
Kelompok 2
2421011019 - Rizki Novita Putri Ayudya
General Electric (GE) berhasil menunjukkan bahwa manajemen talenta yang berkelanjutan adalah kunci keunggulan kompetitif jangka panjang. Di bawah kepemimpinan Jack Welch, GE menerapkan sistem evaluasi “Session C” untuk mengidentifikasi dan mengembangkan karyawan berpotensi tinggi, serta mendirikan pusat pelatihan eksekutif di Crotonville. Melalui rotasi jabatan, pelatihan intensif, dan budaya yang menempatkan talenta sebagai aset utama, GE menciptakan pipeline kepemimpinan yang kuat dan adaptif. Strategi ini tidak hanya meningkatkan retensi karyawan tetapi juga membuat GE mampu beradaptasi dengan perubahan pasar global. Kesuksesan GE menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terstruktur dan berkelanjutan harus menjadi bagian inti dari strategi bisnis.
2421011019 - Rizki Novita Putri Ayudya
General Electric (GE) berhasil menunjukkan bahwa manajemen talenta yang berkelanjutan adalah kunci keunggulan kompetitif jangka panjang. Di bawah kepemimpinan Jack Welch, GE menerapkan sistem evaluasi “Session C” untuk mengidentifikasi dan mengembangkan karyawan berpotensi tinggi, serta mendirikan pusat pelatihan eksekutif di Crotonville. Melalui rotasi jabatan, pelatihan intensif, dan budaya yang menempatkan talenta sebagai aset utama, GE menciptakan pipeline kepemimpinan yang kuat dan adaptif. Strategi ini tidak hanya meningkatkan retensi karyawan tetapi juga membuat GE mampu beradaptasi dengan perubahan pasar global. Kesuksesan GE menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terstruktur dan berkelanjutan harus menjadi bagian inti dari strategi bisnis.
Fifkha Rizky Amalia - 2421011032 - Kelompok 4
Izin memberikan tanggapan terhadap kasus General Electric Bu
Saya setuju kalau GE sukses dalam manajemen talenta, tapi menurut saya ada satu hal yang perlu dikritisi. Sistem seperti ‘Session C’ dan pelatihan di Crotonville itu sangat bergantung pada kepemimpinan Jack Welch. Artinya, strategi ini sangat top-down. Nah, gimana kalau pemimpinnya ganti dan nggak punya visi atau komitmen yang sama?
Kalau terlalu bergantung sama satu figur, strategi ini bisa nggak berkelanjutan. Harusnya sistem manajemen talenta itu bisa jalan meskipun pemimpinnya ganti-ganti. Jadi, menurut saya, keberhasilan GE ini perlu dilihat juga dari sisi apakah sistemnya kuat secara institusi, bukan cuma karena pemimpinnya hebat.
Izin memberikan tanggapan terhadap kasus General Electric Bu
Saya setuju kalau GE sukses dalam manajemen talenta, tapi menurut saya ada satu hal yang perlu dikritisi. Sistem seperti ‘Session C’ dan pelatihan di Crotonville itu sangat bergantung pada kepemimpinan Jack Welch. Artinya, strategi ini sangat top-down. Nah, gimana kalau pemimpinnya ganti dan nggak punya visi atau komitmen yang sama?
Kalau terlalu bergantung sama satu figur, strategi ini bisa nggak berkelanjutan. Harusnya sistem manajemen talenta itu bisa jalan meskipun pemimpinnya ganti-ganti. Jadi, menurut saya, keberhasilan GE ini perlu dilihat juga dari sisi apakah sistemnya kuat secara institusi, bukan cuma karena pemimpinnya hebat.
