CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 19

PT Lestari Mineral adalah perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Indonesia. Dalam laporan keuangannya tahun 2024, perusahaan menggunakan pendekatan akuntansi konservatif dalam mengakui biaya lingkungan hidup jangka panjang yang berkaitan dengan reklamasi tambang.

Namun, perusahaan kemudian menghadapi tekanan dari investor luar negeri yang lebih menyukai laporan keuangan yang menunjukkan laba lebih tinggi. Pihak investor menyarankan agar perusahaan menggunakan pendekatan yang lebih agresif dalam pengakuan biaya, sesuai dengan interpretasi IFRS terbaru.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia sedang dalam proses merumuskan standar akuntansi nasional yang lebih mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan dan transparansi sosial, namun proses tersebut banyak dipengaruhi oleh tekanan politik dari berbagai asosiasi industri.

 

Pertanyaan:

  1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif. Apa motivasi perilaku tersebut? Apa potensi dampaknya terhadap stakeholders?
  2. Jika Anda adalah akuntan perusahaan, bagaimana Anda menyikapi tekanan dari investor luar negeri yang mendorong perubahan kebijakan akuntansi? Apakah mengikuti keinginan investor bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan? Jelaskan.
  3. Jelaskan bagaimana proses penetapan standar akuntansi dapat dipengaruhi oleh ekonomi politik, baik di tingkat nasional maupun global. Berikan contoh dari kasus ini dan dari realitas lain yang Anda ketahui.
  4. Bandingkan pendekatan standard-setting berbasis prinsip (seperti IFRS) dengan pendekatan berbasis aturan (seperti GAAP). Dalam konteks Indonesia, pendekatan mana yang lebih relevan diterapkan? Jelaskan alasannya.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

Nashita Shafiyah གིས-
Nama : Nashita Shafiyah
NPM : 2413031009


1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral
Pilihan manajemen untuk menggunakan pendekatan akuntansi konservatif dalam pengakuan biaya lingkungan hidup menunjukkan sikap hati-hati terhadap risiko jangka panjang. Motivasi utamanya bisa jadi adalah menjaga keberlanjutan usaha dan mematuhi regulasi pemerintah yang semakin menekankan aspek lingkungan. Dengan mencatat biaya reklamasi lebih awal, manajemen seolah ingin menunjukkan tanggung jawab sosialnya. Dampaknya bagi stakeholders bisa beragam: bagi masyarakat dan pemerintah, ini memberi sinyal positif tentang kepedulian lingkungan; namun bagi investor, laba yang terlihat lebih kecil bisa dianggap kurang menarik. Jadi, konservatisme akuntansi di sini melindungi kredibilitas jangka panjang, meskipun berpotensi mengurangi daya tarik bagi investor jangka pendek.

2. Tekanan dari investor luar negeri
Sebagai akuntan, menghadapi tekanan investor untuk melaporkan laba lebih tinggi adalah dilema etis. Jika langsung mengikuti keinginan investor tanpa dasar yang jelas, itu bisa melanggar prinsip etika profesi akuntan, khususnya terkait integritas dan objektivitas. Tugas akuntan bukan hanya menyenangkan pihak tertentu, melainkan menyajikan informasi yang wajar, relevan, dan dapat dipercaya oleh semua pemakai laporan keuangan. Jadi, meskipun pendekatan yang lebih agresif sesuai dengan interpretasi IFRS terbaru, keputusan harus tetap mempertimbangkan substansi ekonomi, keberlanjutan, serta kepatuhan pada standar nasional.

3. Proses penetapan standar akuntansi dan ekonomi politik
Penetapan standar akuntansi tidak bisa dilepaskan dari faktor ekonomi-politik, baik di tingkat nasional maupun global. Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia mencoba merumuskan standar yang lebih menekankan keberlanjutan, tetapi tekanan politik dari asosiasi industri tambang bisa memengaruhi hasil akhirnya. Di tingkat global, IFRS sendiri banyak dipengaruhi oleh kepentingan negara-negara besar dan lembaga internasional. Contoh nyata lain adalah saat krisis keuangan 2008, banyak negara menekan IASB untuk melonggarkan aturan fair value karena dianggap memperparah krisis. Hal ini menunjukkan bahwa standar akuntansi sering kali hasil kompromi antara teori, praktik, dan kepentingan politik-ekonomi.

4. Perbandingan prinsip vs aturan
IFRS yang berbasis prinsip memberi fleksibilitas, memungkinkan perusahaan menyesuaikan pelaporan sesuai kondisi bisnis dengan tetap berpegang pada substansi ekonomi. Sebaliknya, GAAP berbasis aturan lebih kaku, rinci, dan meminimalkan ruang interpretasi. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (seperti IFRS) lebih relevan karena ekonomi kita sangat dinamis, industri beragam, dan isu keberlanjutan makin penting. Pendekatan ini memungkinkan standar akuntansi nasional lebih adaptif terhadap perkembangan global, sekaligus tetap menampung nilai-nilai lokal yang menekankan transparansi sosial dan tanggung jawab lingkungan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Mourien Ganesti གིས-
Nama : Mourien Ganesti
Npm : 2413031013

1. Dalam menerapkan pendekatan akuntansi yang lebih konservatif terhadap pengeluaran untuk lingkungan jangka panjang seperti rehabilitasi area bekas tambang, pihak manajemen PT Lestari Mineral kemungkinan besar didorong oleh kepentingan untuk mengelola risiko hukum secara ketat. Hal ini mencakup kepatuhan terhadap regulasi ketat yang diterapkan di Indonesia yang menekankan pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan dan menunjukkan komitmen pada prinsip keberlanjutan, guna mengatasi kekhawatiran yang dimiliki oleh masyarakat lokal yang kerap terdampak oleh aktivitas tambang seperti yang terjadi pada kasus pencemaran di wilayah tambang nikel yang lalu, yang dapat berfungsi sebagai pelajaran yang berharga. Saat memperdalam analisis ini, dampaknya terhadap berbagai pihak terkait menjadi lebih rumit: investor asing mungkin merasa kecewa ketika laba yang dilaporkan lebih rendah, yang berpotensi mengurangi nilai saham dan menghalangi arus modal masuk, sedangkan pemerintah dan masyarakat di sekitar dapat mengalami peningkatan kepercayaan berkat tingkat transparansi yang lebih tinggi. Ini pada gilirannya dapat mendukung program tanggung jawab sosial perusahaan serta mengurangi potensi terjadinya konflik sosial. Untuk karyawan dan pemasok, pendekatan ini memberikan stabilitas dalam jangka panjang dengan mempersiapkan diri menghadapi biaya yang tak terduga. Namun secara keseluruhan, ini memunculkan dilema antara menjaga etika domestik dan memenuhi standar global, di mana perusahaan perlu menyeimbangkan risiko finansial dengan keuntungan reputasi agar terhindar dari isu seperti boikot atau litigasi di masa depan.

2. Ketika saya menjalankan tugas sebagai akuntan di suatu perusahaan, cara saya menghadapi tekanan dari investor luar negeri akan mencakup analisis yang cermat mengenai peraturan IFRS yang berlaku saat ini, termasuk pedoman mengenai provisi biaya yang relevan, untuk memastikan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan akuntansi tetap sesuai dengan standar baik global maupun lokal seperti PSAK di Indonesia, yang sering kali memerlukan penyesuaian untuk konteks dalam negeri; saya juga akan berpartisipasi dalam percakapan yang terbuka dengan para investor guna menjelaskan risiko dari strategi yang lebih berani, seperti kemungkinan sanksi dari otoritas atau kerugian dalam jangka panjang, sambil menawarkan alternatif seperti menambahkan analisis tambahan dalam laporan untuk menciptakan pandangan yang lebih seimbang. Namun, memenuhi keinginan investor ini bisa jadi bertentangan dengan prinsip-prinsip etika dalam profesi akuntansi, sebab dapat melibatkan penyajian data yang tidak akurat yang mengabaikan nilai-nilai fundamental seperti kejujuran dan netralitas sesuai yang ditetapkan oleh organisasi seperti IAI dan IFAC; mengembangkan ide ini lebih lanjut bisa menimbulkan isu serius seperti penurunan kepercayaan publik, mirip dengan skandal akuntansi di masa lalu, di mana fokus pada keuntungan jangka pendek merusak integritas, sehingga akuntan harus berperan sebagai penjaga etika untuk melindungi kepentingan semua pihak dan menghindari konsekuensi buruk seperti kebangkrutan atau penyelidikan oleh regulator.

