Komentar

Komentar

Number of replies: 30

Mahasiswa berikan komentar kalian terkait isi yang dibahas dalam artikel. berikan tanggapan kalian, artikel ini sebagai aktivitas perkuliahan hari ini. semua wajib menanggapi. tulis nama npm dan prodi

In reply to First post

Re: Komentar

by 2115011057_Muhammad Derrin Toshiro -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Nama : Muhammad Derrin Toshiro
NPM : 2115011057
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pertemuan hari ini,
Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini. Konsep individualitas dalam konteks yang lebih jauh tampak dan tercermin pada pandangan-pandangan liberalisme yang menekankan pada prinsip kebebasan sebagai hal yang utama dari keberadaan manusia.

Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.

Paradigma Pancasila
Pancasila adalah ideologi yang sangat relevan di antara tawaran-tawaran ideologi lainnya, utamanya dalam hal penyikapan terhadap konsep manusia. Problem yang muncul hanyalah kemudian, dapatkah Pancasila sebagai ideologi jalan tengah bisa lebih diterima secara lebih luas lagi. Hal ini perlu dinyatakan terkait dengan belum terlihatnya Pancasila sebagai filsafat atau ideologi jalan tengah di antara dikotomi ideologi berdasar individualisme dan sosialisme dengan ide-ide turunannya.

Hakikat manusia seimbang Pancasila yang menempatkan sisi individualitas dan sosialitas manusia dalam sebuah dinamika yang tidak saling memutlakkan
memunculkan nilai-nilai utama di dalamnya, yaitu:
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila. Secara praksis konsep manusia seimbang khas Pancasila sebagai intisari dari pemaknaan Pancasila sebagai fisafat jalan tengah melahirkan nilainilai keutamaan yaitu nilai keterbukaan, nilai tanggung jawab; nilai solidaritas, nilai kepercayaan; nilai keadilan, dan nilai kerjasama. Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri kemanusiaan bangsa Indonesia.
In reply to First post

Re: Komentar

by Yashinta Amelia Dwi Maharani -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Yashinta Amelia Dwi Maharani
NPM : 2115011047
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini,
1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by muhammad azzuura alwan saputro -
Nama : Muhammad Azzuura Alwan Saputro
NPM : 2115011048
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pertemuan hari ini,
Didalam kehidupan masyarakat berkembang beberapa paradigma didalam masyarakat yaitu
Paradigma individualisme menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.Paradigma individu merubah diri seseorang tetapi tidak merubah sekelompok masyarakat, kita tahu bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri tetapi dalam sebuah masyarakat perubahan harus dilakukan setiap anggota masyarakatnya, jika hanya individu saja yang berubah maka perubahan itu sulit terjadi berbeda jika seluruh masyarakatnya menjadi satu kesatuan untuk berubah.Paradigma sosialisme menganggap masyarakat sebagai komunitas organisme sosial yang didalamnya terdapat etika sosial yang berfungsi untuk sarana yang paling baik untuk memecahkan semua masalah yang timbul dalam rangka proses industrialisasi.Paradigma pancasila melihat bahwa tidak pada tempatnya untuk memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaran dan kebebasan. Pancasila dalam melihat aspek individualitas dan sosialitas manusia terlihat mengakomodasikan dua sisi ini dalam satu sudut pandang baru, yaitu bahwa individulitas dan sosialitas tidak mungkin untuk saling ditiadakan, namun justru di dalam pertemuan antara individualitas dan sosialitas inilah manusia mendapatkan kepenuhannya. Pancasila melihat bahwa manusia harus menempatkan titik keseimbangan antara otonomi dirinya atau individualitasnya dengan sosialitasnya. Keseimbangan dalam kedua aspek individualitas dan sosialitasnya ini mampu mendinamisasi situasi disaat manusia harus aktif ketika manusia menciptakan sesuatu untuk mengembangkan diri dan orang lain.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional

1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri kemanusiaan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila
In reply to First post

Re: Komentar

by 2115011067_Mashurio Amirul Huda -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Mashurio Amirul Huda
NPM : 2115011067
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini,
1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by WELDO YOSEP HUTAGALUNG -
Nama : Weldo Yosep Hutagalung
Npm : 2115011109
Prodi : S1 Teknik Sipil
Izin menanggapi isi artikel

Semua ideologi bersumber dari pemikiran-pemikiran individu-individu. Individualisme menekankan peran individu dalam konteks masyarakat, yang dapat menciptakan suatu sistem keseimbangan karena interaksi dengan pemikiran antar individu.
Sosialisme adalah sisi sosial yang dihadapkan dengan tiap individu. Individu menyadari bahwa sifat hukum masyarakat tidak dapat dielakkan, harus berpartisipasi, dan berperan penuh di dalamnya.
Pancasila menganut sistem yang seimbang antara individualisme dan sosialisme yang tidak dapat saling memutlakkan sehingga memunculkan nilai-nilai di dalamnya, yaitu :
1. Nilai keterbukaan
2. Nilai tanggungjawab
3. Nilai solidaritas
4. Nilai kepercayaan
5. Nilai keadilan
6. Nilai kerjasama
In reply to First post

Re: Komentar

by Lisa Alfina Damayanti -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Nama : Lisa Alfina Damayanti
NPM : 2115011079
Kelas : C
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin mengomentari artikel yang berjudul "Kontekstualisasi Pancasila sebagai filsafat jalan tengah dalam memperkokoh ketahanan nasional"

Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia ini memiliki ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan sehingga mengalami dinamika sampai dengan situasi hari ini. Di mana nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat ini dapat menjadi solusi atau jalan tengah yang berhasil dikembangkan untuk memberikan kontekstualisasi yang kuat terhadap upaya dalam memperkokoh ketahanan nasional.
Nilai-nilai tersebut diantaranya yaitu nilai keterbukaan, nilai tanggung jawab, nilai solidaritas, nilai kepercayaan, nilai keadilan, dan nilai kebersamaan. Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia untuk memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri bangsa Indonesia. Nilai yang pertama yaitu nilai keterbukaan, nilai keterbukaan mencerminkan aktualisasi manusia yang seimbang dengan Pancasila, artinya aktualisasi tersebut tampak pada sikap hidup masyarakat Indonesia yang mampu menerima perbedaan dan sikap terbuka terhadap perbedaan. Hal ini menjadi syarat utama dalam menciptakan hubungan yang interpersonal dan dialog yang bermutu serta bernilai sebagaimana individu dalam masyarakat yang dapat memahami orang lain dalam setiap perbedaan yang dimilikinya. Selanjutnya yaitu nilai tanggung jawab. Dalam hal ini tanggung jawab sosial memberikan setiap pribadi individu untuk mendapat pengakuan akan kehadiran sekaligus kebebasan. Nilai tanggung jawab dalam masyarakat dapat dilakukan dengan sikap mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan yang individual semata. Nilai yang ketiga yaitu nilai solidaritas, nilai solidaritas menunjukkan bahwa individual itu seimbang dengan sosialitas nya dan nilai solidaritas ini dibangun atas keseimbangan hubungan dari sisi individual dan sosialitas manusia. Nilai individu dapat diwujudkan melalui semangat penghargaan atas pandangan kesejajaran harkat dan martabat manusia. Nilai solidaritas juga dapat membangun persaudaraan umat manusia. Nilai yang keempat yaitu nilai kepercayaan, kepercayaan yang terbangun dalam komunitas menciptakan kestabilan sosial yang bersifat jangka panjang. Kepercayaan tumbuh dalam relasi sosial yang baik, oleh karena itu kepercayaan hanya bisa terwujud ketika individu melibatkan orang lain sebagai pihak yang berelasi dengan individu tersebut. Nilai kepercayaan dapat diwujudkan dengan memegang teguh komitmen serta menghargai setiap amanah kepercayaan yang diberikan. Kepercayaan yang diberikan harus diwujudkan dalam komitmen untuk memperjuangkan kebaikan bersama sebagai kemaslahatan publik yang tidak terjebak pada kepentingan berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan. Kepercayaan menjadi modal sosial yang sangat bernilai untuk membangun masyarakat yang bermartabat. Nilai yang selanjutnya yaitu nilai keadilan, nilai keadilan mengartikan bahwa setiap individu mempunyai hak, kewajiban, dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya. Masing-masing individu berhak untuk menentukan hidupnya sendiri dengan segala aspek kehidupan yang digunakan untuk mengembangkan dirinya secara maksimal. Perbedaan dalam hak dan kewajiban serta tanggung jawab bukanlah hal yang mendasar pada perbedaan kodrat keturunan agama, suku, ras, serta golongan yang berdasarkan fungsi yang dijalankan dalam masyarakat. Nilai yang terakhir yaitu nilai kerjasama, kerjasama merupakan sebuah prinsip yang mengakomodasikan semua potensi dalam kerangka mencapai tujuan bersama. Nilai kerjasama mengandung nilai khusus dari Pancasila yang diturunkan dari norma keseimbangan hakikat manusia seimbang Pancasila yaitu nilai gotong royong. Gotong royong mengandung prinsip kebersamaan yang mengartikan bahwa peran individu dalam merealisasikan proyek-proyek sosialitas manusia. Gotong-royong menjadi bentuk kekerasan masyarakat yang mengakui adanya sifat individual dan sosial manusia.

Sekian, terimakasih

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
In reply to First post

Re: Komentar

by MUHAMMAD RIZKI HAMDANI -
Nama : Muhammad Rizki Hamdani
NPM : 2115011089
Prodi : S1 Teknik Sipil

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Izin menanggapi artikel yang ada di pertemuan 11
Artikel tersebut membahas tentang Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan berat. ATHG dewasa ini saling tumpang tindah dan berkelindan antar bidang, baik sosial, budaya, ekonomi maupun ideologi. Dalam kasus terkahir, pandemi Covid19 juga dapat sebagai trigger atau pendorong masalah-masalah ketahanan nasional apabila tidak tertangani secara baik. Pancasila sebagai 71 filsafat jalan tengah memiliki nilai strategis dan relevansi yang sangat tinggi jika dikaitkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan lebih jauh dalam konteks pembentukan ketahanan nasional. Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa dan negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya. Pemahaman Pancasila sebagai filsafat jalan tengah yang bersumber dari pemaknaan atas jati diri manusia Indonesia, menjadi jalan bagi upaya pemaknaan yang lebih jauh tentang bagiamana ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia seharusnya dibangun.
Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
Konsep individualitas dalam konteks yang lebih jauh ini tampak dan tercermin pada pandangan-pandangan liberalisme yang menekankan pada prinsip kebebasan sebagai hal yang utama dari keberadaan manusia. Ideologi liberalisme dewasa ini sebagai cerminan dari individualisme ini menjadi ideologi yang banyak menarik pengikut. Ideologi ini namun juga membawa konsekuensi lanjutan yang tidak sedikit karena ide kebebasan yang tidak terkendali juga memunculkan masalah baru dalam banyak aspek dan bidang.

Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.
Pandangan utama Comte mengenai sosialitas manusia sebagai dasar dari kehidupan bermasyarakat dalam etika sosial yang ditawarkan. Menurut Comte, etika sosial adalah satu-satunya sarana yang paling baik untuk memecahkan semua masalah yang timbul dalam rangka proses industrialisasi. Comte berpendapat bahwa dapat ditarik sebuah pokok pikiran sejarah dunia menurutnya adalah proses evolusi akal-budi, yang dalam perkembangannya dikuasai oleh hukum yang satu dan sama bagi seluruh dunia. Umat manusia dipandang sebagai satu badan hidup yang tak mati. Individu-individu adalah bagian-bagian organisme itu, yang hidup demi kepentingan keseluruhan. Inilah holisme dan kolektivisme.

Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori konflik.
Pancasila melihat bahwa tdak pada tempatnya untuk memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaan dan kebebasan. Manusia yang tidak diasingkan dari diri sendiri, merasa diri bebas dan berkuasa atas hidupnya sendiri. Kesadaran sebagai individu berkaitan erat dengan kebebasan eksistensial. Manusia demikian juga apabila bertindak sama seperti banyak orang lain, manusia menyadari kemungkinan untuk bertindak tidak sama. Bertindak sama atau tidak itu diputuskan sendiri olehnya sewaktu-waktu dapat diputuskan sendiri.
Manusia di dalam Pancasila juga dipandang sebagai entitas berkesadaran yang memiliki relasi vertikal dan horisontal. Relasi vertikal mencerminkan aspek religiusitasnya, sedangkan relasi horisontal 79 mencerminkan aspek humanitasnya. Aspek humanitas dilahirkan dari dua unsur sifat yang dimilikinya yaitu individualitas dan sosialitas.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

KESIMPULAN, Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.
In reply to First post

Re: Komentar

by Zillia Chairani -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Nama : Zillia Chairani
NPM : 2115011028
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pertemuan hari ini,

Paradigma Individualisme
Menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah. Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya. Individualisme ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Jean Jacque Rousseau (1712-1778).

