Diskusi

Diskusi

Jumlah balasan: 31

Cobalah anda kemukakan dalam forum diskusi pendapat anda tentang hal berikut

: Jika dibandingkan dengan metode kalkulasi biaya persediaan FIFO, apakah metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi atau lebih rendah selama periode harga meningkat? apa pengaruh komparatif terhadap laba bersih selama periode penurunan harga?

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Serly Natasa -
Nama: Serly Natasa
NPM: 2413031028

Metode LIFO (Last In, First Out) menggunakan pendekatan di mana barang terakhir yang dibeli adalah barang yang pertama kali dijual. Saat harga barang meningkat, LIFO akan mencatat biaya persediaan yang lebih tinggi sebagai harga pokok penjualan. Akibatnya, laba bersih yang dihitung cenderung lebih rendah dibandingkan metode FIFO. Sebaliknya, metode FIFO (First In, First Out) mengasumsikan barang yang pertama kali masuk akan dijual terlebih dahulu. Dalam situasi harga yang naik, FIFO mencatat biaya persediaan yang lebih rendah, sehingga laba bersih yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan LIFO.

Namun, ketika harga barang menurun, metode LIFO justru menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Ini karena LIFO menggunakan biaya persediaan terbaru yang lebih rendah, sedangkan FIFO memakai biaya persediaan yang lebih lama dan lebih tinggi. Oleh sebab itu, pada periode penurunan harga, laba bersih dengan LIFO cenderung lebih besar daripada dengan FIFO.

Singkatnya, saat harga naik, LIFO menurunkan laba bersih dibanding FIFO, tetapi saat harga turun, LIFO menghasilkan laba bersih lebih tinggi daripada FIFO.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Syifa Dwi Putriyani -
Nama: Syifa Dwi Putriyani
NPM: 2413031024

Saat harga meningkat (inflasi), metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini terjadi karena dalam LIFO, barang yang terakhir dibeli—dengan harga yang lebih tinggi akibat kenaikan harga—dianggap terjual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih tinggi dan laba bersih menurun. Sebaliknya, pada metode FIFO, barang yang lebih dulu dibeli (dengan harga lama yang lebih rendah) dijual lebih dulu, sehingga HPP lebih rendah dan laba bersih tampak lebih besar.

Namun, dalam kondisi harga menurun (deflasi), efeknya berbalik. Pada saat ini, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Sebab, barang yang terakhir dibeli (dengan harga lebih rendah) dianggap terjual terlebih dahulu, menjadikan HPP lebih rendah dan laba bersih meningkat. Sementara pada FIFO, barang lama dengan harga lebih tinggi dijual dulu, menyebabkan HPP lebih tinggi dan laba bersih lebih kecil.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Arnesta Az Zahra -
Nama : Arnesta Az Zahra
Npm : 2313031066

Metode LIFO (Last In, First Out) biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO (First In, First Out) selama periode harga meningkat, karena biaya barang yang lebih baru dan lebih mahal diakui lebih awal.

Sebaliknya, selama periode penurunan harga, LIFO dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena biaya barang yang lebih lama dan lebih murah diakui terlebih dahulu, mengurangi beban biaya dan meningkatkan laba
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Nashita Shafiyah -
Nama : Nashita Shafiyah
NPM : 2413031009

Dalam kondisi harga yang meningkat, metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini terjadi karena LIFO mengakui barang terakhir dibeli—yang harganya lebih tinggi—sebagai harga pokok penjualan terlebih dahulu, sehingga laba yang tersisa menjadi lebih kecil. Meskipun laba menurun, metode ini dapat mengurangi beban pajak karena pendapatan yang dilaporkan lebih rendah.

Sebaliknya, saat harga barang menurun, metode LIFO justru dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Ini karena barang yang terakhir dibeli memiliki harga yang lebih rendah, sehingga harga pokok penjualan lebih kecil dan laba meningkat. Perbedaan hasil antara kedua metode ini menunjukkan bahwa pilihan metode persediaan dapat memengaruhi laporan keuangan dan keputusan manajemen dalam menilai kinerja serta strategi pajak perusahaan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Vina Nailatul Izza -
Nama : Vina Nailatul Izza
NPM : 2413031007

Selama periode harga meningkat, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah jika dibandingkan dengan metode FIFO. Hal ini terjadi karena metode LIFO (Last-In, First-Out) mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli (yang harganya lebih tinggi di masa inflasi) adalah yang pertama kali dikeluarkan sebagai Harga Pokok Penjualan. Akibatnya, beban Harga Pokok Penjualan menjadi lebih tinggi, yang secara langsung akan mengurangi laba kotor dan laba bersih. Sebaliknya, metode FIFO (First-In, First-Out) mengeluarkan barang yang pertama dibeli (yang harganya lebih rendah) sebagai Harga Pokok Penjualan, sehingga beban ini nilainya lebih rendah dan laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.

