Tugas Mandiri Pertemuan 11

Tugas Mandiri Pertemuan 11

Jumlah balasan: 7

1. deskripsikan 1 contoh desain pembelajaran abad 21 yang relevan

2 kumpul vis v clas paling lambat pukul 12.30 wib

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh Indri Mutiara -
Nama : Indri Mutiara
NPM : 2523031001

Desain pembelajaran abad ke-21 yang tepat dapat dikembangkan dengan menggunakan model desain pembelajaran ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Salah satu contohnya adalah penerapan pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pada mata pelajaran IPS di tingkat SMP dengan tema “Pengelolaan Sampah dan Dampaknya terhadap Lingkungan dan Ekonomi Masyarakat.” Desain ini dirancang agar siswa tidak hanya memahami konsep ekonomi dan lingkungan secara teoretis, tetapi juga mampu berpikir kritis, bekerja sama, dan berinovasi dalam mencari solusi terhadap masalah sosial di sekitarnya.

Pada tahap analisis (Analysis), guru melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan karakteristik peserta didik. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa masih cenderung pasif dan belum mampu mengaitkan konsep IPS dengan permasalahan lingkungan nyata. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dirancang agar lebih kontekstual, kolaboratif, dan menumbuhkan kesadaran sosial. Selain itu, analisis konteks juga menunjukkan bahwa sekolah memiliki fasilitas digital yang memadai, sehingga memungkinkan penerapan pembelajaran berbasis teknologi.

Tahap berikutnya adalah perancangan (Design), di mana guru menyusun tujuan pembelajaran, menentukan model, strategi, media, dan bentuk penilaian yang sesuai. Tujuan pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menjelaskan hubungan antara kegiatan ekonomi dan lingkungan, mengidentifikasi permasalahan sosial-ekonomi akibat sampah, serta merancang solusi kreatif melalui proyek pengelolaan sampah berbasis konsep green economy. Model pembelajaran yang digunakan adalah Project-Based Learning dengan pendekatan konstruktivistik yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar aktif. Media pembelajaran berupa video edukatif, lembar kerja proyek, serta platform digital seperti Canva atau Google Slides untuk mendukung penyajian hasil proyek.

Pada tahap pengembangan (Development), guru membuat perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), bahan ajar digital, serta rubrik penilaian autentik. Perangkat ini kemudian diuji coba secara terbatas untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan mudah dipahami oleh siswa. Setelah tahap pengembangan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan implementasi (Implementation), yaitu pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam tahap ini, siswa diajak untuk menonton video tentang permasalahan sampah, kemudian berdiskusi menentukan topik proyek yang relevan, misalnya pengolahan sampah organik menjadi kompos atau pembuatan kerajinan dari limbah plastik. Selama pelaksanaan proyek, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mengumpulkan data, melakukan eksperimen, menyusun laporan, dan mempresentasikan hasilnya dalam bentuk presentasi digital atau video.

Tahap terakhir adalah evaluasi (Evaluation), yang bertujuan menilai efektivitas pembelajaran dan pencapaian tujuan belajar. Evaluasi dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif diberikan selama proses berlangsung untuk memberikan umpan balik terhadap kerja siswa dan perkembangan proyek, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan di akhir pembelajaran untuk menilai hasil akhir proyek berdasarkan rubrik yang mencakup aspek pemahaman konsep, kreativitas, kerja sama, dan komunikasi. Guru juga melakukan refleksi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran untuk menemukan kelebihan dan kekurangannya sebagai bahan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

Melalui desain pembelajaran berbasis model ADDIE ini, proses belajar menjadi lebih bermakna, karena siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga belajar bagaimana berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, serta menggunakan teknologi secara produktif. Desain ini selaras dengan tuntutan pembelajaran abad ke-21, yang menekankan pentingnya pembelajaran aktif, kontekstual, dan berorientasi pada pengembangan kompetensi hidup. Dengan demikian, penerapan desain ADDIE berbasis proyek seperti ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, tetapi juga membentuk peserta didik yang adaptif, inovatif, dan berkarakter peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh HabibahHusnul 2523031006 -
Nama: Habibah Husnul Khotimah
NPM: 2523031006

Salah satu contoh desain pembelajaran abad ke-21 yang relevan adalah Project-Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek. Desain pembelajaran ini menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar dan berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi, kolaborasi, komunikasi, serta kreativitas yang dikenal dengan istilah keterampilan 4C (Critical thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication). Dalam PjBL, siswa tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi aktif berpartisipasi dalam merancang, melaksanakan, dan mempresentasikan proyek yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Misalnya, dalam mata pelajaran IPS, guru dapat memberikan proyek dengan tema “Ekonomi Sirkular di Sekolah: Daur Ulang Sampah Menjadi Produk Bernilai Jual”. Melalui kegiatan ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah lingkungan di sekitar sekolah, mencari solusi inovatif dengan memanfaatkan bahan bekas, hingga menghasilkan produk kreatif yang memiliki nilai ekonomi.
Proses pembelajaran dimulai dari perumusan pertanyaan esensial yang menantang, dilanjutkan dengan perencanaan proyek secara berkelompok, pelaksanaan penelitian lapangan, pengumpulan data, pembuatan produk, hingga presentasi hasil karya di depan kelas atau masyarakat. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing, memantau, dan memberikan umpan balik selama proses berlangsung. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada hasil akhir proyek, tetapi juga pada proses kolaborasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Desain pembelajaran ini sangat relevan di era abad ke-21 karena menumbuhkan karakter mandiri, tanggung jawab, dan kepedulian sosial, sekaligus mengintegrasikan penggunaan teknologi digital dalam proses belajar. Selain itu, PjBL juga mengajarkan siswa untuk belajar secara kontekstual dan reflektif, sehingga mampu mengaitkan pengetahuan akademik dengan situasi kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek tidak hanya meningkatkan hasil belajar kognitif, tetapi juga membentuk keterampilan hidup (life skills) yang dibutuhkan di masa depan.
Langkah-langkah pembelajaran PjBL
1. Menentukan Pertanyaan Esensial (Essential Question)
Guru memunculkan isu atau permasalahan yang menantang, misalnya: “Bagaimana cara mengurangi sampah plastik di lingkungan sekolah?”
2. Merancang Rencana Proyek
Peserta didik dibagi dalam kelompok untuk membuat rencana kegiatan, menentukan tugas, sumber data, dan teknologi yang digunakan.
3. Menyusun Jadwal dan Pelaksanaan Proyek
Setiap kelompok melaksanakan kegiatan seperti observasi, wawancara, dan eksperimen untuk mencari solusi.
Pemantauan dan Bimbingan Guru
Guru berperan sebagai fasilitator, memberi umpan balik, dan membantu siswa mengelola waktu serta sumber daya.
4. Penyusunan dan Presentasi Hasil Proyek
Siswa membuat produk akhir (poster, video, laporan digital) dan mempresentasikannya di depan kelas atau masyarakat.
5. Evaluasi dan Refleksi
Dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasil proyek, termasuk refleksi siswa terhadap pengalaman belajar mereka.

sumber: Nirmayani,L.H., Putu, C.P. 2021. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Sesuai Pembelajaran Abad 21 Bermuatan Tri Kaya Parisudha. Singajara: Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh Maria Ulfa Rara Ardhika -
Nama : maria Ulfa rara ardhika
Npm :2523031009

Desain pembelajaran ini dirancang untuk menumbuhkan keterampilan abad 21 pada peserta didik melalui proyek bertema “Kampanye Digital Lingkungan Sekolah”. Kegiatan ini berangkat dari permasalahan nyata yang sering dijumpai di lingkungan sekolah, seperti pengelolaan sampah yang kurang optimal, penggunaan listrik yang boros, atau kurangnya kepedulian terhadap kebersihan. Melalui proyek ini, peserta didik diajak untuk tidak hanya memahami pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga berperan aktif dalam memberikan solusi nyata dengan memanfaatkan teknologi digital.

Proses pembelajaran dilakukan secara kolaboratif. Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk mengidentifikasi masalah lingkungan di sekitar mereka, kemudian merancang ide kampanye digital yang bertujuan meningkatkan kesadaran warga sekolah. Dalam pelaksanaannya, mereka menggunakan berbagai aplikasi digital seperti Canva, CapCut, atau Instagram untuk membuat konten berupa poster, video pendek, dan unggahan media sosial. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing, mengarahkan, dan memberikan umpan balik selama proses berlangsung.

