Posts made by Are Benata Tarigan 2213053124

Nama : Are Benata Tarigan
NPM : 2213053124

Sumber : YT(Potret Pendidikan di Dusun Terpencil)

Memperlihatkan kondisi suatu sekolah dasar yang berada di desa Sikka, NTT. Siswa sd  ini harus melakukan kegiatan belajar mengajar di teras kelas karena sekolah tidak memiliki cukup ruang kelas. SD ini hanya memiliki 6 ruangan saja yaitu 5 digunakan sebagai ruang kelas dan 1 sebagai ruang guru. Bahkan perpustakaan saja tidak ada.  

Harapan agar pemerintah segera membangun fasilitas yang cukup untuk sekolah agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.
Nama : Are Benata Tarigan
NPM : 2213053124

Analisis Video1
Sumber: YT(Sepenggal Cerita Pengajar Muda di Pelosok Kalimantan- Lentera Indonesia)

Video ini menampilkan seorang Martencis Veronica Siregar, ia adalah seorang yang mengikuti program Indonesia mengajar dan ditempatkan di desa pelosok terpencil yang jaraknya jauh dari pusat kabupaten yaitu Tanjung matol Kec. Sembakung. Di Tanjung Matol pendidikan masih kurang disadari oleh masyarakat. Banyak anak kecil yang putus sekolah. Dan pernikahan dini. Orang tua kurang peduli tentang anak nya tentang pendidikan. Pendidikan anak usia dini atau PAUD belum masuk ke daerah ini. Martencis berharap para masyarakat didesa ini bisa menyadari pentingnya pendidikan dan pemerintah lebih memperhatikan mereka yang kurang merasakan pentingnya pendidikan.
Nama : Are Benata Tarigan
NPM : 2213053124

Perbedaan antara kriteria nilai hardskill dan kriteria softskill adalah sebagai berikut:
Hardskill:
1. Mengukur Kemampuan Berdasarkan Pengetahuan dan Keterampilan Khusus: Hardskill mengacu pada pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang spesifik dan terukur. Ini seringkali melibatkan hal-hal seperti kemampuan teknis, pengalaman kerja yang terukur, atau sertifikasi tertentu.
2. Bersifat Terukur dan Objektif: Hardskill lebih mudah diukur secara objektif karena berdasarkan fakta dan data konkret. Misalnya, seorang insinyur memiliki hardskill dalam perencanaan teknik atau pemrograman komputer.
3. Biasanya Dapat Diajarkan dan Diukur melalui Pelatihan: Hardskill dapat diperoleh melalui pelatihan, pendidikan formal, atau pengalaman kerja yang spesifik. Mereka dapat diukur dengan tes, proyek konkret, atau sertifikasi.
Softskill:
1. Mengukur Kemampuan Interpersonal dan Kecakapan Pribadi: Softskill mengacu pada kemampuan interpersonal, kepribadian, dan sifat-sifat seperti komunikasi, kepemimpinan, empati, dan kerja sama. Mereka berkaitan dengan bagaimana seseorang berinteraksi dan beradaptasi dalam lingkungan sosial dan profesional.
2. Bersifat Subjektif dan Sulit Diukur Secara Langsung: Softskill sulit diukur dengan cara yang sama seperti hardskill karena mereka cenderung lebih subjektif. Penilaian softskill seringkali melibatkan evaluasi sikap, perilaku, dan kemampuan interpersonal.
3. Tidak Selalu Diajarkan Dalam Konteks Formal: Meskipun softskill dapat ditingkatkan melalui pengalaman dan pelatihan, mereka sering kali juga terbentuk melalui pengalaman kehidupan sehari-hari dan situasi sosial, dan tidak selalu diajarkan dalam konteks formal.
Kedua kriteria ini adalah bagian penting dalam pengembangan seseorang. Hardskill menciptakan dasar pengetahuan dan keterampilan teknis, sementara softskill membantu individu berinteraksi dengan orang lain, beradaptasi dalam berbagai situasi, dan menjadi pemimpin yang efektif. Kombinasi hardskill dan softskill yang seimbang seringkali diperlukan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Nama :Are Benata Tarigan
NPM : 2213053124

Analisis Jurnal 2

Identitas Jurnal
Judul : PROSES PENDIDIKAN NILAI MORAL
DI LINGKUNGAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA
MENGATASI KENAKALAN REMAJA
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 12 No. 1
Penulis : Fahrudin
Tahun terbit : 2014

Isi Jurnal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemerosotan moral pada
anak, di antaranya:
(1) Kurang tertanamnya nilai-nilai keimanan pada anak-anak, (2)
lingkungan masyarakat yang kurang baik,
(3) Pendidikan moral tidak berjalan
menurut semestinya, baik di keluarga, sekolah dan masyarakat,
(4) Suasana rumah
tangga yag kurang baik,
(5) Banyak diperkenalkannya obat-obat terlarang dan alat-
alat anti hamil,
(6) Banyak tulisan-tulisan, gambar-gambar, saran-siaran yang tidak
sejalan dengan nilai-nilai moral,
(7) Kurang adanya bimbingan dalam mengisi waktu
luang dengan cara yang baik yang membawa kepada pembinaan nilai moral,
(8)
Kurangnya markas-markas bimbingan da penyuluhan bagi anak-anak.
Agar anak-anak memiliki moral yang baik dan terhindar dari pelanggaran-
pelanggaran moral, maka perlu adanya pembinaan sejak dini kepada anak-anak
dalam keluarga dan adanya kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sebaik apa pun pendidikan moral dalam keluarga tanpa adanya dukungan dari
sekolah dan masyarakat, sulit bagi anak-anak untuk memiliki moral yang baik.
Begitu juga pendidikan moral di sekolah, tanpa adanya dukungan dari keluarga dan
masyarakat sulit bagi anak untuk memiliki moral yang baik. Dengan demikian,
ketiga jenis lembaga ini tidak bisa dipisahkan dan harus saling mendukung.
Nama :Are Benata Tarigan
NPM : 2213053124

Analisis Jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Jurnal : Jurnal Humanika
Penulis : Rukiyati
Tahun terbit : Maret 2017

Isi Jurnal
Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik
moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk
mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat
bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik
sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah
tujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral di
sekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi,
metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal.