Diskusi

Diskusi

Number of replies: 26

Cobalah anda kemukakan dalam forum diskusi pendapat anda tentang hal berikut

: Jika dibandingkan dengan metode kalkulasi biaya persediaan FIFO, apakah metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi atau lebih rendah selama periode harga meningkat? apa pengaruh komparatif terhadap laba bersih selama periode penurunan harga?

In reply to First post

Re: Diskusi

by ALZIRAH SABRINA -
Nama: Alzirah Sabrina
NPM: 2413031049
Kelas: 24B

Menurut saya: metode FIFO dan LIFO itu sebenarnya cuma beda urutan dalam menghitung barang mana yang dianggap “keluar duluan.” Tapi efeknya ke laba bisa cukup signifikan, apalagi saat harga barang berubah-ubah.
Kalau harga sedang naik (inflasi), berarti barang yang baru dibeli harganya lebih mahal. Nah, di metode LIFO, barang yang terakhir dibeli itu yang dianggap terjual duluan. Jadi, biaya pokok penjualan (HPP) jadi lebih tinggi karena pakai harga yang mahal. Otomatis laba bersihnya turun. Sementara di FIFO, barang lama (yang harganya masih murah) dijual duluan, jadi HPP-nya lebih rendah dan laba bersih kelihatan lebih tinggi.
Tapi kalau harga justru turun (deflasi), logikanya kebalik. Barang baru harganya malah lebih murah. Jadi kalau pakai LIFO, HPP-nya jadi rendah (karena ambil harga yang lebih murah), dan laba bersihnya naik. Sedangkan FIFO pakai harga lama yang lebih tinggi, sehingga laba bersihnya jadi lebih kecil.
Jadi intinya, efeknya tergantung pada arah perubahan harga. Saat harga naik, FIFO “untung” karena labanya tampak lebih besar, tapi saat harga turun, LIFO malah yang terlihat lebih baik.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Asnia Sundari -
Izin menjawab, Bu.
Nama: Asnia Sundari 
NPM: 2413031040 

Menurut saya, selama periode harga meningkat (inflasi), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini terjadi karena dalam metode LIFO, barang terakhir yang dibeli (dengan harga yang lebih tinggi) dianggap terjual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih tinggi, sehingga laba bersih berkurang.Sebaliknya, pada metode FIFO, barang yang lebih dulu dibeli (dengan harga yang lebih rendah) dianggap terjual lebih dahulu, sehingga HPP lebih rendah dan laba bersih lebih tinggi. Namun, saat harga menurun (deflasi), pengaruhnya menjadi kebalikan. Dalam kondisi ini, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena barang terakhir yang dibeli memiliki harga yang lebih rendah (HPP lebih kecil), sedangkan metode FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah karena HPP-nya lebih besar.
Jadi, saat harga naik metode FIFO menghasilkan laba lebih tinggi, sedangkan LIFO menghasilkan laba lebih rendah. Saat harga turun metode FIFO menghasilkan laba lebih rendah, sedangkan LIFO menghasilkan laba lebih tinggi.
Sekian, terima kasih.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Arshella Cahya Yuniarti -
Nama: Arshella Cahya Yuniarti
Npm: 2413031058
Kelas: B
Menurut saya, Metode penilaian persediaan LIFO (Last-In, First-Out) dan FIFO (First-In, First-Out) menghasilkan laporan laba yang sangat berbeda ketika harga berubah.
Saat harga persediaan naik (inflasi), LIFO mencocokkan biaya persediaan terbaru yang lebih tinggi dengan pendapatan penjualan, sehingga menghasilkan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang lebih besar. HPP yang lebih tinggi ini otomatis menekan laba kotor dan menyebabkan laba bersih LIFO menjadi lebih rendah dibandingkan dengan FIFO. Laba bersih yang rendah ini secara strategis bermanfaat bagi beberapa perusahaan (terutama di AS) karena dapat mengurangi beban pajak.
Sebaliknya, jika harga persediaan turun (deflasi), situasinya terbalik: LIFO menggunakan biaya terbaru yang lebih rendah untuk HPP. HPP yang lebih rendah ini menghasilkan laba kotor yang lebih besar, membuat laba bersih LIFO menjadi lebih tinggi. Di sisi lain, FIFO membebankan biaya lama yang lebih mahal ke HPP selama deflasi, sehingga laba bersihnya menjadi lebih kecil. Intinya, LIFO secara konsisten menggunakan biaya paling akhir untuk menghitung HPP, yang akan menekan laba saat inflasi dan menaikkan laba saat deflasi.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Olivia Rahma Dani -
Nama : Olivia Rahma Dani
Npm : 2413031039

Menurut saya, Ketika harga barang mengalami kenaikan, metode LIFO (Last In, First Out) umumnya menghasilkan keuntungan bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini disebabkan karena LIFO menjual barang yang terakhir dibeli, yang memiliki harga lebih tinggi, terlebih dahulu. Dengan begitu, biaya yang tercatat sebagai harga pokok penjualan menjadi lebih tinggi, sehingga keuntungan bersih menjadi lebih kecil. Di sisi lain, FIFO menjual barang yang lebih dahulu dibeli, yang harganya lebih rendah, lebih awal, sehingga biaya menjadi lebih rendah dan keuntungan bersih meningkat. Namun, jika harga barang menurun, situasinya akan terbalik. LIFO akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar, sementara FIFO akan mencatat keuntungan yang lebih kecil. Oleh karena itu, perbedaan antara kedua metode ini dapat memengaruhi jumlah keuntungan tergantung pada fluktuasi harga.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nadiya Alifa Firdaus -
Nama : Nadiya Alifa Firdaus
NPM : 2413031066

Menurut pendapat saya, ketika harga barang sedang mengalami kenaikan (inflasi), metode LIFO (Last In, First Out) biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini karena pada metode LIFO, barang yang terakhir dibeli dengan harga yang lebih tinggi akan dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih besar dan laba bersih menurun.

Namun, saat harga barang mengalami penurunan (deflasi), hasilnya bisa berbalik. Metode LIFO justru cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO, karena barang yang terakhir dibeli (dengan harga lebih rendah) dijual lebih dulu, sehingga HPP lebih kecil dan laba bersih meningkat.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa perbedaan laba bersih antara FIFO dan LIFO sangat bergantung pada kondisi harga di pasar. Saat harga naik, FIFO lebih menguntungkan sedangkan saat harga turun, LIFO memberikan laba yang lebih besar.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Murni Solekha -
Nama: Murni Solekha
NPM: 2413031061

Menurut saya, jika dibandingkan dengan metod FIFO (First In, First Out), maka metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah pada saat harga-harga meningkat (Inflasi). Hal ini karena dalam metode LIFO, barang yang dibeli terakhir (dengan harga lebih tinggi) diakui lebih dahulu sebagai HPP. Akibatnya, HPP menjadi lebih besar dan laba bersih manjadi lebih kecil.
Sebaliknya, ketika harga-harga menurun (deflasi), metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Ini terjadi karena barang yang dibeli terakhir (dengan harga lebih rendah) digunakan terlebih dahulu, sehingga HPP menjadi lebih kecil dan laba bersih meningkat.
Jadi, secara komparatif,
- Selama harga naik → LIFO → laba lebih rendah dari FIFO
-Selama harga turun → LIFO → laba lebih tinggi dari FIFO.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Anindia Maharani -
Nama : Anindia Maharani
Npm : 2413031042

Metode LIFO (Last-In, First-Out) menganggap persediaan yang terakhir dibeli atau diproduksi adalah yang pertama kali dijual. Oleh karena itu, saat harga-harga sedang naik, LIFO akan mencatat biaya barang yang dijual menggunakan harga yang lebih tinggi dari pembelian terakhir, sehingga laba bersih yang dilaporkan cenderung lebih rendah. Sebaliknya, saat harga-harga sedang turun, LIFO akan mencatat biaya barang yang dijual menggunakan harga yang lebih rendah dari pembelian terakhir, sehingga laba bersih yang dilaporkan cenderung lebih tinggi.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nuzulliana 2413031064 -
Nama: Nuzulliana
NPM: 2413031064

Ketika terjadi kenaikan harga (inflasi), metode FIFO (First In, First Out) biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan metode LIFO (Last In, First Out). Hal ini disebabkan karena pada FIFO, persediaan yang pertama dibeli dengan harga yang lebih murah, diakui terlebih dahulu sebagai harga pokok penjualan (HPP), sehingga biaya yang dicatat lebih rendah dan laba bersih menjadi lebih besar. Sebaliknya, metode LIFO menggunakan persediaan terakhir yang dibeli, yang harganya lebih tinggi, sebagai dasar HPP, sehingga laba bersih yang dihasilkan lebih kecil. Namun, kondisi tersebut berbalik ketika harga mengalami penurunan (deflasi). Dalam situasi ini, FIFO akan menghasilkan HPP yang lebih tinggi karena menggunakan harga lama yang lebih mahal, sehingga laba bersih menurun. Sementara itu, LIFO mencatat harga terbaru yang lebih rendah sebagai HPP, membuat biaya lebih kecil dan laba bersih relatif lebih tinggi dibandingkan FIFO.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Laura Aulia Novriandila Laura -
Nama : Laura Aulia Novriandila
NPM : 2413031051

FIFO (First In, First Out): Diasumsikan bahwa stok yang masuk pertama kali keluar lebih dulu. Maka, HPP (Harga Pokok Penjualan atau COGS) dihitung berdasarkan biaya stok lama.
LIFO (Last In, First Out): Diasumsikan stok terbaru yang keluar duluan. HPP menggunakan biaya stok terkini.
Perlu dicatat: Di Indonesia (sesuai PSAK/IFRS), LIFO tidak boleh digunakan untuk persediaan

1. Pada Masa Harga Naik (Inflasi)
Ketika harga naik, biaya akuisisi terbaru lebih mahal dibandingkan biaya sebelumnya.
Pada FIFO: HPP diambil dari biaya lama (murah), sehingga HPP kecil, Pengurangan pendapatan dengan HPP rendah menghasilkan laba bersih lebih besar. Stok akhir dinilai lebih tinggi (biaya terkini).
Pada LIFO: HPP diambil dari biaya terkini (mahal), sehingga HPP besar, Pengurangan pendapatan dengan HPP tinggi menyebabkan laba bersih lebih kecil ketimbang FIFO. Stok akhir dinilai lebih rendah (biaya lama).
Ringkasan Perbandingan: LIFO menimbulkan laba bersih yang lebih kecil dibandingkan FIFO di tengah inflasi. Alasannya, LIFO mempercepat pencatatan biaya mahal, yang bisa mengurangi beban pajak (laba rendah berarti pajak lebih ringan), tetapi menekan angka laba yang disajikan.

Ilustrasi Sederhana:
Bayangkan perusahaan membeli 100 unit Rp10.000 (awal), kemudian 100 unit Rp15.000 (baru), dan menjual 100 unit dengan harga Rp20.000/unit (total Rp2.000.000).

FIFO: HPP = 100 × Rp10.000 = Rp1.000.000, Laba kotor = Rp1.000.000.
LIFO: HPP = 100 × Rp15.000 = Rp1.500.000, Laba kotor = Rp500.000 (lebih kecil).

2. Pada Masa Harga Turun (Deflasi)
Saat harga merosot, biaya pembelian terbaru lebih murah daripada biaya sebelumnya.
Pada FIFO: HPP diambil dari biaya lama (mahal), sehingga HPP besar, laba bersih lebih kecil. Stok akhir dinilai lebih rendah (biaya terkini).
Pada LIFO: HPP diambil dari biaya terkini (murah), sehingga HPP kecil, laba bersih lebih besar ketimbang FIFO. Stok akhir dinilai lebih tinggi (biaya lama).
Ringkasan Perbandingan: LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih besar dibandingkan FIFO saat deflasi. Sebabnya, LIFO menunda pengakuan biaya lama yang mahal, sehingga mempertahankan laba lebih baik.

Ilustrasi Sederhana (asumsi serupa, tapi harga turun: beli awal Rp15.000, baru Rp10.000):

FIFO: HPP = 100 × Rp15.000 = Rp1.500.000, Laba kotor = Rp500.000.
LIFO: HPP = 100 × Rp10.000 = Rp1.000.000, Laba kotor = Rp1.000.000 (lebih besar)
In reply to First post

Re: Diskusi

by Vina Rahmadani -
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
izin memperkenalkan diri
nama: vina rahmadani
npm: 2413031067

izin menjawab, jadi metode penilaian persediaan FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out) memberikan dampak yang berbeda terhadap laba bersih perusahaan, terutama ketika terjadi perubahan harga barang. Pada saat harga-harga meningkat atau terjadi inflasi, metode FIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode LIFO. Hal ini disebabkan karena FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli—yang biasanya memiliki harga lebih rendah—akan dijual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih rendah, sementara pendapatan dari penjualan tetap sama, sehingga laba bersih meningkat. Sebaliknya, metode LIFO menganggap bahwa barang yang terakhir dibeli, yang harganya lebih tinggi, dijual terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan HPP meningkat dan laba bersih menjadi lebih rendah.

Namun, kondisi akan berbalik ketika harga barang mengalami penurunan atau deflasi. Dalam situasi tersebut, metode FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah karena barang lama yang dijual terlebih dahulu memiliki harga perolehan yang lebih tinggi. Sementara itu, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, sebab barang baru yang dijual terlebih dahulu memiliki harga perolehan yang lebih rendah sehingga HPP menjadi lebih kecil. Dengan demikian, pengaruh komparatif antara FIFO dan LIFO terhadap laba bersih sangat bergantung pada arah perubahan harga. Selama harga meningkat, LIFO menurunkan laba bersih, sedangkan selama harga menurun, LIFO justru meningkatkan laba bersih dibandingkan FIFO.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rizky Widyaningrum -
Nama: Rizky Widyaningrum
NPM: 2413031060

Menurut saya, saat harga barang meningkat, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO karena LIFO menggunakan harga pembelian terakhir yang lebih tinggi sebagai dasar perhitungan harga pokok penjualan, sehingga biaya yang diakui lebih besar dan laba bersih menjadi lebih kecil. Sementara itu, metode FIFO menggunakan harga pembelian yang lebih lama dan lebih rendah, sehingga biaya lebih kecil dan laba bersih terlihat lebih tinggi. Namun, ketika harga barang menurun, kondisinya berbalik — metode LIFO akan menggunakan harga terakhir yang lebih rendah, sehingga biaya yang diakui juga lebih rendah dan laba bersih menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO yang masih memakai harga lama yang lebih mahal.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Ria Agustina -
Nama: Ria Agustina
Npm: 2413031048

menurut saya, Metode LIFO (Last In, First Out) ,menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan FIFO (First In, First Out) saat harga meningkat, karena LIFO mengakui biaya barang yang lebih tinggi terlebih dahulu, sehingga mengurangi laba yang dilaporkan. Di sisi lain, pada saat harga turun, LIFO dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena biaya barang yang lebih rendah diakui terlebih dahulu, yang pada gilirannya meningkatkan laba yang dilaporkan. Dengan demikian, pemilihan metode ini dapat memiliki dampak besar pada laporan keuangan perusahaan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by MAYKE RIANSYAH -
Nama : Mayke Riansyah
NPM : 2413031047

Selama periode harga meningkat (inflasi), metode LIFO (Last In First Out) menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO (First In First Out). Hal ini terjadi karena LIFO menggunakan biaya persediaan terbaru yang lebih tinggi sebagai harga pokok penjualan (HPP), sehingga laba kotor dan laba bersih menjadi lebih kecil. Sebaliknya, FIFO menggunakan biaya persediaan lama yang lebih rendah, menyebabkan laba terlihat lebih tinggi.

Namun, saat harga menurun (deflasi), efeknya berbalik: LIFO justru menghasilkan laba bersih lebih tinggi, sedangkan FIFO lebih rendah, karena biaya persediaan terbaru yang diakui dalam LIFO menjadi lebih murah. Perbedaan ini juga berdampak pada nilai persediaan di neraca—FIFO mencerminkan nilai pasar lebih aktual, sedangkan LIFO mencatat nilai persediaan lebih rendah saat inflasi.

Menurut Corporate Finance Institute (CFI) dan Investopedia, LIFO dapat menurunkan beban pajak selama inflasi karena laba kena pajak lebih kecil. Namun, metode ini tidak diperbolehkan dalam standar IFRS, hanya diizinkan di bawah US GAAP, sehingga pemilihannya tergantung pada standar akuntansi yang berlaku.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rahma Dwi Gishela -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bu
Nama: Rahma Dwi Gishela
NPM: 2413031038
Kelas: 24B

Menurut pendapat saya, perbedaan laba bersih antara metode LIFO dan FIFO sangat dipengaruhi oleh perubahan harga barang. Saat terjadi kenaikan harga (inflasi), metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO, karena barang terakhir yang dibeli dengan harga tinggi dianggap dijual lebih dulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) meningkat dan laba bersih menurun. Sementara itu, metode FIFO menggunakan harga perolehan lama yang lebih rendah, menyebabkan HPP lebih kecil dan laba bersih tampak lebih besar.

Sebaliknya, pada saat harga menurun (deflasi), metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena barang terakhir yang dibeli dengan harga lebih rendah dijual terlebih dahulu sehingga HPP menjadi lebih rendah. Sedangkan metode FIFO justru menunjukkan laba bersih yang lebih rendah, karena harga barang yang dijual berasal dari pembelian lama yang nilainya lebih tinggi.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Revalina revalina -

NAMA : Revalina
NPM :2413031053

Metode akuntansi persediaan FIFO (First-In, First-Out) dan LIFO (Last-In, First-Out) memiliki dampak yang berbeda pada laba bersih perusahaan, terutama selama periode fluktuasi harga.

Dampak Selama Periode Harga Meningkat
- Laba Bersih dengan LIFO: Dalam kondisi harga yang meningkat, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pengakuan biaya barang yang lebih tinggi (karena barang terakhir yang masuk adalah yang pertama dijual), sehingga mengurangi laba kotor.
- Laba Bersih dengan FIFO: Sebaliknya, metode FIFO akan menunjukkan laba bersih yang lebih tinggi karena biaya barang yang lebih rendah (barang pertama yang masuk) diakui terlebih dahulu, sehingga meningkatkan laba kotor.

Dampak Selama Periode Harga Menurun
- Laba Bersih dengan LIFO: Dalam situasi penurunan harga, metode LIFO dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi. Hal ini karena biaya barang yang lebih tinggi diakui terlebih dahulu, sehingga mengurangi pengaruh penurunan harga pada laba.
- Laba Bersih dengan FIFO: Metode FIFO dalam periode penurunan harga akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah, karena biaya barang yang lebih rendah diakui terlebih dahulu, sehingga mengurangi dampak positif dari penurunan harga.

Secara keseluruhan, pemilihan antara FIFO dan LIFO sangat mempengaruhi proses laba bersih perusahaan tergantung pada kondisi pasar dan penurunan harga.

In reply to First post

Re: Diskusi

by Maya Lisnawati -
Nama: Maya Lisnawati
NPM: 2413031043

Selama periode harga meningkat, metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini karena LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli yang harganya lebih tinggi adalah yang pertama dijual, sehingga biaya pokok penjualan menjadi lebih besar dan laba bersih menurun. Sebaliknya, pada periode harga menurun, LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO, karena barang yang terakhir dibeli memiliki harga yang lebih rendah, sehingga biaya pokok penjualan lebih kecil dan laba bersih meningkat.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Fadhilah Izdihar -
Nama : Fadhilah Izdihar
NPM : 2413031068

Apabila dibandingkan, metode LIFO (Last In, First Out) umumnya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out) pada saat terjadi kenaikan harga barang. Hal ini disebabkan karena metode LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli, yaitu barang dengan harga yang lebih tinggi, dijual terlebih dahulu. Akibatnya, biaya pokok penjualan menjadi lebih besar sehingga laba bersih yang dihasilkan lebih kecil. Sebaliknya, ketika terjadi penurunan harga barang, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan metode FIFO. Hal ini karena barang yang terakhir dibeli, yaitu barang dengan harga yang lebih rendah, dianggap dijual terlebih dahulu sehingga biaya pokok penjualan menjadi lebih kecil dan laba bersih meningkat
In reply to First post

Re: Diskusi

by Adzra Ati'iqah -
Nama : Adzra Ati'iqah
npm : 2413031056
izin menjawab bu,

menurut saya Jika harga barang meningkat (inflasi), maka metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini terjadi karena LIFO mengakui harga pokok penjualan (HPP) berdasarkan persediaan yang terbaru dan lebih mahal, sehingga HPP lebih tinggi dan laba bersih lebih kecil. Sebaliknya, FIFO menggunakan persediaan yang lebih lama dan murah, sehingga HPP lebih rendah dan laba bersih lebih tinggi.
Namun, saat harga menurun (deflasi), situasinya berbalik. Metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena HPP-nya berasal dari persediaan yang lebih baru dan lebih murah, sementara FIFO akan menghasilkan laba yang lebih rendah karena menggunakan persediaan lama yang lebih mahal sebagai dasar HPP.
Dengan demikian, pilihan metode FIFO atau LIFO sangat mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang dilaporkan dalam kondisi perubahan harga.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Virginia Shaulan Zailani -
Nama: Virginia Shaulan Zailani
NPM: 2413031069

saya memahami bahwa perbedaan antara metode FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out) sangat memengaruhi laporan keuangan, khususnya dalam hal laba bersih. Jika saya melihat dari kondisi harga yang meningkat (inflasi), maka saya dapat menyimpulkan bahwa metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO. Hal ini terjadi karena LIFO mengasumsikan bahwa persediaan yang paling baru dibeli (dengan harga lebih tinggi) dijual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih tinggi dan laba bersih menjadi lebih kecil.