Melalui kegiatan ini, peserta didik tidak hanya belajar tentang isu lingkungan, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi (4C skills). Mereka belajar menganalisis permasalahan, menghasilkan gagasan kreatif, bekerja sama dengan teman sebaya, serta menyampaikan pesan secara efektif kepada publik. Selain itu, pembelajaran ini juga menumbuhkan literasi digital dan sikap peduli lingkungan yang merupakan karakter penting di abad 21.

Hasil akhir dari pembelajaran ini berupa karya kampanye digital yang dipublikasikan melalui media sosial sekolah atau kegiatan internal, sehingga memberi dampak nyata bagi warga sekolah. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada produk akhir, tetapi juga pada proses kerja, kolaborasi, dan refleksi diri peserta didik. Dengan demikian, desain pembelajaran ini mampu menciptakan pengalaman belajar yang kontekstual, bermakna, dan relevan dengan tantangan kehidupan abad 21.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh amaradina fatia sari -
Nama : Amaradina Fatia Sari
NPM : 2523031004

1.Deskripsikan 1 contoh desain pembelajaran abad 21 yang relevan
Abad ke-21 menuntut peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif (4C). Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata. Untuk itu, model Project-Based Learning (PjBL) menjadi salah satu desain pembelajaran yang relevan, karena menggabungkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, kerja sama, dan pemecahan masalah dunia nyata. Langkah - langkah desain pembelajaran anatara lain: (1) Orientasi Masalah, (2) Perencanaan Proyek, (3) Pelaksanaan Proyek (Eksplorasi & Pengumpulan Data), (4) Pengembangan Produk, (5) Presentasi, (6) Refleksi & Evaluasi.
Desain pembelajaran Project-Based Learning berbasis masalah sosial merupakan contoh konkret pembelajaran abad ke-21 yang relevan dan adaptif terhadap tantangan global. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan konseptual, tetapi juga mengembangkan soft skills, karakter, dan literasi digital yang menjadi kebutuhan utama dalam dunia modern.
Desain ini mencerminkan karakteristik pembelajaran abad 21 karena:
- Mengintegrasikan literasi digital dan berpikir kritis dalam konteks nyata.
- Mendorong siswa untuk berpikir reflektif dan inovatif.
- Menumbuhkan tanggung jawab sosial dan empati terhadap lingkungan.
- Menggunakan teknologi informasi sebagai sarana belajar dan publikasi.
- Berbasis pada kolaborasi dan problem solving yang kontekstual.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh Diah Rachmawati Syukri -
Nama : Diah Rachmawati Syukri
NPM : 2523031003

Salah satu contoh desain pembelajaran abad ke-21 yang relevan adalah Project-Based Learning (PjBL) berbasis literasi digital yang menekankan keterampilan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, communication). Dalam desain pembelajaran ini, guru merancang proyek yang menghubungkan materi pelajaran dengan persoalan nyata di lingkungan siswa. Misalnya, pada mata pelajaran IPS kelas VII, siswa diminta membuat “Peta Sosial Ekonomi Lingkungan Sekitar” menggunakan aplikasi digital sederhana seperti Google My Maps atau Canva. Prosesnya dimulai dengan pengamatan lapangan, pengumpulan data, dan wawancara singkat dengan warga. Selanjutnya, siswa berkolaborasi dalam kelompok untuk menganalisis temuan, mengkritisi permasalahan sosial yang muncul, lalu memvisualisasikan hasil temuan mereka ke dalam bentuk peta tematik digital. Di akhir pembelajaran, kelompok mempresentasikan hasilnya dan melakukan refleksi terhadap proses belajar. Desain ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep IPS, tetapi juga memperkuat kompetensi abad 21 seperti kemampuan memecahkan masalah, literasi teknologi, dan komunikasi efektif. Dengan demikian, PjBL berbasis literasi digital menjadi pendekatan yang relevan untuk menjawab tuntutan pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0 yang mengharuskan peserta didik aktif, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh Ahmad Ridwan Syuhada -
Ahmad Ridwan Syuhada
2523031008