2421011003 - Melly Fitriyani Ms
Kelompok 3,
Kasus General Electric (GE) yang ditampilkan dalam slide merupakan contoh nyata keberhasilan perusahaan global dalam menerapkan manajemen talenta berkelanjutan sebagai bagian integral dari strategi bisnis jangka panjang. Di bawah kepemimpinan visioner Jack Welch, GE tidak hanya memandang pengelolaan sumber daya manusia sebagai fungsi administratif, melainkan sebagai aset strategis utama yang menentukan daya saing dan keberlanjutan perusahaan di pasar global yang terus berubah. Langkah konkret yang dilakukan oleh GE adalah membangun sistem evaluasi tahunan yang dikenal sebagai “Session C”, yaitu suatu proses sistematis untuk menilai dan mengembangkan karyawan dengan potensi tinggi secara berkelanjutan. Melalui proses ini, GE dapat mengidentifikasi calon pemimpin sejak dini dan menyusun strategi pengembangan yang terarah.
Salah satu aspek paling menarik dari pendekatan GE adalah penciptaan budaya organisasi yang menempatkan talenta sebagai aset utama. Budaya ini menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan diri, pembelajaran berkelanjutan, dan meritokrasi. Hasil nyata dari strategi ini adalah terbentuknya pipeline kepemimpinan yang kuat, di mana GE mampu menghasilkan banyak pemimpin sukses yang kemudian menempati posisi strategis di perusahaan besar lainnya di seluruh dunia. Ini tidak hanya memperkuat reputasi GE sebagai perusahaan pelopor dalam pengembangan kepemimpinan, tetapi juga menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang terus dibangun secara sistematis.
Jika dikaitkan dengan konteks lokal di Indonesia, pendekatan GE ini dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan nasional, baik swasta maupun BUMN, untuk mulai menempatkan pengembangan SDM sebagai prioritas utama. Namun, tentunya perlu disesuaikan dengan kultur organisasi, tingkat kematangan struktur SDM, dan kesiapan manajerial di masing-masing perusahaan. Penerapan sistem seperti “Session C” dan pelatihan kepemimpinan terstruktur bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan pipeline kepemimpinan lokal yang kuat dan berdaya saing global. Secara keseluruhan, kasus GE ini memberikan pelajaran penting bahwa investasi pada manusia adalah investasi strategis yang hasilnya dapat dirasakan secara jangka panjang. Manajemen talenta yang terstruktur, berkelanjutan, dan didukung oleh budaya organisasi yang tepat adalah fondasi utama bagi keunggulan kompetitif organisasi di era modern ini.
Kelompok 3,
Kasus General Electric (GE) yang ditampilkan dalam slide merupakan contoh nyata keberhasilan perusahaan global dalam menerapkan manajemen talenta berkelanjutan sebagai bagian integral dari strategi bisnis jangka panjang. Di bawah kepemimpinan visioner Jack Welch, GE tidak hanya memandang pengelolaan sumber daya manusia sebagai fungsi administratif, melainkan sebagai aset strategis utama yang menentukan daya saing dan keberlanjutan perusahaan di pasar global yang terus berubah. Langkah konkret yang dilakukan oleh GE adalah membangun sistem evaluasi tahunan yang dikenal sebagai “Session C”, yaitu suatu proses sistematis untuk menilai dan mengembangkan karyawan dengan potensi tinggi secara berkelanjutan. Melalui proses ini, GE dapat mengidentifikasi calon pemimpin sejak dini dan menyusun strategi pengembangan yang terarah.
Salah satu aspek paling menarik dari pendekatan GE adalah penciptaan budaya organisasi yang menempatkan talenta sebagai aset utama. Budaya ini menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan diri, pembelajaran berkelanjutan, dan meritokrasi. Hasil nyata dari strategi ini adalah terbentuknya pipeline kepemimpinan yang kuat, di mana GE mampu menghasilkan banyak pemimpin sukses yang kemudian menempati posisi strategis di perusahaan besar lainnya di seluruh dunia. Ini tidak hanya memperkuat reputasi GE sebagai perusahaan pelopor dalam pengembangan kepemimpinan, tetapi juga menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang terus dibangun secara sistematis.
