Kiriman dibuat oleh Miftahhudin _2211011154

Nama : Miftahhudin
NPM : 2211011154

1. Ciri-ciri utama pendekatan Klasik.
Pendekatan Klasik lahir dari Revolusi Industri dan melihat organisasi seperti sebuah mesin yang harus dijalankan dengan aturan rasional dan efisien. Ciri-cirinya adalah pembagian kerja yang ketat, struktur hierarkis yang jelas, serta anggapan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang terutama termotivasi oleh uang. Organisasi dianggap entitas rasional yang bisa dirancang dengan prinsip ilmiah universal, sehingga manajer diposisikan sebagai pihak yang paling berwenang untuk mengendalikan pekerjaan, membuat aturan, dan memaksakan efisiensi.

2. Perbedaan dan persamaan Taylor, Fayol, dan Weber.
Taylor fokus pada manajemen ilmiah di tingkat tugas individu, dengan menekankan satu cara terbaik, standardisasi kerja, dan insentif finansial. Fayol lebih menekankan fungsi manajemen secara keseluruhan (planning, organizing, commanding, coordinating, controlling) sehingga perhatiannya ada di level organisasi, bukan sekadar pekerja. Weber menekankan birokrasi sebagai bentuk organisasi yang ideal, dengan aturan formal, hierarki jabatan, serta sistem meritokrasi. Persamaannya, ketiganya sama-sama melihat organisasi sebagai entitas rasional, mengutamakan efisiensi, serta menempatkan manajer sebagai pengendali utama perubahan.

3. Ciri-ciri utama pendekatan Klasik terhadap perubahan organisasi.
Dalam pandangan Klasik, perubahan organisasi harus dikendalikan penuh oleh manajer, bukan oleh pekerja. Manajer dianggap pihak yang memiliki pengetahuan ilmiah untuk menentukan cara kerja paling efisien. Perubahan dilihat bukan sebagai proses negosiasi, melainkan sesuatu yang direncanakan, distandardisasi, lalu dipaksakan kepada pekerja. Dengan begitu, resistensi pekerja dianggap hambatan yang harus diminimalkan lewat kontrol ketat, pembagian kerja, dan pemberian insentif.

4. Perkembangan klasik dan perkembangan organisasi kerja.
Awalnya, organisasi kerja masih coba-coba dan berbasis tradisi seperti sistem putting-out. Namun, setelah Revolusi Industri, berkembanglah sistem pabrik yang menuntut pengendalian lebih besar dari manajer. Dari sinilah muncul kebutuhan teori manajemen yang sistematis, yang kemudian melahirkan pemikiran Taylor, Fayol, dan Weber. Pendekatan Klasik kemudian memengaruhi lahirnya model produksi massal seperti Fordisme. Seiring waktu, meskipun dikritik karena terlalu mekanistik dan mengabaikan aspek manusiawi, warisan Klasik tetap membekas dalam praktik manajemen modern misalnya lewat standar kerja, birokrasi, dan struktur organisasi formal.
Nama : Miftahhudin
NPM : 2211011154

1.Organisasi melakukan perubahan karena perubahan dalam bisnis, teknologi, pasar, dan perilaku konsumen tidak bisa dihindari. Tanpa beradaptasi, organisasi bisa tertinggal dan kehilangan daya saing. Perubahan penting agar tujuan tercapai, efektivitas terjaga, dan organisasi mampu menghadapi tantangan internal maupun eksternal

2.Efektivitas organisasi adalah kemampuan mencapai tujuan secara optimal. Untuk mencapainya, organisasi harus menyesuaikan struktur, proses, budaya, dan kepemimpinan dengan kondisi yang ada. Perubahan menjadi sarana utama agar organisasi tetap efektif menghadapi tantangan

3.Perubahan organisasi terjadi pada level individu, kelompok, dan sistem. Individu terkait sikap dan motivasi, kelompok menyangkut norma dan peran, sedangkan sistem meliputi budaya, struktur, dan teknologi. Setiap level butuh pendekatan berbeda, tetapi saling memengaruhi satu sama lain

4.Resistensi terhadap perubahan tidak selalu negatif, justru bisa menjadi masukan berharga. Penolakan bisa muncul karena perubahan kurang tepat atau tidak adil. Dengan komunikasi jelas, keterlibatan karyawan, dan rasa keadilan, resistensi dapat berkurang sehingga komitmen terhadap perubahan semakin kuat

5.Agen perubahan berperan mendorong dan mengelola perubahan agar berjalan baik. Mereka bisa menjadi pemimpin, fasilitator, atau konsultan. Keterampilan yang dibutuhkan meliputi diagnosis kesiapan organisasi, komunikasi, negosiasi, membangun kepercayaan, serta melibatkan semua pihak. Kreativitas dan kemampuan membangun hubungan membuat agen perubahan jadi penggerak utama transformasi
Nama : Miftahhudin
NPM : 2211011154

