Forum Analisis Jurnal 1

Forum Analisis Jurnal 1

Jumlah balasan: 32

Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Deasy Adelia Syahrani 2213053091 -
Nama: Deasy Adelia Syahrani
NPM: 2213053091
Kelas: 3H

ANALISIS JURNAL
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

ARTI DAN ISI FILSAFAT
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku (morality) atau etika.

ARTI MORAL DAN ETIKA
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”.
Dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujua n bersama. Jadi tidak perlu terjadi benturan konflik.

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT
Kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.

KESADARAN MORAL, DASAR ETIKA BERMASYARAKAT
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika. Hal itu karena kelangsungan hidup dan kehidupan pada umumnya, termasuk kehidupan bermasyarakat, mutlak bergantung pada keberadaan hutan. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup.
Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

MORAL DAN ETIKA BERMASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik. Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan kehidupan. Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Mita Yogi Handayani 2213053107 -
Nama : Mita Yogi Handayani
NPM : 2213053107
Kelas : 3H

ANALISIS JURNAL 1

-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurusan Administrasi Pendidikan
Volume : -
Nomor : -
Halaman : -
Tahun Terbit : -
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat:
Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam
konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum
keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Obyek manusia dan masyarakatnya adalah masalah perilaku baik individual maupun sosial.
Berdasar pada sifat obyek, maka bidang filsafat perilaku (moral) atau etika menjadi model
bangunan kerangka pikir.

•Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -
kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,
2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis
keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat
sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

•Arti Moral dan Etika
Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir
bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan,
berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan.

•Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur”
menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen
untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat
berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak
untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action).

•Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti di
dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung -
jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang
harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu
diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan
atau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak.
Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses
mencapai kesejahteraan umum.

•Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem
interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang
lain untuk mencapai tujuan bersama. Nilai-nilai moral
dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial
pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar
dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai
etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan
belajar suatu kemajuan dapat diraih.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Mesri Rahayu 2213053250 -

NAMA: MESRI RAHAYU

NPM: 2213053250

ANALISIS JURNAL 1

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Arti dan Isi Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku (morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika

Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai- nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan, de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). 

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat

Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Jadi dapat dipahami bahwa pada satu sisi, kesempurnaan dunia hidup bersama tergantung pada optimalisasi pengembangan kepribadian individu. Kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat

Kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum.

Moral dan Etika Bermasyarakat Dalam Pendidikan

Dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual. Di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembangkan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika. Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Devana Okta Mahdalena 2253053034 -
Nama : Devana Okta Mahdalena
Npm :2253053034
Kelas :3H

Analisis jurnal 1
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Pada abad ke-21, kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai konflik, termasuk konflik antara hak individu dan hak masyarakat secara keseluruhan. Gerakan hak-hak individu telah dikritik karena tidak mengakui potensi hak-hak individu dan tidak mengatasi permasalahan sosial yang lebih luas. Proses demokratisasi dikritik karena tidak mengatasi dinamika kekuasaan dalam masyarakat, sehingga berujung pada krisis kepemimpinan.

Konflik antara hak individu dan hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan juga dikritik karena berpotensi melemahkan kekuasaan pemerintah. Paradigma konflik sosial antara hak individu dan hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan menjadi lebih kompleks, dengan hak individu menjadi lebih negatif dan hak kolektif menjadi lebih kuat.

Analisis dan sintesis konflik-konflik ini digunakan untuk memahami hubungan antara hak individu dan hak masyarakat. Analisis terhadap hak individu dan hak kolektif telah menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hak asasi manusia dan peran masyarakat dalam membentuk masa depan.

Arti dan Isi Filsafat
Istilah "philo sophia" berasal dari kata Yunani "philein" (cinta) dan "sophia" (kearifan). Ini mengacu pada hubungan antara subjek dan objek, dan pengetahuan tentang makna tindakan. Dalam konteks ini, cinta kearifan merupakan bentuk perbuatan yang mencerminkan apsiologi perbuatan, makna, moralitas atau etika.

Arti Moral dan Etika
Moral berasal dari bahasa Latin “mos” atau “mores” dan mengacu pada prinsip benar dan salah dalam berperilaku. Dalam bahasa Indonesia, moralitas merupakan istilah yang lebih luas yang berarti keinginan atau keinginan untuk berbuat baik. Etika, yang berasal dari bahasa Yunani, adalah keyakinan atau keyakinan. Moral dan etika saling berkaitan, dimana moral bersifat universal dan etika bersifat spesifik dan konkrit. Mereka saling berhubungan, dan konflik antara prinsip-prinsip moral dan etika tidak boleh muncul.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Systematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan denga n pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Khusus mengenai pemikiran terakhir, dipandang perlu karena pendidikan adalah cara penanaman nilai-nilai moral dan etika. Pada umumnya pandangan "Timur" menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Suryomentaram (1974) mendapat bahwa manusia termasuk jenis yang berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Penekanan pada aspek sifat hakikat sosial tersebut, terkesan mengandung maksud agar dengan demikian bahaya individualisme dapat dihindarkan. Pandangan individualisme dinilai cenderung "merugikan" kehidupan bersama, dan individu tidak mungkin ada dan apalagi berkembang. Huijbers (1986) mengajukan seperangkat bukti bahwa peristiwa-peristiwa besar menimpa manusia sebagai pribadi individual, yang terjadi pada dia sendiri saja.

Huijbers berpendapat bahwa manusia adalah makhluk individu dan sosial, dengan individualisme dan kolektivisme menjadi dua aspek utama kehidupan manusia. Dalam masyarakat, individu berkomunikasi secara ko-eksistensial, dan ketika mereka mencapai tingkat sosialisasi tertentu, dunia menjadi satu kesatuan sosial. Namun, dalam kehidupan sosial, terdapat konflik antara prioritas individu dan prioritas sosial, yang pertama memprioritaskan individu dan yang terakhir memprioritaskan masyarakat. Veeger (1986) mengidentifikasi isu tersebut sebagai dunia Timur yang menggunakan individualisme Barat, sedangkan dunia Barat menggunakan kolektivisme Timur, dimana individu berada dalam masyarakat tanpa nilai dirinya.

Konsep masyarakat Veeger didasarkan pada gagasan bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki minat, perilaku, dan pengalaman yang sama. Konsep masyarakat bukanlah suatu kesatuan yang terpisah dari yang lain, melainkan suatu kesatuan yang relasional. Merupakan organisasi sosial yang mengorganisasikan kemampuan individu untuk menjadi kekuatan sosial yang lebih besar dan efektif. Masyarakat bukan sekedar tempat berkumpul, namun sebuah proses dimana individu terlibat dalam berbagai tindakan sosial, mendorong pertumbuhan dan perkembangan individu. Oleh karena itu, suatu masyarakat harus “menjadi” dirinya sendiri.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Moralitas dan etika tidak hanya hadir dalam kehidupan sehari-hari, namun juga dalam kehidupan individu yang hidup dalam suatu masyarakat. Ketika individu menggunakan sumber daya mereka dengan bijak, mereka cenderung berada dalam ranah moral dan etika. Hal ini dikarenakan pentingnya hidup bermasyarakat didasari oleh pentingnya hidup selaras dengan lingkungan. Moralitas juga merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan dan keyakinan seseorang, yang dapat dipengaruhi oleh moralitas orang lain. Bukan sekedar mengungkapkan perasaan, tetapi juga menumbuhkan rasa moral dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Manusia mempunyai potensi bawaan, namun jika tidak bertindak adil dapat mengganggu kehidupannya. Pendidikan merupakan wujud dari potensi tersebut, yang melibatkan interaksi antara individu dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Meliputi potensi individu, serta potensi sosial, yaitu keinginan setiap orang untuk menjadi baik. Pendidikan berfokus pada tiga potensi: moral, intelektual, dan moral. Dengan memusatkan perhatian pada potensi-potensi tersebut, individu dapat mencapai kebaikan baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Pendidikan adalah suatu sistem perubahan yang bertujuan untuk mengubah, memahami, dan memenuhi tiga potensi manusia: moral, intelektual, dan moral.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Nisa Az Zukhrufi -

Nama : Nisa Az Zukhrufi

Npm : 2213053142


Analisis Jurnal 1

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Menurut filsafat moral (etika), masya-rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar individu untuk mencapai tujuan bersama. Kunci persoalannya terletak pada kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan.

Arti dan Isi Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata-kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan. Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika

Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari bahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”. Jadi, moralitas berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat

Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Keberadaan masyarakat tergantung pada hubungan ko -eksistensial antar pribadi individual. Dari pemikiran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur hakiki kehidupan bermasyarakat adalah manusia sebagai makhluk individu dan sosial. 

Menurut keberadaannya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Jadi, kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action).

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat

Kesadaran moral setiap orang dorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat. Jika dorongan berkembang, maka otomatis dinamika kehidupan sosial ke arah kemajuan hidup berkembang pula. Kemudian, kesadaran moral berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan).

Pada dasarnya daya kreativitas ada secara menginti di dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup. Artinya, untuk mencapai tujuan hidup, maka harus ada kreativitas yaitu suatu kecakapan dan ketrampil an dalam membuat perubahan. Perubahan berfungsi sebagai dorongan ke arah tujuan hidup. Hakikatnya, kreativitas selalu mencipta perubahan untuk kemajuan, karena itu mengandung nilai.

Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang berpedoman pada norma-norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. 

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan

Pendidikan adalah persoalan tentang sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pematangan atau pen cer-dasan tiga potensi kejiwaan manusia yaitu rasa, cipta dan karsa. Karena itu, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 

1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan

2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan

3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan. 

Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan kehidupan. nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Lutpi mawar jerlika 2213053100 -
Nama: Lutpi Mawar Jerlika
Npm: 2213053100

ANALISIS JURNAL
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

ARTI DAN ISI FILSAFAT
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan.Obyek manusia dan masyarakatnya adalah masalah perilaku baik individual maupun sosial.
Berdasar pada sifat obyek, maka bidang filsafat perilaku (moral) atau etika menjadi model
bangunan kerangka pikir.

•Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -
kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,
2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis
keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat
sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.
PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT
Kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyarakat itu berkeadilan.
Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat

Kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum.
Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Manusia mempunyai potensi bawaan, namun jika tidak bertindak adil dapat mengganggu kehidupannya. Pendidikan merupakan wujud dari potensi tersebut, yang melibatkan interaksi antara individu dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Meliputi potensi individu, serta potensi sosial, yaitu keinginan setiap orang untuk menjadi baik. Pendidikan berfokus pada tiga potensi: moral, intelektual, dan moral. Dengan memusatkan perhatian pada potensi-potensi tersebut, individu dapat mencapai kebaikan baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Pendidikan adalah suatu sistem perubahan yang bertujuan untuk mengubah, memahami, dan memenuhi tiga potensi manusia: moral, intelektual, dan moral.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh RELLYS PRATIWI -
Nama : Rellys Pratiwi
NPM : 2213053070

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Penulis : Suparlan Suhartono

1. Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti
kearifan (Suhartono,2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan,
kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.
2. Arti Moral dan Etika
Moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti
kebiasaan atau watak. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat
konkret khusus (obyektif).
3. Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan
bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu
mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam
jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.
4. Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna didalam kehidupan bermasyarakat. Agar kehidupan berlangsung hingga
tujuan akhir, maka manusia harus mampu menyediakan segala kebutuhan hidup. Sadar atas segala kekurangan dan keterbatasannya, seseorang lalu menjalin hubungan
dengan orang lain sesamanya.
5. Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya
berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti
setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang
harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan
untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Mutiara Putri 2213053247 -
Nama : Mutiara Putri
NPM : 2213053247

Analisis Jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Pembahasan
Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata-kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari bahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”. Jadi, moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa individu dengan segala potensinya, kehidupan masyarakat tidak mungkin ada dan apalagi berkembang. Sebaliknya tanpa masyarakat, individu tidak mungkin ada dan bisa mengembangkan diri. Individu lahir dari masyarakat dan masyarakat terbentuk dari individu.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut dorongan moral (hati nurani individual) dan nilai-nilai etika. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Adelina Kusumawati 2213053234 -
Nama : Adelina Kusumawati
NPM : 2213053234

Analisis jurnal 1
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Penulis : Suparlan Suhartono

Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika
moral berakar dari bahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”. Jadi, moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa individu dengan segala potensinya, kehidupan masyarakat tidak mungkin ada dan apalagi berkembang. Sebaliknya tanpa masyarakat, individu tidak mungkin ada dan bisa mengembang -kan diri. Individu lahir dari masyarakat dan masyarakat terbentuk dari individu. Sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Jadi kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika. kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika. ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan. Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh PUTRI ZAFIKA AQWINTARI -
NAMA : PUTRI ZAFIKA AQWINTARI
NPM : 2213053285
KELAS : 3H

Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

ARTI DAN ISI FILSAFAT
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku (morality) atau etika.

ARTI MORAL DAN ETIKA
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”.

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT

Kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.

KESADARAN MORAL, DASAR ETIKA BERMASYARAKAT

Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika. Hal itu karena kelangsungan hidup dan kehidupan pada umumnya, termasuk kehidupan bermasyarakat, mutlak bergantung pada keberadaan hutan. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup.

MORAL DAN ETIKA BERMASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh febe ririn ariyani 2213053277 -

NAMA: Febe Ririn Ariyani 

NPM: 2213053277

ANALISIS JURNAL 1

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Arti dan Isi Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Kata cinta, menunjukkan adanya hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu kebaikan terhadap obyek. Untuk itu, maka tanpa pengetahuan mendalam mengenai sifat hakikat obyek, tidak mungkin subyek bisa melakukan kebaikan terhadap obyek. Begitu pula halnya, di balik istilah kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Suatu perilaku disebut arif apabila dilakukan atas dorongan karsa, sesuai dengan rasa dan menurut keputusan cipta (akal). Di balik karsa terkandung nilai kebaikan, di balik rasa ada nilai keindahan dan di balik cipta ada nilai kebenaran. (Suhartono, 2004). Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika

Arti Moral dan Etika

Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”. 

Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi” adalah perilaku tidak bermoral, tetapi “ tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis. Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat

Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau kemasyarakatan. Adapun cara bertindak untuk saling memberi dan mengambil faedah masing -masing adalah sebagai berikut. Misalnya tukang besi, pekerjaannya tidak lain hanya memukuli besi, namun ia makan nasi, walaupun tidak menanam padi. Ini hanya mungkin karena adanya saling memberi dan mengambil faedah masing-masing, antara pak tani dan tukang besi”. Selanjutnya, dipertegas lagi bahwa “agar hidup manusia itu dapat berlangsung, caranya adalah dengan jalan bermasyarakat. Bila hidup menyendiri, yakni tanpa berhubungan dengan orang lain, maka orang tentu mati, karena tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya”.

kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat

kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan

Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan kehidupan. Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh INTAN SARI 2213053002 -
Nama : Intan Sari
Npm : 2213053002

Analisis jurnal 1
•identitas jurnal
judul jurnal : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
nama penulis : suparlan suhartono

•pendahuluan
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik.Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja.Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antarindividu untuk mencapai tujuan bersama.

1. Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalamungkapan cinta dankearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Kata cinta, menunjukkan adanyahubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu kebaikan terhadap obyek.

2. Arti Moral dan Etika
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”.Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”. Jadi,moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik.Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak.

3. Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan dengan pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika.

5. Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Sejak lahir, manusia menyandang sifat labil. Meski di dalam sifat labil terkandung potensidinamis, tetapi jika tidak mendapat binaan secara tepat justru bisa merusak kehidupan. Di balikke-labil-an itu terlihat jelas bahwa pendidikan menjadi tuntutan kodrat manusia.

Konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapijustru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagikehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendid ikan, ada dua pilihan yaituapakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan
berbagai kreativitas individual. Jika penyeragaman dipilih, maka potensi kreativitas individualsebagai hak individu bisa terancam tidak berkembang. Sebaliknya, jika pembebasan dipilih, maka
kemapanan sosial sebagai hak masyarakat bisa goyah.Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkansecara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individualbersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Refiana Sari 2213053261 -

Nama : Refiana Sari

NPM : 2213053261

ANALISIS JURNAL 1

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Arti Isi Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etik

Arti Moral dan Etika

Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat

Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa individu dengan segala potensinya, kehidupan masyarakat tidak mungkin ada dan apalagi berkembang. Sebaliknya tanpa masyarakat, individu tidak mungkin ada dan bisa mengembang -kan diri. Individu lahir dari masyarakat dan masyarakat terbentuk dari individu. Sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Jadi kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat

Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna didalam kehidupan bermasyarakat. Agar kehidupan berlangsung hingga tujuan akhir, maka manusia harus mampu menyediakan segala kebutuhan hidup. Sadar atas segala kekurangan dan keterbatasannya, seseorang lalu menjalin hubungan dengan orang lain sesamanya.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan

Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual. Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan


Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh RANI SELVIA -
Nama: Rani selvia
Npm: 2213053209

ANALISIS JURNAL 1
Nama Penulis : Suparlan Suhartono
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan


Berdasarkan pada sifat obyek, maka bidang filsafat perilaku (moral) atau etika menjadi model bangunan kerangka pikir.

Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -
kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,
2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT
Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action).

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan wujud dari potensi tersebut, yang melibatkan interaksi antara individu dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Meliputi potensi individu, serta potensi sosial, yaitu keinginan setiap orang untuk menjadi baik. Pendidikan berfokus pada tiga potensi: moral, intelektual, dan moral. Dengan memusatkan perhatian pada potensi-potensi tersebut, individu dapat mencapai kebaikan baik dalam kehidupan individu maupun sosial.
Pendidikan adalah suatu sistem perubahan yang bertujuan untuk mengubah, memahami, dan memenuhi tiga potensi manusia: moral, intelektual, dan moral.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Sherli Marsela 2213053233 -
Nama: Sherli Marsela
NPM: 2213053233

ANALISIS JURNAL 1
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Arti Moral dan Etika
Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi” adalah perilaku tidak bermoral, tetapi “ tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis. Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku. Kemudian, dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujuan
bersama. Jadi tidak perlu terjadi benturan konflik.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik. Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan kehidupan. Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.


Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Septa Anggraeni -
Nama : Septa Anggraeni
NPM : 2213053241
Kelas : 3H

Analisis jurnal 1

Identitas jurnal :
Nama Penulis : Suparlan Suhartono
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan


Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Sejak lahir, manusia menyandang sifat labil. Meski di dalam sifat labil terkandu ng potensi
dinamis, tetapi jika tidak mendapat binaan secara tepat justru bisa merusak kehidupan. Di balik
ke-labil-an itu terlihat jelas bahwa pendidikan menjadi tuntutan kodrat manusia. Manusia
siapapun, di manapun berada, sampai kapanpun wajib berpendid ikan di dalam menghadapi setiap
peri-kehidupannya. Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem
interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang
lain untuk mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual.
Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia
harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda.
Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung
benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem
hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang
sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik
dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai
keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi suatu sistem filsafat perilaku
yaitu etika.
Seorang tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan
pendidikan yaitu: “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan d an kebahagiaan
yang setinggi-tingginya”.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka -
Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
Npm: 2213053034

“Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan”

Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Di era teknologi komunikasi ini, komunikasi individual semakin mengglobal. Kemajuan ekonomi material negara -negara maju, membuat silau orang-orang yang hidup di negara-negara berkembang. Mereka terstimuli untuk bisa berkehidupan dengan kelimpahan harta dalam waktu sesingkat mungkin. Sementara itu, karena kualitas pendidikannya, mereka belum memiliki potensi kreatif untuk mengha silkan kelimpahan ekonomi material. Jika kebetulan mereka memperoleh kepercayaan menduduki jabatan dalam pemerintahan dan hukum, maka atas kekuasaannya itu mereka secara berjamaah berbuat korupsi.
Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masyarakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Proses demokratis untuk meraih suatu kekuasaan semakin dikendalikan sepenuhnya dengan sistem “money politics”. Sudah barang tentu, tidak menghasilkan pemimpin yang aspiratif bagi kepentingan umum. Di sepanjang masa jabatanya, mereka hanya sibuk untuk secara cerdik menciptakan kesempatan berkorupsi. Egoisme individual menjadi watak para pe nguasa. Akibat daripadanya, terjadi krisis kepemimpinan. Jika demikian halnya maka dinamika sosial untuk meraih tujuan umum melemah. Kalau tradisi konflik kepentingan individu dan masyarakat justru “meng -gairahkan” kehidupan bermasyarakat, maka gairah itu kini berubah menjadi sebuah kesibukan yang menghabiskan energi untuk memerangi para koruptor. Padahal mereka justru penguasa dalam pemerintahan. Akibatnya, jalan menuju pencapaian tujuan umum menjadi “buntu” total. Padahal, jika para penguasa memiliki komitmen moral dan etika yang kuat, maka mengelola tradisi konflik kepentingan, justru memberi keuntungan bagi seluruh individu dan masyarakat dan otomatis bagi para pemimpin.

•Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,
2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis
keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

•Arti Moral dan Etika
Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan.

•Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur”
menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen
untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action).

•Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti di
dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan atau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak.
Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum.

•Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem
interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang
lain untuk mencapai tujuan bersama. Nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar
dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Asty Yulia Pratiwi 2213053255 -
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Jurnal 1

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Arti dan Isi Filsafat
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Kata cinta, menunjukkan adanya hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu kebaikan terhadap obyek. Untuk itu, maka tanpa pengetahuan mendalam mengenai sifat hakikat obyek, tidak mungkin subyek bisa melakukan kebaikan terhadap obyek. Begitu pula halnya, di balik istilah kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Suatu perilaku disebut arif apabila dilakukan atas dorongan karsa, sesuai dengan rasa dan menurut keputusan cipta (akal).

Arti Moral dan Etika
Moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak. ”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan -tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dijelaskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujuan bersama. Jadi tidak perlu terjadi benturan konflik.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing". Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau kemasyarakatan. kehidupan bermasyarakat merupakan suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti di dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup. Artinya, untuk mencapai tujuan hidup, maka harus ada kreativitas yaitu suatu kecakapan dan keterampilan dalam membuat perubahan. Setiap perubahan berfungsi sebagai dorongan ke arah tujuan hidup. Pada dasarnya, kreativitas selalu cenderung mencipta perubahan untuk kemajuan, karena itu pula mengandung nilai. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan atau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak. Keduanya mengandung nilai kebenaran sederajat. kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan
kehidupan. Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut dorongan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh SILMI NUR'AFIFAH 2213053129 -
Nama : Silmi Nur’Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat
Penulis : Suparlan Suhartono

Arti dan Isi Filsafat
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu,bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan berbagai moralitas”. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau kemasyarakatan. Adapun cara bertindak untuk saling memberi dan mengambil faedah masing -masing adalah sebagai berikut. Misalnya tukang besi, pekerjaannya tidak lain hanya memukuli besi, namun ia makan nasi, walaupun tidak menanam padi. Ini hanya mungkin karena adanya saling memberi dan mengambil faedah masing-masing.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup. Selanjutnya, agar kehidupan berlangsung hingga tujuan akhir, maka manusia harus mampu menyediakan segala kebutuhan hidup. Sadar atas segala kekurangan dan keterbatasannya, seseorang lalu menjalin hubungan dengan orang lain sesamanya. Adapun tuju annya tidak lain adalah agar mereka bisa saling menutupi kekurangannya, dengan cara mengikat diri dalam kebersamaan menurut sistem tertentu yang telah mereka sepakati, sehingga terbentuk suatu kebersamaan di dalam sebuah organisasi sosial kemasyarakatan.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual. Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Mera Dwi Pratiwi Mera -
Nama: Mera Dwi Pratiwi
NPM : 2253053040
Kelas : 3 H

Analisis Jurnal 1

Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat:
Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapi
justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagi
kehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendid ikan, ada dua pilihan yaitu
apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan
berbagai kreativitas individual. Jika penyeragaman dipilih, maka potensi kreativitas individual
sebagai hak individu bisa terancam tidak berkembang. Sebaliknya, jika pembebasan dipilih, maka
kemapanan sosial sebagai hak masyarakat bisa goyah.

Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan
secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual
bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi
kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap
individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya,
mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem
kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untu k mencapai tujuan kesejahteraan umum.
Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi
seluruh individu anggotanya.

Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi
satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. Kedua, kreativitas dalam reproduksi.
Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningk atkan
kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh
lapisan sosial golongan tengah (middle class). Golongan ini adalah kaum intelektual yang
berkompeten dalam teori dan sistem pemberdayaan IPTEK. Atas kompeten sinya itu, mereka
bersinergi dalam berkreativitas untuk meningkatkan produksi pangan, sandang, papan, dan alat
perlengkapan hidup lainnya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Diva Azzahra -
Nama: Diva Soraya Azzahra
Npm:225305035
Kelas:3H

Analisis jurnal 1
Nama Penulis : Suparlan Suhartono
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan

Pembahasan
•Arti dan istilah Filsafat
Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan
kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Kata cinta, menunjukkan adanya
hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu
kebaikan terhadap obyek. Untuk itu, maka tanpa pengetahuan mendalam mengenai sifat hakikat
obyek, tidak mungkin subyek bisa melakukan kebaikan terhadap obyek. Begitu pula halnya, di
balik istilah kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Suatu perilaku
disebut arif apabila dilakukan atas dorongan karsa, sesuai dengan rasa dan menurut keputusan cipta (akal). Di balik karsa terkandung nilai kebaikan, di balik rasa ada nilai keindahan dan di
balik cipta ada nilai kebenaran. (Suhartono, 2004).

•Arti moral dan etika
dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi”
adalah perilaku tidak bermoral, tetapi “ tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah
perilaku tidak etis. Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku.

•Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen
untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat
berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak
untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis
pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu
pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.

•Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Kesadaran moral mampu menemukan dan mengoperasionalkan seluruh potensi individu sehubungan dengan “ikatan sosial”, sementara masyarakat berfungsi sebagai sistem proses yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan kolektif.
Oleh karena itu, tidak perlu lagi menentang gagasan tentang individualisme dan kolektivisme.
Melalui kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individu kita menemukan jalan yang benar, dan sebaliknya, kolektivisme dapat menemukan jati dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.

•Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Pendidikan berhasil mengembangkan ketiga jenis kecerdasan tersebut, sehingga seseorang menjadi terdidik.
Orang yang terpelajar mengetahui asal muasal dan tujuan hidup.
Berdasarkan kesadaran tersebut, masyarakat harus kreatif dan produktif dalam kehidupannya serta bersedia bertindak dan berperilaku adil sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, perlu ditanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam dunia pendidikan dan mengembangkannya dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya.
Sebagai suatu sistem, masyarakat harus mempunyai karakter yang mendidik agar dinamika sosial berkembang sesuai dengan dorongan moral (hati nurani individu) dan nilai-nilai moral.
Sebab, dalam semangat pendidikan, hal ini berarti setiap bagiannya mengusung etika pembelajaran dan hanya di pembelajaran tersebut dapat mengalami kemajuan.
Sedemikian rupa sehingga setiap individu merasakan kewajiban sosial yang harus dipenuhi demi keutuhan masyarakatnya dan masyarakat secara moral bertanggung jawab atas kewajiban masing-masing individu.Itulah landasan pendidikan untuk membangun masyarakat terpelajar, masyarakat yang berbudaya dan berkeadilan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh CHEZA MELVINOSA 2213053251 -
Analisis Jurnal 1
Oleh : Cheza Melvinosa 2213053251

Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurusan Administrasi Pendidikan
Volume : -
Nomor : -
Halaman : -
Tahun Terbit : -
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat:
Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Hasil dan Pembahasan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat dua konflik kepentingan yang saling bertentangan dalam setiap kehidupan masyarakat. Itu adalah individualisme yang sangat menekankan pada kepentingan individu kolektivisme yang menekankan pada kepentingan masyarakat. Kenyataan itu sebenarnya dipahami sebagai hakikat masyarakat manusia itu sendiri. Itu sebabnya konflik secara historis masih terus berlanjut saat ini dan mungkin akan tetap seperti itu, hingga waktu yang tidak diketahui di masa depan. Terlebih lagi, konflik itu adalah kini sepenuhnya diwarnai oleh perilaku korup. Dari pendekatan filsafat moralitas (etika), Namun, tidak ada gunanya mengakhiri konflik itu sama sekali. Karena itu, signifikan Masalahnya adalah ‘bagaimana mungkin menggabungkan dua potensi di balik konflik’. Untuk mewujudkan hal itu tujuan, diyakini bahwa baik hati nurani maupun perilaku etis mempunyai kekuatan yang tepat memecahkan masalah itu. Ada dua alasan, a) Kesadaran Moralitas, yaitu hati nurani adalah kebebasan individu dan sumber daya kreativitas, dan, b) Norma etika harus mampu memimpin kreativitas individu dalam rangka meningkatkan perkembangan masyarakat manusia. Akhirnya bisa jadi menyimpulkan bahwa masyarakat yang sarat dengan kesadaran moralitas individu harus ditumbuhkan dan berkembang, dan sebaliknya, masyarakat dengan norma-norma etika harus tertata.

Konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapi justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendid ikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Jika penyeragaman dipilih, maka potensi kreativitas individual sebagai hak individu bisa terancam tidak berkembang. Sebaliknya, jika pembebasan dipilih, maka kemapanan sosial sebagai hak masyarakat bisa goyah. Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. 
Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. 
Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningk atkan kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh lapisan sosial golongan tengah (middle class). Potensi kreatifnya itu, kehidupan masyarakat menjadi lebih lebih maju, kreatif, produktif, dan mandiri di masa depan, sehingga, bukan menjadi masyarakat bergantung, melainkan masyarakat otonom yang mampu mengelola kehidupan atas kemampuan sendiri.
Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Teknologi dan perindustrian, memiliki kekuatan pelipat-gandaan dalam berproduksi, tetapi perlu diingat bahwa kharakteristik berproduksi seperti itu, berakibat eksploratif dan eksploitatif terhadap sumber daya alam, sehingga ekosistem bisa terancam. Untuk itu, di dalam kehidupan bermasyarakat baik pada taraf individual maupun kelembagaan sosial secara moral dan etika bertanggung -jawab atas perilaku berproduksi. Secara moral dan etika, tujuan meningkatkan produktivitas tidak ada lain kecuali untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi totalitas kemasyarakatan. Bukan berprodu ksi dengan cara menguras habis sumber daya alam, tetapi menurut azas keadilan ( renewable).
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Alya Wahidah Assarifah -
Nama : Alya Wahhidah Assarifah
Kelas : 3H
NPM : 2213053290
 
ANALISIS JURNAL 1
 
“Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat : Suatu Pemikiran Kefilsafatan”
 
Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi masyarakat. Objek manusia dan masyarakatnya adalah masalah perilaku baik individual maupun sosial. Berdasar pada sifat objek, maka bidang filsafat perilaku (moral) atau etika menjadi model bangunan kerangka pikir.
 
1.     Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Kata cinta, menunjukkan adanya hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu kebaikan terhadap obyek.
 
2.     Arti Moral dan Etika
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan bahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”.
 
3.     Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.
 
4.     Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang. kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum.
 
5.     Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan

Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan. Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik.


Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Annisa Rintiara 2213053050 -
NAMA : ANNISA RINTIARA
NPM :2213053050

Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

ARTI DAN ISI FILSAFAT
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku (morality) atau etika.

ARTI MORAL DAN ETIKA
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”.
Dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujua n bersama. Jadi tidak perlu terjadi benturan konflik.

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT
Kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”.

KESADARAN MORAL, DASAR ETIKA BERMASYARAKAT
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika. Hal itu karena kelangsungan hidup dan kehidupan pada umumnya, termasuk kehidupan bermasyarakat, mutlak bergantung pada keberadaan hutan. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup.
Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

MORAL DAN ETIKA BERMASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik. Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan kehidupan. Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh INDAH APRILIA WINDIYANI -
Nama : Indah Aprilia Windiyani
NPM : 2213053033
Kelas : 3H

ANALISIS JURNAL 1

-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurusan Administrasi Pendidikan
Volume : -
Nomor : -
Halaman : -
Tahun Terbit : -
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat:
Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu.
Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan
Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan.

Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan.
Suatu perilaku disebut arif apabila dilakukan atas dorongan karsa, sesuai dengan rasa dan menurut keputusan cipta (akal). Di balik karsa terkandung nilai kebaikan, di balik rasa ada nilai keindahan dan di balik cipta ada nilai kebenaran. (Suhartono, 2004). Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah.
Tanpa individu dengan segala potensinya, kehidupan masyarakat tidak mungkin ada dan apalagi berkembang. Sebaliknya tanpa masyarakat, individu tidak mungkin ada dan bisa mengembang -kan diri. Individu lahir dari masyarakat dan masyarakat terbentuk dari individu. Jadi, individualisme menjadi berbahaya bagi kehidupan masyarakat ketika potens inya tidak terserap bagi kepentingan sosial
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar akat itu “berkeadilan”

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (k etika harus kehilangan). Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang.
Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika. Seorang tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan pendidikan yaitu: “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan d an kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Meldayanti putri 2213053088 -
Nama : Meldayanti Putri
NPM : 2213053088

Analisis Jurnal 1

KESADARAN MORAL KEHIDUPAN BERMASYARAKAT : SUATU PEMIKIRAN KEFILSAFATAN

Penulis : Suparlan Suhartono

•Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -
kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,
2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan
kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Kata cinta, menunjukkan adanya
hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu
kebaikan terhadap obyek. Untuk itu, maka tanpa pengetahuan mendalam mengenai sifat hakikat
obyek, tidak mungkin subyek bisa melakukan kebaikan terhadap obyek.


•Arti Moral dan Etika
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin
“mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”.
Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib
tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”. Jadi,
moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik.
Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah
aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”.
Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas
melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan
bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu,
bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai
moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan -
tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”.

•Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan
masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan denga n pemikiran etika dalam
kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Khusus
mengenai pemikiran terakhir, dipandang perlu karena pendidikan adalah satu -satunya cara
penanaman nilai-nilai moral dan etika.
Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur”
menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974)
misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi
serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan
masing-masing. Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau kemasyarakatan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Shella Priscillia 2253053054 -
Nama: Shella Priscillia
NPM: 2253053054

ANALISIS JURNAL 1

Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Dalam analisis tersebut terdapat penekanan pada pentingnya kesadaran moral dan etika dalam perilaku individu untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan individualisme dan kolektivisme dalam masyarakat.
Selain itu, terdapat pemahaman bahwa keberadaan masyarakat bergantung pada hubungan ko-eksistensial antar pribadi individu, di mana setiap individu berkomunikasi secara ko-eksistensial untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan bermasyarakat memerlukan kesadaran akan terjadi secara relatif antara individu dan masyarakat, serta perlunya organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mengorganisirkemampuan bersama Dari segi etimologis, filsafat perilaku (moral) atau etika dipandang sebagai model bangunan kerangka berpikir yang memberikan pengetahuan mendalam mengenai sifat hakikat obyek untuk melakukan kebaikan terhadap obyek.
Dengan demikian, pemikiran ini menekankan pentingnya pengetahuan yang mendalam dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif dalam masyarakat.

