གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Nadila Febilia Afrisa 2213053076

Nama : Nadila Febilia Afrisa
NPM : 2213053076
Kelas : (3/I)

(Analisis Jurnal 2)

IDENTITAS JURNAL
Judul jurnal : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG
Penulis Jurnal : Enung Hasanah
Nomer : 2
Volume : 6
Tahun terbit : September 2019
Kata Kunci: teori kohlberg, SD, moral

HASIL ANALISIS
Teori Kohlberg adalah teori yang mengukur tingkatan moral seseorang. Kohlberg mengidentifikasi beberapa masalah filosofis mendasar yang mendasari studi perkembangan moral, seperti pertanyaan tentang definisi konstruk yang adil secara budaya. Psikolog yang mempelajari moralitas atau perkembangan moral harus berurusan dengan masalah relativisme moral atau netralitas nilai, yang bermula dari kata-kata yang bermuatan nilai "moral" dan "pengembangan." Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Asumsi utama Piaget adalah bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami. Sebaliknya, kebanyakan ahli psikologi pada masa itu berasumsi bahwa pikiran moral lebih merupakan proses psikologi dan sosial. Untuk menemukan tahap kepatutan moral seseorang, Kohlberg telah menyusun instrumen penelitian guna menggolongkan proses penalaran orang tersebut dalam mengatasi dilema moral.

Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya. Mengamati tingkah laku tidak menunjukan banyak mengenai kematangan moral. Kohlberg juga tidak memusatkan perhatian pada pernyataan (statement) seseorang, apakah dia mengatakan sesuatu hal benar atau salah.

Penelitian Kohlberg menunjukan bahwa bila penalaran-penalaran yang diajukan oleh seseorang mengapa ia mempunyai pertimbangan moral tertentu atau melakukan tindakan tertentu diperhatikan, maka akan tampak jelas adanya perbedaan-perbedaan yang berarti dalam pendangan moral orang tersebut. Apa yang membedakan tingkatan moral seseorang apat dilihat dari alasan apa yang digunakan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Teori (Kohlberg; L., Hersh, R.H. 1977) tentang Perkembangan Moral dibagi menjadi 3 level, yang masing-masing level dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
-Level 1. Moralitas Pra-konvensional.
Tahap 1 - Ketaatan dan Hukuman
Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran.
-Level 2. Moralitas Konvensional.
Tahap 3 - Hubungan Interpersonal.
Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial.
-Level 3. Moralitas Pasca-konvensional.
Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan.
Tahap 6 Prinsip Universal.
Nama: NADILA FEBILIA AFRISA
NPM : 2213053076

A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global
Nama Jurnal: Cakrawala Pendidikan
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Nomor Halaman: 2, 209-221

B. Isi Jurnal
Untuk menciptakan sebuah bangsa yang memiliki reputasi ganda, diperlukan upaya yang mencakup pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi, sekaligus pengembangan aspek-aspek lain seperti kepribadian dan etika moral. Semua ini dapat disebut sebagai pengembangan pendidikan nilai, yang seharusnya menjadi bagian integral dari seluruh upaya pendidikan.

Meskipun ada persamaan dalam pelaksanaan pendidikan nilai moral di empat negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina), perbedaan juga terjadi karena perbedaan ideologi masing-masing negara. Pendidikan nilai moral pada tingkat dasar memiliki fokus yang serupa, yaitu membentuk nilai-nilai kepribadian individual dan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, pendidikan nilai moral di negara-negara ini juga menghadapi berbagai tantangan, baik yang terintegrasi dalam kurikulum maupun yang tidak. Terdapat juga pendidikan nilai moral yang lebih terkait dengan pendidikan agama dan kewarganegaraan.

Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai, berbagai metode dapat digunakan, termasuk metode langsung seperti dogmatis, deduktif, induktif, atau reflektif, serta metode tidak langsung.Pendidikan harus memiliki pandangan ke depan dan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan global. Selain itu, perlu menjaga perilaku etis yang sesuai dengan keberagaman dan keunikan budaya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sastrapratedja, untuk menciptakan bangsa yang memiliki reputasi ganda seperti itu, kita tidak hanya perlu mengembangkan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga perlu mengembangkan aspek lainnya, seperti kepribadian dan etika moral. Ini disebut sebagai pengembangan pendidikan nilai. Dalam kerangka pengembangan nilai ini, terdapat berbagai klasifikasi nilai yang mencakup nilai-nilai terminal dan instrumental, intrinsik dan ekstrinsik, personal dan sosial, serta subjektif dan objektif. Nilai-nilai ini terkategori ke dalam enam klasifikasi utama dan menghadirkan enam dunia makna yang berbeda, melibatkan nilai-nilai teoretis, ekonomis, estetis, sosial, politik, dan agama.
Nama : Nadila Febilia Afrisa
Npm : 2213053076
Kelas : 3I

Analisis Vidio 1
Judul :Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg

Lawrance Kohlberg melakukan penelitian di Amerika yang kemudian menjadi fondasinya untuk merumuskan tahapan perkembangan moral.Menurutnya tahap perkembangan moral dibagi menjadi 3 level setiap level memiliki dua tahap hingga seluruhnya menjadi 6 tahap.

1).Level pertama (Prakonvensional )
•tahap 1 : menghindari hukuman tahap
contohnya seseorang memiliki alasan untuk bertindak atau tidak bertindak sesuatu Karena untuk menghindari hukuman
•tahap 2 : keuntungan dan minat pribadi
contohnya tindakan dilakukan dengan memperhitungkan apa yang akan didapatkan olehnya

2). Level kedua (Konvensional )
•tahap 3 : menjaga sikap orang baik
contohnya seseorang menghindari pertengkaran karena memikirkan bagaimana kesepakatan sosial yang ada dan pendapat orang lain terhadapnya
•tahap 4 : memelihara peraturan
contohnya ketua kelas yang melerai perkelahian karena jika peraturan tidak ada yang mematuhinya maka keadaan akan menjadi kacau karenanya peraturan harus selalu dipatuhi

3).Level ketiga (Pasca - Konvensional)
•tahap 5 : orientasi kontrak sosial
contohnya pada tahapan ini seseorang menyadari bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan situasi berbeda tidak ada yang absolut atau pasif ketika melihat sebuah kasus hal individu harus dilihat bersamaan dengan hukum yang ada
•tahap 6 : prinsip etika universal.
contohnya pada tahap ini menggambarkan prinsip internal seseorang yang melakukan hal yang dianggapnya benar walaupun bertentangan dengan hukum yang anda
Nama : Nadila Febilia Afrisa
Npm : 2213053076
Kelas : 3I

(Analisis Jurnal 2)
Jurnal dengan judul "Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi" oleh penulis Hidayat membahas dampak globalisasi terhadap transformasi nilai-nilai dalam masyarakat Indonesia. Penulis menyoroti perubahan dalam kesadaran individu, dengan semakin tingginya kesadaran akan hak-hak pribadi, individualisme yang meningkat, permisifitas, dan penurunan nilai-nilai moral. Permasalahan utama yang dihadapi adalah krisis pendidikan nilai di Indonesia.
Salah satu permasalahan yang di bahas oleh penulis adalah pendidikan nilai yang sering dilakukan dengan pendekatan kognitif, tanpa mencapai kedalaman perasaan atau pengalaman nilai yang otentik. Hal ini mengakibatkan sikap dan perilaku anak didik yang tidak memiliki akar dalam nilai-nilai yang seharusnya mereka anut. Tidak mungkin untuk menghentikan pengaruh globalisasi atau mengalihkan perhatian generasi muda dari tren nilai-nilai yang sedang berlaku. Namun, yang bisa dilakukan adalah mendampingi dan mendorong mereka untuk menjalani kehidupan yang bijak dengan menggunakan nalar dan hati. Dengan memiliki nalar dan hati yang baik, diharapkan mereka akan mampu mempertimbangkan tindakan, perilaku, dan keputusan mereka secara lebih mendalam. Penulis juga menekankan tanggung jawab individu, terutama pendidik, untuk mengajarkan dan mendidik anak didik secara bertanggungjawab. Ini termasuk mengajarkan mereka untuk menggunakan nalar dan hati dengan baik melalui berbagai aktivitas yang mendewasakan. Selain itu, anak-anak harus dibekali dengan nilai-nilai seperti norma, agama, rasa nasionalisme, dan nilai-nilai luhur bangsa untuk melindungi mereka dari dampak negatif globalisasi.

Pentingnya pendidikan nilai yang lebih dalam dan otentik dalam menghadapi dampak globalisasi di Indonesia, serta tanggung jawab individu, terutama pendidik, dalam membentuk generasi muda yang bijak dan berakar pada nilai-nilai yang kuat.
Nama : Nadila Febilia Afrisa
Npm : 2213053076
Kelas : 3I

(Analisis Jurnal 2)
Jurnal dengan judul "Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi" oleh penulis Hidayat membahas dampak globalisasi terhadap transformasi nilai-nilai dalam masyarakat Indonesia. Penulis menyoroti perubahan dalam kesadaran individu, dengan semakin tingginya kesadaran akan hak-hak pribadi, individualisme yang meningkat, permisifitas, dan penurunan nilai-nilai moral. Permasalahan utama yang dihadapi adalah krisis pendidikan nilai di Indonesia.
Salah satu permasalahan yang di bahas oleh penulis adalah pendidikan nilai yang sering dilakukan dengan pendekatan kognitif, tanpa mencapai kedalaman perasaan atau pengalaman nilai yang otentik. Hal ini mengakibatkan sikap dan perilaku anak didik yang tidak memiliki akar dalam nilai-nilai yang seharusnya mereka anut. Tidak mungkin untuk menghentikan pengaruh globalisasi atau mengalihkan perhatian generasi muda dari tren nilai-nilai yang sedang berlaku. Namun, yang bisa dilakukan adalah mendampingi dan mendorong mereka untuk menjalani kehidupan yang bijak dengan menggunakan nalar dan hati. Dengan memiliki nalar dan hati yang baik, diharapkan mereka akan mampu mempertimbangkan tindakan, perilaku, dan keputusan mereka secara lebih mendalam. Penulis juga menekankan tanggung jawab individu, terutama pendidik, untuk mengajarkan dan mendidik anak didik secara bertanggungjawab. Ini termasuk mengajarkan mereka untuk menggunakan nalar dan hati dengan baik melalui berbagai aktivitas yang mendewasakan. Selain itu, anak-anak harus dibekali dengan nilai-nilai seperti norma, agama, rasa nasionalisme, dan nilai-nilai luhur bangsa untuk melindungi mereka dari dampak negatif globalisasi.

Pentingnya pendidikan nilai yang lebih dalam dan otentik dalam menghadapi dampak globalisasi di Indonesia, serta tanggung jawab individu, terutama pendidik, dalam membentuk generasi muda yang bijak dan berakar pada nilai-nilai yang kuat.