Nama : Eris Ana Dita
Npm : 2413031017
1. Dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus PT Surya Terang adalah:
a). Biaya Historis: Aset dicatat berdasarkan harga perolehan pada saat pembelian dikurangi akumulasi penyusutan. Kelebihannya adalah prosesnya sederhana, mudah dipahami, dan menyediakan stabilitas dalam laporan keuangan karena beban penyusutan yang konsisten setiap periode. Kekurangannya, nilai tercatat bisa tidak mencerminkan nilai pasar terkini, apalagi saat ada penurunan nilai akibat teknologi baru.Nilai Wajar
b). Model Revaluasi : Aset dinilai ulang berdasarkan nilai pasar saat ini. Kelebihannya, laporan keuangan menjadi lebih relevan karena mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya. Namun, kekurangannya adalah nilai wajar yang dapat berfluktuasi menyebabkan ketidakstabilan laba rugi dan kompleksitas dalam penilaian yang memerlukan estimasi atau penilaian independen.
2. Jika PT Surya Terang memilih model revaluasi, dalam laporan posisi keuangan, nilai mesin akan disesuaikan turun menjadi Rp400.000.000 dari nilai tercatat Rp600.000.000, sehingga terjadi penurunan nilai sebesar Rp200.000.000.Penurunan nilai ini akan dicatat sebagai kerugian dalam laporan laba rugi, langsung mengurangi laba perusahaan.Penyusutan masa depan akan dihitung ulang dengan basis nilai wajar tersebut dan sisa umur manfaat, yang dapat mengubah besaran beban penyusutan tahun-tahun mendatang.
3. Pengukuran menggunakan nilai wajar dalam konteks ini lebih memenuhi karakteristik relevansi karena memberikan gambaran nilai aset yang aktual sesuai kondisi pasar sehingga informasi menjadi lebih berguna untuk pengambilan keputusan. Namun, aspek keandalan nilai wajar bisa lebih rendah dibanding biaya historis karena nilai wajar bergantung pada estimasi dan penilaian yang bisa bersifat subjektif serta berfluktuasi. Sementara itu, biaya historis lebih mudah diverifikasi dan memiliki dasar bukti kuat, sehingga lebih dapat diandalkan meskipun kurang relevan dalam kondisi pasar yang berubah drastis.
Npm : 2413031017
1. Dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus PT Surya Terang adalah:
a). Biaya Historis: Aset dicatat berdasarkan harga perolehan pada saat pembelian dikurangi akumulasi penyusutan. Kelebihannya adalah prosesnya sederhana, mudah dipahami, dan menyediakan stabilitas dalam laporan keuangan karena beban penyusutan yang konsisten setiap periode. Kekurangannya, nilai tercatat bisa tidak mencerminkan nilai pasar terkini, apalagi saat ada penurunan nilai akibat teknologi baru.Nilai Wajar
b). Model Revaluasi : Aset dinilai ulang berdasarkan nilai pasar saat ini. Kelebihannya, laporan keuangan menjadi lebih relevan karena mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya. Namun, kekurangannya adalah nilai wajar yang dapat berfluktuasi menyebabkan ketidakstabilan laba rugi dan kompleksitas dalam penilaian yang memerlukan estimasi atau penilaian independen.
2. Jika PT Surya Terang memilih model revaluasi, dalam laporan posisi keuangan, nilai mesin akan disesuaikan turun menjadi Rp400.000.000 dari nilai tercatat Rp600.000.000, sehingga terjadi penurunan nilai sebesar Rp200.000.000.Penurunan nilai ini akan dicatat sebagai kerugian dalam laporan laba rugi, langsung mengurangi laba perusahaan.Penyusutan masa depan akan dihitung ulang dengan basis nilai wajar tersebut dan sisa umur manfaat, yang dapat mengubah besaran beban penyusutan tahun-tahun mendatang.
3. Pengukuran menggunakan nilai wajar dalam konteks ini lebih memenuhi karakteristik relevansi karena memberikan gambaran nilai aset yang aktual sesuai kondisi pasar sehingga informasi menjadi lebih berguna untuk pengambilan keputusan. Namun, aspek keandalan nilai wajar bisa lebih rendah dibanding biaya historis karena nilai wajar bergantung pada estimasi dan penilaian yang bisa bersifat subjektif serta berfluktuasi. Sementara itu, biaya historis lebih mudah diverifikasi dan memiliki dasar bukti kuat, sehingga lebih dapat diandalkan meskipun kurang relevan dalam kondisi pasar yang berubah drastis.