Nama : Qori Atsaravin Husein
Npm : 2211011070
1. Bagaimana ciri-ciri utama pendekatan Klasik ?
= 1) Organisasi dipandang sebagai entitas rasional (rational system).
Organisasi dianggap seperti mesin yang bekerja secara logis serta tujuan jelas, struktur dan tugas dirancang untuk mencapai efisiensi.
2) Desain organisasi sebagai ilmu,
penekanan pada aturan, prinsip, dan standar. Manajemen dicari dan dirumuskan lewat pendekatan ilmiah.
3) Fokus pada efisiensi dan produktivitas (scientific management).
Analisis kerja sistematis untuk menghilangkan gerakan/aktivitas yang tidak perlu dan menetapkan cara kerja paling efisien.
4) Spesialisasi dan pembagian kerja (division of labor).
Pekerjaan dipecah jadi tugas-tugas sederhana agar pekerja cepat mahir dan produktivitas meningkat.
5) Hierarki, otoritas formal, dan aturan impersonal (birokrasi Weber).
Struktur jabatan jelas, wewenang berdasarkan aturan, ketundukan pada aturan impersonal, dan jalur komando yang teratur.
6) Manusia dipandang terutama sebagai makhluk ekonomi (economic man).
Motivasi pekerja diasumsikan dipengaruhi terutama oleh insentif materi/financial; kontrol dan pengawasan dianggap perlu karena anggapan pekerja cenderung menghemat usaha.
7) Pengendalian sentralisasi dan penghilangan kebijaksanaan subjektif pekerja.
Keputusan dan perencanaan lebih banyak dipegang manajemen; karyawan mengikuti prosedur standar, kebebasan kerja dikurangi.
8) Metafora mesin & pendekatan mekanistik.
Organisasi digambarkan sebagai mesin ,bagiannya (orang) bereaksi terhadap stimulus dan aturan, berorientasi pada stabilitas, rutin, dan prediktabilitas.
2. Apa perbedaan dan persamaan antara karya Taylor,Fayol dan Weber ?
= - Persamaan utama
1) Berbasis pendekatan rasional-ilmiah: ketiganya memandang organisasi dapat dianalisis secara sistematis dan prinsip/praktik manajemen dapat dirumuskan.
2) Fokus pada efisiensi dan tata kelola: semua berusaha meningkatkan efektivitas organisasi. Taylor lewat efisiensi kerja, Fayol lewat fungsi manajemen dan prinsip-prinsip, Weber lewat aturan birokratis.
3) Peran manajer penting: ketiganya menempatkan manajemen (perencanaan, pengendalian, wewenang) sebagai pusat dalam mencapai tujuan organisasi.
Perbedaan Tiap tokoh :
- Frederick W. Taylor (Manajemen Ilmiah)
1) Objek fokus: pekerjaan individu/operasional . studi waktu & gerak untuk menemukan “cara terbaik” melakukan tugas.
2) Pendekatan: eksperimen lapangan dan standardisasi prosedur kerja; meminimalkan kebijaksanaan pekerja (work simplification, standard time).
3) Asumsi tentang manusia: “economic man” . pekerja dimotivasi terutama oleh imbalan materi; karenanya kontrol dan insentif penting.
- Henri Fayol (Prinsip-Prinsip Manajemen)
Objek fokus:
1) Pendekatan: normatif/konseptual . menyusun prinsip yang bersifat universal untuk manajer (bukan studi gerak kerja seperti Taylor).
2) Asumsi tentang manusia: lebih melihat kebutuhan organisasi secara sistemik; bukan fokus psikologi pekerja tetapi menekankan struktur & profesionalisme manajemen.
- Max Weber (Teori Birokrasi / Otoritas)
1) Objek fokus: struktur otoritas dan bentuk organisasi formal . birokrasi sebagai bentuk organisasi rasional-legal.
2) Pendekatan: teori sosiologis/struktur . menjelaskan tipe otoritas (rasional-legal, tradisional, karismatik) dan ciri birokrasi: aturan tertulis, hirarki jelas, pemisahan jabatan, seleksi berdasarkan kompetensi.
3)Asumsi tentang manusia: kepatuhan terhadap aturan/posisi (ketaatan impersonal pada sistem hukum/aturan) lebih menentukan legitimasi otoritas.
