau secara eksplisit diarahkan untuk menjawab perumusan masalah.
b. Tujuan penelitian dinyatakan dengan kalimat deklaratif.
c. Tujuan penelitian dikemukakan sebagai sesuatu yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Dan Tujuan penelitian harus jelas dan tegas.
2. Perumusan Masalah dan Judul Penelitian
Pengertian Hipotesis: Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah masalah penelitian yang masih harus dibuktikan lagi (melalui penelitian) kebenarannya. Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian & merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis merupakan dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan.
Berbagai permasalahan dalam penelitian sering disebut problema atau problematik, dikelompokkan ke dalam 3 sebagai:
a. Problema Deskriptif: problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Sehingga lahirlah penelitian deskriptif (termasuk survey), penelitian historis, dan filosofis.
b. Problema Komparatif: problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih. Disini peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari persamaan dan perbedaan tersebut.
c. Problema Asosiatif: problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena. Problema korelasi ada dua macam, yaitu korelasi sejajar, dan korelasi sebab akibat. Ketiga jenis permasalahan ini biasanya dijadikan dasar peneliti dalam merumuskan judul penelitian.
Judul Penelitian:
a. Mencerminkan masalah, variabel dan obyek yang diteliti serta desain penelitian yang dipakai.
b. Menggambarkan interaksi antardua variabel atau lebih, baik membedakan (pengaruh) atau menghubungkan (keterkaitan).
Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:
a. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
b. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
c. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, seharusnya studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
d. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
e. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti.
f. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat yang mengesankan sifat ekstrim atau berlebihan.
NPM : 2313031032
Kelas : 2023 B
1. Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
Masalah dalam penelitian merupakan:
a. Titik awal suatu proses penelitian.
b. Pertanyaan-pertanyaan penting yang ingin dijawab atau dicari penyelesaiannya dalam suatu penelitian.
c. Dirumuskan dari masalah yang sudah diidentifikasi, dipilih dan diberi batasan.
d. Titik acuan untuk penyusunan tujuan, pengajuan hipotesis, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
e. Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan mengenai apa yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan.
Tujuan harus ada hubungannya dengan rumusan masalah dan dinyatakan dengan kalimat deklaratif. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan mengenai apa yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah penelitian menggunakan kalimat ‘pertanyaan’ sedangkan Tujuan penelitian menggunakan kalimat ‘pernyataan’.
Tujuan penelitian yang diharapkan, sesuai dengan Sifat dan Karakteristik penelitian, yaitu:
a. Tujuan harus ada hubungannya dengan rumusan masalah atau secara eksplisit diarahkan untuk menjawab perumusan masalah.
b. Tujuan penelitian dinyatakan dengan kalimat deklaratif.
c. Tujuan penelitian dikemukakan sebagai sesuatu yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Dan Tujuan penelitian harus jelas dan tegas.
2. Perumusan Masalah dan Judul Penelitian
Pengertian Hipotesis: Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah masalah penelitian yang masih harus dibuktikan lagi (melalui penelitian) kebenarannya. Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian & merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis merupakan dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan.
Berbagai permasalahan dalam penelitian sering disebut problema atau problematik, dikelompokkan ke dalam 3 sebagai:
a. Problema Deskriptif: problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Sehingga lahirlah penelitian deskriptif (termasuk survey), penelitian historis, dan filosofis.
b. Problema Komparatif: problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih. Disini peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari persamaan dan perbedaan tersebut.
c. Problema Asosiatif: problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena. Problema korelasi ada dua macam, yaitu korelasi sejajar, dan korelasi sebab akibat. Ketiga jenis permasalahan ini biasanya dijadikan dasar peneliti dalam merumuskan judul penelitian.
Judul Penelitian:
a. Mencerminkan masalah, variabel dan obyek yang diteliti serta desain penelitian yang dipakai.
b. Menggambarkan interaksi antardua variabel atau lebih, baik membedakan (pengaruh) atau menghubungkan (keterkaitan).
Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:
a. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
b. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
c. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, seharusnya studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
d. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
e. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti.
f. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat yang mengesankan sifat ekstrim atau berlebihan.
NAMA : ZULFAA SALSABILLAH
NPM : 2313031038