3. Penetapan standar akuntansi sering dipengaruhi oleh dinamika kekuatan ekonomi dan politik. Di Indonesia, misalnya, pemerintah berusaha menciptakan regulasi yang berorientasi pada keberlanjutan dan keterbukaan untuk mengatasi isu-isu seperti dampak lingkungan dari penambangan nikel. Namun, pemerintah menghadapi tekanan dari kelompok industri yang ingin merelaksasi aturan demi kepentingan ekonomi mereka. Di tingkat internasional, lembaga seperti IASB sering kali dipengaruhi oleh negara besar, di mana dalam konteks ini, tekanan dari asosiasi industri tambang di Indonesia bisa menunda penerapan standar yang lebih ketat. Sementara itu, perubahan-perubahan pada IFRS setelah krisis 2008 yang didorong oleh G20 bertujuan untuk memperkuat ketahanan keuangan, serta pengaruh lobi bisnis terhadap GAAP di AS untuk mendukung ekspansi korporasi ketimbang prioritas sosial, menunjukkan bahwa proses ini merupakan hasil dari negosiasi yang rumit antara kepentingan ekonomi, politik, dan masyarakat. Dengan mengembangkan analisis ini, kita dapat memahami bagaimana elemen-elemen ini tidak hanya menentukan standar yang ada, tetapi juga mempengaruhi hasil seperti meningkatnya transparansi atau potensi ketidakadilan, di mana negara-negara berkembang seperti Indonesia harus menyeimbangkan antara tekanan dari dalam negeri dan global demi mencapai keadilan yang seimbang.

4. Metode penyusunan standar yang berorientasi pada prinsip, seperti yang terdapat dalam IFRS, lebih menekankan pada konsep dasar yang fleksibel dan memerlukan keahlian untuk menangani variasi kasus, berbeda dengan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP yang menyediakan pedoman terperinci dan ketat untuk meminimalkan unsur subjektivitas; di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip terasa lebih sesuai karena dapat disesuaikan dengan kondisi setempat seperti tantangan di industri pertambangan, sekaligus mendukung investasi global melalui PSAK yang memungkinkan perusahaan lokal bersaing di tingkat internasional, dan lebih praktis bagi negara dengan sumber daya terbatas karena mengurangi kebutuhan akan aturan spesifik—namun, dalam mengembangkan diskusi ini lebih dalam, penting untuk dicatat bahwa pendekatan ini membutuhkan peningkatan dalam mekanisme pengawasan, seperti program pelatihan yang komprehensif untuk para akuntan dan audit eksternal yang ketat, untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan dan menjaga integritas, sehingga Indonesia dapat memanfaatkan fleksibilitas ini untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa mengorbankan standar kualitas.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Serly Natasa གིས-
Nama: Serly Natasa
NPM: 2413031028

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena mereka terdorong oleh sikap kehati-hatian guna menghindari overstating laba yang dapat merusak reputasi dan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Pendekatan ini juga mencerminkan kepatuhan pada nilai keberlanjutan dan transparansi sosial yang diutamakan pemerintah. Dampak yang mungkin timbul bagi para pemangku kepentingan meliputi kepercayaan yang lebih tinggi dari investor konservatif dan regulator, sementara investor luar negeri yang menginginkan laba lebih tinggi mungkin merasa kurang puas, yang berpotensi memengaruhi keputusan investasi dan persepsi pasar terhadap perusahaan.

2. Sebagai akuntan perusahaan, sikap yang harus diambil adalah memastikan bahwa kebijakan akuntansi tetap konsisten dengan prinsip etika profesi akuntan, termasuk integritas, objektivitas, dan kepatuhan terhadap standar akuntansi yang berlaku. Tekanan untuk mengadopsi kebijakan yang lebih agresif demi menaikkan laba harus direspons dengan penjelasan risiko dan konsekuensinya kepada manajemen dan investor. Menuruti keinginan yang dapat menyebabkan pelaporan tidak akurat atau menyesatkan bertentangan dengan etika profesi, sehingga akuntan harus menjaga independensi dan profesionalisme dalam hal ini.

3. Penetapan standar akuntansi seringkali dipengaruhi oleh ekonomi politik, di mana berbagai kepentingan politik dan ekonomi berusaha memengaruhi isi dan arah standar agar mendukung tujuan atau posisi mereka. Di tingkat nasional, seperti di Indonesia, pemerintah sedang merumuskan standar yang menekankan keberlanjutan dan transparansi sosial, tetapi prosesnya mendapat tekanan dari asosiasi industri yang memiliki kepentingan berbeda. Di tingkat global, standar internasional seperti IFRS juga dipengaruhi oleh negosiasi antarnegara dan kepentingan bisnis besar. Contoh lainnya adalah proses standard-setting di Amerika Serikat yang juga melibatkan lobbying dari berbagai kelompok bisnis untuk memengaruhi kebijakan akuntansi.

4. Pendekatan standard-setting berbasis prinsip seperti IFRS lebih fleksibel karena menetapkan prinsip umum dan memberikan ruang bagi interpretasi sesuai konteks, yang membuatnya lebih adaptif terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan kebutuhan keberlanjutan. Sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP lebih rinci dan mengatur secara spesifik berbagai situasi, sehingga memberikan kepastian tinggi namun kurang fleksibel. Untuk konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena Indonesia sedang dalam proses harmonisasi dengan IFRS dan menghadapi dinamika ekonomi serta kebutuhan untuk mendukung nilai-nilai keberlanjutan dan transparansi yang semakin penting.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Tantowi Jauhari གིས-
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

1. Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin berhati-hati dalam mengakui biaya lingkungan hidup jangka panjang, seperti kewajiban reklamasi tambang. Pendekatan ini didorong oleh keinginan untuk menghindari overstatement laba serta menunjukkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Motivasi tersebut mencerminkan prinsip kehati-hatian dalam akuntansi dan keinginan menjaga reputasi perusahaan di mata regulator dan masyarakat. Dampaknya, laporan keuangan menjadi lebih andal dan transparan bagi stakeholder, meskipun laba yang dilaporkan mungkin lebih rendah di jangka pendek.

2. Sikap Akuntan terhadap Tekanan Investor
Sebagai akuntan, tekanan dari investor luar negeri untuk mengubah kebijakan akuntansi menjadi lebih agresif harus disikapi dengan tetap berpegang pada prinsip etika profesi, seperti integritas, objektivitas, dan profesionalisme. Mengikuti keinginan investor yang bertujuan meningkatkan laba secara tidak wajar dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan bertentangan dengan standar akuntansi yang berlaku. Oleh karena itu, akuntan sebaiknya menolak tekanan tersebut dan tetap menerapkan kebijakan konservatif yang sesuai dengan PSAK dan IFRS agar laporan keuangan tetap jujur, relevan, dan dapat dipercaya.

3. Pengaruh Ekonomi Politik dalam Penetapan Standar Akuntansi
Penetapan standar akuntansi tidak hanya dipengaruhi oleh aspek teknis, tetapi juga oleh faktor ekonomi dan politik di tingkat nasional maupun global. Dalam kasus PT Lestari Mineral, proses perumusan standar akuntansi nasional yang menonjolkan nilai keberlanjutan dipengaruhi oleh tekanan politik dari asosiasi industri yang ingin menjaga kepentingan ekonominya. Di tingkat global, negara-negara maju dan investor besar juga memiliki pengaruh terhadap IFRS. Contohnya, penyusunan IFRS 6 tentang eksplorasi sumber daya mineral dipengaruhi oleh lobi perusahaan tambang besar agar pengakuan biaya eksplorasi lebih fleksibel.

4. Perbandingan Pendekatan Principles-Based dan Rules-Based
Pendekatan berbasis prinsip (principles-based) seperti IFRS memberikan fleksibilitas bagi akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan substansi ekonomi transaksi. Sementara itu, pendekatan berbasis aturan (rules-based) seperti GAAP bersifat lebih rinci dan kaku, mengurangi ruang interpretasi. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena sejalan dengan konvergensi PSAK ke IFRS serta mendukung transparansi, akuntabilitas, dan nilai keberlanjutan dalam pelaporan keuangan. Pendekatan ini juga lebih sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia yang memerlukan pelaporan yang jujur namun tetap adaptif terhadap berbagai situasi bisnis.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Fathiyah Dzahirah 2413031001 གིས-
Nama : Fathiyah Dzahirah
NPM : 2413031001

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena terdorong oleh motivasi kehati-hatian dan pengendalian risiko terhadap kewajiban lingkungan yang besar. Secara perilaku, hal ini mencerminkan sikap defensif untuk menjaga reputasi dan keberlanjutan jangka panjang. Dampaknya, stakeholders seperti pemerintah dan masyarakat menilai positif komitmen lingkungan, namun investor mungkin menilai laba terlalu rendah sehingga menurunkan daya tarik investasi.

2. Sebagai akuntan, sikap profesional harus tetap berpegang pada integritas dan objektivitas sesuai kode etik IAI dan IFAC. Tekanan investor agar melaporkan laba lebih tinggi dapat mengarah pada manipulasi kebijakan akuntansi yang melanggar prinsip etika dan independensi profesional. Akuntan sebaiknya menjelaskan dasar konservatif secara transparan dan menolak perubahan yang menyesatkan pengguna laporan keuangan.

