Posts made by Fakhry Ramadhan Subur

Nama : Fakhry Ramadhan S
Npm : 2415061113
Kelas : PSTI-C

A. Proses Pendidikan di Tengah Pandemi COVID-19
Proses pendidikan di tengah pandemi COVID-19 mengalami perubahan drastis dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau online. Hal ini membawa tantangan besar bagi siswa, orangtua, dan guru. Banyak orangtua merasa kesulitan mendampingi anak belajar dari rumah, sementara guru harus beradaptasi dengan metode baru dalam mengajar. Selain itu, ketidakmerataan akses teknologi dan konektivitas internet menjadi masalah yang memperlebar kesenjangan pendidikan, terutama bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Pandemi ini menyoroti pentingnya infrastruktur pendidikan yang kuat dan pemerataan akses bagi semua kalangan.

B. Meningkatkan Proses Pendidikan dan Implementasi Nilai Pancasila
Menurut saya, untuk mengefektifkan proses pendidikan di tengah pandemi, penting untuk memanfaatkan teknologi secara optimal dan menciptakan metode pembelajaran yang interaktif. Misalnya, mengadakan sesi diskusi online yang melibatkan siswa, guru, dan orangtua dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan. Selain itu, penerapan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong dapat diwujudkan melalui kolaborasi antar sekolah dan komunitas untuk menyediakan akses belajar bagi siswa yang kesulitan. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung, nilai-nilai Pancasila dapat diimplementasikan dalam konteks pendidikan.

C. Contoh Kasus Pengembangan Karakter Pancasilais
Salah satu contoh pengembangan karakter Pancasilais di lingkungan saya adalah kegiatan gotong royong dalam membersihkan lingkungan sekitar. Setiap bulan, warga melakukan kegiatan bersih-bersih di area pemukiman. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kebersihan lingkungan, tetapi juga memperkuat solidaritas dan kerjasama antarwarga. Menurut saya, kegiatan ini mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan cinta damai, serta menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

D. Hakikat Pancasila dalam Pengaktualisasian Nilai-nilai
Hakikat Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia terletak pada kemampuannya untuk menjadi paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus diinternalisasi oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghargai perbedaan, berperilaku adil, dan bertanggung jawab. Dengan mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut, masyarakat dapat membangun kehidupan yang harmonis, toleran, dan sejahtera, serta mampu menghadapi berbagai tantangan dalam perkembangan zaman.
Nama : Fakhry Ramdhan S
Npm : 2415061113
Kelas : PSTI-C

Filsafat berasal dari kata Yunani "philosophia," yang terdiri dari dua komponen: "philo" yang berarti cinta, dan "sophia" yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai "cinta terhadap kebijaksanaan." Istilah ini mencerminkan upaya manusia untuk mencari pengetahuan, pemahaman, dan makna dalam kehidupan.

Ada dua aspek dalam filsafat pancasila :

1. Ontologis
Filsafat Pancasila secara ontologis mengakui bahwa manusia memiliki martabat dan nilai yang melekat, yang membuatnya berbeda dari makhluk lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang saling bergantung, di mana interaksi dan kerjasama antarindividu sangat penting untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat. Selain itu, Pancasila menempatkan Tuhan sebagai sumber nilai moral dan spiritual, sehingga keberadaan Tuhan menjadi landasan bagi etika dan norma yang harus dipegang oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan.

2. Epistemologis
Secara epistemologis, Filsafat Pancasila menekankan pentingnya proses pembelajaran yang kritis, reflektif, dan dialogis dalam memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pengetahuan tentang Pancasila tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi juga melalui pengalaman sosial, diskusi, dan interaksi dalam masyarakat. Pemahaman ini harus mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah Indonesia, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan secara relevan dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh bangsa.

Pancasila berdasarkan kausalitas Aristoteles:

1. Sebab Material
Keragaman budaya, etnis, dan agama di Indonesia menjadi fondasi yang membentuk nilai-nilai Pancasila.

2. Sebab Formal
Lima sila Pancasila berfungsi sebagai struktur moral dan etika yang memberikan identitas pada bangsa Indonesia.

3. Sebab Efisien
Pancasila dihasilkan melalui proses sejarah yang melibatkan para pendiri bangsa dan konsensus masyarakat, menciptakan dasar bagi negara.

4. Sebab Final
Tujuan Pancasila adalah menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan harmonis, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Nilai-nilai Pancasila terdiri dari lima sila yang saling berkaitan dan menjadi dasar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia: pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, yang mengakui dan menghormati keberadaan Tuhan sebagai sumber nilai moral dan spiritual, serta menjamin kebebasan beragama bagi setiap individu; kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan menjalankan prinsip keadilan serta perikemanusiaan dalam interaksi sosial; ketiga, Persatuan Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, menghargai keragaman suku, budaya, dan agama demi terciptanya harmoni dalam kehidupan masyarakat; keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, yang mendorong penerapan sistem demokrasi yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan pengambilan keputusan yang bijaksana melalui musyawarah; dan kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang menekankan pentingnya keadilan sosial, kesejahteraan, dan akses yang setara terhadap sumber daya bagi seluruh rakyat, sehingga tercipta kehidupan yang adil dan makmur.

Jurnal ini menegaskan betapa pentingnya pancasila sebagai dasar dalam pendidikan di Indonesia. Jurnal ini juga memberikan pemahaman tentang cara filsafat pancasila bisa membentuk sistem pendidikan di Indonesia, yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila bukan sekadar dasar negara, tetapi juga pedoman filosofis yang bisa membimbing pendidikan, dengan tujuan membentuk karakter dan perilaku warga negara yang sesuai dengan budaya bangsa indonesia.
1.) Pendapat tentang Kasus Penolakan Jenazah dan Korelasinya dengan Pancasila
Kasus penolakan jenazah korban Covid-19, terutama yang melibatkan seorang perawat, mencerminkan kurangnya pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. Hal ini bertentangan dengan sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," yang mengharuskan kita menghargai martabat setiap individu, termasuk mereka yang telah meninggal. Penolakan tersebut menunjukkan sikap yang tidak berperikemanusiaan dan mengabaikan kontribusi almarhumah dalam penanganan pandemi. Secara keseluruhan, insiden ini menunjukkan perlunya edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai Pancasila dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara.

2.) Saran dan Solusi untuk Mencegah Terulangnya Kejadian
Sebagai mahasiswa, saran dan solusi untuk mencegah kejadian serupa antara lain:


- Edukasi Masyarakat:
Mengadakan course dan workshop tentang pentingnya menghargai petugas kesehatan dan jenazah, termasuk pemahaman tentang Covid-19 dan prosedur pemakaman yang aman.

- Pendidikan Karakter:
Memperkuat pendidikan karakter di sekolah, mulai dari PAUD hingga pendidikan tinggi, untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama.

- Kampanye Publik:
Melakukan kampanye
informasi melalui media sosial dan media massa untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menghormati jenazah, terutama korban Covid-19.

- Kolaborasi dengan Tokoh Masyarakat:
Mengajak tokoh masyarakat dan agama untuk berbicara mengenai pentingnya solidaritas dan menghormati sesama, termasuk dalam konteks kematian.

3.) Penolakan Jenazah dan Pelanggaran Sila Pancasila
Penolakan jenazah korban Covid-19 merupakan pelanggaran terhadap sila kedua Pancasila, meskipun jenazah tersebut sudah tidak bernyawa. Sila ini menggarisbawahi pentingnya menghargai martabat manusia, yang tetap berlaku meskipun individu tersebut telah meninggal. Jenazah adalah bagian dari identitas dan sejarah seseorang; menolak pemakamannya berarti menolak pengakuan terhadap keberadaan dan kontribusinya semasa hidup.

Tindakan penolakan menunjukkan sikap yang tidak adil dan tidak beradab, yang dapat menciptakan disgrace dan ketakutan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menegakkan nilai-nilai Pancasila agar semua orang, termasuk mereka yang telah meninggal, diperlakukan dengan hormat dan dignitas.
Jurnal "Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila" ini membahas pentingnya Pancasila sebagai filosofi dasar Indonesia dan potensinya dalam menangani masalah nasional/bangsa, terutama korupsi. di dalam jurnal ini, penulis menggunakan tiga aspek utama dalam filsafat ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam mengidentifikasi cara Pancasila dapat memberikan solusi atas masalah nasional.

1. Ontologi
Pancasila menekankan martabat manusia dan kepentingan bersama, mendorong kesadaran kolektif untuk menanggulangi korupsi dan merusak nilai kemanusiaan.

2. Epistemologi
Pancasila mendukung dialog dan musyawarah, penting untuk meningkatkan pendidikan tentang nilai-nilai Pancasila agar masyarakat dapat berpartisipasi dan mengawasi proses pengambilan keputusan, menghindari lunturnya persatuan.

3. Aksiologi
Nilai-nilai moral Pancasila, seperti kejujuran dan keadilan, harus ditanamkan dalam budaya masyarakat melalui pendidikan karakter, sehingga individu bertanggung jawab terhadap kebaikan bersama.

Penulis menekankan bahwa Pancasila sebagai dasar negara yang dapat menjadi solusi dalam mengatasi tantangan kebangsaan Indonesia. Dengan pemahaman ontologi, epistemologi, dan aksiologi Pancasila, bangsa Indonesia diharapkan bisa mempertahankan nilai-nilai yang dapat memperkokoh persatuan dan kedamaian bangsa.
Pengertian Filsafat :
Filsafat berasal dari Bahasa Yunani “philosophia” terdiri dari kata Phile artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Cinta artinya Hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar dan atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati, atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian yang mendasar dan menyeluruh.

Filsafat Pancasila :
adalah sistem pemikiran yang berlandaskan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Ia berfungsi sebagai panduan etika, moral, dan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Filsafat ini menekankan pentingnya nilai-nilai seperti:

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menghargai martabat setiap individu.

Persatuan Indonesia: Memperkuat semangat persatuan di tengah keberagaman.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Mendorong pemerataan kesejahteraan dan keadilan.

Filsafat Pancasila bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan harmonis, serta menjadi landasan bagi pembangunan sosial, politik, dan budaya di Indonesia.

Manfaat Filsafat :
Dengan memahami dan mempelajari filsafat mengembangkan pemikiran kritis, pemahaman diri, kemampuan komunikasi, kesadaran sosial, perspektif yang luas, pengambilan keputusan yang lebih baik, dan ketahanan mental, sehingga menjadikan kita pemikir yang lebih baik dan individu yang lebih reflektif.