Terlihat bahwa pemikiran ini menggambarkan kesadaran moral, etika, dan pengetahuan mendalam mengenai sifat hakikat obyek dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif dalam masyarakat. Metode analisa dan sintesa digunakan dalam pemikiran ini, dengan mengurai obyek materi pemikiran untuk kemudian dirajut kembali menjadi suatu bentuk pengetahuan baru
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Shinta Dwi Kartika 2213053127 -
Nama : Shinta Dwi Kartika
NPM : 2213053127
Kelas : 3H
Analisis Jurnal 1

-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurusan Administrasi Pendidikan
Volume : -
Nomor : -
Halaman : -
Tahun Terbit : -
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat:
Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata -kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono,2005).
Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku (morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “ajaran moral memuat pandangan-pandangan nilai nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan bahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”.
Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (objektif). Misalnya, “korupsi”adalah perilaku tidak bermoral, tetapi “ tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis. Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku. Kemudian, dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan,berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan.

Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Pemikiran cerdas Veeger dapat diartikan bahwa secara eksistensial keterkaitan individu dengan masyarakat-nya bukan berarti secara sepihak yang satu mutlak bergantung kepada yang lain. Tetapi keterikatan relatif, saling bergantung antara satu dengan yang lain. Setiap petani bergantung kepada seluruh masyarakat dan begitu sebaliknya seluruh masyarakat bergantung kepada petani. Relativitas keterikatan sosial itu berakar dari kesadaran bersama bahwa
a) didalam kehidupan ini ada tujuan bersama yang harus diraih
 
b) untuk mencapainya, harus dengan mengorganisir kemampuan bersama dan

c) karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individu menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individu menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyarakat itu “berkeadilan”.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Kemudian, kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan).
Kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi individual untuk “social enforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Pendidikan adalah persoalan tentang sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pematangan atau pencerdasan tiga potensi kejiwaan manusia yaitu rasa, cipta dan karsa. Karena itu, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu:

1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan

2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan

3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh YUANI TRI ASTUTI 2213053046 -
Nama :Yuani Tri Astuti
Npm 2213053046

Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

Pada abad ke-21, kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai konflik, termasuk konflik antara hak individu dan hak masyarakat secara keseluruhan. Gerakan hak-hak individu telah dikritik karena tidak mengakui potensi hak-hak individu dan tidak mengatasi permasalahan sosial yang lebih luas. Proses demokratisasi dikritik karena tidak mengatasi dinamika kekuasaan dalam masyarakat, sehingga berujung pada krisis kepemimpinan.

Arti dan isi filsafat
Istilah filsafat berarti cinta kearifan. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku (morality) atau etika.

Arti Moral dan Etika
Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir
bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan,
berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan.

Pemikiran Filosofi tentang manusia dan masyarakat.
pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Jadi dapat dipahami bahwa pada satu sisi, kesempurnaan dunia hidup bersama tergantung pada optimalisasi pengembangan kepribadian individu. Kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud.

Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat.
Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti di
dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung -
jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang
harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu
diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan
atau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak.
Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses
mencapai kesejahteraan umum.

Moran dan etika bermasyarakat dalam pendidikan.
Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik. Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana asal mula dan tujuan kehidupan. Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Forum Analisis Jurnal 1

oleh Aprita Fahria Zahra 2213053259 -
Nama : Aprita Fahria Zahra
NPM : 2213053259
Kelas : 3H

Analisis Jurnal 1

#Identitas Jurnal :
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat:
Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Nama Penulis : Suparlan Suhartono

#Pendahuluan
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antarindividu untuk mencapai tujuan bersama.

1. Arti dan Isi Filsafat
Secara etimologis yaitu filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalamungkapan cinta dankearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat).

2. Arti Moral dan Etika
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari bahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Jadi, moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan perbuatan baik.Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan atau watak.

3. Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat
Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan dengan pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika.

5. Moral dan Etika Bermasyarakat dalam Pendidikan
Sejak lahir, manusia menyandang sifat labil. Meski di dalam sifat labil terkandung potensidinamis, tetapi jika tidak mendapat binaan secara tepat justru bisa merusak kehidupan.

Konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapi justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagikehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendidikan ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan
berbagai kreativitas individual.

Jika penyeragaman dipilih, maka potensi kreativitas individual sebagai hak individu bisa terancam tidak berkembang. Sebaliknya, jika pembebasan dipilih, maka kemapanan sosial sebagai hak masyarakat bisa goyah. Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Fakta membuktikan bahwa potensi individualbersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan.