Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095
Jawaban Pertanyaan :
1. Dua basis pengukuran yang sesuai untuk PT Surya Terang adalah biaya historis dan model revaluasi (nilai wajar).
a. Biaya historis mencatat mesin berdasarkan harga beli dikurangi penyusutan. Kelebihannya sederhana dan andal karena berdasarkan fakta transaksi. Kekurangannya, nilai mesin yang tercatat tidak berubah walau nilai pasar turun, jadi kurang relevan dengan kondisi sekarang.
b. Model nilai wajar mencatat mesin sesuai nilai pasarnya sekarang. Kelebihannya, laporan keuangan lebih menggambarkan keadaan sebenarnya, jadi lebih relevan. Kekurangannya, perlu penilai independen, biaya lebih tinggi, dan nilai bisa berubah-ubah sehingga laporan keuangan jadi tidak stabil.
2. Jika PT Surya Terang memilih model revaluasi, laporan posisi keuangan akan menunjukkan nilai mesin hanya Rp400 juta (nilai wajar saat ini), sehingga aset tercatat turun. Di laporan laba rugi, akan muncul rugi penurunan nilai sebesar selisih antara nilai tercatat lama (Rp600 juta) dan nilai wajar baru (Rp400 juta), yaitu Rp200 juta, yang akan menurunkan laba perusahaan. Penyusutan berikutnya juga akan dihitung dari nilai baru ini. Selain itu, perusahaan harus memperhatikan pajak atas keuntungan atau kerugian revaluasi.
3. Pengukuran dengan nilai wajar lebih relevan karena menunjukkan nilai mesin sesuai kondisi pasar saat ini. Namun, keandalannya bisa dipertanyakan karena bergantung pada penilaian pihak ketiga yang bisa berbeda dan ada biaya tinggi. Biaya historis lebih andal karena berdasarkan transaksi nyata, tetapi kurang relevan karena tidak mencerminkan penurunan nilai pasar yang signifikan. Jadi dalam konteks PT Surya Terang yang mesin nilainya turun drastis, model revaluasi lebih baik untuk memberikan informasi yang berguna, tetapi perusahaan harus siap dengan dampak fluktuasi dan beban biaya yang timbul.
NPM : 2413031095
Jawaban Pertanyaan :
1. Dua basis pengukuran yang sesuai untuk PT Surya Terang adalah biaya historis dan model revaluasi (nilai wajar).
a. Biaya historis mencatat mesin berdasarkan harga beli dikurangi penyusutan. Kelebihannya sederhana dan andal karena berdasarkan fakta transaksi. Kekurangannya, nilai mesin yang tercatat tidak berubah walau nilai pasar turun, jadi kurang relevan dengan kondisi sekarang.
b. Model nilai wajar mencatat mesin sesuai nilai pasarnya sekarang. Kelebihannya, laporan keuangan lebih menggambarkan keadaan sebenarnya, jadi lebih relevan. Kekurangannya, perlu penilai independen, biaya lebih tinggi, dan nilai bisa berubah-ubah sehingga laporan keuangan jadi tidak stabil.
2. Jika PT Surya Terang memilih model revaluasi, laporan posisi keuangan akan menunjukkan nilai mesin hanya Rp400 juta (nilai wajar saat ini), sehingga aset tercatat turun. Di laporan laba rugi, akan muncul rugi penurunan nilai sebesar selisih antara nilai tercatat lama (Rp600 juta) dan nilai wajar baru (Rp400 juta), yaitu Rp200 juta, yang akan menurunkan laba perusahaan. Penyusutan berikutnya juga akan dihitung dari nilai baru ini. Selain itu, perusahaan harus memperhatikan pajak atas keuntungan atau kerugian revaluasi.
3. Pengukuran dengan nilai wajar lebih relevan karena menunjukkan nilai mesin sesuai kondisi pasar saat ini. Namun, keandalannya bisa dipertanyakan karena bergantung pada penilaian pihak ketiga yang bisa berbeda dan ada biaya tinggi. Biaya historis lebih andal karena berdasarkan transaksi nyata, tetapi kurang relevan karena tidak mencerminkan penurunan nilai pasar yang signifikan. Jadi dalam konteks PT Surya Terang yang mesin nilainya turun drastis, model revaluasi lebih baik untuk memberikan informasi yang berguna, tetapi perusahaan harus siap dengan dampak fluktuasi dan beban biaya yang timbul.