Model ADDIE merupakan salah satu desain pembelajaran abad 21 yang sangat relevan dan populer digunakan karena pendekatannya yang sistematis dan fleksibel dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif dan menarik. Nama ADDIE sendiri merupakan akronim dari lima tahap utama dalam proses desain pembelajaran, yaitu Analyze (analisis), Design (perancangan), Develop (pengembangan), Implement (implementasi), dan Evaluate (evaluasi). Tahap analisis bertujuan mengidentifikasi kebutuhan belajar, tujuan, karakteristik peserta didik, serta kendala dan sumber daya yang ada. Selanjutnya di tahap desain, perencana pembelajaran menyusun strategi, memilih metode, dan merencanakan media serta bahan ajar secara rinci. Pada tahap pengembangan, semua materi dan media pembelajaran dikembangkan sesuai rencana desain. Tahap implementasi adalah proses pelaksanaan pembelajaran di lapangan sesuai dengan materi dan metode yang telah disiapkan. Terakhir, tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran, baik dari segi hasil belajar peserta maupun proses pembelajaran itu sendiri, sehingga dapat diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut.

Model ADDIE sangat cocok untuk pembelajaran abad 21 karena menekankan penggunaan teknologi dan pengembangan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Dengan struktur yang jelas pada setiap tahapannya, model ini memungkinkan guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang terarah dan adaptif, sekaligus memastikan keberlanjutan peningkatan mutu pembelajaran melalui evaluasi berkelanjutan. Selain itu, fleksibilitas model ADDIE memungkinkan penerapannya dalam berbagai konteks pembelajaran, baik tatap muka, daring, maupun kombinasi keduanya, sehingga sangat mendukung dinamika pendidikan modern yang terus berubah. Dengan demikian, model ADDIE bukan hanya membantu guru dalam merancang pembelajaran yang sistematis tetapi juga menumbuhkan kreativitas dan inovasi yang sangat dibutuhkan dalam era digital dan globalisasi saat ini
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Mandiri Pertemuan 11

oleh Resti Apriliyani -
Nama : Resti Apriliyani
NPM : 2523031007

Desain pembelajaran abad 21 pada materi Sustainable Development Goals (SDGs) di kelas VII SMP disusun dengan menggunakan model Project-Based Learning (PjBL) yang dipadukan dengan pendekatan saintifik serta strategi pembelajaran berdiferensiasi. Desain ini dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi abad 21 yang meliputi Critical Thinking, Creativity, Collaboration, Communication, dan Computational Thinking (5C). Melalui model PjBL, peserta didik diarahkan untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar yang berpusat pada pemecahan masalah nyata, sementara pendekatan saintifik memastikan bahwa proses pembelajaran berlangsung secara sistematis melalui tahap mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dilakukan untuk mengakomodasi perbedaan kebutuhan belajar peserta didik melalui variasi konten, proses, maupun produk yang sesuai profil, kesiapan, dan preferensi belajar mereka.

Pada tahap awal, guru menayangkan video dan infografis mengenai isu-isu global sebagai stimulus kegiatan mengamati. Tahap ini memfasilitasi peserta didik untuk mengidentifikasi masalah dan mengelompokkan informasi secara sistematis, sehingga kompetensi critical thinking dan computational thinking dapat berkembang. Selanjutnya, dalam tahap menanya, peserta didik menyusun pertanyaan terkait isu SDGs yang mereka temukan. Guru memberikan scaffold bagi peserta didik yang membutuhkan, sementara peserta didik dengan kemampuan tinggi didorong untuk merumuskan pertanyaan tingkat tinggi (HOTS). Pada tahap pengumpulan informasi, peserta didik memilih salah satu tujuan SDGs untuk dikaji melalui sumber yang bervariasi, seperti artikel, infografis, maupun survei sederhana. Diferensiasi proses diberikan dengan menyesuaikan gaya belajar peserta didik, baik visual, auditorial, maupun kinestetik.

Tahap menalar dilakukan melalui analisis masalah, penyebab, dampak, serta kemungkinan solusi yang relevan berdasarkan data yang diperoleh. Kegiatan ini mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan sistematis sesuai karakteristik computational thinking. Pada tahap mengomunikasikan, peserta didik menyajikan hasil kajian dalam bentuk produk yang beragam, seperti poster, video, infografis digital, atau presentasi lisan. Diferensiasi produk ini bertujuan memberikan ruang ekspresi yang sesuai dengan kemampuan dan kreativitas masing-masing peserta didik. Secara keseluruhan, desain pembelajaran ini tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep SDGs, tetapi juga mengembangkan kompetensi abad 21 secara komprehensif melalui kegiatan belajar yang aktif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik.