Kiriman dibuat oleh Ufara Alfadila 2213053114

Nama : Ufara Alfadila
NPM : 2213053114

Perbedaan pendidikan dasar di Jepang dan di Indonesia
1. Kebersihan sejak dini, di jepang diajarkan kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik, sedangkan di Indonesia tidak.
2. Makan Bareng, di Jepang diatur makanan siswa, diatur menu dan zat gizinya serta kegiatan makan dilakukan bareng untuk mempererat hubungan antar teman dan guru.
3. Mata Pelajaran sedikit.
Pendidikan dasar di Jepang mata pelajaannya sedikit dan hanya diajarkan pada hari tertentu, sedangkan di Indonesia pelajarannya banyak dan sering diulang-ulang.
4. Pendidikan karakter
Pendidikan dasar di Jepang tidak ada ujian untuk 3 tahun pertama sekolah dasar, agar fokus menanamkan pendidikan karkater seperti sopan santun, tolong menolong, bersimpati publik dan lainnya.
5. Membaca dulu
Di Jepang membiasakan siswa mebaca buku 10 menit sebelum masuk pelajaran, sedangkan di Indonesia tidak dibiasakan membaca sehingga minat bacanya rendah.
6. Perlengkapan sekolah
Di jepang, perlengkapan sekolah sama agar tidak terjadi rasa minder pada siswa, sehingga seragam, tas, sepatu di samakan.
7. Seragam Sekolah
Seragam sekolah di Indonesia dinilai ribet karena memiliki banyak macam seragam sedangkan di Jepang hanya memiliki satu macam seragam.
Nama : Ufara Alfadila
NPM : 2213053114

Dari video yang berjudul “ Potret Pendidikan di Dusun Terpencil” dapat saya simpulkan bahwa keadaan pendidikan disana mempihatinkan, seperti para siswa yang belajar diteras kelas karena terbatasnya ruang kelas untuk belajar, tidak adanya perpustaakaan, dan kondisi memprihatinkan lainnya. Padahal para siswa disana semangat untuk bersekolah yang dibuktikan oleh ketersediaanya berjalan kaki menempuh jarak 2km untuk pergi ke sekolah. Pada massa covid-19 dimana hendaknya belajar dilakukan secara daring tetapi di daerah ini tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada jaringan telekomunikasi sehingga tetap dilaksanakan secara luring. Pihak sekolah berharap pemerintah bisa melihat dan memperbaiki keadaan pendidikan mereka disana.
Nama : Ufara Alfadila
NPM : 2213053114

Dari video yang berjudul “Sepenggal Cerita Pengajar Muda di Pelosok Kalimantan” dapat saya simpulkan bahwa ada seorang pengajar muda bernama Martencis Veronica Siregar yang ditempatkan mengajar dipedalaman Kalimantan Utara, Desa Tanjung Mato Kecamatan Nunukan. Ia sudah mengajar selama 6 bulan, ia mengatakan bahwa kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan disini masih rendah sehingga anak-anak banyak yang tidak melanjutkan sekolah setelah tamat SD dan bahkan banyak anak perempuan nikah muda usia 12 atau lulus SD. Martencis menghias kelas agar menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan agar anak semangat belajar. Tantangan yang ia hadapai yaitu anak anak yang mudah bosan sehinga ia harus memikirkan cara agar anak tetap mau belajar yaitu dengan mengajaknya belajar secara outdoor yang ternyata ampuh mengatasi rasa jenuh para anak-anak disana.

Untuk meningkatkan semangat anak-anak agar terus bersekolah, Kepala sekolah memberikan hadiah untuk anak yang berprestasi dengan mengajaknya jalan-jalan naik mobil keluar desa Tanjung mato. Hadiah ini bertujuan untuk membuka wawasan baru tentang dunia luar. Pada keesokannya anak yang mendapat hadiah tersebut diminta menceritakan pengalamannya saat diajak jalan-jalan untuk memotivasi teman-temannya agar semangat bersekolah, belajar dan berprestasi.
Nama : Ufara Alfadila
NPM : 2213053114

Perbedaan hardskill dan softskill
1. Hardskill adalah kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu sehingga menghasilkan keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan yang dimana kemampuan ini dapat di evaluasi dengan diukur dan dinilai.
Contohnya : kemampuan menggunakan komputer, kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan dalam bidang desain, programing, marketing, dan lain-lain.

2. Softskill adalah kemampuan interpersonal yang tidak dapat dilihat secara langsung tetapi menyangkut interaksi dengan orang lain dalam berbagai situasi sehingga untuk mencapai kesuksesan diperlukan interaksi yang efektif.
Contohnya : kecakapan komunikasi, kepemimpinan, kerja sama, adaptabilitas, berfikir kritis, dan lain-lain.
Nama : Ufara Alfadila
NPM : 2213053114

Judul artikel : Proses Pendidikan Nilai Moral Di Lingkungan Keluarga Sebagai Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja
Oleh : Fahrudin

Keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat. Keluarga menjadi lingkungan sosial dan emosional pertama dimana hal itu sangat memberikan kualitas pengalaman sehingga menjadi faktor determinan untuk pembentukan kepribadian seorang anak. Menurut M.I Silaeman (1978: 84), fungsi keluarga itu ada delapan jenis, yaitu: (1) fungsi edukasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi proteksi, (4) fungsi afeksi, (5) fungsi religius, (6) fungsi ekonomi, (7) fungsi rekreasi, (8) fungsi biologis.

Pentingnya Pendidikan moral karena untuk melihat ukuran baik buruknya suatu bangsa tergantung kepada moral bangsa tersebut. Oleh karena itu, moral sangat penting bagi anak, masyarakat, dan bangsa. Jika moral rusak, ketenteraman dan kehormatan bangsa itu akan hilang. Sehingga untuk memelihara kelangsungan hidup sebagai bangsa yang terhormat, maka perlu memperhatikan pendidikan moral, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemerosotan Moral
1. Kurang tertanamnya nilai-nilai keimanan pada anak-anak.
2. Lingkungan masyarakat yang kurang sehat
3. Pendidikan moral tidak terlaksana menurut mestinya, baik di rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.
4. Suasana rumah tangga yang kurang baik
5. Diperkenalkannya secara populer obat-obat terlarang dan alat-alat anti hamil.
6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntunan moral.
7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang (leisure time) dengan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral.
8. Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan bagi anak-anak dan pemuda pemuda.
9. Pengaruh westernisasi, yaitu berupa yahudinisasi dan kristenisasi berupa tiga program yaitu fun, food, dan fashion. Seperti hura-hura untuk mencari kesenangan,makanan dan minuman beralkohol, gaya hidup, gaya berpakaian, gaya pergaulan, dan sebagainya.

Proses Pendidikan Nilai Moral Untuk Mengatasi Kenakalan Remaja Dalam Keluarga
Keluarga mempunyai fungsi religious, artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragamaberagama melalui pembinaan agama. Penanaman nilai nilai dalam pembinaan agama diantaranya
1. Penanaman pendidikan keimanan sejak dini kepada anak-anak.
2. Penanaman Pendidikan moral kepada anak anak
3. Menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis, khususnya hubungan Ibu-Bapak dan anggota keluarga lainnya, sehingga pergaulan dan kehidupan mereka dapat menjadi contoh bagi anak.