Sebaliknya, selama periode penurunan harga, situasinya akan terbalik. Metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi daripada FIFO. Pada situasi deflasi ini, barang yang terakhir dibeli memiliki harga yang lebih rendah. Dengan LIFO, barang-barang berharga rendah ini yang dihitung sebagai Harga Pokok Penjualan, sehingga bebannya menjadi rendah. Beban yang rendah ini kemudian menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi. Sementara itu, FIFO akan mengeluarkan barang yang pertama dibeli yang harganya lebih tinggi sebagai Harga Pokok Penjualan, yang menyebabkan bebannya lebih tinggi dan laba bersihnya menjadi lebih rendah.

Secara konkret, pilihan metode akuntansi ini tidak mengubah arus kas fisik barang yang sebenarnya, tetapi memiliki dampak langsung dan signifikan terhadap pelaporan laba bersih perusahaan, yang pada akhirnya mempengaruhi analisis kinerja, pajak yang dibayar, dan keputusan investor.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Mourien Ganesti -
Nama : Mourien Ganesti
NPM : 2413031013

Dalam dunia akuntansi, cara menghitung nilai persediaan barang menggunakan metode FIFO (Masuk Pertama, Keluar Pertama) dan LIFO (Masuk Terakhir, Keluar Terakhir) sangat memengaruhi perhitungan Beban Pokok Penjualan (HPP) dan perolehan laba bersih, terutama saat harga-harga berubah secara signifikan. Saat terjadi kenaikan harga atau inflasi, metode FIFO menghasilkan HPP yang lebih rendah karena didasarkan pada harga perolehan barang yang pertama kali masuk yang relatif lebih murah, sehingga margin laba bruto dan laba bersih menjadi lebih besar. Berbeda dengan itu, metode LIFO menghasilkan HPP yang lebih tinggi karena memperhitungkan harga perolehan barang yang terakhir masuk yang cenderung lebih mahal, yang berdampak pada laba bersih yang lebih kecil jika dibandingkan dengan FIFO. Keadaan ini membuat metode LIFO lebih menarik dari sisi perpajakan karena dapat mengurangi besaran pajak atas laba yang dilaporkan lebih rendah. Sebaliknya, pada saat terjadi penurunan harga atau deflasi, kondisinya menjadi berkebalikan: metode FIFO menghasilkan HPP yang lebih tinggi karena didasarkan pada biaya perolehan barang lama yang lebih mahal, sehingga laba bersih menjadi lebih rendah, sementara metode LIFO menggunakan biaya perolehan barang baru yang lebih murah untuk menghitung HPP, yang berujung pada laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode FIFO. Pengaruh ini dianggap berlaku dalam kondisi persediaan yang stabil atau meningkat tanpa adanya perubahan volume penjualan yang ekstrem. Sebagai tambahan, metode LIFO tidak diperkenankan dalam standar IFRS, walaupun masih diperbolehkan penggunaannya di Amerika Serikat berdasarkan GAAP untuk kepentingan perpajakan, dan pemilihan metode harus dilakukan secara konsisten serta diungkapkan secara jelas dalam laporan keuangan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Resti Gustin -
Nama : Resti Gustin
NPM : 2413031020

Metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out) selama periode harga meningkat (inflasi). Ini terjadi karena LIFO mencatat harga pokok penjualan berdasarkan barang yang terakhir dibeli dengan harga lebih tinggi, sehingga biaya pokok penjualan lebih besar dan laba bersih lebih kecil. Sebaliknya, pada periode penurunan harga, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO karena biaya pokok penjualan dihitung dengan barang yang dibeli terakhir dengan harga lebih rendah, sehingga laba meningkat.

Dengan kata lain, LIFO dan FIFO memberikan perbedaan komparatif laba bersih yang bergantung pada tren harga persediaan: LIFO cenderung menghasilkan laba lebih rendah saat harga naik dan laba lebih tinggi saat harga turun dibanding FIFO. Pengaruh ini juga terkait dengan penghematan pajak yang sering terjadi pada metode LIFO selama inflasi karena laba yang dilaporkan lebih kecil.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Amara Gusti Kharisma -
Nama: Amara Gusti Kharisma
NPM: 2413031033

Metode LIFO (Last In First Out) biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat dibandingkan dengan metode FIFO (First In First Out). Sebaliknya, selama periode harga turun, LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, sementara FIFO akan menunjukkan laba yang lebih rendah.

Pengaruh terhadap laba bersih selama periode harga meningkat, LIFO menghitung HPP berdasarkan barang yang terakhir dibeli, yang biasanya dengan harga lebih tinggi saat inflasi, sehingga laba bersih cenderung lebih rendah karena biaya barang yang lebih tinggi.​

Pengaruh selama periode harga menurun, LIFO akan menghasilkan laba yang lebih tinggi karena HPP dihitung dari barang yang terakhir masuk, yang biasanya dengan harga lebih rendah, sehingga laba bersih lebih tinggi juga dibanding FIFO.​
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Eris Ana Dita -
Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017

Metode LIFO (Last-In, First-Out) biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO (First-In, First-Out) selama periode harga meningkat (inflasi). Hal ini terjadi karena LIFO mengasumsikan barang terakhir yang dibeli (dengan harga lebih tinggi saat inflasi) yang dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) lebih tinggi dan laba bersihnya turun. Sebaliknya, metode FIFO mengasumsikan barang pertama yang dibeli dengan harga lebih rendah dijual dulu, sehingga HPP lebih rendah dan laba bersih lebih tinggi.

Sebaliknya, selama periode penurunan harga (deflasi), LIFO justru dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO karena barang terakhir yang dibeli dengan harga lebih rendah dijual dulu, sehingga HPP lebih rendah dan laba bersih lebih tinggi. FIFO di masa penurunan harga akan menghasilkan HPP lebih tinggi dan laba bersih lebih rendah. Singkatnya Saat harga naik LIFO laba bersih lebih rendah, FIFO laba bersih lebih tinggi, saat harga turun LIFO laba bersih lebih tinggi, FIFO laba bersih lebih rendah. Ini membuat LIFO menghemat pajak penghasilan saat harga naik karena laba yang dilaporkan lebih kecil, sedangkan FIFO menunjukkan laba yang lebih besar tetapi pajak juga lebih besar. Namun, LIFO kurang mencerminkan nilai persediaan yang sesuai harga pasar saat ini, berbeda dengan FIFO yang lebih mencerminkan nilai pasar persediaan akhir.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Dera Lediana -
metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO karena biaya persediaan yang terjual lebih tinggi. Sebaliknya, selama periode penurunan harga, LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO.
Periode harga meningkat (inflasi)
LIFO: Menghasilkan laba bersih yang lebih rendah.
Alasan: Persediaan terbaru yang dibeli dengan harga lebih mahal dikeluarkan terlebih dahulu sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP).
Dampak: HPP yang lebih tinggi akan mengurangi laba, yang juga berarti beban pajak yang lebih rendah.
FIFO: Menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.
Alasan: Persediaan terlama yang dibeli dengan harga lebih murah dikeluarkan terlebih dahulu sebagai HPP.
Dampak: HPP yang lebih rendah akan menghasilkan laba yang lebih tinggi, yang juga berarti beban pajak yang lebih tinggi.
Periode harga menurun (deflasi)
LIFO: Menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.
Alasan: Persediaan terbaru yang dibeli dengan harga lebih murah dikeluarkan terlebih dahulu sebagai HPP.
Dampak: HPP yang lebih rendah akan meningkatkan laba bersih.
FIFO: Menghasilkan laba bersih yang lebih rendah.
Alasan: Persediaan terlama yang dibeli dengan harga lebih mahal dikeluarkan terlebih dahulu sebagai HPP.
Dampak: HPP yang lebih tinggi akan mengurangi laba bersih.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Rahma Amelia -
Nama: Rahma Amelia
NPM: 2413031026

Jika dibandingkan dengan metode FIFO, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah ketika terjadi kenaikan harga atau inflasi. Hal ini disebabkan karena dalam metode LIFO, barang yang terakhir dibeli—yang harganya sudah meningkat—dianggap dijual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan menjadi lebih tinggi, sehingga laba kotor dan laba bersih perusahaan akan terlihat lebih kecil. Meskipun laba bersihnya menurun, metode LIFO bisa memberikan keuntungan dari sisi pajak, karena laba yang lebih rendah berarti beban pajak juga ikut menurun.

Sebaliknya, ketika harga-harga menurun atau terjadi deflasi, metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode FIFO. Dalam kondisi ini, barang yang terakhir dibeli memiliki harga lebih rendah, sehingga harga pokok penjualan juga menjadi lebih rendah. Akibatnya, laba bersih yang dihasilkan meningkat. Jadi secara keseluruhan, metode LIFO membuat laba bersih bergerak berlawanan arah dengan perubahan harga—lebih rendah saat harga naik, dan lebih tinggi saat harga turun.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Alissya Putri Kartika -
Nama : Alissya Putri Kartika
NPM : 2413031011

Dalam situasi harga yang mengalami kenaikan, penerapan metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil jika dibandingkan dengan FIFO. Alasannya, LIFO menggunakan harga pembelian terbaru yang umumnya lebih mahal untuk menilai persediaan yang terjual, sehingga Harga Pokok Penjualan (HPP) membesar. Dengan pendapatan yang tetap, HPP yang meningkat otomatis akan mengurangi laba bersih. Di sisi lain, FIFO menggunakan biaya persediaan yang lebih awal dan biasanya lebih murah, sehingga HPP-nya lebih rendah dan laba bersihnya lebih tinggi.