3. Jelaskan ciri-ciri utama pendekatan Klasik terhadap perubahan organisasi !
= 1) Organisasi dipandang sebagai entitas rasional (rational system). Perubahan dilihat sebagai masalah teknis/rasional yang dapat dirancang dan dikendalikan lewat aturan dan perencanaan.
2) Desain organisasi dianggap sebagai “ilmu” perubahan dirumuskan secara sistematis. Manajer/ahli merancang solusi berdasarkan prinsip, standar, studi (mis. studi gerak & waktu) untuk mencapai cara kerja “terbaik”.
3) Fokus utama pada efisiensi, produktivitas, dan pengendalian biaya. Perubahan diorientasikan untuk meningkatkan output dan menekan biaya tenaga kerja melalui standarisasi dan pemisahan tugas.
4) Pendekatan mekanistik / metafora “mesin”. Organisasi digambarkan seperti mesin; orang di dalamnya diperlakukan sebagai bagian yang harus merespon prosedur dan instruksi.
5) Sentralisasi wewenang dan aturan formal (birokrasi). Perubahan dikeluarkan/diimplementasikan melalui hirarki dan aturan tertulis; legitimasi bergantung pada otoritas rasional-legal.
6) Standarisasi kerja dan penghapusan “kebijaksanaan” pekerja. Prosedur, waktu, dan metode kerja ditetapkan secara baku , peran pekerja bersifat mengikuti standar, bukan berinovasi sendiri.
7) Asumsi tentang manusia: “economic man”. Manajer klasik menganggap pekerja terutama termotivasi oleh imbalan materi, sehingga insentif dan pengawasan menjadi alat perubahan.
8) Perubahan sebagai top-down dan teknis; minim perhatian pada aspek sosial-psikologis. Implikasi budaya, resistensi, dan kebutuhan emosional pekerja sering diabaikan, sehingga muncul reaksi penolakan atau konflik.
9) Perubahan terdiseminasi melalui praktik manajerial dan teknologi (industrialization). Inovasi teknologi dan desain pabrik menyebar dengan cepat, digerakkan oleh pengusaha, insinyur, dan manajer yang menerapkan prinsip klasik.
4. Bagaimana perkembangan klasik dan perkembangan organisasi kerja
= Perkembangan pendekatan Klasik bermula dari kebutuhan efisiensi besar-besaran pada masa Revolusi Industri, di mana organisasi dipandang sebagai masalah teknis yang bisa dipecahkan secara rasional. Tokoh-tokoh kunci seperti Frederick W. Taylor mengembangkan manajemen ilmiah dengan studi waktu dan gerak untuk menemukan “cara terbaik” melakukan tugas, Henri Fayol merumuskan fungsi dan prinsip manajemen untuk mengelola organisasi secara keseluruhan, dan Max Weber menegaskan pentingnya birokrasi—aturan tertulis, hirarki, dan seleksi berdasarkan kompetensi—sebagai bentuk organisasi yang rasional-legal.
Pendekatan ini menyebar luas dalam praktik manajerial karena menawarkan standar, kontrol, dan peningkatan produktivitas, namun mendapat kritik karena cenderung mengabaikan aspek sosial-psikologis pekerja dan memandang manusia terutama sebagai “economic man”.
Perkembangan organisasi kerja bergerak dari sistem kerajinan yang fleksibel (di mana pekerja terampil menangani keseluruhan produk) menuju sistem pabrik dengan pembagian kerja dan spesialisasi, yang kemudian dipertegas oleh Taylorisme dan model produksi massal ala Ford dengan assembly line—menghasilkan output tinggi tetapi pekerjaan menjadi sangat terfragmentasi dan monoton.
Kritik terhadap pendekatan teknis ini melahirkan aliran Human Relations dan pendekatan sosio-teknis yang menekankan motivasi, hubungan sosial, dan kesejahteraan pekerja; pada akhirnya praktik kontemporer menggabungkan standar dan kontrol dengan perbaikan berkelanjutan (lean/kaizen),
fleksibilitas kerja berbasis pengetahuan, serta model kerja baru seperti pekerjaan proyek, remote work, dan ekonomi platform. Perubahan-perubahan ini menggambarkan pergeseran dari kontrol mekanistik menuju desain kerja yang lebih manusiawi dan adaptif.
Npm : 2211011070
1. Bagaimana ciri-ciri utama pendekatan Klasik ?
= 1) Organisasi dipandang sebagai entitas rasional (rational system).
Organisasi dianggap seperti mesin yang bekerja secara logis serta tujuan jelas, struktur dan tugas dirancang untuk mencapai efisiensi.
2) Desain organisasi sebagai ilmu,
penekanan pada aturan, prinsip, dan standar. Manajemen dicari dan dirumuskan lewat pendekatan ilmiah.
3) Fokus pada efisiensi dan produktivitas (scientific management).
Analisis kerja sistematis untuk menghilangkan gerakan/aktivitas yang tidak perlu dan menetapkan cara kerja paling efisien.
4) Spesialisasi dan pembagian kerja (division of labor).
Pekerjaan dipecah jadi tugas-tugas sederhana agar pekerja cepat mahir dan produktivitas meningkat.
5) Hierarki, otoritas formal, dan aturan impersonal (birokrasi Weber).
Struktur jabatan jelas, wewenang berdasarkan aturan, ketundukan pada aturan impersonal, dan jalur komando yang teratur.
6) Manusia dipandang terutama sebagai makhluk ekonomi (economic man).
Motivasi pekerja diasumsikan dipengaruhi terutama oleh insentif materi/financial; kontrol dan pengawasan dianggap perlu karena anggapan pekerja cenderung menghemat usaha.
7) Pengendalian sentralisasi dan penghilangan kebijaksanaan subjektif pekerja.
Keputusan dan perencanaan lebih banyak dipegang manajemen; karyawan mengikuti prosedur standar, kebebasan kerja dikurangi.
8) Metafora mesin & pendekatan mekanistik.
Organisasi digambarkan sebagai mesin ,bagiannya (orang) bereaksi terhadap stimulus dan aturan, berorientasi pada stabilitas, rutin, dan prediktabilitas.
2. Apa perbedaan dan persamaan antara karya Taylor,Fayol dan Weber ?
= - Persamaan utama
1) Berbasis pendekatan rasional-ilmiah: ketiganya memandang organisasi dapat dianalisis secara sistematis dan prinsip/praktik manajemen dapat dirumuskan.
2) Fokus pada efisiensi dan tata kelola: semua berusaha meningkatkan efektivitas organisasi. Taylor lewat efisiensi kerja, Fayol lewat fungsi manajemen dan prinsip-prinsip, Weber lewat aturan birokratis.
3) Peran manajer penting: ketiganya menempatkan manajemen (perencanaan, pengendalian, wewenang) sebagai pusat dalam mencapai tujuan organisasi.
Perbedaan Tiap tokoh :
- Frederick W. Taylor (Manajemen Ilmiah)
1) Objek fokus: pekerjaan individu/operasional . studi waktu & gerak untuk menemukan “cara terbaik” melakukan tugas.
2) Pendekatan: eksperimen lapangan dan standardisasi prosedur kerja; meminimalkan kebijaksanaan pekerja (work simplification, standard time).
3) Asumsi tentang manusia: “economic man” . pekerja dimotivasi terutama oleh imbalan materi; karenanya kontrol dan insentif penting.
- Henri Fayol (Prinsip-Prinsip Manajemen)
Objek fokus:
1) Pendekatan: normatif/konseptual . menyusun prinsip yang bersifat universal untuk manajer (bukan studi gerak kerja seperti Taylor).
2) Asumsi tentang manusia: lebih melihat kebutuhan organisasi secara sistemik; bukan fokus psikologi pekerja tetapi menekankan struktur & profesionalisme manajemen.
- Max Weber (Teori Birokrasi / Otoritas)
1) Objek fokus: struktur otoritas dan bentuk organisasi formal . birokrasi sebagai bentuk organisasi rasional-legal.
2) Pendekatan: teori sosiologis/struktur . menjelaskan tipe otoritas (rasional-legal, tradisional, karismatik) dan ciri birokrasi: aturan tertulis, hirarki jelas, pemisahan jabatan, seleksi berdasarkan kompetensi.
3)Asumsi tentang manusia: kepatuhan terhadap aturan/posisi (ketaatan impersonal pada sistem hukum/aturan) lebih menentukan legitimasi otoritas.
3. Jelaskan ciri-ciri utama pendekatan Klasik terhadap perubahan organisasi !
= 1) Organisasi dipandang sebagai entitas rasional (rational system). Perubahan dilihat sebagai masalah teknis/rasional yang dapat dirancang dan dikendalikan lewat aturan dan perencanaan.
2) Desain organisasi dianggap sebagai “ilmu” perubahan dirumuskan secara sistematis. Manajer/ahli merancang solusi berdasarkan prinsip, standar, studi (mis. studi gerak & waktu) untuk mencapai cara kerja “terbaik”.
3) Fokus utama pada efisiensi, produktivitas, dan pengendalian biaya. Perubahan diorientasikan untuk meningkatkan output dan menekan biaya tenaga kerja melalui standarisasi dan pemisahan tugas.
4) Pendekatan mekanistik / metafora “mesin”. Organisasi digambarkan seperti mesin; orang di dalamnya diperlakukan sebagai bagian yang harus merespon prosedur dan instruksi.
5) Sentralisasi wewenang dan aturan formal (birokrasi). Perubahan dikeluarkan/diimplementasikan melalui hirarki dan aturan tertulis; legitimasi bergantung pada otoritas rasional-legal.
6) Standarisasi kerja dan penghapusan “kebijaksanaan” pekerja. Prosedur, waktu, dan metode kerja ditetapkan secara baku , peran pekerja bersifat mengikuti standar, bukan berinovasi sendiri.
7) Asumsi tentang manusia: “economic man”. Manajer klasik menganggap pekerja terutama termotivasi oleh imbalan materi, sehingga insentif dan pengawasan menjadi alat perubahan.
8) Perubahan sebagai top-down dan teknis; minim perhatian pada aspek sosial-psikologis. Implikasi budaya, resistensi, dan kebutuhan emosional pekerja sering diabaikan, sehingga muncul reaksi penolakan atau konflik.
9) Perubahan terdiseminasi melalui praktik manajerial dan teknologi (industrialization). Inovasi teknologi dan desain pabrik menyebar dengan cepat, digerakkan oleh pengusaha, insinyur, dan manajer yang menerapkan prinsip klasik.
4. Bagaimana perkembangan klasik dan perkembangan organisasi kerja
= Perkembangan pendekatan Klasik bermula dari kebutuhan efisiensi besar-besaran pada masa Revolusi Industri, di mana organisasi dipandang sebagai masalah teknis yang bisa dipecahkan secara rasional. Tokoh-tokoh kunci seperti Frederick W. Taylor mengembangkan manajemen ilmiah dengan studi waktu dan gerak untuk menemukan “cara terbaik” melakukan tugas, Henri Fayol merumuskan fungsi dan prinsip manajemen untuk mengelola organisasi secara keseluruhan, dan Max Weber menegaskan pentingnya birokrasi—aturan tertulis, hirarki, dan seleksi berdasarkan kompetensi—sebagai bentuk organisasi yang rasional-legal.
Pendekatan ini menyebar luas dalam praktik manajerial karena menawarkan standar, kontrol, dan peningkatan produktivitas, namun mendapat kritik karena cenderung mengabaikan aspek sosial-psikologis pekerja dan memandang manusia terutama sebagai “economic man”.
Perkembangan organisasi kerja bergerak dari sistem kerajinan yang fleksibel (di mana pekerja terampil menangani keseluruhan produk) menuju sistem pabrik dengan pembagian kerja dan spesialisasi, yang kemudian dipertegas oleh Taylorisme dan model produksi massal ala Ford dengan assembly line—menghasilkan output tinggi tetapi pekerjaan menjadi sangat terfragmentasi dan monoton.
Kritik terhadap pendekatan teknis ini melahirkan aliran Human Relations dan pendekatan sosio-teknis yang menekankan motivasi, hubungan sosial, dan kesejahteraan pekerja; pada akhirnya praktik kontemporer menggabungkan standar dan kontrol dengan perbaikan berkelanjutan (lean/kaizen),
fleksibilitas kerja berbasis pengetahuan, serta model kerja baru seperti pekerjaan proyek, remote work, dan ekonomi platform. Perubahan-perubahan ini menggambarkan pergeseran dari kontrol mekanistik menuju desain kerja yang lebih manusiawi dan adaptif.