1. Kepemimpinan dan kepribadian memiliki keterkaitan yang erat. Teori Sifat Kepemimpinan mempertimbangkan kualitas dan karakteristik pribadi yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Contoh dari sifat ini adalah berwibawa, berani mengambil risiko, jujur, adil. kepribadian juga mempengaruhi kepemimpinan. Sifat adil dan jujur akan menumbuhkan kepercayaan orang-orang yang dipimpin pada pemimpinnya. Pemimpin yang dipercaya dan yang mampu memimpin dengan baik akan lebih mudah memotivasi bawahannya.

2. Tipe kepribadian memiliki keterkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang diadopsi oleh seseorang. Sebagai contoh, seorang pemimpin ekstrovert cenderung energik, mudah beradaptasi, dan suka berinteraksi dengan orang lain. Gaya kepemimpinan ekstrovert seringkali bersifat persuasif, aktif dalam memimpin diskusi, dan mendorong keterlibatan tim. Di sisi lain, seorang pemimpin introvert cenderung lebih tenang, suka berpikir mendalam, dan memiliki refleksi yang kuat. Meskipun introvert, mereka mungkin memimpin dengan penuh perencanaan dan kebijaksanaan, lebih cenderung mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anggota tim sebelum membuat keputusan. Ada pun tipe kepribadian lainnya seperti tipe pemikir dan intuitif, penilai ataupun penganut. Kepribadian membentuk gaya kepemimpinan seseorang, dan memahami tipe kepribadian dapat membantu seseorang mengembangkan pendekatan kepemimpinan yang sesuai dengan kekuatan dan karakteristik pribadinya.

3. kecerdasan dalam kepemimpinan melibatkan pengamatan terhadap berbagai aspek kognitif dan emosional. Seorang pemimpin cerdas mampu memahami kompleksitas situasi dan memiliki kemampuan analisis yang tajam. Mereka dapat merencanakan langkah-langkah yang bijak untuk mengatasi tantangan serta mengambil keputusan tepat waktu. Kecerdasan dalam kepemimpinan juga tercermin dalam kemampuan beradaptasi dengan perubahan, mengelola konflik, dan membangun komunikasi yang efektif. Seorang pemimpin cerdas menggabungkan pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan memotivasi tim mencapai tujuan bersama.

4. Seorang pemimpin yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi dapat mengelola emosinya dengan bijak dan memahami emosi anggota tim. Mampu membaca dan menanggapi emosi dengan tepat memungkinkan pemimpin untuk membimbing timnya melalui tantangan dengan kebijaksanaan dan empati. Mereka dapat membantu mengatasi konflik, membangun kepercayaan, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Dalam momen sulit, pemimpin yang cerdas secara emosional dapat memberikan dukungan dan memotivasi tim untuk tetap fokus dan produktif. Hal ini memungkinkan adanya hubungan yang kuat antara pemimpin dan anggota tim, menciptakan ikatan yang memotivasi dan meningkatkan kinerja secara kolektif.

Manajemen A MKU PKN Genap 2023 -> PRETEST

oleh Miftahhudin _2211011154 -
Nama : Miftahhudin
NPM : 2211011154
Kelas : A

1. Saya setuju dengan apa yang di lakukan bu risma, karena anak anak belum sepantasnya untuk ikut melakukan demonstrasi, akan bahaya untuk anak apalagi anak yang di bawah umur, mereka juga pasti nya banyak yang belum paham mengenai demo tersebut dan apa yang di bahas dan di tentang pada demo tersebut dan bisa di pasti kan anak tersebut hanyak ikut ikut saja. Hal positif yang di ambil anak anak harus lebih diawasi oleh orang tua dan para guru serta anak anak sebaiknya lebih memfokuskan dirinya pada hal hal yang positif dan mengimplementasikan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari

2. Saya pikir kita harus memilih kata-kata yang sopan dan ramah dan tidak membuat keributan dari orang lain. Kita juga perlu mendengarkan apa yang dikatakan orang, tidak menyela pembicaraan dan menghargai pendapat mereka.

3. Menurut pendapat saya, tugas pokok seseorang adalah tugas dasar yang khas bagi setiap individu, yang dengannya kita dapat saling menghormati dan dengan demikian menciptakan suasana yang harmonis antara orang-orang yang berbeda agama, suku dan bangsa.
Tidak, karena hak dan kewajiban adalah dua hal yang selalu berdampingan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hak asasi manusia yang merupakan hak dasar setiap manusia dapat dicapai dengan memenuhi tanggung jawab pribadi.