Sebaliknya, ketika harga mengalami penurunan, kondisi berbalik: LIFO justru menghasilkan laba bersih lebih tinggi daripada FIFO. Pada situasi ini, barang terakhir yang dibeli memiliki harga lebih rendah, sehingga perhitungan HPP dengan LIFO menjadi lebih kecil. Hal ini menyebabkan laba kotor dan laba bersih meningkat. Sementara itu, FIFO pada masa harga turun masih menggunakan harga pokok lama yang relatif tinggi, sehingga HPP-nya lebih besar dan laba bersihnya lebih rendah.

Dapat disimpulkan bahwa perbandingan laba bersih antara LIFO dan FIFO sangat dipengaruhi oleh tren harga pasar: LIFO unggul dalam periode harga turun, namun kurang menguntungkan saat harga naik dibandingkan FIFO.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Tantowi Jauhari -
Nama : Tantowi Jauhari
NPM : 2413031008

Jika dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang berbeda tergantung pada kondisi perubahan harga. Dalam metode FIFO, barang yang pertama kali dibeli dianggap sebagai barang yang pertama kali dijual. Sedangkan dalam metode LIFO, barang yang terakhir dibeli dianggap sebagai barang yang pertama dijual. Perbedaan urutan pengakuan biaya ini sangat memengaruhi nilai harga pokok penjualan (HPP) dan laba bersih perusahaan.

Selama periode harga meningkat (inflasi), metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan FIFO. Hal ini terjadi karena pada metode LIFO, HPP dihitung menggunakan harga pembelian terakhir yang lebih tinggi. Akibatnya, biaya penjualan menjadi lebih besar dan laba bersih yang diperoleh perusahaan menjadi lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO menggunakan harga pembelian yang lebih lama (lebih rendah), sehingga HPP lebih kecil dan laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.

Namun, pada periode penurunan harga (deflasi), kondisi tersebut berbalik. Metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO. Ini disebabkan karena harga pembelian terakhir yang digunakan dalam perhitungan HPP lebih rendah, sehingga biaya penjualan lebih kecil dan laba bersih meningkat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode perhitungan biaya persediaan seperti FIFO dan LIFO berpengaruh langsung terhadap laporan laba rugi perusahaan. Pemilihan metode yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kebijakan akuntansi perusahaan, karena akan berdampak pada tingkat laba, pajak, serta penilaian kinerja keuangan secara keseluruhan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Eka Saryuni -
Nama : Eka Saryuni
Npm : 2413031030

Metode FIFO (First In, First Out):
Barang yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu dianggap terjual lebih dulu. Maka, harga pokok penjualan (HPP) akan didasarkan pada biaya yang lebih rendah (karena harga lama lebih murah).Selama periode harga meningkat (inflasi), metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO. Sebaliknya, selama periode harga menurun (deflasi), LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO.

Metode LIFO (Last In, First Out):
Barang yang terakhir dibeli dianggap terjual lebih dulu. Karena harga meningkat, maka HPP akan lebih tinggi (karena menggunakan biaya yang lebih baru dan mahal).
Selama periode harga meningkat, LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibanding FIFO karena biaya yang lebih tinggi dibebankan ke HPP.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Reyhta Putri Herdian -
Nama : Reyhta Putri Herdian
NPM : 2413031035

Menurut saya, selama periode harga meningkat, metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini karena LIFO mengakui biaya persediaan terbaru (yang lebih mahal) sebagai harga pokok penjualan, sehingga laba menjadi lebih kecil. Sebaliknya, FIFO menggunakan biaya persediaan lama (yang lebih murah), sehingga laba bersih tampak lebih tinggi.

Namun, pada periode harga menurun, efeknya akan berkebalikan. LIFO justru menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena harga pokok penjualan yang diakui berasal dari persediaan terbaru yang lebih murah. Sementara FIFO akan mengakui biaya lama yang lebih tinggi, sehingga laba bersihnya menjadi lebih rendah.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Nurida Elsa -
Nama: Nurida Elsa
NPM: 2413031012


Metode LIFO (Last In, First Out) umumnya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out) pada saat harga barang meningkat. Hal ini dikarenakan LIFO mencatat harga pokok penjualan berdasarkan barang terbaru yang biasanya memiliki harga lebih tinggi, sehingga mengurangi laba. Sebaliknya, FIFO menggunakan harga barang yang lebih lama dan biasanya lebih rendah, sehingga menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.Namun, saat harga barang mengalami penurunan, hasilnya bisa berbalik: metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena harga pokok dari barang terakhir yang lebih rendah digunakan, sementara metode FIFO akan menunjukkan laba bersih yang lebih rendah karena mencatat harga barang yang lebih lama dan lebih tinggi.

