གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Alfiantika Putri

TA C2025 -> CASE STUDY

Alfiantika Putri གིས-
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Jawaban Pertanyaan :
1. Dua basis pengukuran yang sesuai untuk PT Surya Terang adalah biaya historis dan model revaluasi (nilai wajar).
a. Biaya historis mencatat mesin berdasarkan harga beli dikurangi penyusutan. Kelebihannya sederhana dan andal karena berdasarkan fakta transaksi. Kekurangannya, nilai mesin yang tercatat tidak berubah walau nilai pasar turun, jadi kurang relevan dengan kondisi sekarang.
b. Model nilai wajar mencatat mesin sesuai nilai pasarnya sekarang. Kelebihannya, laporan keuangan lebih menggambarkan keadaan sebenarnya, jadi lebih relevan. Kekurangannya, perlu penilai independen, biaya lebih tinggi, dan nilai bisa berubah-ubah sehingga laporan keuangan jadi tidak stabil.
2. Jika PT Surya Terang memilih model revaluasi, laporan posisi keuangan akan menunjukkan nilai mesin hanya Rp400 juta (nilai wajar saat ini), sehingga aset tercatat turun. Di laporan laba rugi, akan muncul rugi penurunan nilai sebesar selisih antara nilai tercatat lama (Rp600 juta) dan nilai wajar baru (Rp400 juta), yaitu Rp200 juta, yang akan menurunkan laba perusahaan. Penyusutan berikutnya juga akan dihitung dari nilai baru ini. Selain itu, perusahaan harus memperhatikan pajak atas keuntungan atau kerugian revaluasi.
3. Pengukuran dengan nilai wajar lebih relevan karena menunjukkan nilai mesin sesuai kondisi pasar saat ini. Namun, keandalannya bisa dipertanyakan karena bergantung pada penilaian pihak ketiga yang bisa berbeda dan ada biaya tinggi. Biaya historis lebih andal karena berdasarkan transaksi nyata, tetapi kurang relevan karena tidak mencerminkan penurunan nilai pasar yang signifikan. Jadi dalam konteks PT Surya Terang yang mesin nilainya turun drastis, model revaluasi lebih baik untuk memberikan informasi yang berguna, tetapi perusahaan harus siap dengan dampak fluktuasi dan beban biaya yang timbul.

TA C2025 -> CASE STUDY

Alfiantika Putri གིས-
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Jawaban Pertanyaan :
1. Pilihan PT Garuda Sejahtera memakai nilai wajar bisa dimengerti karena IFRS yang mereka pakai memang mengutamakan menggambarkan keadaan sesungguhnya (apa yang sebenarnya terjadi di pasar global). Tapi di Indonesia, kondisi pasar pesawat tidak ramai dan sulit menemukan harga pasar yang jelas. Jadi menurut standar akuntansi di Indonesia (PSAK), cara yang lebih aman dan bisa dipercaya adalah pakai biaya historis (biaya beli asli pesawat). Jadi secara konsep, keputusan itu memang sesuai IFRS tapi kalau lihat kondisi Indonesia, harus hati-hati karena nilai wajarnya mungkin kurang akurat.
2. Perbedaan kerangka konseptual PSAK dan IFRS :
a. Tujuan laporan keuangan di PSAK untuk membantu orang di Indonesia buat keputusan, sedangkan IFRS dibuat agar laporan bisa dipakai investor di seluruh dunia.
b. PSAK menekankan informasi yang aman dan hati-hati supaya tidak menyesatkan, sementara IFRS lebih menekankan pada informasi yang lengkap dan relevan walau risikonya sedikit lebih besar.
c. PSAK biasanya pakai biaya historis karena lebih stabil dan mudah dipercaya, sementara IFRS lebih sering pakai nilai wajar yang bisa lebih menggambarkan nilai sekarang, asal data pasar lengkap.
d. Keduanya setuju bahwa perusahaan harus diasumsikan masih akan beroperasi dalam waktu dekat, tapi PSAK lebih konservatif dalam mengantisipasi risiko usaha.
3. Indonesia tidak sebaiknya langsung mengikuti IFRS tanpa penyesuaian. Karena kondisi ekonomi dan pasar di Indonesia masih berbeda dengan negara maju, menerapkan IFRS secara penuh bisa membuat laporan keuangan sulit dipercaya dan malah membingungkan. Penyesuaian lokal dalam PSAK penting agar laporan tetap relevan dan andal sesuai kondisi nyata bisnis dan pasar Indonesia.

AKM C2025 -> Diskusi

Alfiantika Putri གིས-
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Keterbatasan utama neraca sebagai sumber informasi adalah :

1. Neraca bersifat statis dan hanya menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu, sehingga tidak menunjukkan perubahan yang terjadi setelah tanggal neraca.
2. Nilai yang dicatat dalam neraca biasanya berdasarkan biaya historis (harga perolehan), bukan nilai pasar saat ini, sehingga nilai aktiva dan kewajiban mungkin tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
3. Neraca tidak mencakup semua aset penting perusahaan, seperti aset tidak berwujud (merek dagang, reputasi, kekayaan intelektual) dan aset manusia, yang sulit diukur dalam satuan uang.
4. Penggunaan pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing) dapat menyembunyikan kewajiban sehingga posisi keuangan terlihat lebih baik dari keadaan sebenarnya.
5. Perbedaan dalam metode pengklasifikasian dan pelaporan item antar perusahaan membuat perbandingan neraca menjadi sulit dan kurang konsisten.

Karena keterbatasan ini, neraca harus dipahami sebagai alat informasi yang memiliki keterbatasan dan bukan gambaran lengkap posisi keuangan perusahaan.o

AKM C2025 -> Diskusi

Alfiantika Putri གིས-
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Menurut pandangan saya :

a. Pengelolaan laba adalah cara perusahaan mengatur atau memanipulasi laporan laba agar terlihat lebih baik. Hal ini bisa mempengaruhi kualitas laba, yaitu seberapa jujur dan dapat dipercaya laba yang dilaporkan. Jika laba dikelola dengan cara yang tidak wajar, kualitas laba menjadi rendah karena laba tersebut tidak mencerminkan kondisi nyata perusahaan.

b. Kita harus hati-hati menggunakan angka laba dari laporan laba-rugi karena laba bisa dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi dan pengelolaan laba. Oleh sebab itu, laporan laba-rugi dibuat berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP) agar laporan tersebut bisa dipercaya, memberikan gambaran yang jujur, dan memudahkan pemakai laporan membuat keputusan yang tepat. Prinsip ini memastikan angka laba tidak dimanipulasi dan menggambarkan kinerja perusahaan secara sesungguhnya.