Sebaliknya, pada periode harga menurun (deflasi), kondisi tersebut akan berbalik. Dalam situasi ini, metode LIFO justru menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Hal ini karena persediaan terbaru yang dijual memiliki harga yang lebih rendah, sehingga HPP menjadi lebih kecil dan laba bersih meningkat.
Dari sudut pandang saya, pemilihan metode ini tidak hanya memengaruhi laba bersih, tetapi juga berdampak pada pajak penghasilan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, saya menilai bahwa perusahaan perlu menyesuaikan metode penilaian persediaan dengan kondisi ekonomi serta tujuan pelaporan keuangannya agar tetap relevan dan andal.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Dini Hanifa -
Nama: Dini Hanifa
NPM: 2413031055
Kelas: 24B

Menurut saya, perbedaan antara FIFO dan LIFO terutama terlihat saat terjadi perubahan harga barang. Ketika harga barang meningkat (inflasi), metode LIFO biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah karena yang dicatat sebagai harga pokok adalah persediaan terbaru yang harganya lebih mahal. Sedangkan FIFO menggunakan persediaan lama yang harganya lebih murah, sehingga laba tampak lebih tinggi.

Sebaliknya, saat harga barang menurun (deflasi), metode LIFO justru bisa menghasilkan laba yang lebih tinggi dibanding FIFO, sebab barang yang dianggap dijual memiliki harga pokok yang lebih rendah. Sementara FIFO memakai harga lama yang lebih tinggi, sehingga labanya lebih kecil. Jadi, pengaruhnya sangat tergantung pada arah perubahan harga barang di pasar.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Muhammad Syafiq Al Ghifary -
Nama: Muhammad Syafiq Al Ghifary
NPM: 2413031044

Menurut saya: Ketika harga barang mengalami kenaikan, laba bersih dengan LIFO biasanya lebih rendah daripada FIFO. FIFO menjual persediaan yang lebih lama (harga lebih murah) sehingga beban pokok penjualan rendah dan laba lebih besar. LIFO menjual persediaan terakhir (harga lebih mahal) sehingga beban penjualan lebih tinggi dan laba lebih kecil. Namun saat harga barang turun, efeknya berbalik. LIFO cenderung menghasilkan laba bersih lebih tinggi daripada FIFO karena beban pokok penjualan lebih rendah (biaya terkini yang rendah), sedangkan FIFO memakai biaya lama yang lebih tinggi.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nina Oktaviana -
Nama ; Nina Oktaviana
NPM ; 2413031057

Menurut saya, bila kita membandingkan metode FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out), perhitungan laba bersih akan menunjukkan perbedaan yang bergantung pada situasi harga di pasar. Dalam keadaan kenaikan harga atau inflasi, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO. Ini terjadi karena dalam metode LIFO, barang yang paling baru dibeli (dengan harga lebih tinggi) dianggap dijual terlebih dahulu, sehingga biaya pokok penjualan (HPP) menjadi lebih tinggi. Hal ini menyebabkan laba bersih turun karena perbedaan antara pendapatan penjualan dan HPP menjadi lebih kecil.

Sementara itu, pada metode FIFO, barang yang dibeli lebih dahulu (dengan harga lebih rendah) akan dijual terlebih dulu, sehingga HPP menjadi lebih rendah dan laba bersih tampak lebih besar. Dengan kata lain, dalam situasi harga yang meningkat, metode FIFO lebih menguntungkan karena menunjukkan laba yang lebih tinggi dan nilai akhir persediaan yang lebih besar di neraca.