Jika dikaitkan dengan konteks lokal di Indonesia, pendekatan GE ini dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan nasional, baik swasta maupun BUMN, untuk mulai menempatkan pengembangan SDM sebagai prioritas utama. Namun, tentunya perlu disesuaikan dengan kultur organisasi, tingkat kematangan struktur SDM, dan kesiapan manajerial di masing-masing perusahaan. Penerapan sistem seperti “Session C” dan pelatihan kepemimpinan terstruktur bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan pipeline kepemimpinan lokal yang kuat dan berdaya saing global. Secara keseluruhan, kasus GE ini memberikan pelajaran penting bahwa investasi pada manusia adalah investasi strategis yang hasilnya dapat dirasakan secara jangka panjang. Manajemen talenta yang terstruktur, berkelanjutan, dan didukung oleh budaya organisasi yang tepat adalah fondasi utama bagi keunggulan kompetitif organisasi di era modern ini.
Mega Widiyaningrum-2421011020, Studi kasus GE menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terstruktur dan berkelanjutan bukan hanya sekadar aktivitas sumber daya manusia, tetapi merupakan bagian integral dari strategi bisnis perusahaan. Di bawah kepemimpinan Jack Welch, GE mampu memanfaatkan manajemen talenta sebagai alat untuk menciptakan keunggulan kompetitif jangka panjang melalui sistem evaluasi "Session C".Langkah GE dalam membangun pipeline kepemimpinan menunjukkan pentingnya identifikasi dan pengembangan talenta sejak dini. Strategi rotasi jabatan dan pelatihan intensif tidak hanya memperkuat kapabilitas internal, tetapi juga meningkatkan loyalitas dan retensi karyawan. Hal ini relevan dalam konteks dunia bisnis yang dinamis, di mana adaptabilitas dan inovasi menjadi kunci keberhasilan.
Dari perspektif manajemen, GE berhasil membangun budaya organisasi yang menempatkan SDM sebagai aset strategis, bukan sekadar biaya. Ini menjadi pelajaran penting bagi perusahaan lain, terutama di era digital saat ini, di mana persaingan semakin ketat dan kebutuhan akan talenta unggul semakin tinggi. Dengan demikian, pendekatan GE menegaskan bahwa manajemen talenta yang sistematis dan berorientasi jangka panjang dapat memberikan dampak signifikan terhadap daya saing dan keberlanjutan perusahaan di pasar global.
Dari perspektif manajemen, GE berhasil membangun budaya organisasi yang menempatkan SDM sebagai aset strategis, bukan sekadar biaya. Ini menjadi pelajaran penting bagi perusahaan lain, terutama di era digital saat ini, di mana persaingan semakin ketat dan kebutuhan akan talenta unggul semakin tinggi. Dengan demikian, pendekatan GE menegaskan bahwa manajemen talenta yang sistematis dan berorientasi jangka panjang dapat memberikan dampak signifikan terhadap daya saing dan keberlanjutan perusahaan di pasar global.
Kelompok 3
2421011005_Evi Komala
izin menanggapi mengenai studi case diatas
Salah satu aspek paling menarik dari pendekatan GE adalah penciptaan budaya organisasi yang menempatkan talenta sebagai aset utama. Budaya ini menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan diri, pembelajaran berkelanjutan, dan meritokrasi. Hasil nyata dari strategi ini adalah terbentuknya pipeline kepemimpinan yang kuat, di mana GE mampu menghasilkan banyak pemimpin sukses yang kemudian menempati posisi strategis di perusahaan besar lainnya di seluruh dunia. Ini tidak hanya memperkuat reputasi GE sebagai perusahaan pelopor dalam pengembangan kepemimpinan, tetapi juga menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang terus dibangun secara sistematis.
2421011005_Evi Komala
izin menanggapi mengenai studi case diatas
Salah satu aspek paling menarik dari pendekatan GE adalah penciptaan budaya organisasi yang menempatkan talenta sebagai aset utama. Budaya ini menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan diri, pembelajaran berkelanjutan, dan meritokrasi. Hasil nyata dari strategi ini adalah terbentuknya pipeline kepemimpinan yang kuat, di mana GE mampu menghasilkan banyak pemimpin sukses yang kemudian menempati posisi strategis di perusahaan besar lainnya di seluruh dunia. Ini tidak hanya memperkuat reputasi GE sebagai perusahaan pelopor dalam pengembangan kepemimpinan, tetapi juga menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang terus dibangun secara sistematis.
