Npm: 2213054061
1) 1. Pendekatan Konseling Realistas
Dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1962. Terapi
Realitas muncul Ketika ketidakpuasan Glasser terhadap psikiatri
psikoanalitik yang berfokus pada masa lalu. Terapi realitas adalah system
yang difokuslan pada tingkah laku sekarang. Menurut Glasser ketika
identtas sukses. tepat.
2. Pendekatan Naratif Konseling
Terapi dikembangkan oleh Michael White dan David Epson pada
tahun 1990, Terapi naratif mempunyai pandangan konstruktionist sosial,
naratif, postmodern yang menyoroti bagaimana kekuatan, pengetahuan
dalam keluarga dan kebenaran serta sosial lainya
3. Pendekatan SFBC/SFBT
Dikembangkan oleh Steve deShazer didukung oleh Insoo kim Berg.
Pendekatan ini merupakan terapi singkat yang berfokus solusi. Prinsip dasar
dari terapi smgkat berfokus solusi sebagai berikut: Manusia pada dasarnya
sehat, memiliki kekuatan atau kelebihan. Insoo Kim Berg dan Steve de
Shazer mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan tersebut aktif dalam
membantu klien/manusia menangani situasi mereka
4. Pendekatan Feminst
Adalah terapi konseling yang berfokus pada isu gender dan kekuatan
(power) sebagai inti dari proses terapi
2.Teknik–teknik dalam pelaksanaan berbagai pendekatan
▪︎ Mengajar, menyampaikan suatu ilmu kepada seseorang dengan tujuan menguasai pengetahuan.
▪︎ Pemberian informasi, adanya interaksi pemberian suatu pengetahuan
▪︎ Bermai peran, metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung untuk memerankan suatu cerita pada kehidupan nyata
▪︎ Melatih, pelatihan peserta didik dan membimbing
3. Muro & Kottman (1995:50-53) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling perkembangan adalah program bimbingan dan konseling yang mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Bimbingan dan konseling diperlukanoleh seluruh siswa.Layanan bimbingan dan konseling diperlukan oleh seluruh siswa, termasukdi dalamnya siswa yang mengalami kesulitan. Seluruh siswa ingin memperoleh pemahaman diri, meningkatkantanggung jawab terhadap kontrol diri,memiliki kematangan dalam memahami lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap siswa memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah, dan memiliki kematangan dalam memahami nilai-nilai. Semua siswa memerlukan rasadisayangi dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan/kelemahan pada dirinya.
2. Bimbingan dan konseling perkembangan memilikifokuspada kegiatan belajar siswa.Sekolah saat ini memerlukan tenagaspesialis. Spesialis untuk membantu siswa membaca, memainkan instrumen musik, dan membantu pertumbuhan fisik. Guru Pembimbing atauKonselor dipandang sebagai spesialisdalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam mempelajari dan memahami dunia diri siswa.
3. Guru Pembimbing atau Konselor jugasebagaiperancang dan pengembangkurikulum dalam pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kurikulum yang dikembangkan oleh Konselor menitik beratkan pada embelajaran manusia dan pemanusiaan peserta didik.Secara operasional, konselor merupakan anggota tim dari suatu tim yang terdiri atas orang tua, guru, konselor,
4. Kurikulum yang diorganisasikan dandirencanakan, merupakan bagian penting dalam bimbingan dan konselingperkembangan.
5. Program bimbingan dan konseling perkembangan peduli pada penerimaandiri, pemahaman diri, dan peningkatan diri.
4. lingkungan perkembangan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Unsur peluang.
Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan anak didik mempelajari perilaku-perilaku baru. Guru atau pembimbing perlu merencanakan berbagai topik yang sesuai dengan permasalahan, kemampuan dan karakteristik anak didik.
2. Unsur pendukung.
Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi yang dapat menumbuhkan kemampuan anak untuk mempelajari perilaku baru baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Unsur pendukung ini berkaitan dengan upaya guru dalam pengembangan : (a) relasi/kerjasama yang bisa menyentuh anak dan memungkinkan anak didik mengembangkan kemampuannya, dan (b) keterlibatan seluruh anak didik di dalam proses interaksi.
3. Unsur penghargaan.
Esensi unsur ini terletak pada penilaian dan pemberian balikan yang dapat memperkuat pembentukan perilaku baru. Penilaian dan balikan ini perlu dilakukan sepanjang proses bimbingan berlangsung; diagnosis dilakukan untuk mengidentifikasikan kesulitan yang dihadapi, dan perbaikan serta penguatan
(reinforcement) dilakukan untuk membentuk pola-pola perilaku baru