3. Proses penetapan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi-politik, di mana kelompok berkepentingan seperti industri dan pemerintah dapat menekan lembaga penyusun standar. Dalam kasus ini, tekanan asosiasi industri terhadap standar berorientasi keberlanjutan menunjukkan adanya konflik kepentingan ekonomi dan politik. Secara global, hal serupa tampak pada dominasi negara maju dalam pembentukan IFRS yang sering kurang mempertimbangkan konteks negara berkembang.

4. IFRS berbasis prinsip memberi fleksibilitas profesional dalam interpretasi, sedangkan GAAP berbasis aturan bersifat lebih kaku dan rinci. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) lebih relevan karena mendorong pertimbangan profesional, transparansi, dan relevansi ekonomi, serta sejalan dengan upaya menuju pelaporan keberlanjutan dan integrasi global.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Nasroh Aulia གིས-
Nama : Nasroh Aulia
NPM : 2413031004

1. Alasan manajemen memilih kebijakan konservatif

Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin berhati-hati dalam mengakui biaya reklamasi tambang yang sifatnya tidak pasti dan jangka panjang. Dengan cara ini, perusahaan bisa menghindari risiko laporan keuangan yang terlalu optimis dan tetap menjaga tanggung jawab terhadap lingkungan. Sikap ini juga membantu menjaga kepercayaan pemerintah dan masyarakat, meskipun mungkin tidak disukai sebagian investor karena membuat laba terlihat lebih kecil. Jadi, pilihan konservatif ini lebih menunjukkan tanggung jawab sosial dan kehati-hatian dalam menjaga keberlanjutan perusahaan.

2. Sikap akuntan terhadap tekanan investor luar negeri

Sebagai akuntan, tekanan dari investor untuk memakai kebijakan yang lebih agresif tidak boleh langsung diikuti kalau bertentangan dengan standar akuntansi. Tugas akuntan adalah tetap objektif dan berpegang pada prinsip etika seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab profesional. Jika kebijakan konservatif sudah sesuai standar, maka akuntan harus mempertahankannya dan menjelaskan alasannya secara terbuka melalui pengungkapan laporan. Mengubah kebijakan hanya untuk menyenangkan investor bisa dianggap melanggar etika karena dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan.

3. Pengaruh ekonomi politik dalam penetapan standar akuntansi

Proses penyusunan standar akuntansi sering dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan politik, bukan hanya pertimbangan teknis. Misalnya, di Indonesia, pemerintah dan asosiasi industri tambang bisa saja menekan agar aturan pelaporan dibuat lebih longgar supaya tidak memberatkan perusahaan. Di tingkat global, lembaga seperti IASB juga sering mendapat tekanan dari negara atau perusahaan besar yang punya kepentingan tertentu. Jadi, standar akuntansi sebenarnya merupakan hasil kompromi antara kebutuhan transparansi dan kepentingan ekonomi berbagai pihak.

4. Perbandingan principles-based dan rules-based di Indonesia

Pendekatan principles-based seperti IFRS) lebih menekankan pada prinsip umum dan profesionalisme akuntan, sedangkan rules-based (seperti GAAP) berisi aturan yang sangat rinci. Untuk Indonesia, pendekatan principles-based lebih cocok karena lebih fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan kondisi perusahaan, terutama di sektor seperti pertambangan yang banyak melibatkan estimasi. Tapi, supaya efektif, perlu dukungan etika dan pengawasan yang kuat agar tidak disalahgunakan. Dengan begitu, pelaporan tetap transparan tapi juga realistis sesuai kondisi sebenarnya.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Alya Khoirun Nisa གིས-
Nama : Alya Khoirun Nisa
NPM : 2413031019

1) Perilaku manajemen dan motivasinya

Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif untuk menunjukkan kehati-hatian dan tanggung jawab lingkungan. Motivasinya antara lain: menjaga reputasi, mematuhi peraturan, dan mengantisipasi biaya reklamasi di masa depan. Dampaknya, laba jangka pendek menjadi lebih kecil, tetapi citra perusahaan di mata regulator dan masyarakat meningkat. Investor jangka pendek mungkin kurang puas, tetapi bagi pemerintah dan masyarakat, kebijakan ini mencerminkan tanggung jawab sosial dan keberlanjutan.

2) Sikap akuntan terhadap tekanan investor dan etika profesi

Sebagai akuntan, sebaiknya tetap berpegang pada standar akuntansi yang berlaku (PSAK/IFRS) dan prinsip etika profesi seperti integritas dan objektivitas. Tekanan investor untuk menaikkan laba tidak boleh mengubah kebijakan secara tidak wajar. Mengikuti permintaan investor boleh dilakukan hanya jika sesuai standar dan didukung bukti yang valid. Jika permintaan itu menyesatkan atau melanggar prinsip kehati-hatian, maka menolaknya adalah bentuk profesionalisme dan etika akuntan.

3) Pengaruh ekonomi politik dalam penetapan standar akuntansi

Proses penetapan standar akuntansi sering dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan politik, baik nasional maupun global. Industri besar dapat melakukan lobbying agar aturan lebih menguntungkan, sementara pemerintah menimbang aspek ekonomi dan sosial. Dalam kasus ini, asosiasi tambang dan investor asing berusaha mempengaruhi standar agar sesuai kepentingannya. Contoh lain, tekanan internasional agar negara-negara mengadopsi IFRS menunjukkan bagaimana kekuatan ekonomi global membentuk arah standar akuntansi nasional.

4) Perbandingan pendekatan berbasis prinsip (IFRS) dan berbasis aturan (GAAP)

Pendekatan berbasis prinsip (IFRS) menekankan pada pemahaman konsep dan pertimbangan profesional, sehingga lebih fleksibel menghadapi transaksi baru. Sementara berbasis aturan (GAAP) bersifat rinci dan ketat, cocok untuk sistem hukum yang kuat namun kurang fleksibel. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan, karena ekonomi Indonesia dinamis dan membutuhkan ruang interpretasi, meski tetap perlu pengawasan agar tidak disalahgunakan.


5) Relevansi pendekatan bagi Indonesia

Indonesia sebaiknya mengadopsi prinsip IFRS tetapi disertai pedoman tambahan lokal (guidance) agar penerapannya lebih jelas. Pendekatan ini mendukung transparansi, keberlanjutan, dan daya saing global, namun perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas akuntan, auditor, dan regulator agar fleksibilitas prinsip tidak menjadi celah manipulasi laporan keuangan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Syifa Dwi Putriyani གིས-
Nama: SYIFA DWI PUTRIYANI
NPM: 2413031024

1. Dalam menerapkan pendekatan akuntansi yang lebih konservatif terhadap biaya lingkungan jangka panjang, seperti rehabilitasi lahan pascatambang, manajemen PT Lestari Mineral kemungkinan besar berupaya mengurangi risiko hukum dan menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan yang ketat di Indonesia. Langkah ini juga menegaskan komitmen perusahaan terhadap prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, terutama setelah munculnya kasus pencemaran di industri nikel yang menjadi pelajaran penting bagi banyak perusahaan tambang. Namun, pendekatan ini memiliki konsekuensi yang kompleks: investor asing mungkin kurang puas karena laba yang dilaporkan menurun, sementara masyarakat dan pemerintah justru mendapat manfaat berupa meningkatnya kepercayaan akibat transparansi yang lebih baik. Dampak positif ini juga dapat memperkuat program tanggung jawab sosial perusahaan serta menekan potensi konflik sosial. Bagi karyawan dan pemasok, kebijakan konservatif memberikan jaminan stabilitas jangka panjang karena adanya persiapan terhadap potensi biaya tak terduga. Secara keseluruhan, kebijakan ini menimbulkan dilema antara etika domestik dan tuntutan pasar global, di mana perusahaan perlu menyeimbangkan risiko finansial dengan keuntungan reputasi agar terhindar dari masalah seperti boikot atau tuntutan hukum di masa depan.

2. Sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan, menghadapi tekanan dari investor luar negeri memerlukan pendekatan yang hati-hati dan profesional. Saya akan menganalisis secara mendalam ketentuan IFRS yang relevan, termasuk pedoman terkait provisi biaya, untuk memastikan kebijakan akuntansi yang diterapkan tetap sesuai dengan standar internasional dan PSAK nasional. Selain itu, komunikasi yang transparan dengan investor penting dilakukan agar mereka memahami risiko dari strategi yang terlalu agresif, seperti sanksi regulator atau kerugian jangka panjang. Saya juga dapat menawarkan solusi kompromi, misalnya menambahkan analisis tambahan dalam laporan keuangan untuk memberikan pandangan yang lebih seimbang. Namun, menuruti tekanan investor tanpa memperhatikan etika profesi bisa berisiko besar, karena dapat melibatkan manipulasi data yang bertentangan dengan prinsip kejujuran dan netralitas sebagaimana diatur oleh IAI dan IFAC. Jika hal ini dibiarkan, kepercayaan publik bisa menurun dan muncul kembali skandal seperti kasus manipulasi laporan keuangan masa lalu. Oleh karena itu, akuntan harus bertindak sebagai penjaga etika demi menjaga integritas profesi dan melindungi kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

3. Proses penetapan standar akuntansi sering kali tidak lepas dari pengaruh kekuatan ekonomi dan politik. Di Indonesia, pemerintah berupaya menciptakan kebijakan yang berorientasi pada transparansi dan keberlanjutan untuk mengatasi dampak negatif industri seperti penambangan nikel. Namun, upaya ini kerap berhadapan dengan tekanan dari kelompok industri yang menginginkan pelonggaran aturan demi keuntungan ekonomi. Pada tingkat global, lembaga seperti IASB juga terpengaruh oleh kekuatan negara besar dan kelompok industri yang berpengaruh, termasuk di sektor pertambangan. Misalnya, tekanan dari asosiasi industri di Indonesia dapat memperlambat penerapan standar internasional yang lebih ketat. Reformasi IFRS setelah krisis keuangan 2008 yang didorong oleh G20 bertujuan meningkatkan ketahanan sistem keuangan global, sedangkan di Amerika Serikat, tekanan dari pelaku bisnis terhadap GAAP lebih menitikberatkan pada kepentingan ekspansi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa proses penetapan standar merupakan hasil kompromi antara kepentingan ekonomi, politik, dan sosial. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, tantangannya adalah menyeimbangkan tuntutan global dan kebutuhan domestik agar tercipta sistem akuntansi yang adil, transparan, dan berorientasi pada kepentingan publik.

4. Pendekatan penyusunan standar akuntansi berbasis prinsip, seperti yang digunakan dalam IFRS, menekankan pada konsep dasar yang fleksibel dan menuntut kemampuan profesional dalam menyesuaikan penerapannya pada berbagai situasi. Hal ini berbeda dengan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP yang memberikan pedoman detail dan kaku untuk mengurangi subjektivitas. Di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena dapat disesuaikan dengan kondisi lokal, seperti tantangan di sektor pertambangan, serta mendukung keterlibatan investasi global melalui PSAK yang kompatibel dengan IFRS. Pendekatan ini juga lebih efisien bagi negara berkembang karena tidak memerlukan terlalu banyak aturan teknis. Namun, fleksibilitas ini harus diimbangi dengan sistem pengawasan yang kuat, seperti peningkatan pelatihan profesional bagi akuntan dan audit eksternal yang ketat, untuk menghindari penyimpangan. Dengan pengawasan yang baik, Indonesia dapat memanfaatkan pendekatan berbasis prinsip untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tanpa mengorbankan integritas dan kualitas pelaporan keuangan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Nayla Andara གིས-
Nama : Nayla Andara
NPM : 2413031018

  1. PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif untuk mengakui biaya lingkungan hidup karena ingin bersikap hati-hati dan menjaga kredibilitas laporan keuangan. Motivasi utamanya adalah menghindari risiko overestimasi laba yang bisa mengecewakan pemangku kepentingan dan menimbulkan masalah di kemudian hari. Dengan konservatif, perusahaan lebih cepat mengakui beban sehingga laba yang dilaporkan cenderung lebih rendah tapi lebih realistis dan bertanggung jawab. Dampaknya terhadap stakeholders, terutama masyarakat dan pemerintah, positif karena menunjukkan komitmen perusahaan pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, meskipun investor luar negeri mungkin kurang puas karena laba lebih kecil.

  2. Sebagai akuntan perusahaan, saya akan mendalami alasan investor luar negeri yang mendorong perubahan kebijakan menjadi lebih agresif, tapi tetap menjaga prinsip etika profesi seperti integritas dan objektivitas. Mengikuti keinginan investor yang hanya ingin laba tinggi tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang dan keberlanjutan bisa bertentangan dengan etika akuntan. Akuntan harus menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak dan memastikan laporan keuangan tetap transparan dan dapat dipercaya, bukan sekadar memenuhi keinginan investor tertentu.

  3. Proses penetapan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh ekonomi politik, karena ada banyak kepentingan dari berbagai pihak yang berusaha mempengaruhi standar agar sesuai dengan kebutuhan atau tekanan mereka. Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia menghadapi tekanan dari asosiasi industri yang ingin standar akuntansi lebih fleksibel atau menguntungkan bisnis. Contoh lain yang nyata adalah tekanan dari perusahaan besar di tingkat global terhadap badan standar seperti IASB agar standar yang dibuat tidak terlalu ketat dan menghambat bisnis internasional.

  4. Pendekatan standard-setting berbasis prinsip seperti IFRS lebih fleksibel dan fokus pada konsep serta tujuan pelaporan keuangan, sehingga memudahkan penyesuaian dengan kondisi bisnis yang beragam. Sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP cenderung lebih rinci dan kaku dengan aturan yang spesifik. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan diterapkan karena memberikan ruang bagi perusahaan dan regulator untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar, sosial, dan ekonomi yang terus berubah, serta mendukung implementasi nilai keberlanjutan dan transparansi sosial.

Singkatnya, PT Lestari Mineral memilih konservatif untuk menjaga tanggung jawab sosial, dan dihadapkan pada tekanan yang harus dikelola dengan etika dan transparansi. Penetapan standar harus memahami kepentingan ekonomi politik, dan untuk Indonesia, standar berbasis prinsip sesuai dengan kebutuhan bisnis dan keberlanjutan saat ini.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

Refamei Kudadiri གིས-
Nama: Refamei Kudadiri
Npm: 2413031014

1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dan motivasinya
Keputusan manajemen PT Lestari Mineral untuk menggunakan pendekatan akuntansi konservatif menunjukkan perilaku yang hati-hati dan berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang. Pendekatan konservatif berarti perusahaan cenderung mengakui potensi kerugian lebih awal dan menunda pengakuan keuntungan, terutama terkait biaya lingkungan seperti reklamasi tambang.
Motivasi perilaku ini dapat dijelaskan melalui teori akuntansi keperilakuan, yaitu keinginan manajemen untuk:
Menjaga reputasi dan kepercayaan publik dengan menunjukkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Meminimalkan risiko hukum dan regulasi, karena sektor pertambangan sangat diawasi oleh pemerintah dan masyarakat.
Menghindari ekspektasi laba yang terlalu tinggi, yang bisa menimbulkan tekanan di masa depan.

Namun, dampak perilaku ini terhadap stakeholders bisa beragam. Bagi pemerintah dan masyarakat, sikap konservatif meningkatkan kepercayaan karena menunjukkan kepatuhan dan tanggung jawab lingkungan. Sebaliknya, bagi investor yang berorientasi pada laba jangka pendek, pendekatan ini bisa dianggap tidak menarik karena menurunkan nilai laba bersih yang dilaporkan.

2. Menyikapi tekanan dari investor luar negeri dan aspek etika profesi
Sebagai akuntan perusahaan, sikap yang etis adalah mempertahankan integritas, objektivitas, dan kepatuhan terhadap standar yang berlaku di Indonesia, meskipun ada tekanan dari investor luar negeri. Mengubah kebijakan akuntansi hanya untuk menampilkan laba yang lebih tinggi akan bertentangan dengan prinsip etika profesi, terutama prinsip:
Integritas, karena laporan akan disesuaikan bukan atas dasar fakta ekonomi yang sebenarnya.
Objektivitas dan independensi, karena keputusan diambil berdasarkan kepentingan investor tertentu.
Tanggung jawab profesional, sebab akuntan wajib memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan posisi keuangan yang wajar dan tidak menyesatkan pihak lain.
Oleh karena itu, perubahan metode akuntansi sebaiknya dilakukan hanya jika memang ada dasar konseptual dan regulasi yang sah, bukan karena tekanan ekonomi atau politik.

3. Pengaruh ekonomi politik terhadap proses penetapan standar akuntansi
Penetapan standar akuntansi pada dasarnya bukan hanya proses teknis, tetapi juga proses politik dan ekonomi yang melibatkan berbagai kepentingan. Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia sedang merumuskan standar yang lebih berorientasi pada keberlanjutan, tetapi prosesnya dipengaruhi oleh tekanan politik dari asosiasi industri yang mungkin ingin melindungi kepentingan bisnis mereka agar biaya lingkungan tidak terlalu besar.
Di tingkat global, ekonomi politik juga terlihat pada dominasi negara maju dalam IFRS, di mana standar internasional sering mencerminkan nilai-nilai ekonomi dan regulasi Barat yang belum tentu sesuai dengan konteks negara berkembang. Dalam kasus PT Lestari Mineral, tekanan investor asing agar mengikuti interpretasi IFRS terbaru mencerminkan pengaruh globalisasi dan kekuasaan ekonomi internasional terhadap praktik akuntansi nasional.
Sebagai perbandingan, kasus serupa pernah terjadi saat Indonesia mengadopsi IFRS — beberapa perusahaan menolak penuh karena dianggap tidak sesuai dengan karakter ekonomi nasional dan tingkat kesiapan pelaporan yang ada.

4. Perbandingan pendekatan berbasis prinsip (IFRS) dan berbasis aturan (GAAP), serta relevansinya di Indonesia
Pendekatan berbasis prinsip (principle-based) seperti IFRS menekankan pada spirit dan tujuan pelaporan, memberikan fleksibilitas dan menuntut pertimbangan profesional akuntan. Sementara pendekatan berbasis aturan (rule-based) seperti GAAP memberikan pedoman yang lebih ketat dan rinci, sehingga lebih sedikit ruang interpretasi tetapi kurang fleksibel menghadapi transaksi baru.
Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena:

Memberikan ruang adaptasi terhadap nilai-nilai sosial, budaya, dan keberlanjutan yang sedang dikembangkan dalam standar nasional.
Mendorong pertanggungjawaban moral dan profesional akuntan, bukan sekadar kepatuhan administratif.
Lebih sesuai dengan arah global, karena Indonesia juga telah berkomitmen melakukan konvergensi IFRS.

Namun demikian, penerapan IFRS memerlukan kapasitas profesional yang tinggi dan integritas yang kuat, agar fleksibilitas dalam prinsip tidak disalahgunakan untuk manipulasi laporan keuangan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Rahma Amelia གིས-
Nama: Rahma Amelia
NPM: 2513031026

1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian biaya lingkungan jangka panjang. Biaya reklamasi tambang merupakan kewajiban besar yang dapat muncul di masa depan, sehingga perusahaan memilih mengakuinya lebih awal agar laporan keuangan mencerminkan kondisi yang lebih realistis dan tidak menyesatkan. Selain itu, pendekatan konservatif juga menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Motivasi di balik kebijakan ini adalah menjaga reputasi, mengurangi risiko hukum, dan membangun kepercayaan publik serta regulator. Namun, dampaknya terhadap para pemangku kepentingan bisa beragam. Investor luar negeri mungkin tidak menyukai pendekatan ini karena laba terlihat lebih rendah, sedangkan masyarakat, pemerintah, dan kreditur menilai positif karena menunjukkan transparansi, tanggung jawab, serta keberlanjutan perusahaan.

2. Sikap akuntan terhadap tekanan investor luar negeri dan kaitannya dengan etika profesi

Sebagai akuntan perusahaan, menghadapi tekanan dari investor luar negeri untuk mengubah kebijakan akuntansi menjadi lebih agresif perlu disikapi dengan profesionalisme dan berpegang teguh pada prinsip etika profesi. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk menjaga integritas, objektivitas, dan kejujuran dalam penyusunan laporan keuangan. Jika perubahan kebijakan dilakukan hanya demi menaikkan laba tanpa dasar ekonomi yang jelas, hal tersebut dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan melanggar prinsip etika akuntansi. Dengan demikian, mengikuti keinginan investor yang bertentangan dengan realitas ekonomi dan standar akuntansi dapat dianggap sebagai pelanggaran etika profesi. Akuntan seharusnya memberikan pemahaman kepada investor bahwa kebijakan konservatif justru mencerminkan transparansi, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan jangka panjang perusahaan, bukan kelemahan dalam kinerja keuangan.

3. Pengaruh ekonomi politik dalam proses penetapan standar akuntansi

Proses penetapan standar akuntansi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik. Di tingkat nasional, standar akuntansi dapat dipengaruhi oleh kepentingan pemerintah, asosiasi industri, dan kelompok bisnis besar yang memiliki kekuatan ekonomi. Dalam kasus PT Lestari Mineral, tekanan dari investor luar negeri agar perusahaan mengikuti interpretasi IFRS terbaru mencerminkan adanya pengaruh ekonomi global terhadap praktik akuntansi di Indonesia. Sementara itu, di sisi lain, pemerintah Indonesia sedang menyusun standar yang mencerminkan nilai keberlanjutan, namun proses tersebut turut dipengaruhi oleh tekanan politik dari berbagai pihak. Contoh di dunia nyata juga terlihat ketika konvergensi IFRS dilakukan di banyak negara berkembang, di mana keputusan untuk mengadopsi atau menyesuaikan IFRS sering kali mempertimbangkan dampak ekonomi nasional dan posisi tawar terhadap investor asing. Artinya, standar akuntansi bukan hanya hasil pertimbangan teknis, tetapi juga produk dari dinamika politik dan kepentingan ekonomi.

4. Perbandingan pendekatan berbasis prinsip (IFRS) dan berbasis aturan (GAAP), serta relevansinya di Indonesia

Pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS lebih menekankan pada pemahaman konsep dan penilaian profesional dalam menerapkan standar, sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP memberikan panduan yang lebih rinci dan ketat dalam setiap transaksi. IFRS memberi fleksibilitas lebih besar bagi perusahaan untuk menyesuaikan pelaporan dengan kondisi nyata bisnisnya, namun menuntut integritas dan penilaian profesional yang tinggi. Sebaliknya, GAAP lebih cocok di lingkungan dengan sistem pengawasan ketat karena mengurangi ruang interpretasi. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS lebih relevan diterapkan karena mendukung transparansi, akuntabilitas, dan penyesuaian terhadap praktik bisnis global. Selain itu, penerapan IFRS mendorong perusahaan Indonesia, termasuk sektor tambang seperti PT Lestari Mineral, untuk menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan tanggung jawab sosial sesuai arah pembangunan berkelanjutan yang sedang digalakkan pemerintah.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Amara Gusti Kharisma གིས-
Nama : Amara Gusti Kharisma
NPM : 2413031033

1. Analisis Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral dalam Memilih Kebijakan Akuntansi Konservatif
Manajemen memilih kebijakan konservatif untuk mengakui biaya lingkungan hidup guna menghindari risiko pengakuan biaya berlebih yang dapat menurunkan laba secara signifikan di laporan keuangan. Motivasi utama adalah kehati-hatian dalam pengukuran biaya jangka panjang yang tidak pasti dan untuk menjaga reputasi perusahaan sebagai entitas yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Pendekatan ini memberikan laporan keuangan yang lebih realistis dan transparan, sehingga memupuk kepercayaan dari stakeholders terutama pemerintah, masyarakat sekitar, dan regulator. Namun, dari sisi investor yang menginginkan laba lebih tinggi, pendekatan ini dianggap kurang menguntungkan. Dampaknya terhadap stakeholders adalah adanya persepsi lebih obyektif dan aman dalam melihat kinerja perusahaan, meskipun bisa mengurangi daya tarik investasi jangka pendek.​

2. Sikap Akuntan Menghadapi Tekanan Investor Luar Negeri
Sebagai akuntan, penting untuk menjaga integritas pelaporan keuangan dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan konservatif yang mencerminkan kewajaran informasi. Tekanan dari investor untuk menggunakan pendekatan agresif harus disikapi dengan komunikasi yang jelas bahwa pengakuan biaya yang tepat dan jujur merupakan bagian dari tanggung jawab profesional demi kelangsungan perusahaan dan perlindungan semua stakeholders. Akuntan dapat memberikan edukasi kepada investor mengenai risiko yang muncul dari pengakuan biaya yang terlalu optimistis dan ketidakpastian standar IFRS terbaru yang belum final atau masih memerlukan interpretasi lebih.​

3. Apakah Mengikuti Keinginan Investor Bertentangan dengan Etika Profesi Akuntan?
Mengikuti permintaan investor yang menuntut perubahan kebijakan akuntansi untuk menaikkan laba tanpa dasar yang benar memang bertentangan dengan etika profesi akuntan. Etika profesi mengharuskan akuntan untuk menyajikan laporan yang jujur, lengkap, dan transparan yang tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan. Manipulasi laporan demi memenuhi keinginan investor dapat menimbulkan konflik kepentingan, mengurangi integritas, dan menurunkan kepercayaan publik terhadap perusahaan dan profesi akuntan itu sendiri.​

4. Pengaruh Ekonomi Politik dalam Proses Penetapan Standar Akuntansi
Proses penetapan standar akuntansi dapat sangat dipengaruhi oleh ekonomi politik karena berbagai kepentingan ekonomi dan politik dapat membentuk isi standar yang ditetapkan. Di tingkat nasional, tekanan dari asosiasi industri dan kelompok kepentingan bisnis dapat mempengaruhi pemerintah atau badan standar untuk mengadopsi aturan yang menguntungkan sektor tertentu, misalnya dalam pengakuan biaya lingkungan hidup agar tidak memberatkan perusahaan tambang. Di tingkat global, standar seperti IFRS juga dibuat melalui kompromi antara berbagai negara dan kepentingan korporasi multinasional. Contoh kasus PT Lestari Mineral yang menghadapi tekanan politik dalam rumusan standar nasional yang membawa nilai keberlanjutan juga mencerminkan pengaruh ini. Contoh lain adalah adopsi IFRS yang sering dilatarbelakangi kepentingan ekspansi bisnis internasional dan harmonisasi pasar keuangan global.