Jennie Anggraeni Maesa - 2421011051 (Kelompok 3)
Izin menanggapi, Dalam kasus ini, GE di bawah kepemimpinan Jack Welch membangun sistem manajemen talenta seperti evaluasi tahunan “Session C”, rotasi jabatan, dan pusat pelatihan Crotonville untuk mencetak calon pemimpin masa depan. Langkah-langkah ini sangat relevan dengan konsep-konsep penting dalam manajemen talenta. Dari studi kasus ini, kita bisa melihat bahwa manajemen talenta yang terencana, berkelanjutan, dan terintegrasi dengan strategi bisnis akan membawa dampak besar bagi kemajuan perusahaan. GE membuktikan bahwa ketika perusahaan serius dalam mengelola talenta—mulai dari pencarian, pengembangan, hingga mempertahankan—hasilnya bukan hanya karyawan yang berkualitas, tapi juga organisasi yang tangguh, adaptif, dan siap bersaing di level global.
Izin menanggapi, Dalam kasus ini, GE di bawah kepemimpinan Jack Welch membangun sistem manajemen talenta seperti evaluasi tahunan “Session C”, rotasi jabatan, dan pusat pelatihan Crotonville untuk mencetak calon pemimpin masa depan. Langkah-langkah ini sangat relevan dengan konsep-konsep penting dalam manajemen talenta. Dari studi kasus ini, kita bisa melihat bahwa manajemen talenta yang terencana, berkelanjutan, dan terintegrasi dengan strategi bisnis akan membawa dampak besar bagi kemajuan perusahaan. GE membuktikan bahwa ketika perusahaan serius dalam mengelola talenta—mulai dari pencarian, pengembangan, hingga mempertahankan—hasilnya bukan hanya karyawan yang berkualitas, tapi juga organisasi yang tangguh, adaptif, dan siap bersaing di level global.
Naufal ar rafi mursalin
2421011008
Tantangan dalam Konsistensi Pelaksanaan:
Menjaga konsistensi pelaksanaan sistem evaluasi dan pelatihan di seluruh divisi bisa sulit dan memerlukan monitoring yang ketat.
Risiko Overemphasis pada Talenta Terpilih:
Fokus berlebihan pada segelintir talenta berpotensi membuat karyawan lain merasa terabaikan, sehingga penting menjaga keseimbangan dalam pengelolaan SDM.
Biaya dan Waktu Pelatihan yang Tidak Kecil:
Perusahaan harus menyiapkan sumber daya yang memadai agar investasi pelatihan tidak menjadi beban finansial yang memberatkan.
2421011008
Tantangan dalam Konsistensi Pelaksanaan:
Menjaga konsistensi pelaksanaan sistem evaluasi dan pelatihan di seluruh divisi bisa sulit dan memerlukan monitoring yang ketat.
Risiko Overemphasis pada Talenta Terpilih:
Fokus berlebihan pada segelintir talenta berpotensi membuat karyawan lain merasa terabaikan, sehingga penting menjaga keseimbangan dalam pengelolaan SDM.
Biaya dan Waktu Pelatihan yang Tidak Kecil:
Perusahaan harus menyiapkan sumber daya yang memadai agar investasi pelatihan tidak menjadi beban finansial yang memberatkan.
Ria Yuli Hastini NPM 2421011046
Ijin menjawab
Untuk perusahaan lain yang ingin meniru keberhasilan General Electric dalam manajemen talenta, implementasi strategi harus terfokus pada tiga pilar utama yang saling mendukung dan berdampak langsung pada kinerja bisnis.