Singkatnya, dalam situasi kenaikan harga, LIFO menurunkan laba bersih dan FIFO menaikkannya; dalam situasi penurunan harga, LIFO justru menaikkan laba bersih dan FIFO menurunkannya. Perbedaan ini juga berdampak pada pajak yang harus dibayar perusahaan, dengan LIFO biasanya menurunkan beban pajak selama inflasi karena laba yang lebih rendah.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Fathiyah Dzahirah 2413031001 -
Nama : Fathiyah Dzahirah
NPM : 2413031001

Menurut saya, selama periode harga meningkat, metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini karena dalam metode LIFO, harga pokok penjualan dihitung berdasarkan harga pembelian terakhir yang lebih tinggi, sehingga biaya yang diakui lebih besar dan laba menjadi lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO menggunakan harga pembelian yang lebih awal (lebih rendah), sehingga harga pokok penjualan lebih kecil dan laba bersih menjadi lebih tinggi.

Namun, selama periode penurunan harga, efeknya akan berbalik. Metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO, karena harga pembelian terakhir yang digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan lebih rendah. Sementara itu, FIFO akan menggunakan harga pembelian lama yang lebih tinggi, menyebabkan harga pokok penjualan meningkat dan laba bersih menurun. Dengan demikian, perbedaan metode ini dapat memengaruhi laporan laba rugi serta keputusan manajerial dan perpajakan perusahaan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Refamei Kudadiri -
Nama: Refamei Kudadiri
Npm: 2413031014

Jika dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat (inflasi). Hal ini disebabkan karena dalam metode LIFO, biaya persediaan yang paling baru dan lebih mahal digunakan terlebih dahulu untuk menghitung harga pokok penjualan (HPP). Akibatnya, HPP menjadi lebih tinggi, sedangkan laba kotor dan laba bersih menjadi lebih rendah. Meskipun laba menurun, kelebihan metode LIFO dalam kondisi harga naik adalah beban pajak perusahaan juga menjadi lebih kecil karena laba yang dilaporkan berkurang.

Sebaliknya, selama periode harga menurun (deflasi), metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Hal ini karena biaya persediaan yang paling baru dan lebih murah digunakan terlebih dahulu, sehingga HPP menjadi lebih rendah dan laba meningkat. Namun, keuntungannya bisa bersifat semu karena nilai persediaan akhir di neraca akan tampak lebih rendah dari nilai pasar sebenarnya, sehingga posisi keuangan perusahaan tampak kurang kuat.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Waly Tanti Fitrani -
Nama: WALY TANTI FITRANI
NPM: 2413031031

Menurut saya, perbandingan antara metode FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out) memiliki dampak signifikan terhadap laba bersih, terutama ketika terjadi perubahan harga. Saat harga meningkat (inflasi), metode FIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena barang yang lebih lama dengan biaya perolehan yang lebih rendah diakui terlebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Akibatnya, biaya yang dilaporkan lebih rendah dan laba terlihat lebih besar. Sebaliknya, metode LIFO mengakui barang yang baru dibeli dengan biaya yang lebih tinggi sebagai harga pokok penjualan, sehingga laba bersih menjadi lebih rendah, namun memiliki keunggulan dalam mencerminkan kondisi biaya terkini dan memberikan manfaat pajak yang lebih kecil. Namun, saat harga menurun (deflasi), dampaknya justru terbalik: LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, sedangkan FIFO menunjukkan laba yang lebih rendah karena biaya yang diakui berasal dari pembelian lama dengan harga lebih tinggi. Bagi saya, pilihan metode ini bukan sekadar soal teknik perhitungan, melainkan strategi manajerial yang mencerminkan bagaimana perusahaan ingin menampilkan kinerjanya apakah menekankan relevansi ekonomi melalui LIFO atau stabilitas dan keuntungan jangka pendek melalui FIFO.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Alya Khoirun Nisa -
Nama : Alya Khoirun Nisa
NPM : 2413031019

Dalam diskusi ini, saya berpendapat bahwa metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO (First In, First Out) ketika harga barang sedang naik. Hal ini terjadi karena metode LIFO memperhitungkan barang yang dibeli terakhir—yang biasanya harganya lebih mahal akibat inflasi—sebagai barang yang terjual lebih dulu. Akibatnya, biaya barang yang terjual (HPP) menjadi lebih besar, sehingga laba bersih berkurang. Sementara itu, metode FIFO menggunakan harga pembelian yang lebih lama (yang biasanya lebih murah), sehingga HPP lebih kecil dan laba bersih terlihat lebih besar.