Sebaliknya, ketika harga barang menurun atau terjadi deflasi, dampaknya justru sebaliknya. Metode LIFO akan menunjukkan laba bersih yang lebih tinggi, karena barang yang terakhir dibeli memiliki harga yang lebih murah dan dijual lebih dulu, sehingga HPP menjadi lebih kecil. Di sisi lain, metode FIFO akan terlihat memiliki laba yang lebih rendah karena HPP yang digunakan berasal dari harga barang yang lebih tinggi di awal periode.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan utama antara FIFO dan LIFO terletak pada cara menentukan HPP dan nilai persediaan akhir, yang berdampak langsung pada jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan. Dalam praktik akuntansi di Indonesia, metode LIFO tidak diizinkan lagi sesuai dengan PSAK 14 (Persediaan) karena dianggap tidak mencerminkan nilai persediaan yang realistis. Oleh karena itu, mayoritas perusahaan di Indonesia memilih menggunakan metode FIFO atau metode rata-rata tertimbang agar laporan keuangannya tetap relevan dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Gusti Ngurah Soma Adnyane -
Nama: Gusti Ngurah Soma Adnyane
NPM: 2413031063
Kelas: 2024B
Menurut saya jika dibuat perbandingan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat. Hal ini karena LIFO menganggap bahwa barang yang terakhir dibeli (dengan harga yang lebih tinggi) dijual lebih dulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih besar dan laba bersih menjadi lebih kecil.
Sebaliknya, selama periode harga menurun, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Ini karena barang yang terakhir dibeli (dengan harga lebih rendah) dijual terlebih dahulu, sehingga HPP menjadi lebih kecil dan laba bersih meningkat.
Akan tetapi, metode lifo memiliki kerugian yaitu apabila barang memiliki masa exp atau kedaluwarsa maka metode ini kurang cocok karena barang yang dibeli pertama akan expiration sehingga tidak dapat dijual dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Najwa Denita Syafitri -
Nama: Najwa Denita Syafitri
NPM: 2413031065

Menurut saya, saat harga naik (inflasi), metode FIFO menghasilkan laba bersih lebih tinggi karena FIFO menganggap barang yang pertama kali dibeli yang harganya lebih murah dijual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan lebih rendah, dan laba bersih menjadi lebih besar, sedangkan LIFO menghasilkan laba lebih rendah karena memakai harga baru yang lebih mahal. Namun, ketika harga barang menurun (deflasi), situasinya terbalik. Metode FIFO menggunakan harga lama yang lebih tinggi untuk menghitung penjualan, sehingga laba bersih menjadi lebih kecil. Sementara itu, metode LIFO menggunakan harga baru yang lebih rendah, membuat harga pokok penjualan lebih rendah dan laba bersih lebih tinggi.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Maya Khoyrotun Nisa -
Nama: Maya Khoyrotun Nisa
NPM: 2413031045

Menurut saya, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO saat harga meningkat karena LIFO mengacu pada biaya barang terakhir yang biasanya lebih mahal sebagai harga pokok penjualan, sehingga laba terlihat lebih kecil. Sebaliknya, selama harga menurun, LIFO menghasilkan laba bersih lebih tinggi karena harga pokok penjualan yang dihitung dari barang terakhir yang dibeli lebih murah. Sementara itu, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi saat harga naik karena menggunakan biaya barang pertama yang lebih murah, dan laba lebih rendah saat harga turun karena memperhitungkan biaya awal yang lebih tinggi. Jadi secara ringkas, LIFO cenderung menurunkan laba saat inflasi dan menaikkannya saat deflasi dibanding FIFO, yang memberikan dampak sebaliknya. Hal ini juga berpengaruh pada beban pajak dan nilai persediaan yang dilaporkan perusahaan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Az Zahra Syahlia Putri -
Nama : Az Zahra Syahlia Putri
Npm : 2413031041

Izin menjawab, Selama periode harga meningkat, metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini karena LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir masuk adalah yang pertama keluar, sehingga biaya persediaan yang lebih tinggi (yaitu harga beli yang lebih tinggi) akan dibebankan ke harga pokok penjualan (HPP), sehingga laba kotor dan laba bersih akan lebih rendah.

Sebaliknya, FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama masuk adalah yang pertama keluar, sehingga biaya persediaan yang lebih rendah (yaitu harga beli yang lebih rendah) akan dibebankan ke HPP, sehingga laba kotor dan laba bersih akan lebih tinggi.

Selama periode penurunan harga, situasi akan berbalik. LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena biaya persediaan yang lebih rendah (yaitu harga beli yang lebih rendah) akan dibebankan ke HPP, sehingga laba kotor dan laba bersih akan lebih tinggi. Sebaliknya, FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah karena biaya persediaan yang lebih tinggi (yaitu harga beli yang lebih tinggi) akan dibebankan ke HPP.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat dan lebih tinggi selama periode penurunan harga, sedangkan FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi selama periode harga meningkat dan lebih rendah selama periode penurunan harga.