Evaluasi Kinerja dan Potensi yang Rutin dan Objektif
Evaluasi karyawan harus dilakukan secara berkala dengan menggunakan metode yang transparan dan berbasis data, seperti sistem penilaian 360 derajat, Key Performance Indicators (KPI), dan assessment center. Ini memungkinkan perusahaan tidak hanya menilai hasil kerja saat ini, tetapi juga potensi pengembangan karyawan dalam jangka panjang. Evaluasi yang objektif membantu mengidentifikasi talenta terbaik sekaligus memberikan sinyal yang jelas bagi karyawan yang perlu didukung atau disiapkan untuk rotasi atau perubahan karir. Tanpa evaluasi yang disiplin dan berkelanjutan, perusahaan akan sulit mengelola SDM secara strategis dan berisiko kehilangan talenta kritikal di tengah persaingan bisnis.
Investasi Nyata dalam Pelatihan Kepemimpinan yang Relevan dengan Tantangan Bisnis
Pelatihan tidak boleh hanya formalitas atau rutinitas tahunan yang bersifat umum. Investasi pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis saat ini dan masa depan, misalnya leadership agility, digital literacy, atau kemampuan manajerial dalam kondisi krisis. Pendirian pusat pelatihan internal atau kerjasama dengan lembaga profesional menjadi langkah strategis yang memungkinkan transfer ilmu secara intensif dan berkelanjutan. Investasi ini akan menghasilkan pemimpin yang tidak hanya memahami visi dan nilai perusahaan, tetapi juga mampu mengambil keputusan cepat dan tepat dalam menghadapi perubahan pasar.
Pengembangan Pengalaman Kerja yang Beragam melalui Rotasi Jabatan
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk merotasi posisi dan fungsi kerja membantu mereka mengembangkan wawasan bisnis yang holistik dan keterampilan lintas fungsi. Hal ini meningkatkan fleksibilitas organisasi dan kesiapan karyawan dalam mengisi berbagai posisi strategis. Rotasi jabatan juga memperkaya pengalaman dan mempercepat proses pengembangan karir, sekaligus meminimalisir risiko stagnasi dan kejenuhan kerja. Organisasi yang sukses memahami bahwa pengembangan talenta tidak hanya melalui pelatihan teori, tetapi juga melalui pengalaman praktis yang menantang dan variatif.
Jika ketiga langkah ini tidak diimplementasikan secara serius dan konsisten, upaya manajemen talenta hanya akan menjadi jargon korporat tanpa dampak nyata pada bisnis. Hal ini bisa menyebabkan kebocoran talenta, rendahnya motivasi, serta kegagalan perusahaan dalam menjawab tantangan persaingan dan perubahan pasar.
Ijin menjawab
Untuk perusahaan lain yang ingin meniru keberhasilan General Electric dalam manajemen talenta, implementasi strategi harus terfokus pada tiga pilar utama yang saling mendukung dan berdampak langsung pada kinerja bisnis.
Evaluasi Kinerja dan Potensi yang Rutin dan Objektif
Evaluasi karyawan harus dilakukan secara berkala dengan menggunakan metode yang transparan dan berbasis data, seperti sistem penilaian 360 derajat, Key Performance Indicators (KPI), dan assessment center. Ini memungkinkan perusahaan tidak hanya menilai hasil kerja saat ini, tetapi juga potensi pengembangan karyawan dalam jangka panjang. Evaluasi yang objektif membantu mengidentifikasi talenta terbaik sekaligus memberikan sinyal yang jelas bagi karyawan yang perlu didukung atau disiapkan untuk rotasi atau perubahan karir. Tanpa evaluasi yang disiplin dan berkelanjutan, perusahaan akan sulit mengelola SDM secara strategis dan berisiko kehilangan talenta kritikal di tengah persaingan bisnis.
Investasi Nyata dalam Pelatihan Kepemimpinan yang Relevan dengan Tantangan Bisnis
Pelatihan tidak boleh hanya formalitas atau rutinitas tahunan yang bersifat umum. Investasi pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis saat ini dan masa depan, misalnya leadership agility, digital literacy, atau kemampuan manajerial dalam kondisi krisis. Pendirian pusat pelatihan internal atau kerjasama dengan lembaga profesional menjadi langkah strategis yang memungkinkan transfer ilmu secara intensif dan berkelanjutan. Investasi ini akan menghasilkan pemimpin yang tidak hanya memahami visi dan nilai perusahaan, tetapi juga mampu mengambil keputusan cepat dan tepat dalam menghadapi perubahan pasar.
