Forum Analisis Video-2

Forum Analisis Video-2

Number of replies: 1

TRAGEDI BOM BALI DI TAHUN 2002

KOMPAS.com - Ketenangan Sabtu malam di kawasan Kuta dan Denpasar terkoyak akibat meledaknya tiga buah bom yang mengguncang Pulau Dewata. Rentetan bom tersebut terjadi pada 12 Oktober 2002 sekitar pukul 23.15. Arsip pemberitaan Harian Kompas, 13 Oktober mengabarkan, malam itu, ledakan pertama dan kedua terjadi lima meter di depan DiskotekSari Club, di Jalan Legian, Kuta. Sesaat setelah ledakan pertama, sebuah bom kembali meledak di Diskotek Paddy's yang terletai di seberang Sari Club. Akibat dari ledakan beruntun ini, baik Sari Club, Diskotek Paddy's dan bangunan Panin Bank yang terletak persis di depan Sari Club terbakar. Selain itu, puluhan bangunan yang berada di radius 10 hingga 20-an meter dari lokasi rusat berat. Adapun kaca-kaca hotel, toko maupun tempat hiburan lainnya tak luput dari kerusakan.

Bahkan kuatnya ledakan juga membuat kantor biro perjalanan yang berada di samping Sari Club rata dengan tanah. Kemudian sesaat setelah itu, ledakan ketiga terjadi sekitar 100 meter dari Kantor Konsulat Amerika Serikat di daerah Renon, Denpasar, Bali. Kuatnya ledakan di ketiga tempat tersebut menyisakan lubang selebar 4-4,5 meter dengan kedalaman 80 sentimeter. Kejadian ini merenggut nyawa 202 orang yang saat itu berada di lokasi kejadian. Korban mayoritas merupakan warga negara Australia. Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal (Pol) Dai Bachtiar saat itu mengatakan, lokasi ledakan di Jalan Legian pada hari yang sama dikunjungi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan pejabat tinggi negara lainnya. Pemberitaan Harian Kompas, 14 Oktober 2002 mengabarkan, para pejabat tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla, Menko Bidang Perekonomian Dorodjatun Koentjoro-Jakti, Panglima TNI Jenderal Endiartono Sutarto, serta Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda. Kejadian bom pada 12 Oktober 2002 tersebut tak hanya terjadi di Bali. Beberapa saat sebelumnya, sebuah bom rakitan meledak pada Sabtu petang pukul 18.50 di pintu gerbang masuk kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Filipina di Jalan Tikal, Kelurahan Tikala Ares, Lingkungan I, Manado. Peristiwa tersebut tidak memakan korban jiwa. Meski begitu, daun pintu besi kantor Konjen Filipina dikabarkan terlempar sekitar empat meter dari tempatnya. Serangan bom di beberapa tempat di Bali dinyatakan terkait dengan organisasi Al-Qaeda. Harian Kompas, 15 Oktober 2002 mengabarkan, Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat (AS) di Surabaya, Philips L Antweiler mengatakan, pihaknya melihat adanya tanda-tanda nyata tentang kaitan aksi teror dengan jaringan tersebut. "Apa yang terjadi di Bali merupakan kegiatan teroris meskipun kami belum tahu pesis siapa pelakunya. Namun kami melihat ada tanda-tanda cukup nyata tentang kaitan peristiwa itu dengan jarinan Al-Qaeda," ujar Antweiler.

 Dalam pengejaran terhadap tersangka, polisi berhasil menangkap Amrozi bin H Nurhasyim yang didakwa hukuman mati. Fakta di persidangan menyatakan, bahwa para pelaku diyakini merupakan anggota Jamaah Islamiyah (JI). "Kami berkeyakinan, kegiatan mereka tidak lepas dari jaringan internasional. Atau setidaknya regional di kawasan Asia," ujar Jaksa Penuntut Umum Urip Tri Gunawan saat persidangan Amrozi. Kemudian polisi juga menangkap Imam Samudra alias Abdul Aziz. Sama seperti Amrozi, Imam Samudra juga dijatuhi hukuman mati. Harian Kompas, 11 September 2003 mengatakan, vonis tersebut diberikan setelah majelis hakim menyatakn Imam Samudra terbukti bersalah. Selain itu, tindakannya juga dinilai telah memenuhi unsur dari empat dakwaan primer yang dituntutkan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi Bali sebelumnya. Keempat dakwaan primer tersebut adalah dua dakwaan dalam perkara peledakan bom Bali dan dua dakwaaan lain dalam perkara peledakan bom malam Natal. Selain itu, pelaku lain yang terlibat dalam tragedi ini adalah Ali Ghufron bin H Nurhasyim alias Muklas, seperti dikutip dari Harian Kompas, 3 Oktober 2003. Adapun tersangka lain seperti Ali Imron bin H Nurhasyim alias Alik divonis penjara seumur hidup. Vonis serup ajuga diterima oleh Mubarok alias Utomo Pamungkas dan Suranto Abdul Goni alias Umar alias Wayan. Sementara tersangka lain, Dulmatin tewas dalam pengepungan di Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun teroris yang paling dicari yakni Dr Azahari bin Husin atau yang seriing disebut sebagai The Demolition Man tewas pada 2005.


