Fenomena technopreneur unicorn dalam IR 4.0 sebenarnya menghadirkan paradoks simbiosis yang tidak seimbang, meskipun mereka terlihat memberdayakan UMKM dengan memberikan "karpet merah" berupa akses pasar dan infrastruktur digital yang demokratis, pada praktiknya platform ini beroperasi sebagai predator seleksi alam melalui mekanisme winner-takes-all. Algoritma yang memicu perang harga (race to the bottom), ketergantungan pada fitur berbayar (pay-to-play), dan dominasi data oleh pemilik platform membuat ekosistem ini cenderung mematikan profitabilitas pelaku usaha tradisional, mengubah mereka menjadi komoditas yang mudah tergantikan, sementara keuntungan sejati terkonsentrasi pada segelintir pemain besar dan sang pemilik platform itu sendiri.