5. Dalam konteks perbedaan antara IFRS dan GAAP dalam standard-setting, yang utama adalah bahwa IFRS menggunakan pendekatan berbasis prinsip (principles-based) sedangkan GAAP menggunakan pendekatan berbasis aturan (rules-based). Pendekatan berbasis prinsip pada IFRS lebih fleksibel dan menitikberatkan pada substansi ekonomi dari transaksi, memberikan ruang bagi profesional akuntan untuk melakukan interpretasi yang sesuai dengan kondisi nyata perusahaan. Di sisi lain, GAAP sangat rinci dan ketat dengan aturan-aturan spesifik yang harus diikuti secara literal, sehingga kurang fleksibel namun memberikan kepastian yang jelas tentang bagaimana setiap transaksi harus diperlakukan. Di Indonesia, mengadopsi pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS dianggap lebih relevan karena mendukung harmonisasi internasional dan memungkinkan penyesuaian dengan konteks bisnis lokal yang beragam serta tuntutan transparansi dan keberlanjutan. Fleksibilitas dalam IFRS juga memungkinkan perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih mencerminkan kondisi ekonomi sebenarnya, sesuai dengan dinamika dan kebutuhan pelaku usaha di Indonesia yang semakin terbuka terhadap investasi global. Oleh karena itu, meskipun GAAP memberikan kepastian aturan, pendekatan IFRS yang lebih prinsipil dan adaptif lebih sesuai bagi lingkungan bisnis Indonesia yang terus berkembang dan berorientasi pada integrasi pasar global.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Waly Tanti Fitrani གིས-
NAMA : WALY TANTI FITRANI
NPM : 2413031031

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena didorong oleh sikap kehati-hatian (risk aversion) dan tanggung jawab sosial terhadap dampak lingkungan tambang. Secara perilaku, keputusan ini mencerminkan keinginan untuk menjaga legitimasi dan kepercayaan publik serta menghindari risiko hukum dan reputasi di masa depan. Konservatisme juga dapat menjadi strategi untuk mengelola ekspektasi laba secara stabil dan menunjukkan komitmen pada keberlanjutan. Namun, dampaknya terhadap stakeholder bersifat ganda: bagi regulator dan masyarakat, kebijakan ini meningkatkan kredibilitas dan akuntabilitas perusahaan, sedangkan bagi investor yang berorientasi laba jangka pendek, konservatisme dapat menurunkan daya tarik investasi karena laba yang dilaporkan lebih rendah.

2. Sebagai akuntan perusahaan, saya harus bersikap profesional dan objektif dalam menghadapi tekanan dari investor luar negeri. Perubahan kebijakan akuntansi hanya dapat dilakukan jika sesuai dengan prinsip dan ketentuan standar yang berlaku, bukan semata-mata untuk menaikkan laba. Mengikuti keinginan investor tanpa dasar yang kuat akan melanggar prinsip etika profesi akuntan, terutama integritas, objektivitas, dan tanggung jawab kepada publik. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan secara transparan alasan teknis dan dampak dari kebijakan konservatif yang digunakan serta menolak setiap permintaan yang bertentangan dengan standar dan etika profesi.

3. Proses penetapan standar akuntansi sering dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik karena melibatkan berbagai kepentingan dari pemerintah, industri, investor, dan masyarakat. Dalam kasus PT Lestari Mineral, tekanan politik dari asosiasi industri dapat memengaruhi kebijakan pemerintah dalam merumuskan standar yang seharusnya menekankan transparansi dan keberlanjutan. Di tingkat global, proses serupa juga terjadi ketika lembaga seperti IASB harus menyeimbangkan kepentingan investor internasional dan regulator nasional. Dengan demikian, standard-setting bukan hanya proses teknis, tetapi juga hasil kompromi politik dan ekonomi antara berbagai pemangku kepentingan.

4. Pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS lebih menekankan pada substansi transaksi dan penggunaan pertimbangan profesional, sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP memberikan panduan yang lebih rinci dan kaku. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena dapat menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang beragam dan mendukung transparansi, terutama dalam isu keberlanjutan dan pelaporan lingkungan. Namun, penerapannya perlu diimbangi dengan peningkatan kompetensi profesional akuntan dan pengawasan yang kuat agar tidak disalahgunakan atau menimbulkan interpretasi yang beragam.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

MUHAMMAD ARIFIN ILHAM གིས-
Nama : Muhammad Arifin Ilham
NPM : 2413031003

1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral 

Keputusan manajemen PT Lestari Mineral untuk menerapkan pendekatan akuntansi konservatif dalam pengakuan biaya lingkungan mencerminkan sikap kehati-hatian terhadap risiko jangka panjang. Langkah ini kemungkinan didorong oleh keinginan untuk memastikan keberlanjutan usaha sekaligus mematuhi peraturan pemerintah yang semakin menekankan pentingnya tanggung jawab lingkungan. Dengan mencatat biaya reklamasi lebih dini, perusahaan menunjukkan komitmen sosialnya terhadap pelestarian lingkungan. Dampaknya, masyarakat dan pemerintah dapat menilai positif kepedulian tersebut, sementara investor mungkin melihat laba yang lebih kecil sebagai hal yang kurang menarik. Dengan demikian, konservatisme akuntansi menjadi alat untuk menjaga reputasi dan kredibilitas perusahaan dalam jangka panjang, walaupun bisa menurunkan daya tarik investasi jangka pendek.

2. Tekanan dari investor luar negeri Ketika seorang akuntan menghadapi desakan dari investor asing untuk menampilkan laba yang lebih besar, muncul dilema etika profesional. Mengikuti keinginan tersebut tanpa dasar yang sah dapat melanggar prinsip-prinsip utama profesi akuntan, seperti integritas dan objektivitas. Peran akuntan bukan untuk memenuhi kepentingan kelompok tertentu, melainkan memastikan laporan keuangan disajikan secara adil, relevan, dan dapat dipercaya oleh semua pihak. Walaupun pendekatan agresif mungkin dapat dibenarkan menurut interpretasi terbaru IFRS, keputusan pelaporan tetap harus didasarkan pada substansi ekonomi yang sebenarnya, keberlanjutan usaha, serta kepatuhan terhadap standar akuntansi nasional.

3. Proses penetapan standar akuntansi dan ekonomi politik 

Pembentukan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh dinamika ekonomi dan politik, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam konteks Indonesia, upaya pemerintah untuk mengembangkan standar yang lebih berorientasi pada keberlanjutan sering kali berhadapan dengan tekanan dari kelompok industri, seperti sektor pertambangan, yang memiliki kepentingan ekonomi besar. Di tingkat global, proses penyusunan IFRS pun tidak terlepas dari pengaruh negara maju dan lembaga keuangan internasional. Contohnya terlihat pada krisis keuangan 2008, ketika banyak negara mendesak IASB untuk melonggarkan aturan fair value karena dianggap memperburuk krisis. Hal ini memperlihatkan bahwa standar akuntansi merupakan hasil kompromi antara teori, praktik, serta kepentingan politik dan ekonomi.

4. Perbandingan prinsip vs aturan 

IFRS yang berbasis prinsip memberikan kelonggaran bagi perusahaan untuk menyesuaikan pelaporan keuangan dengan kondisi bisnis sebenarnya, selama tetap berlandaskan pada substansi ekonomi. Sebaliknya, sistem GAAP yang berbasis aturan bersifat lebih ketat dan terperinci, sehingga membatasi ruang interpretasi. Di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS dianggap lebih sesuai karena karakteristik ekonomi yang cepat berubah, keragaman industri, dan meningkatnya perhatian terhadap isu keberlanjutan. Pendekatan ini memungkinkan standar akuntansi nasional menjadi lebih fleksibel terhadap perkembangan global, sembari tetap mencerminkan nilai-nilai lokal seperti transparansi, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap lingkungan.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

Reyhta Putri Herdian གིས-
Nama : Reyhta Putri Herdian
NPMM : 2413031035

1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi yang konservatif mencerminkan sikap kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko lingkungan yang tinggi di sektor pertambangan. Pendekatan konservatif berarti perusahaan lebih cepat mengakui potensi kerugian dan menunda pengakuan laba sampai benar-benar terealisasi. Motivasi utama di balik pilihan ini kemungkinan adalah untuk menjaga legitimasi sosial dan kepercayaan publik, terutama karena industri tambang sangat sensitif terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan. Selain itu, kebijakan konservatif juga dapat melindungi perusahaan dari potensi tuntutan hukum dan risiko reputasi yang timbul akibat underestimation terhadap biaya reklamasi tambang. Dampaknya terhadap stakeholder beragam: bagi investor jangka panjang, pendekatan ini meningkatkan kredibilitas dan menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan; namun bagi investor yang berorientasi laba jangka pendek, laporan laba yang lebih rendah mungkin dianggap kurang menarik. Meskipun demikian, kebijakan konservatif ini memperkuat persepsi bahwa manajemen berkomitmen pada praktik akuntansi yang beretika dan berkelanjutan.