Pengembangan Pengalaman Kerja yang Beragam melalui Rotasi Jabatan
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk merotasi posisi dan fungsi kerja membantu mereka mengembangkan wawasan bisnis yang holistik dan keterampilan lintas fungsi. Hal ini meningkatkan fleksibilitas organisasi dan kesiapan karyawan dalam mengisi berbagai posisi strategis. Rotasi jabatan juga memperkaya pengalaman dan mempercepat proses pengembangan karir, sekaligus meminimalisir risiko stagnasi dan kejenuhan kerja. Organisasi yang sukses memahami bahwa pengembangan talenta tidak hanya melalui pelatihan teori, tetapi juga melalui pengalaman praktis yang menantang dan variatif.
Jika ketiga langkah ini tidak diimplementasikan secara serius dan konsisten, upaya manajemen talenta hanya akan menjadi jargon korporat tanpa dampak nyata pada bisnis. Hal ini bisa menyebabkan kebocoran talenta, rendahnya motivasi, serta kegagalan perusahaan dalam menjawab tantangan persaingan dan perubahan pasar.
Kelompok 5
2421011018 - Aninda Agustia Andiani
Menariknya GE ini meskipun perusahaan lama yang sudah berdiri dari 1892 tapi pendekatan yang dilakukan GE justru membalik logika lama dulu, banyak perusahaan fokus ke hasil akhir bukan orangnya. Tapi GE justru taruh talenta di tengah strategi. Ini mirip kaya startup zaman sekarang yang berlomba cari top talent sebelum mikirin profit. Jadi meski modelnya dan berdirinya lama, tapi GE memiliki sistem dan ekosistem jaman sekarang.
2421011018 - Aninda Agustia Andiani
Menariknya GE ini meskipun perusahaan lama yang sudah berdiri dari 1892 tapi pendekatan yang dilakukan GE justru membalik logika lama dulu, banyak perusahaan fokus ke hasil akhir bukan orangnya. Tapi GE justru taruh talenta di tengah strategi. Ini mirip kaya startup zaman sekarang yang berlomba cari top talent sebelum mikirin profit. Jadi meski modelnya dan berdirinya lama, tapi GE memiliki sistem dan ekosistem jaman sekarang.
Willya Marsha Annisa W
2421011040
Studi kasus General Electric (GE) menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terencana dan berkelanjutan punya peran besar dalam kesuksesan jangka panjang perusahaan. GE tidak hanya merekrut karyawan berbakat, tapi juga aktif mengembangkan mereka lewat evaluasi rutin, pelatihan eksekutif, dan rotasi jabatan. Strategi ini membuat karyawan merasa dihargai dan punya ruang berkembang, yang akhirnya meningkatkan loyalitas dan kesiapan mereka menghadapi perubahan. Menariknya, GE membuktikan bahwa reward non-finansial seperti pengembangan karier bisa jadi daya tarik kuat dalam membangun citra perusahaan yang positif dan kompetitif di mata karyawan maupun calon talenta baru.
2421011040
Studi kasus General Electric (GE) menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terencana dan berkelanjutan punya peran besar dalam kesuksesan jangka panjang perusahaan. GE tidak hanya merekrut karyawan berbakat, tapi juga aktif mengembangkan mereka lewat evaluasi rutin, pelatihan eksekutif, dan rotasi jabatan. Strategi ini membuat karyawan merasa dihargai dan punya ruang berkembang, yang akhirnya meningkatkan loyalitas dan kesiapan mereka menghadapi perubahan. Menariknya, GE membuktikan bahwa reward non-finansial seperti pengembangan karier bisa jadi daya tarik kuat dalam membangun citra perusahaan yang positif dan kompetitif di mata karyawan maupun calon talenta baru.