Namun, saat harga barang sedang turun, situasinya berubah.
Metode LIFO justru memberikan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Hal ini karena harga pembelian terakhir dalam LIFO lebih rendah dari harga sebelumnya, sehingga biaya barang yang terjual (HPP) lebih rendah. Sebaliknya, metode FIFO menyebabkan HPP meningkat karena barang yang terjual berasal dari pembelian lama yang harganya lebih mahal, sehingga laba bersih berkurang. Dengan demikian, pemilihan metode persediaan dapat memengaruhi besarnya laba bersih perusahaan, terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Rahmi Taqiya Darmawanti -
Rahmi Taqiya Darmawanti
2413031006

Metode Last-In, First-Out (LIFO) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode First-In, First-Out (FIFO) saat harga meningkat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa LIFO memperlakukan barang-barang yang terakhir masuk (dan biasanya memiliki harga lebih tinggi dalam situasi inflasi) sebagai yang pertama keluar dalam perhitungan biaya persediaan.

Sebaliknya, saat harga menurun, metode LIFO kemungkinan dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Ini karena dengan LIFO, barang-barang yang terakhir masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga biaya persediaan yang dilaporkan cenderung lebih rendah daripada harga sekarang untuk menghitung laba.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam banyak negara, peraturan pajak membatasi penggunaan metode LIFO karena dapat menciptakan keuntungan pajak yang tidak adil saat inflasi, sehingga kebanyakan perusahaan cenderung menggunakan FIFO atau metode lain yang lebih sesuai dengan aturan pajak yang berlaku.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Saskia Kanesa Dinia -
Nama: Saskia Kanesa Dinia
NPM: 2413031021

Jika dibandingkan dengan metode kalkulasi biaya persediaan FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat. Sebaliknya, selama periode penurunan harga, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi daripada metode FIFO.

Penjelasan:
1.Periode Harga Meningkat (Inflasi):
- Metode LIFO: Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang pertama kali dijual. Saat harga meningkat, biaya barang yang terakhir masuk (terbaru) akan lebih tinggi. Hal ini menyebabkan Harga Pokok Penjualan (HPP) menjadi lebih tinggi, sehingga laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih rendah.
- Metode FIFO: Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama kali dijual. Saat harga meningkat, biaya barang yang pertama masuk (terlama) akan lebih rendah. Hal ini menyebabkan HPP menjadi lebih rendah, sehingga laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.

2.Periode Penurunan Harga (Deflasi):
- Metode LIFO: Metode ini menggunakan biaya barang yang terakhir masuk (terbaru) yang harganya lebih rendah. Hal ini menyebabkan HPP menjadi lebih rendah, sehingga laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.
- Metode FIFO: Metode ini menggunakan biaya barang yang pertama masuk (terlama) yang harganya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan HPP menjadi lebih tinggi, sehingga laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih rendah.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Nasroh Aulia -
Nama : Nasroh Aulia
NPM : 2413031004

Pada kondisi harga barang yang meningkat, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode FIFO. Hal ini karena dalam metode LIFO, barang yang terakhir dibeli dengan harga lebih mahal dijual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan menjadi lebih besar sehingga laba bersih perusahaan berkurang. Sementara itu, pada metode FIFO, barang yang dibeli lebih awal dengan harga lebih murah dijual lebih dulu, membuat harga pokok penjualan lebih kecil dan laba bersih lebih tinggi.

Namun, saat harga barang justru menurun, hasilnya bisa berbalik. Metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena barang yang dijual terlebih dahulu memiliki harga perolehan yang lebih rendah. Oleh sebab itu, pilihan metode penilaian persediaan seperti FIFO atau LIFO dapat memengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, tergantung pada kondisi naik turunnya harga barang di pasaran.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Revie Nevilla Extin -

Nama : Revie Nevilla Extin 

NPM :2413031027

Yang saya ketahui, jika dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat (inflasi).

Hal ini karena pada metode LIFO, biaya persediaan yang terakhir dibeli, yang berarti harganya lebih tinggi diakui terlebih dahulu sebagai harga pokok penjualan (HPP). Akibatnya, HPP menjadi lebih besar, sehingga laba bersih menurun.