Analisis Soal

  1. Bagaimanakah menurut pendapatmu sebagai mahasiswa mengenai terjadinya bom bali di tahun 2002 yang merenggut banyak korban jiwa dan luka-luka? Sesuaikah dengan nilai agama dan nilai luhur bangsa kita? Berikan solusimu!
  2. Nilai Pancasila apakah yang di langgar oleh para pelaku dan apa sanksi yang pantas diberikan? Berikan penjelasanmu secara lengkap dan mendalam!

In reply to First post

Re: Forum Analisis Video-2

by Lilian Dara Dianta -
1.Sebagai mahasiswa, saya menyayangkan dan merasa prihatin terhadap tragedi Bom Bali di tahun 2002 yang menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka. Kejadian tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai luhur bangsa Indonesia. Beberapa pemikiran dan solusi yang dapat saya sampaikan sebagai mahasiswa terkait dengan peristiwa ini adalah:
1. Penolakan Kekerasan dan Terorisme: Sebagai mahasiswa, saya tegas menolak segala bentuk kekerasan dan tindakan terorisme. Tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran agama yang menekankan perdamaian, kasih sayang, dan keadilan.
2. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Perlu adanya upaya lebih besar dalam pendidikan dan penyuluhan terkait bahaya terorisme. Kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dan dampak negatif dari tindakan terorisme dapat membantu mencegah rekrutmen dan dukungan terhadap kelompok-kelompok teroris.
3. Peran Pemerintah dan Lembaga Keamanan: Pemerintah perlu terus meningkatkan keamanan nasional dan kerja sama antarnegara dalam menangani ancaman terorisme. Lembaga keamanan harus diperkuat untuk memastikan keamanan warga negara.
Sebagai mahasiswa, saya yakin bahwa pendidikan, dialog antarumat beragama, dan partisipasi aktif masyarakat dapat membantu mencegah terjadinya peristiwa serupa di masa depan. Perlu kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, dan lembaga keamanan untuk menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
2. Peristiwa Tragedi Bom Bali 2002 melibatkan tindakan terorisme yang secara jelas melanggar beberapa nilai Pancasila, prinsip dasar dan ideologi negara Indonesia. Beberapa nilai Pancasila yang dapat diidentifikasi sebagai dilanggar oleh para pelaku terorisme adalah:
Ketuhanan Yang Maha Esa: Para pelaku terorisme pada umumnya melakukan tindakan kekerasan dan membunuh orang tanpa alasan yang jelas dan sesuai dengan ajaran agama. Hal ini bertentangan dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang mengajarkan kasih sayang dan perdamaian.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Tindakan terorisme yang merenggut nyawa banyak orang, termasuk warga sipil yang tak bersalah, melanggar nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Tidak ada alasan yang sah untuk mengorbankan nyawa sesama manusia.
Persatuan Indonesia: Tindakan terorisme cenderung menciptakan perpecahan dan ketegangan dalam masyarakat, yang bertentangan dengan nilai persatuan Indonesia. Pancasila menekankan pentingnya kesatuan dan persatuan dalam keberagaman.
Sanksi yang pantas diberikan kepada para pelaku terorisme sesuai dengan hukum Indonesia adalah sanksi pidana yang seberat-beratnya, termasuk hukuman mati bagi pelaku yang terbukti bersalah. Sanksi ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan menegaskan bahwa tindakan terorisme tidak akan ditoleransi dalam masyarakat berdasarkan hukum negara. Selain sanksi pidana, upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme juga perlu ditingkatkan melalui pendidikan, sosialisasi nilai-nilai Pancasila, dan kerjasama antarnegara dalam memerangi jaringan terorisme. Masyarakat juga harus terus diedukasi mengenai bahaya terorisme dan pentingnya menjaga persatuan serta kebhinekaan dalam bingkai nilai-nilai Pancasila.