Nama : Laura Aulia Novriandila
NPM : 2413031051
FIFO (First In, First Out): Diasumsikan bahwa stok yang masuk pertama kali keluar lebih dulu. Maka, HPP (Harga Pokok Penjualan atau COGS) dihitung berdasarkan biaya stok lama.
LIFO (Last In, First Out): Diasumsikan stok terbaru yang keluar duluan. HPP menggunakan biaya stok terkini.
Perlu dicatat: Di Indonesia (sesuai PSAK/IFRS), LIFO tidak boleh digunakan untuk persediaan
1. Pada Masa Harga Naik (Inflasi)
Ketika harga naik, biaya akuisisi terbaru lebih mahal dibandingkan biaya sebelumnya.
Pada FIFO: HPP diambil dari biaya lama (murah), sehingga HPP kecil, Pengurangan pendapatan dengan HPP rendah menghasilkan laba bersih lebih besar. Stok akhir dinilai lebih tinggi (biaya terkini).
Pada LIFO: HPP diambil dari biaya terkini (mahal), sehingga HPP besar, Pengurangan pendapatan dengan HPP tinggi menyebabkan laba bersih lebih kecil ketimbang FIFO. Stok akhir dinilai lebih rendah (biaya lama).
Ringkasan Perbandingan: LIFO menimbulkan laba bersih yang lebih kecil dibandingkan FIFO di tengah inflasi. Alasannya, LIFO mempercepat pencatatan biaya mahal, yang bisa mengurangi beban pajak (laba rendah berarti pajak lebih ringan), tetapi menekan angka laba yang disajikan.
Ilustrasi Sederhana:
Bayangkan perusahaan membeli 100 unit Rp10.000 (awal), kemudian 100 unit Rp15.000 (baru), dan menjual 100 unit dengan harga Rp20.000/unit (total Rp2.000.000).
FIFO: HPP = 100 × Rp10.000 = Rp1.000.000, Laba kotor = Rp1.000.000.
LIFO: HPP = 100 × Rp15.000 = Rp1.500.000, Laba kotor = Rp500.000 (lebih kecil).
2. Pada Masa Harga Turun (Deflasi)
Saat harga merosot, biaya pembelian terbaru lebih murah daripada biaya sebelumnya.
Pada FIFO: HPP diambil dari biaya lama (mahal), sehingga HPP besar, laba bersih lebih kecil. Stok akhir dinilai lebih rendah (biaya terkini).
Pada LIFO: HPP diambil dari biaya terkini (murah), sehingga HPP kecil, laba bersih lebih besar ketimbang FIFO. Stok akhir dinilai lebih tinggi (biaya lama).
Ringkasan Perbandingan: LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih besar dibandingkan FIFO saat deflasi. Sebabnya, LIFO menunda pengakuan biaya lama yang mahal, sehingga mempertahankan laba lebih baik.
Ilustrasi Sederhana (asumsi serupa, tapi harga turun: beli awal Rp15.000, baru Rp10.000):
FIFO: HPP = 100 × Rp15.000 = Rp1.500.000, Laba kotor = Rp500.000.
LIFO: HPP = 100 × Rp10.000 = Rp1.000.000, Laba kotor = Rp1.000.000 (lebih besar)