2. Sebagai seorang akuntan profesional, menghadapi tekanan dari investor luar negeri yang mendorong penggunaan pendekatan akuntansi yang lebih agresif harus disikapi dengan mengutamakan prinsip etika profesi, khususnya prinsip integritas, objektivitas, dan kepatuhan terhadap standar profesional. Mengubah kebijakan akuntansi hanya untuk menampilkan laba yang lebih tinggi tanpa dasar yang kuat dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan berpotensi melanggar prinsip kejujuran dan transparansi. Oleh karena itu, mengikuti keinginan investor semata — jika bertentangan dengan realitas ekonomi dan prinsip konservatisme — jelas tidak etis dan dapat merusak reputasi profesi akuntan. Dalam situasi seperti ini, akuntan sebaiknya menjelaskan kepada investor bahwa kebijakan konservatif yang diterapkan didasarkan pada PSAK dan IFRS yang berlaku, serta pada tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan demikian, akuntan tetap menjaga independensi profesional sambil menegaskan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang wajar, relevan, dan andal, bukan sekadar menyenangkan pihak tertentu.

3. Proses penetapan standar akuntansi sering kali tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh dinamika ekonomi politik, baik di tingkat nasional maupun global. Dalam konteks kasus PT Lestari Mineral, upaya pemerintah Indonesia untuk merumuskan standar akuntansi nasional yang berorientasi pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial menghadapi tekanan dari kelompok industri yang khawatir standar tersebut akan meningkatkan biaya operasional dan mengurangi daya saing. Ini menunjukkan bahwa proses standard-setting dapat dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan lobi politik dari berbagai pemangku kepentingan. Di tingkat global, lembaga seperti IASB (International Accounting Standards Board) juga tidak lepas dari pengaruh negara-negara besar dan korporasi multinasional yang memiliki kekuatan ekonomi, misalnya dalam perumusan standar IFRS yang sering kali mencerminkan praktik pasar keuangan maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat. Contoh lain adalah adopsi IFRS di negara berkembang yang sering dilakukan karena tekanan lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia, bukan semata karena kesiapan infrastruktur akuntansi domestik. Dengan demikian, penetapan standar akuntansi merupakan hasil kompromi antara kepentingan ekonomi, politik, dan legitimasi global.

4. Pendekatan berbasis prinsip (principle-based) seperti IFRS menekankan pada tujuan dan substansi ekonomi transaksi dibandingkan detail aturan yang kaku. Pendekatan ini memberi ruang bagi profesional untuk menggunakan pertimbangan dan penilaian (judgement) yang sesuai dengan konteks bisnis, sehingga lebih fleksibel dalam menghadapi variasi transaksi global. Sebaliknya, pendekatan berbasis aturan (rule-based) seperti US GAAP menetapkan pedoman yang lebih rinci dan spesifik, yang dapat mengurangi interpretasi subjektif namun sering kali menghasilkan praktik yang terlalu formalistis. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan untuk diterapkan karena memungkinkan adaptasi terhadap berbagai karakteristik industri dan kondisi ekonomi yang dinamis, termasuk aspek keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Namun, penerapan prinsip-based system ini harus didukung oleh kompetensi profesional akuntan, sistem pengawasan yang kuat, dan transparansi pengungkapan agar tidak disalahgunakan. Dengan kombinasi antara fleksibilitas dan integritas profesional, pendekatan berbasis prinsip dapat membantu Indonesia membangun pelaporan keuangan yang relevan, akuntabel, dan berorientasi jangka panjang.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

TRIASWARI AYUNANDINI གིས-

Nama: Triaswari Ayunandini
Npm: 2413031029

  1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral
    Perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih pendekatan akuntansi konservatif untuk mengakui biaya lingkungan hidup jangka panjang (reklamasi tambang) adalah tindakan yang mencerminkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko. Motivasi di balik perilaku konservatif ini sering kali bersifat defensif dan strategis.

    Motivasi yang utama adalah terkait dengan Biaya Politik (Political Costs). Sebagai perusahaan tambang nikel, PT Lestari Mineral sangat rentan terhadap pengawasan publik, media, dan pemerintah. Mengakui biaya reklamasi secara konservatif, yang berarti mengakui liabilitas lebih awal atau dengan nilai yang lebih besar, adalah cara untuk menunjukkan kepada stakeholders lingkungan bahwa perusahaan telah mengambil tanggung jawab keberlanjutan secara serius. Tindakan ini dapat membantu mengurangi insentif bagi pemerintah untuk memberlakukan regulasi baru yang ketat atau menjatuhkan denda. Motivasi lainnya bisa terkait Kontrak Utang; meskipun konservatisme cenderung menurunkan laba saat ini, hal itu meningkatkan keandalan laporan keuangan di mata kreditur, memberikan mereka margin keamanan yang lebih besar terhadap risiko keuangan perusahaan. Kebijakan konservatif ini memiliki beberapa dampak penting terhadap stakeholders:
    a. Pemegang Saham dan Investor: Mereka mungkin melihat laba yang lebih rendah dan ekuitas yang tertekan di laporan keuangan saat ini, yang dapat menurunkan ekspektasi dividen dan penilaian saham jangka pendek. Namun, secara jangka panjang, kebijakan ini memberikan sinyal tentang kualitas laba yang tinggi dan manajemen risiko yang prudent, yang dapat meningkatkan kepercayaan.
    b. Kreditur: Mereka mendapatkan jaminan yang lebih besar bahwa aset perusahaan tidak dinilai terlalu tinggi dan liabilitas tidak diremehkan. Hal ini membuat analisis risiko kredit menjadi lebih mudah dan andal.
    c. Pemerintah dan Masyarakat: Mereka akan melihat bukti komitmen finansial perusahaan terhadap tanggung jawab lingkungan hidup, yang meningkatkan transparansi mengenai beban reklamasi jangka panjang.

  2. Tekanan dari investor luar negeri
    Sebagai akuntan perusahaan, saya harus menyikapi tekanan dari investor luar negeri dengan memegang teguh Prinsip Integritas dan Objektivitas yang diatur dalam Kode Etik Akuntan Profesional (seperti yang diadaptasi oleh IESBA Code).

    Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi profesional dan teknis. Saya akan menguji interpretasi IFRS terbaru yang disarankan oleh investor. Perubahan kebijakan akuntansi hanya dapat dilakukan jika hal itu menghasilkan informasi yang lebih relevan dan lebih andal dalam mencerminkan substansi ekonomi perusahaan, bukan sekadar menghasilkan laba yang lebih tinggi.

    Mengikuti keinginan investor hanya demi menaikkan laba (manajemen laba) akan bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan. Prinsip Integritas mewajibkan akuntan untuk bersikap jujur dan lugas. Prinsip Objektivitas melarang akuntan membiarkan tekanan pihak luar (investor) memengaruhi pertimbangan profesional. Jika pendekatan yang lebih agresif tidak didukung oleh bukti objektif mengenai pola pengeluaran biaya reklamasi di masa depan, dan hanya bertujuan untuk manipulasi laba, maka akuntan wajib menolak perubahan tersebut. Jika ada dua interpretasi yang sama-sama sah, saya dapat memilih salah satunya, tetapi harus diungkapkan secara transparan di catatan atas laporan keuangan alasan dan dampak dari pilihan tersebut.

  3. Proses penetapan standar akuntansi dan ekonomi politik
    Proses penetapan standar akuntansi adalah arena ekonomi politik, bukan sekadar proses teknis yang murni. Standar yang dihasilkan selalu menjadi hasil kompromi antara kepentingan berbagai kelompok stakeholders yang memiliki kekuatan dan insentif yang berbeda.

    Di tingkat nasional, kasus PT Lestari Mineral menggambarkan hal ini. Pemerintah ingin merumuskan standar yang memajukan keberlanjutan dan transparansi, tetapi prosesnya dipengaruhi oleh tekanan politik dari asosiasi industri. Asosiasi ini mewakili kepentingan perusahaan tambang, yang labanya dapat tertekan oleh standar keberlanjutan yang ketat. Mereka akan melobi agar standar yang dihasilkan menjadi lebih longgar atau memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengakuan biaya lingkungan. Kekuatan ekonomi asosiasi industri ini dapat mengarahkan standar nasional menjadi kompromi yang mengutamakan kepentingan industri daripada idealisme keberlanjutan penuh.

    Di tingkat global, contoh nyata terlihat dalam proses penyusunan IFRS 9 tentang Instrumen Keuangan. Setelah krisis keuangan tahun 2008, bank-bank besar melobi IASB (lembaga penetap IFRS) untuk mengganti aturan lama tentang penyisihan kerugian kredit (loan loss provisioning). Tekanan politik dari industri perbankan yang berpengaruh tersebut, dengan alasan stabilitas sistemik, akhirnya berhasil membuat IASB mengadopsi model expected credit loss (ECL) yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan sektor industri yang besar dapat secara signifikan mengarahkan dan membentuk arah standar akuntansi internasional.

  4. Dua pendekatan utama dalam penetapan standar akuntansi adalah pendekatan berbasis prinsip (seperti IFRS) dan pendekatan berbasis aturan (seperti US GAAP).
    Pendekatan berbasis prinsip berfokus pada kerangka konsep yang luas (definisi aset, liabilitas, pendapatan) dan menuntut akuntan menggunakan pertimbangan profesional yang tinggi untuk mencerminkan substansi ekonomi suatu transaksi. Standar ini cenderung lebih ringkas. Sebaliknya, pendekatan berbasis aturan sangat detail dan spesifik, berusaha memberikan aturan untuk setiap skenario transaksi, yang cenderung menghasilkan buku standar yang tebal. Pendekatan berbasis prinsip memiliki risiko earnings management yang lebih tinggi karena fleksibilitasnya, sementara pendekatan berbasis aturan memiliki risiko loopholes (celah aturan) yang lebih tinggi.

    Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) yang saat ini diadopsi adalah lebih relevan untuk dipertahankan, meskipun harus diimbangi dengan pengawasan ketat. Alasannya adalah:
    a. Kompleksitas Transaksi: Perekonomian Indonesia, terutama di sektor seperti pertambangan yang melibatkan liabilitas lingkungan jangka panjang dan aset tak berwujud, sering menghadapi transaksi yang unik. Pendekatan berbasis prinsip memungkinkan akuntan PT Lestari Mineral untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam menilai liabilitas reklamasi, di mana tidak ada aturan tunggal yang dapat mencakup semua skenario.
    b. Konvergensi Global: Adopsi IFRS memfasilitasi akses perusahaan Indonesia ke pasar modal internasional dan memudahkan komparabilitas laporan keuangan secara global, yang penting bagi investasi asing (seperti tekanan investor luar negeri dalam kasus ini).
    c. Filosofi Pelaporan: Pendekatan IFRS menekankan pada penyajian yang jujur (faithful representation) dan substansi di atas bentuk. Hal ini sejalan dengan dorongan pemerintah untuk memiliki standar yang lebih mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan, karena standar berbasis prinsip mendorong pengakuan liabilitas yang lebih realistis dan transparan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Eka Saryuni གིས-
Nama : Eka Saryuni
Npm : 2413031030

1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif dapat dianalisis sebagai bentuk kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi harga komoditas. Kebijakan konservatif biasanya dipilih untuk menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan beban, sehingga laba yang dilaporkan menjadi lebih rendah. Motivasi perilaku tersebut dapat berasal dari keinginan manajemen untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan, menghindari ekspektasi laba yang terlalu tinggi dari investor, serta meminimalkan risiko litigasi dan tekanan dari regulator. Dampaknya terhadap stakeholders bisa bersifat ganda, di mana bagi investor kebijakan ini bisa dianggap sebagai sinyal kehati-hatian dan kredibilitas, namun di sisi lain dapat menimbulkan persepsi bahwa perusahaan kurang menghasilkan kinerja yang optimal. Bagi kreditor, kebijakan konservatif biasanya dipandang positif karena menunjukkan manajemen risiko yang baik dan perlindungan terhadap kemungkinan gagal bayar.

2. ⁠Jika saya sebagai akuntan perusahaan menghadapi tekanan dari investor luar negeri untuk mengubah kebijakan akuntansi, langkah pertama adalah memastikan bahwa perubahan yang diminta tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dan tidak mengorbankan prinsip keandalan serta relevansi laporan keuangan. Menuruti keinginan investor semata tanpa dasar profesional dapat bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan, khususnya prinsip integritas, objektivitas, dan independensi. Akuntan harus berpegang pada kode etik profesi dan tanggung jawab publiknya, bukan hanya pada kepentingan pihak tertentu. Oleh karena itu, setiap perubahan kebijakan akuntansi harus melalui pertimbangan profesional dan disetujui sesuai prosedur tata kelola perusahaan, bukan semata karena tekanan eksternal.

3. ⁠Proses penetapan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik, baik di tingkat nasional maupun global. Di tingkat nasional, kelompok industri besar, asosiasi profesi, dan pemerintah dapat memengaruhi arah standar agar sesuai dengan kepentingan ekonomi domestik. Di tingkat global, lembaga seperti IASB dan pengaruh negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa memainkan peran penting dalam menentukan arah harmonisasi standar. Dalam konteks kasus PT Lestari Mineral, tekanan dari investor luar negeri mencerminkan bagaimana kekuatan ekonomi global dapat mendorong penerapan kebijakan akuntansi yang lebih sesuai dengan praktik internasional. Contoh lain yang nyata adalah adopsi IFRS di Indonesia, yang sebagian besar didorong oleh kebutuhan menarik investasi asing dan meningkatkan daya saing global, bukan semata karena pertimbangan teknis akuntansi.

4. ⁠Pendekatan standard-setting berbasis prinsip seperti IFRS menekankan pada penerapan konsep dan penilaian profesional, sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP memberikan panduan yang lebih rinci dan spesifik dalam penerapan. IFRS memberikan fleksibilitas dan ruang interpretasi yang lebih luas bagi akuntan dalam menggambarkan substansi ekonomi suatu transaksi, sementara GAAP menekankan kepatuhan terhadap aturan tertulis yang ketat. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena memberikan ruang bagi perusahaan untuk menyesuaikan pelaporan dengan karakteristik ekonomi yang beragam dan masih berkembang. Selain itu, adopsi IFRS oleh Indonesia melalui PSAK konvergensi IFRS juga memperkuat upaya integrasi dengan pasar global serta meningkatkan transparansi dan daya banding laporan keuangan antarnegara.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Alissya Putri Kartika གིས-
Nama : Alissya Putri Kartika
NPM : 2413031011

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin menjaga kehati-hatian, stabilitas jangka panjang, dan reputasi perusahaan di mata regulator dan publik. Pendekatan ini menghindari risiko overstatement laba serta menunjukkan tanggung jawab terhadap dampak lingkungan. Dampaknya, laba terlihat lebih kecil, tapi kepercayaan dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga keuangan bisa meningkat.

2. Sebagai akuntan, keputusan harus tetap berlandaskan integritas dan objektivitas. Tekanan investor untuk menampilkan laba lebih tinggi tidak boleh diikuti jika bertentangan dengan prinsip konservatisme dan standar akuntansi yang berlaku. Mengubah kebijakan demi kepentingan tertentu bisa melanggar etika profesional, terutama prinsip kejujuran dan independensi.

3. Penetapan standar akuntansi sering dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan politik. Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia dihadapkan pada tekanan industri agar aturan tidak memberatkan pelaku usaha. Di tingkat global, lembaga seperti IASB juga menghadapi tekanan dari negara atau korporasi besar yang ingin menjaga kepentingan bisnis mereka.

4. IFRS berbasis prinsip memberi fleksibilitas dan menuntut pertimbangan profesional, sedangkan GAAP berbasis aturan lebih ketat dan rinci. Untuk Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena dapat menyesuaikan dengan dinamika ekonomi dan mendorong transparansi, namun tetap perlu pengawasan agar tidak disalahgunakan.

Kesimpulan dari kasus tersebut adalah PT Lestari Mineral menunjukkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi bukan hanya soal teknis, tapi juga soal nilai, etika, dan politik. Keputusan untuk tetap konservatif menggambarkan tanggung jawab sosial dan kehati-hatian, sedangkan tekanan dari investor memperlihatkan benturan antara kepentingan ekonomi jangka pendek dan prinsip keberlanjutan jangka panjang.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Eris Ana Dita གིས-
Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017

1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dan motivasi akuntansi konservatif 
PT Lestari Mineral memilih akuntansi konservatif untuk biaya reklamasi tambang agar laporan keuangan tidak terlalu optimis dan lebih berhati-hati. Ini membuat informasi keuangan lebih kredibel dan mengurangi risiko kesalahan laporan. Namun, investor luar negeri mungkin ingin laba lebih tinggi sehingga mendorong perubahan kebijakan.

2. Menyikapi tekanan investor luar negeri dan etika akuntan 
Sebagai akuntan, penting untuk mempertahankan integritas dan etika profesi. Tidak boleh mengubah kebijakan akuntansi hanya untuk menyenangkan investor jika itu mengorbankan transparansi dan keandalan laporan. Etika akuntan mengharuskan laporan mencerminkan kondisi sebenarnya perusahaan.

3. Pengaruh ekonomi politik dalam penetapan standar akuntansi
Proses pembuatan standar akuntansi dipengaruhi oleh kepentingan politik dan ekonomi, misal di Indonesia, tekanan dari asosiasi industri memengaruhi aturan yang dibuat. Secara global, kekuatan negara dan industri juga mempengaruhi standar yang disepakati, seperti IFRS yang berbasis prinsip agar dapat diterima banyak negara.

4. Perbandingan standard-setting berbasis prinsip vs berbasis aturan
Pendekatan berbasis prinsip (IFRS) lebih fleksibel dan sesuai untuk Indonesia karena memungkinkan adaptasi dengan kondisi lokal dan mendukung keberlanjutan dan transparansi. Pendekatan berbasis aturan (GAAP) lebih kaku dan rinci tapi kurang fleksibel.