Aidha Chelsea Rizal - 2421011038 - Kelompok 5
Mohon izin memberikan tanggapan mengenai study case General Electric pada kelompok 1
Ketika kita bicara tentang manajemen talenta, sebenarnya kita sedang membicarakan manusia bukan sekadar karyawan, tapi sosok yang punya mimpi, potensi, dan keinginan untuk tumbuh. Studi kasus General Electric (GE) memberi kita pelajaran penting bahwa perusahaan besar tidak dibangun oleh sistem saja, tetapi oleh orang-orang yang dikembangkan dengan niat dan konsistensi. GE tidak hanya fokus pada hasil, tapi juga pada proses membentuk pemimpin dari dalam. Mereka percaya bahwa dengan sistem yang tepat evaluasi yang adil, pelatihan yang terstruktur, dan budaya saling percaya siapa pun bisa menjadi aset strategis perusahaan.
Mohon izin memberikan tanggapan mengenai study case General Electric pada kelompok 1
Ketika kita bicara tentang manajemen talenta, sebenarnya kita sedang membicarakan manusia bukan sekadar karyawan, tapi sosok yang punya mimpi, potensi, dan keinginan untuk tumbuh. Studi kasus General Electric (GE) memberi kita pelajaran penting bahwa perusahaan besar tidak dibangun oleh sistem saja, tetapi oleh orang-orang yang dikembangkan dengan niat dan konsistensi. GE tidak hanya fokus pada hasil, tapi juga pada proses membentuk pemimpin dari dalam. Mereka percaya bahwa dengan sistem yang tepat evaluasi yang adil, pelatihan yang terstruktur, dan budaya saling percaya siapa pun bisa menjadi aset strategis perusahaan.
Izin menanggapi ibu..
Eliya Agustina - 2421011036 (Kelompok 4)
Strategi GE yang sangat terstruktur dan terpusat ini masih relevan di era disrupsi digital dan ketidakpastian bisnis. Dunia bisnis sekarang menuntut fleksibilitas dan pengambilan keputusan cepat. Sistem yang terlalu rigid berpotensi menjadi hambatan dalam merespons perubahan. Jadi, menurut kami, struktur manajemen talenta juga perlu disesuaikan agar lebih agile dan responsif terhadap dinamika zaman.
Eliya Agustina - 2421011036 (Kelompok 4)
Strategi GE yang sangat terstruktur dan terpusat ini masih relevan di era disrupsi digital dan ketidakpastian bisnis. Dunia bisnis sekarang menuntut fleksibilitas dan pengambilan keputusan cepat. Sistem yang terlalu rigid berpotensi menjadi hambatan dalam merespons perubahan. Jadi, menurut kami, struktur manajemen talenta juga perlu disesuaikan agar lebih agile dan responsif terhadap dinamika zaman.
kelompok 6
2421011004 - Roy Saga
kasus GE menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terstruktur dan berkelanjutan, seperti melalui evaluasi “Session C”, pelatihan di Crotonville, dan rotasi jabatan, efektif dalam menciptakan pemimpin berkualitas dan memperkuat daya saing perusahaan. Pendekatan ini meningkatkan retensi, adaptabilitas, dan menjadikan talenta sebagai aset strategis. Jika diterapkan di perusahaan lain, strategi ini berpotensi menciptakan keunggulan jangka panjang, asalkan disesuaikan dengan konteks dan kapasitas masing-masing organisasi.
2421011004 - Roy Saga
kasus GE menunjukkan bahwa manajemen talenta yang terstruktur dan berkelanjutan, seperti melalui evaluasi “Session C”, pelatihan di Crotonville, dan rotasi jabatan, efektif dalam menciptakan pemimpin berkualitas dan memperkuat daya saing perusahaan. Pendekatan ini meningkatkan retensi, adaptabilitas, dan menjadikan talenta sebagai aset strategis. Jika diterapkan di perusahaan lain, strategi ini berpotensi menciptakan keunggulan jangka panjang, asalkan disesuaikan dengan konteks dan kapasitas masing-masing organisasi.