Sebaliknya, dalam periode harga menurun (deflasi), metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO. Ini terjadi karena persediaan terakhir yang digunakan memiliki harga lebih rendah, sehingga HPP lebih kecil dan laba bersih meningkat.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Nurida Elsa -
Nama: Nurida Elsa
NPM: 2413031012

Metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang lebih rendah pada masa kenaikan harga karena biaya barang yang dijual diambil dari harga pembelian terbaru yang biasanya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan harga pokok penjualan (HPP) naik, sehingga laba kotor dan laba bersih cenderung menurun dibandingkan dengan metode FIFO, yang menggunakan harga barang masuk pertama yang lebih rendah, sehingga menghasilkan laba yang lebih tinggi.

Sebaliknya, ketika harga menurun, metode LIFO akan memberikan laba bersih yang lebih tinggi karena HPP didasarkan pada harga beli yang lebih rendah, sedangkan metode FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah. Dengan demikian, perbedaan metode ini memengaruhi besaran laba yang dilaporkan tergantung pada tren harga barang yang terjadi. Selain itu, LIFO dapat mengurangi beban pajak saat inflasi karena laba yang dilaporkan lebih kecil, sementara FIFO menghasilkan laba yang lebih besar dan pajak yang lebih tinggi dalam kondisi harga naik.​
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Susan Ti -
NAMA:SUSANTI
NPM:2413031034

Perbandingan Metode FIFO dan LIFO terhadap Laba Bersih dalam Perubahan Harga

Dalam dunia akuntansi untuk persediaan, metode FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out) dipakai untuk menentukan harga nilai persediaan serta biaya pokok penjualan (HPP). Pilihan atas metode ini mempengaruhi secara langsung laba bersih perusahaan, khususnya saat terjadi fluktuasi harga barang di pasar.

1. Pengaruh pada Periode Harga Meningkat

Ketika harga barang mengalami kenaikan (inflasi), metode FIFO menunjukkan bahwa barang yang pertama kali diperoleh adalah yang pertama dijual. Ini berarti, HPP dihitung berdasarkan harga lama yang lebih rendah, sementara persediaan akhir dicatat dengan harga yang lebih baru dan lebih tinggi. Situasi ini membawa dampak:

Harga Pokok Penjualan (HPP) menjadi lebih rendah. Laba Kotor dan Laba Bersih meningkat. Nilai Persediaan Akhir pada neraca lebih tinggi, mencerminkan harga terbaru.

Di sisi lain, metode LIFO menetapkan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah yang pertama dijual. Dalam kondisi harga yang meningkat, HPP akan dihitung berdasarkan harga terbaru yang lebih tinggi, sedangkan persediaan akhir diisi oleh harga lama yang lebih rendah. Sebagai imbasnya:

HPP menjadi lebih tinggi. Laba Bersih menjadi lebih rendah. Nilai Persediaan Akhir menurun.

Dengan kata lain, pada periode inflasi, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO, karena LIFO mencatat biaya yang lebih tinggi pada penjualan. Namun, laba yang lebih rendah setara dengan beban pajak yang lebih ringan, sehingga dalam situasi inflasi, LIFO kerap dimanfaatkan untuk mengurangi beban pajak perusahaan.

2. Pengaruh pada Periode Harga Menurun

Sebaliknya, ketika harga barang mengalami penurunan (deflasi), dampak yang dirasakan akan berkebalikan. Metode FIFO memanfaatkan harga lama yang lebih tinggi sebagai dasar untuk HPP, sementara metode LIFO memakai harga baru yang lebih rendah. Dalam hal ini:

FIFO menghasilkan HPP yang lebih tinggi dan laba bersih lebih rendah. LIFO menghasilkan HPP yang lebih rendah dan laba bersih lebih tinggi.

Dengan demikian, selama masa penurunan harga, metode LIFO menunjukkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO, karena biaya yang dicatat lebih kecil.

3. Kesimpulan Komparatif

Secara umum, efek dari metode penentuan biaya persediaan pada laba bersih dapat disimpulkan sebagai berikut:

Selama kondisi harga meningkat (inflasi): FIFO → Laba bersih lebih tinggi. LIFO → Laba bersih lebih rendah. Selama kondisi harga menurun (deflasi): FIFO → Laba bersih lebih rendah. LIFO → Laba bersih lebih tinggi.

Pilihan antara FIFO dan LIFO tidak hanya tentang perhitungan teknis, tetapi juga berkaitan dengan strategi manajemen dalam menghadapi perubahan harga serta kebijakan pajak. Perusahaan yang ingin menunjukkan performa laba yang lebih besar biasanya akan lebih cenderung memilih FIFO, sedangkan perusahaan yang ingin mengurangi pajak di masa inflasi lebih sering menggunakan LIFO.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Tiara Vita Loka -

Nama: Tiara Vita Loka

NPM: 2413031022


metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat (inflasi). Hal ini disebabkan karena dalam metode LIFO, barang yang terakhir dibeli yang harganya lebih tinggi dianggap dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih besar dan laba bersih menurun. Sebaliknya, pada metode FIFO, barang yang pertama dibeli dengan harga lebih rendah dijual terlebih dahulu, sehingga HPP lebih kecil dan laba bersih lebih tinggi. Dengan demikian, pada saat harga naik, laporan keuangan perusahaan dengan metode LIFO akan menunjukkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan FIFO, namun dapat memberikan keuntungan berupa beban pajak yang lebih kecil karena laba yang dilaporkan juga lebih kecil.


Selama periode harga menurun (deflasi), kondisi tersebut berbalik. Dalam situasi ini, pembelian terakhir memiliki harga yang lebih rendah sehingga ketika metode LIFO digunakan, HPP akan menjadi lebih kecil dan laba bersih yang dihasilkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO. Sebaliknya, metode FIFO akan menggunakan harga lama yang lebih tinggi sebagai dasar penilaian HPP, sehingga laba bersih menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perubahan harga pasar sangat memengaruhi hasil perhitungan laba bersih pada kedua metode tersebut, dan pemilihan metode penilaian persediaan akan berdampak langsung terhadap kinerja keuangan serta strategi perpajakan perusahaan.



Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Salsabila Labibah -
Nama : Salsabila Labibah
NPM : 2413031002

Jika dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat (inflasi). Hal ini karena pada LIFO, persediaan yang terakhir dibeli (dengan harga lebih tinggi) dianggap dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih tinggi dan laba bersih menurun. Sebaliknya, dalam periode harga menurun (deflasi), metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO, karena persediaan terakhir dibeli (dengan harga lebih rendah) dijual lebih dulu, membuat HPP lebih rendah dan laba meningkat. Jadi, pengaruh komparatifnya tergantung pada arah perubahan harga: LIFO menurunkan laba saat harga naik, tetapi menaikkan laba saat harga turun.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Nayla Andara -
Nama: Nayla Andara
NPM : 2413031018

Metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibanding FIFO pada periode harga naik (inflasi) karena LIFO memakai harga barang terakhir yang lebih mahal sebagai biaya pokok penjualan, sehingga mengurangi laba. Sebaliknya, saat harga turun, LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena memakai harga terbaru yang lebih murah. Jadi, secara singkat:
harga naik: Laba FIFO > Laba LIFO
harga turun: Laba LIFO > Laba FIFO
Ini karena metode pencatatan biaya persediaan yang berbeda memengaruhi biaya pokok penjualan dan laba jadi berbeda.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh MUHAMMAD ARIFIN ILHAM -
Nama : Muhammad Arifin Ilham
NPM : 241301003

Metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil dibandingkan dengan FIFO (First In, First Out) ketika harga-harga mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena biaya persediaan terbaru yang lebih tinggi diakui terlebih dahulu sebagai beban.

Sebaliknya, saat terjadi penurunan harga, metode LIFO dapat menghasilkan laba bersih yang lebih besar, sebab biaya persediaan yang lebih lama dan lebih rendah diakui terlebih dahulu, sehingga beban menjadi lebih kecil dan laba meningkat.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh FERIN OKTAVIA RAMADANI -
Nama : Ferin Oktavia Ramadani
NPM : 2413031023

Saat harga meningkat (inflasi):

FIFO (First In, First Out) → barang yang pertama dibeli (lebih murah) dijual lebih dulu.
⇒ Harga pokok penjualan (HPP) lebih rendah, karena menggunakan biaya lama yang lebih murah.
⇒ Laba bersih lebih tinggi, karena selisih antara pendapatan dan HPP lebih besar.

LIFO (Last In, First Out) → barang yang terakhir dibeli (lebih mahal) dijual lebih dulu.
⇒ HPP lebih tinggi, karena menggunakan harga terbaru yang lebih mahal.
⇒ Laba bersih lebih rendah, karena biaya meningkat lebih cepat daripada pendapatan.

Saat harga menurun (deflasi):

FIFO → menjual barang lama dengan harga lebih tinggi (karena dulu dibeli mahal).
⇒ HPP lebih tinggi, laba bersih lebih rendah.

LIFO → menjual barang baru dengan harga lebih murah.
⇒ HPP lebih rendah, laba bersih lebih tinggi.

Saat harga naik, perusahaan yang ingin mengurangi pajak mungkin memilih LIFO, karena laba lebih kecil.

Namun, perusahaan yang ingin menampilkan kinerja keuangan yang kuat di mata investor mungkin memilih FIFO, karena laba tampak lebih besar.