Paradigma Sosialisme
Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. hanya melalui masyarakat sebagai kenyataan objektif manusia maka kestabilan, kemakmuran hanya dapat diperoleh oleh individu, dan hanya jika individu-individu anggota masyarakat menyadari sifat tak terelakkan dari hukum masyarakat, dapat menyesuaikan diri, dan berpartisipasi penuh di dalamnya. Sisi sosialitas manusia yang sebenarnya membawa kebaikan dan kenyamanan hidup pada manusia. Pandangan-pandangan sosialisme manusia ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Augus Comte (1798-1857) dan Herbert Spencer (1820-1903).

Paradigma Pancasila
Pancasila melihat bahwa tdak pada tempatnya untuk memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaan dan kebebasan. Manusia yang tidak diasingkan dari diri sendiri, merasa diri bebas dan berkuasa atas hidupnya sendiri. Kesadaran sebagai individu berkaitan erat dengan kebebasan eksistensial. Manusiademikian juga apabila bertindak sama seperti banyak orang lain, manusia menyadari kemungkinan untuk bertindak tidak sama. Bertindak sama atau tidak itu diputuskan sendiri olehnya sewaktu-waktu dapat diputuskan sendiri.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri
kemanusiaan bangsa Indonesia.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Liana Oktavia -
Nama : Liana Oktavia
NPM : 2115011027
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pertemuan ke 11

Paradigma Individualisme
Individualisme menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini
dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah. Sejarah selalu berulang. Revolusi-revolusi dalam masyarakat (misalnya politik maupun budaya) hanya menghasilkan pergeseran saja. Selalu sudah ada dan selalu akan ada konfrontasi dan aduan kekuatan antara pusat-pusat individual, konfrontasi mana disusul suatu keseimbangan baru, yang pada pokoknya tidak berbeda dari kesimbangan lama.
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu. Tesis yang diajukan bahwa hanya melalui masyarakat sebagai kenyataan objektif manusia maka kestabilan, kemakmuran hanya dapat diperoleh oleh individu, dan hanya jika individu-individu anggota masyarakat menyadari sifat tak terelakkan dari hukum masyarakat, dapat menyesuaikan diri, dan berpartisipasi penuh di dalamnya. Sisi sosialitas manusia yang sebenarnya membawa kebaikan dan kenyamanan hidup pada manusia.

Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori
konflik. Gambaran manusia yang diturunkan dari pemikiran August Comte, Herbert Spencer dan Marx lebih banyak bercorak kolektivis, holistis, dan organistis, sedangkan manusia yang tampil dalam teori konflik lebih banyak bercorak individualis sebagaimana tercermin dari pemikiran John Locke, maupun Thomas Hobbes.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai keterbukaan
2. Nilai tanggungjawab
3. Nilai solidaritas
4. Nilai kepercayaan
5. Nilai keadilan
6. Nilai kerjasama
In reply to First post

Re: Komentar

by I Gusti Komang Satria Guna Wibawa -
Nama : I Gusti Komang Satria Guna Wibawa
NPM : 2115011008
Prodi : S1 Teknik Sipil
Izin menanggapi artikel pada pertemuan 11
Pada artikel yang berjudul “Kontekstualisasi Pancasila Sebagai Filsafat Jalan Tengah Dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional” membahas tentang Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan berat. Penelitian ini hendak mengkaji aspek lain dari ATHG ketahanan nasional dalam persepktif yang lebih mendasar melalui pengkajian Pancasila sebagai filsafta jalan tengah dalam menghadirkan nilainilai dasar yang dapat dikontekstualisasikan dalam penguatan ketahanan nasional.

Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini. Individualisme juga menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah.

Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.

Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori konflik. Gambaran manusia yang diturunkan dari pemikiran August Comte, Herbert Spencer dan Marx lebih banyak bercorak kolektivis, holistis, dan organistis, sedangkan manusia yang tampil dalam teori konflik lebih banyak bercorak individualis sebagaimana tercermin dari pemikiran John Locke, maupun Thomas Hobbes.
Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai keterbukaan
2. Nilai tanggung jawab
3. Nilai solidaritas
4. Nilai kepercayaan
5. Nilai keadilan
6. Nilai kerja sama
Dari uraian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.
Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
In reply to First post

Re: Komentar

by 2115011117_ Yogi Adya Tama -

NAMA : Yogi Adya Tama

NPM : 2115011117

PRODI : S1 Teknik Sipil


Assallamuallaikum Wr Wb.

izin menanggapi artikel yang berjudul :

“KONTEKSUALISASI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT JALAN TENGAH DALM MEMPERKOKOH KETAHANAN NASIONAL”

Paradigma Individualisme 

Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya.

Paradigma Sosialisme 

Sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu


Paradigma Pancasila 

Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pancasila dalam melihat aspek individualitas dan sosialitas manusia terlihat mengakomodasikan dua sisi ini dalam satu sudut pandang baru, yaitu bahwa individulitas dan sosialitas tidak mungkin untuk saling ditiadakan, namun justru di dalam pertemuan antara individualitas dan sosialitas inilah manusia mendapatkan kepenuhannya.

Ide-ide individualisme dan sosialisme dalam ranah ideologi yang bersifat praksis mudah dikenali, tetapi tidak mudah pada Pancasila untuk dikenali sebagai ide jalan tengah. Secara strategis yang dapat dilakukan adalah dengan memunculkan ide-ide turunan yang berhulu pada ide jalan tengah Pancasila. Ide turunan tersebut antara lain adalah gotong royong. Ide-ide turunan ini harus sedemikian rupa menjadi ciri pengenal dari Pancasila. Hanya melalui ide-ide turunan inilah Pancasila mendapatkan tempat dalam persinggungan ideologi-ideologi besar lainnya

Pancasila sebagai salah satu bentuk ideologi yang berakar pada filsafat jalan tengah maka Pancasila juga harus menjadi orientasi dasar dalam kehidupan bernegara. Orientasi dasar Pancasila adalah wawasan ke depan yang integral dan integratif, mengakui dan mengembangkan kehidupan sosialreligius, memiliki orientasi pada manusia dan kemanusiaan. Semua orientasi tersebut berlandaskan pada norma dasar keseimbangan. Norma jalan tengah yang sangat penting untuk dipilih dan sekaligus telah menunjukkan kenyataan dari Pancasila itu sendiri

Orientasi keseimbangan ini juga mendorong suasan kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai kekeluargaan. Keberadaan orang lain bukan dipandang sebagai musuh (homo homini lupus), melainkan sebagai sesama (partner)-hidup kebersamaan, ko-eksistensi. Pandangan ini menjadikan hidup personal dan hidup sosial dipandang sebagai hal yang sama penting. Pandangan ini juga menjadikan yang satu tidak dikebawahkan pada yang lain, melainkan yang satu punya hubungan timbal balik dengan yang lain, Usaha bersama dipandang sebagai sesuatu yang berharga dan berguna bagi pertumbuhan hidup personal . Salah satu perwujudan tersebut sebagaimana telah disebutkan di atas adalah gotong royong, dan ko-operasi. Gotong-royong dan ko-operasi menjadi salah satu ide turunan yang dapat diwujudkan dalam sistem kehidupan riil bangsa Indonesia, baik sistem kehidupan sosial budaya, sistem kehidupan politik dan sistem keamanan dan keamanan, serta sistem kehidupan ekonomi. Orientasi dasar yang demikian ini juga dapat menjadi pembanding dengan krisis-krisis yang terjadi pada ideologi besar lainnya.


Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional

1. Nilai Keterbukaan

2. Nilai Tanggung Jawab

3. Nilai Solidaritas

4. Nilai Kepercayaan

5. Nilai Keadilan

6. Nilai Kerjasama


Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

Sekian tanggapan dari saya mohon maaf jika terdapat kesalahan, 

Wassallamuallaikum Wr. Wb.

In reply to First post

Re: Komentar

by Fahrezi Diaz Pribadi -
Nama : Fahrezi Diaz Pribadi
Npm : 2115011069
Prodi : S1 Teknik Sipil
Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini

Artikel tersebut membahas tentang "KONTEKSTUALISASI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT JALAN
TENGAH DALAM MEMPERKOKOH KETAHANAN NASIONAL". Pancasila dalam melihat aspek individualitas dan sosialitas manusia terlihat mengakomodasikan dua sisi ini dalam satu sudut pandang baru, yaitu bahwa individulitas dan sosialitas tidak mungkin untuk saling ditiadakan, namun justru di dalam pertemuan antara individualitas dan sosialitas inilah manusia mendapatkan kepenuhannya. Sebagai salah satu bentuk ideologi yang berakar pada filsafat jalan tengah, Pancasila juga harus menjadi orientasi dasar dalam kehidupan bernegara. Orientasi dasar Pancasila adalah wawasan ke depan yang integral dan integratif, mengakui dan mengembangkan kehidupan sosial religius, memiliki orientasi pada manusia dan kemanusiaan. Semua orientasi tersebut berlandaskan pada norma dasar keseimbangan. Keseimbangan dalam kedua aspek individualitas dan sosialitasnya ini mampu mendinamisasi situasi disaat manusia harus aktif ketika manusia menciptakan sesuatu untuk mengembangkan diri dan
orang lain.
Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
In reply to First post

Re: Komentar

by 2115011077_ MOCHAMMAD TOBARANI ELSADDAM -
Nama : M.Tobarani Elsaddam
NPM : 2115011077
Kelas : C
Prodi : S1 Teknik Sipil

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Izinkan saya menanggapi artike di atas yang berjudul KONTEKSTUALISASI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT JALAN TENGAH DALAM MEMPERKOKOH KETAHANAN NASIONAL.
1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3.Paradigma Pancasila Pancasila melihat bahwa tdak pada tempatnya untuk memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaan dan kebebasan. Manusia yang tidak diasingkan dari diri sendiri, merasa diri bebas dan berkuasa atas hidupnya sendiri. Kesadaran sebagai individu berkaitan erat dengan kebebasan eksistensial. Manusiademikian juga apabila bertindak sama seperti banyak orang lain, manusia menyadari kemungkinan untuk bertindak tidak sama. Bertindak sama atau tidak itu diputuskan sendiri olehnya sewaktu-waktu dapat diputuskan sendiri.
Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional :
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
Kesimpulannya yaitu Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.
Sekian
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
In reply to First post

Re: Komentar

by Fikri Ramadhan -
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh
Izin memperkenalkan diri
Nama : Fikri Ramadhan
NPM : 2155011008
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin memberikan tanggapan terkait artikel pada pertemuan ke-11.

Pancasila adalah ideologi yang sangat relevan di antara option ideologi lainnya, utamanya dalam hal penyikapan terhadap konsep manusia. Problem yang muncul hanyalah kemudian, dapatkah Pancasila sebagai ideologi jalan tengah bisa lebih diterima secara lebih luas lagi. Ide-ide individualisme dan sosialisme dalam ranah ideologi yang bersifat praksis mudah dikenali, tetapi tidak mudah pada Pancasila untuk dikenali sebagai ide jalan tengah. Oleh karenanya persoalan penting dan strategis dari Pancasila untuk dapat secara mudah dikenali di antara dua dikotomi individualisme dan sosialisme. Secara strategis yang dapat dilakukan adalah dengan memunculkan ide-ide turunan yang berhulu pada ide jalan tengah Pancasila. Jika individualisme mudah dikenali dengan ide turunan lainnya misalnya liberalisme dan kapitalisme , serta jika sosialisme mudah dikenali dengan ide turunan lainnya misalnya kolektivisme dan sosialisme dalam bidang ekonomi maupun politik , maka Pancasila juga harus menemukan ide turunan tersebut. Ide turunan tersebut antara lain adalah gotong royong. Ide-ide turunan ini harus sedemikian rupa menjadi ciri pengenal dari Pancasila.

Paradigma Individualisme Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran individu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini. Tidak ada kaitan sosial batiniah yang dari dalam diri manusia mempersatukan mereka menjadi masyarakat.

Pancasila melihat bahwa manusia harus menempatkan titik keseimbangan antara otonomi dirinya atau individualitasnya dengan sosialitasnya. Individualitas dan sosialitas bukanlah realitas yang berdiri secara terpisah, melainkan dua sisi atau segi dari realitas yang satu dan sama. Individualitas dan sosialitas adalah satu kesatuan. Namun dalam posisi yang demikian keseimbangan di antara keduanya menjadi hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila.Hakikat manusia seimbang Pancasila yang menempatkan sisi individualitas dan sosialitas manusia dalam sebuah dinamika yang tidak saling memutlakkan memunculkan nilai-nilai utama di dalamnya.
Nilai-nilai tersebut adalah :

1. Nilai Keterbukaan, yaitu : Keterbukaan menjadi syarat penting bagi manusia untuk dapat berkembang dalam seluruh dimensinya. Keterbukaan menjadi syarat utama dalam menciptakan hubungan interpersonal dan dialog yang bermutu dan bernilai.

2. Nilai Tanggung Jawab, yaitu : Hakikat manusia seimbang Pancasila sebagai wujud dari filsafat jalan tengah juga memberikan landasan nilai tanggung jawab yang sangat penting sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia. Keseimbangan dalam diri manusia yang memberikan jalan tengah pada sisi sosialitas dan individualitasnya memunculkan sikap tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan atas kemanusiaan karena dalam tangggung jawab terdapat dimensi internal dan dimensi eksternal.

3. Nilai Solidaritas, yaitu : Solidaritas merupakan nilai keutamaan yang muncul bersamaan dan seiring dengan nilai keutamaan tanggung jawab. Solidaritas adalah prinsip hidup yang paling dekat dengan pengalaman hidup bersama. Solidaritas adalah bentuk lain dari sikap dan penerimaan diri individu terhadap individu yang lain. Solidaritas adalah cara memandang dan menerima orang lain dalam kebersamaan hidup yang saling menyatukan. Solidaritas memberikan ikatan individu satu dengan yang lainnya dalam konteks kehidupan bersama sebagai manusia.

4. Nilai Kepercayaan, yaitu : Kepercayaan adalah nilai keutamaan yang hadir dalam relasi keseimbangan sisi individualitas dan sosialitas manusia. Kepercayaan juga mengandaikn bahwa semua hal sudah mempertimbangkan titik keseimbangan dalam setiap aspek yang ada , apapun itu. Kepercayaan juga merupakan sebuah afirmasi pengakuan sosialitas manusia yang menonjol, sebagai bagian dari individualitas manusia. Kepercayaan adalah bentuk kongkret dari penerimaan diri manusia yang bersifat individual dengan berorientasi pada orang lain. Kepercayaan hanya bisa terwujud ketika individu melibatkan orang lain sebagai pihak yang berelasi dengan individu tersebut.

5. Nilai Keadilan, yaitu : Nilai keadilan selain mengandaikan keterkaitan relasi individu dengan individu lainnya. Keterarahan terhadap orang lain inilah yang menjadi inti dari makna keadilan. Keadilan adalah bentuk pengakuan kesederajatan setiap individu dengan individu yang lain. Dalam relasi sosial keadilan merupakan nilai penting dalam upaya membangun kehidupan sosial yang bermartabat. Keadilan merupakan cerminan sikap seimbang. Karena hakikat adil adalah keseimbangan. Norma keseimbangan dalam hakikat manusia seimbang ini menjadi dasar dari nilai keadilan ini.

6. Nilai Kerjasama, yaitu : Hakikat manusia seimbang Pancasila sebagai wujud dari filsafat jalan tengah juga memberikan sebuah nilai penting lain selain nilai utama keterbukaan, tanggung jawab, solidaritas, kepercayaan. Nilai keutamaan tersebut adalah kerja sama. Nilai keutamaan kerja sama merupakan komprehensifasi dari nilai keterbukaan, tanggung jawab, solidaritas, dan kepercayaan. Keutamaan nilai kerjasama bersifat sangat praktis. Kerja sama merupakan sebuah prinsip yang mengakomodasikan semua potensi dalam kerangka mencapai tujuan tertentu.

Sekian tanggapan dari saya.
Terima kasih, Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Cintia Febriani -
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Izin memperkenalkan diri,
Nama : Cintia Febriani
NPM : 2115011017
Kelas : C
Prodi : S1 Teknik Sipil

Berdasarkan artikel di atas, saya memiliki beberapa tanggapan mengenai topik yang dibahas pada artikel tersebut.

Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan berat. Ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan atau ATHG menjadi kosa kata utama dan diskursus, serta upaya-upaya penguatan ketahanan nasional ATHG yang dihadapi Indonesia saat
ini terus berubah secara dinamis baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, artikel ini membahas tentang kajian aspek lain dari ATGH ketahanan nasional dalam perspektif yang lebih mendasar melalui pengkajian Pancasila sebagai Filsafat Jalan Tengah dalam menghadirkan nilai-nilai dasar yang dapat dikontekstualisasikan dalam penguatan Ketahanan Nasional.

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah yang bersumber dari pemaknaan atas jati diri manusia Indonesia, menjadi jalan bagi upaya pemaknaan yang lebih jauh tentang bagaimana ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia seharusnya dibangun.

Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya. Individualisme juga menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah.

Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.

Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori konflik. Gambaran manusia yang diturunkan dari pemikiran August Comte, Herbert Spencer dan Marx lebih banyak bercorak kolektivis, holistis, dan organistis, sedangkan manusia yang tampil dalam teori
konflik lebih banyak bercorak individualis sebagaimana tercermin dari pemikiran John Locke, maupun Thomas Hobbes.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri kemanusiaan bangsa Indonesia.

Sekian tanggapan dari saya, terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
In reply to First post

Re: Komentar

by Fadel Azra -
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh
Izin memperkenalkan diri
Nama : Fadel Azra
NPM : 2115011078
Prodi : S1 Teknik Sipil


Artikel tersebut membahas tentang Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia saat ini menghadapi tantangan yg luar biasa akbar serta berat. ATHG dewasa ini saling tumpang tindah serta berkelindan antar bidang, baik sosial, budaya, ekonomi maupun ideologi. pada kasus terkahir, pandemi Covid19 juga dapat menjadi trigger atau pendorong problem-duduk perkara ketahanan nasional apabila tidak tertangani secara baik. Pancasila menjadi 71 filsafat jalan tengah memiliki nilai strategis serta relevansi yg sangat tinggi Bila dikaitkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia dan lebih jauh pada konteks pembentukan ketahanan nasional. Pancasila menjadi sebuah ideologi bangsa serta negara Indonesia memiliki nilai-nilai yg tidak selaras dengan ideologi-ideologi lainnya. Pemahaman Pancasila sebagai filsafat jalan tengah yang bersumber asal pemaknaan atas jati diri manusia Indonesia, menjadi jalan bagi upaya pemaknaan yg lebih jauh ihwal bagiamana ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia seharusnya dibangun.
kerangka berpikir Individualisme
semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran wacana kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan kiprah invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun pada konstruksi kehidupan ini.
Konsep individualitas dalam konteks yang lebih jauh ini tampak dan tercermin di pandangan-pandangan liberalisme yang menekankan pada prinsip kebebasan menjadi hal yang primer dari keberadaan manusia. Ideologi liberalisme dewasa ini menjadi cerminan dari individualisme ini menjadi ideologi yang poly menarik pengikut. Ideologi ini namun pula membawa konsekuensi lanjutan yang tidak sedikit karena wangsit kebebasan yg tidak terkendali juga memunculkan persoalan baru pada poly aspek dan bidang.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional

1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Sekian poin-poin dari saya, terima kasih.
In reply to First post

Re: Komentar

by Fathan Naufal Ahsan -
Nama : Fathan Naufal Ahsan
Npm : 2115011108
Prodi : S1 Teknik Sipil

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

KESIMPULAN, Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Merisa Trisda Yanti -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Merisa Trisda Yanti
NPM : 2115011129
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini,
1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Gabriel Purba -
Nama : Gabriel Purba
Npm : 2115011109
Prodi : S1 Teknik Sipil
Izin menanggapi isi artikel

Paradigma Individualisme:
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya. Individualisme juga menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah. Masyarakat dibayangkan seperti sebuah mekanisme atau sistem dalam pandangan individualistis. Mesin terdiri dari banyak suku cadang yang dari diri sendiri tidak pernah mampu membentuk suatu kesatuan. Suku cadang dipasang dan disambung satu sama lain dari luar; hubungan antar mereka tetap bersifat lahiriah saja, ewaktu-waktu mereka akan dapat dibongkar dengan rekayasa teknik tertentu.
Konsep ini dalam filsafat sosial dan sosiologi memberikan cara pandang untuk melihat ke belakang dalam usahnya mencari sebab-sebab semua gejala sosial.

Paradigma Sosialisme:
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.

Paragdima Pancasila:
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori konflik. Gambaran manusia yang diturunkan dari pemikiran August Comte, Herbert Spencer dan Marx lebih banyak bercorak kolektivis, holistis, dan organistis, sedangkan manusia yang tampil dalam teori
konflik lebih banyak bercorak individualis sebagaimana tercermin dari pemikiran John Locke, maupun Thomas Hobbes.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai keterbukaan
2. Nilai tanggungjawab
3. Nilai solidaritas
4. Nilai kepercayaan
5. Nilai keadilan
6. Nilai kerjasama
Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri kemanusiaan bangsa Indonesia.

Dari ringkaian uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila
In reply to First post

Re: Komentar

by SRI ANNISA MAHARANI -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Izin memperkenalkan diri
Nama : Sri Annisa Maharani
NPM : 2155011007
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pertemuan hari ini,
Paradigma Individualisme,Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini. Individualisme juga menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah.
Paradigma Sosialisme, Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.
Paradigma Pancasila,Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori konflik. Gambaran manusia yang diturunkan dari pemikiran August Comte, Herbert Spencer dan Marx lebih banyak bercorak kolektivis, holistis, dan organistis, sedangkan manusia yang tampil dalam teori konflik lebih banyak bercorak individualis sebagaimana tercermin dari pemikiran John Locke, maupun Thomas Hobbes.
Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai keterbukaan
2. Nilai tanggung jawab
3. Nilai solidaritas
4. Nilai kepercayaan
5. Nilai keadilan
6. Nilai kerja sama

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Aldo Aldo Tri Prabowo -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Nama : Aldo Tri Prabowo
NPM : 2115011029
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini,
Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia ini memiliki ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan sehingga mengalami dinamika sampai dengan situasi hari ini. Di mana nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat ini dapat menjadi solusi atau jalan tengah yang berhasil dikembangkan untuk memberikan kontekstualisasi yang kuat terhadap upaya dalam memperkokoh ketahanan nasional.
Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa dan negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya. Pemahaman Pancasila sebagai filsafat jalan tengah yang bersumber dari pemaknaan atas jati diri manusia Indonesia, menjadi jalan bagi upaya pemaknaan yang lebih jauh tentang bagiamana ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia seharusnya dibangun.

1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Fauzan Rizki Setiawan -
Nama : Fauzan Rizki Setiawan
NPM : 2115011098
Kelas : C
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pertemuan hari ini

Konsep individualitas dalam konteks yang lebih jauh tampak dan tercermin pada pandangan-pandangan liberalisme yang menekankan pada prinsip kebebasan sebagai hal yang utama dari keberadaan manusia.

Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.

Paradigma Pancasila
Pancasila adalah ideologi yang sangat relevan di antara tawaran-tawaran ideologi lainnya, utamanya dalam hal penyikapan terhadap konsep manusia. Problem yang muncul hanyalah kemudian, dapatkah Pancasila sebagai ideologi jalan tengah bisa lebih diterima secara lebih luas lagi. Hal ini perlu dinyatakan terkait dengan belum terlihatnya Pancasila sebagai filsafat atau ideologi jalan tengah di antara dikotomi ideologi berdasar individualisme dan sosialisme dengan ide-ide turunannya.

Hakikat manusia seimbang Pancasila yang menempatkan sisi individualitas dan sosialitas manusia dalam sebuah dinamika yang tidak saling memutlakkan
memunculkan nilai-nilai utama di dalamnya, yaitu:
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila. Secara praksis konsep manusia seimbang khas Pancasila sebagai intisari dari pemaknaan Pancasila sebagai fisafat jalan tengah melahirkan nilainilai keutamaan yaitu nilai keterbukaan, nilai tanggung jawab; nilai solidaritas, nilai kepercayaan; nilai keadilan, dan nilai kerjasama. Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri kemanusiaan bangsa Indonesia.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by FARREL FAWWAZ ALFATIH -
Nama : Farrel Fawwaz Alfatih
NPM : 2115011119
Kelas : C
Prodi : S1 Teknik Sipil

Paradigma Individualisme:
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya. Individualisme juga menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah. Masyarakat dibayangkan seperti sebuah mekanisme atau sistem dalam pandangan individualistis. Mesin terdiri dari banyak suku cadang yang dari diri sendiri tidak pernah mampu membentuk suatu kesatuan. Suku cadang dipasang dan disambung satu sama lain dari luar; hubungan antar mereka tetap bersifat lahiriah saja, ewaktu-waktu mereka akan dapat dibongkar dengan rekayasa teknik tertentu.
Konsep ini dalam filsafat sosial dan sosiologi memberikan cara pandang untuk melihat ke belakang dalam usahnya mencari sebab-sebab semua gejala sosial.

Paradigma Sosialisme:
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. Sisi sosialitas yang berwujud dalam konsep masyarakat dihadapkan dengan individu.

Paragdima Pancasila:
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial. Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori konflik. Gambaran manusia yang diturunkan dari pemikiran August Comte, Herbert Spencer dan Marx lebih banyak bercorak kolektivis, holistis, dan organistis, sedangkan manusia yang tampil dalam teori
konflik lebih banyak bercorak individualis sebagaimana tercermin dari pemikiran John Locke, maupun Thomas Hobbes.
In reply to First post

Re: Komentar

by Eric Rizqy Kharisma -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Eric Rizqy Kharisma
NPM : 2115011018
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini,
1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama

Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by Annisa Azzahra Maharani -
Nama : Annisa Azzahra Maharani
NPM : 2115011049
Kelas : C
Prodi : S1 Teknik Sipil

Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan
bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.
Pembedaan tersebut dapat dipetakan antara lain bahwa gambaran manusia sosial berangkat dari teori
konflik

Pancasila melihat bahwa manusia harus menempatkan titik keseimbangan antara otonomi dirinya
atau individualitasnya dengan sosialitasnya. Tidak menempatkan keduanya dalam dikotomi yang
terpisah satu sama lain. Kedua kutub dikotomi antara individualitas dan sosialitas tidak ditempatkan
dalam situasi yang berbeda satu sama lain namun keduanya harus dilihat dalam satu hubungan yang
mempengaruhi. Individualitas dan sosialitas bukanlah realitas yang berdiri secara terpisah, melainkan
dua sisi atau segi dari realitas yang satu dan sama. Individualitas dan sosialitas adalah satu kesatuan.
Namun dalam posisi yang demikian keseimbangan di antara keduanya menjadi hakikat yang
sesungguhnya dari Pancasila.

Keseimbangan dalam kedua aspek individualitas dan sosialitasnya ini mampu mendinamisasi
situasi disaat manusia harus aktif ketika manusia menciptakan sesuatu untuk mengembangkan diri dan
orang lain.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
Keterbukaan menjadi syarat penting bagi manusia untuk dapat berkembang dalam seluruh
dimensinya.
2. Nilai Tanggung Jawab
Hakikat manusia seimbang Pancasila sebagai wujud dari filsafat jalan tengah juga
memberikan landasan nilai tanggung jawab yang sangat penting sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia.
3. Nilai Solidaritas
Solidaritas merupakan nilai keutamaan yang muncul bersamaan dan seiring dengan nilai
keutamaan tanggung jawab.
4. Nilai Kepercayaan
Kepercayaan adalah nilai keutamaan yang hadir dalam relasi keseimbangan sisi individualitas
dan sosialitas manusia.
5. Nilai Keadilan
Nilai keadilan selain mengandaikan keterkaitan relasi individu dengan individu lainnya.
Keterarahan terhadap orang lain inilah yang menjadi inti dari makna keadilan.
6. Nilai Kerjasama
Hakikat manusia seimbang Pancasila sebagai wujud dari filsafat jalan tengah juga memberikan
sebuah nilai penting lain selain nilai utama keterbukaan, tanggung jawab, solidaritas, kepercayaan.

Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia
utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri
kemanusiaan bangsa Indonesia.

sekian,
Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
In reply to First post

Re: Komentar

by TIARA TIARA INDRIANI -
Nama : Tiara Indriani
NPM : 2115011039
Prodi : Teknik Sipil

Paradigma individualisme menekankan peran individu dalam konteks masyarakat, sedangkan sosialisme menekankan sisi sosial yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini. Paradigma individu mengubah seseorang tetapi tidak mengubah sekelompok orang, kita tahu bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri tetapi dalam suatu masyarakat perubahan harus dilakukan setiap saat. Paradigma sosialisme memandang masyarakat sebagai komunitas organisme sosial yang di dalamnya terdapat etika sosial yang berfungsi sebagai sarana terbaik untuk menyelesaikan segala masalah yang muncul. dalam konteks proses industrialisasi. Paradigma Pancasila memandang tidak tepat memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaran dan kebebasan. Pancasila dalam melihat aspek individualitas dan sosialitas manusia tampaknya mengakomodasi kedua sisi ini dalam perspektif baru, yaitu bahwa individualitas dan sosialitas tidak mungkin saling meniadakan, namun justru dalam pertemuan antara individualitas dan sosialitas inilah manusia menemukan kepenuhannya. . Pancasila memandang bahwa manusia harus menempatkan titik keseimbangan antara otonomi atau individualitas dan sosialitasnya. Keseimbangan baik dalam aspek individualitas maupun sosialitas mampu mendinamisasikan situasi ketika manusia harus aktif ketika manusia menciptakan sesuatu untuk mengembangkan diri dan orang lain.

Hakikat manusia seimbang Pancasila yang menempatkan sisi individualitas dan sosialitas manusia dalam sebuah dinamika yang tidak saling memutlakkan
memunculkan nilai-nilai utama di dalamnya, yaitu:
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
In reply to First post

Re: Komentar

by M. Rizky Novranda -
Nama : Muhammad Rizky Novranda
NPM : 2155011009
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi tentang pembelajaran di atas.
Artikel tersebut membahas tentang Ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan berat. ATHG dewasa ini saling tumpang tindah dan berkelindan antar bidang, baik sosial, budaya, ekonomi maupun ideologi. Dalam kasus terkahir, pandemi Covid19 juga dapat sebagai trigger atau pendorong masalah-masalah ketahanan nasional apabila tidak tertangani secara baik. Pancasila sebagai 71 filsafat jalan tengah memiliki nilai strategis dan relevansi yang sangat tinggi jika dikaitkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan lebih jauh dalam konteks pembentukan ketahanan nasional. Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa dan negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya. Pemahaman Pancasila sebagai filsafat jalan tengah yang bersumber dari pemaknaan atas jati diri manusia Indonesia, menjadi jalan bagi upaya pemaknaan yang lebih jauh tentang bagiamana ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia seharusnya dibangun.

1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Ada juga kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional yaitu :
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri kemanusiaan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat jalan tengah memiliki relevansi penting sebagai penguat ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional yang dibangun harus berlandaskan pada konsep dasar dan hakikat manusia seimbang khas Pancasila

Sekian dari saya, Terima kasih.
In reply to First post

Re: Komentar

by 2115011007_Aisyah Nabil Athirah S -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Aisyah Nabil Athirah
NPM : 2115011007
Prodi : S1 Teknik Sipil

Izin menanggapi artikel pada pertemuan ini,
Paradigma Individualisme:
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya. Individualisme juga menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah. Masyarakat dibayangkan seperti sebuah mekanisme atau sistem dalam pandangan individualistis. Mesin terdiri dari banyak suku cadang yang dari diri sendiri tidak pernah mampu membentuk suatu kesatuan. Suku cadang dipasang dan disambung satu sama lain dari luar; hubungan antar mereka tetap bersifat lahiriah saja, ewaktu-waktu mereka akan dapat dibongkar dengan rekayasa teknik tertentu.
Konsep ini dalam filsafat sosial dan sosiologi memberikan cara pandang untuk melihat ke belakang dalam usahnya mencari sebab-sebab semua gejala sosial.

1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
In reply to 2115011007_Aisyah Nabil Athirah S

Re: Komentar

by RICKY EFENDY PURBA -
Nama : Ricky Efendy purba
NPM : 2115011059
izin menanggapi tentang pembelajaran diatas
Paradigma sosialisme memandang masyarakat sebagai komunitas organisme sosial yang di dalamnya terdapat etika sosial yang berfungsi sebagai sarana terbaik untuk menyelesaikan segala masalah yang muncul. dalam konteks proses industrialisasi. Paradigma Pancasila memandang tidak tepat memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaran dan kebebasan. Pancasila dalam melihat aspek individualitas dan sosialitas manusia tampaknya mengakomodasi kedua sisi ini dalam perspektif baru, yaitu bahwa individualitas dan sosialitas tidak mungkin saling meniadakan, namun justru dalam pertemuan antara individualitas dan sosialitas inilah manusia menemukan kepenuhannya. . Pancasila memandang bahwa manusia harus menempatkan titik keseimbangan antara otonomi atau individualitas dan sosialitasnya. Keseimbangan baik dalam aspek individualitas maupun sosialitas mampu mendinamisasikan situasi ketika manusia harus aktif ketika manusia menciptakan sesuatu untuk mengembangkan diri dan orang lain. Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa dan negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya. Pemahaman Pancasila sebagai filsafat jalan tengah yang bersumber dari pemaknaan atas jati diri manusia Indonesia, menjadi jalan bagi upaya pemaknaan yang lebih jauh tentang bagiamana ketahanan nasional bangsa dan negara Indonesia seharusnya dibangun.

1. Paradigma Individualisme
Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya, sedangkan sosialisme lebih menekankan sisi sosialitas yang harus dibangun dalam konstruksi kehidupan ini.
2. Paradigma Sosialisme
Kutub diametral berikutnya adalah ideologi yang mendasarkan diri pada ide dasar sosialisme atau kolektivisme. Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama.
3. Paradigma Pancasila
Pancasila dalam latar diametral antara paradigma individualisme dan sosialisme dapat dikatakan bahwa terdapat dua gambaran utama yaitu gambaran manusia individual dan gambaran manusia sosial.
In reply to First post

Re: Komentar

by Awangga Muhammad Ardhi Pradana -
Nama : Awangga Muhammad Ardhi Pradana
NPM : 2115011058

Izin menanggapi artikel pertemuan hari ini,

Paradigma Individualisme
Menyatakan bahwa masyarakat tidak berevolusi atau tidak maju. Hal ini dikarenakan hanya ada individu-individu yang mengadakan relasi-relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakat pun tidak berubah. Semua ideologi selalu bertitik tolak sekaligus bermuara pada pemikiran tentang kejatidirian manusia. Individualisme lebih menekankan peran invidu dalam konteks masyarakatnya. Individualisme ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Jean Jacque Rousseau (1712-1778).

Paradigma Sosialisme
Ide sosialisme atau kolektivisme menghadirkan posisi sosialitas diri manusia sebagai hal yang utama. Sisi sosialitas manusia ini diwakili dalam wujud masyarakat. hanya melalui masyarakat sebagai kenyataan objektif manusia maka kestabilan, kemakmuran hanya dapat diperoleh oleh individu, dan hanya jika individu-individu anggota masyarakat menyadari sifat tak terelakkan dari hukum masyarakat, dapat menyesuaikan diri, dan berpartisipasi penuh di dalamnya. Sisi sosialitas manusia yang sebenarnya membawa kebaikan dan kenyamanan hidup pada manusia. Pandangan-pandangan sosialisme manusia ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Augus Comte (1798-1857) dan Herbert Spencer (1820-1903).

Paradigma Pancasila
Pancasila melihat bahwa tdak pada tempatnya untuk memisahkan perilaku sosial dari inti kepribadian manusia, yaitu kesadaan dan kebebasan. Manusia yang tidak diasingkan dari diri sendiri, merasa diri bebas dan berkuasa atas hidupnya sendiri. Kesadaran sebagai individu berkaitan erat dengan kebebasan eksistensial. Manusiademikian juga apabila bertindak sama seperti banyak orang lain, manusia menyadari kemungkinan untuk bertindak tidak sama. Bertindak sama atau tidak itu diputuskan sendiri olehnya sewaktu-waktu dapat diputuskan sendiri.

Kontektualisasi Nilai terhadap Ketahanan Nasional
1. Nilai Keterbukaan
2. Nilai Tanggung Jawab
3. Nilai Solidaritas
4. Nilai Kepercayaan
5. Nilai Keadilan
6. Nilai Kerjasama
Nilai-nilai tersebut memiliki relevansi penting bagi bangsa Indonesia utamanya dalam memperkuat ketahanan nasional yang berlandaskan pada penguatan jati diri
kemanusiaan bangsa Indonesia.